Makalah Persamaan Dan Perbedaan Ideologi
Makalah Persamaan Dan Perbedaan Ideologi
Disusun Oleh:
Supriyadi
( 135080600111011 )
Tomi Aris
( 135080600111012 )
Anas Nurhidayah
( 135080600111019 )
Rangga Pangestu
( 135080600111023)
Aldi Silalahi
( 135080600111041 )
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................
A.
Latar Belakang...........................................................................................
B.
Rumusan Masalah......................................................................................
C.
Tujuan Pembahasan....................................................................................
Ideologi Pancasila....................................................................................
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.2
Ideologi Komunis....................................................................................
2.2.1
2.2.2
2.3
Ideologi Sosialisme..................................................................................
2.3.1
Pengertian sosialisme........................................................................
2.3.2
2.3.3
2.4
Ideologi Liberalisme..............................................................................17
2.4.1
2.4.2
2.5
2.5.1
Ideologi Fasisme....................................................................................21
Sejarah Ideologi Fasisme................................................................21
2.5.2
2.6
2.6.1
2.6.2
2.7
2.7.1
2.7.2
Bidang Ekonomi.............................................................................35
2.7.3
Agama...........................................................................................35
2.7.4
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................37
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita haturkan kepada Tuhan yang maha Esa karena dengan
Rakmat dan Hidayahnya, kita semua diberikan kemudahan dan kelancaran untuk
menyelesaikan tugas menyusun makalah mata kuliah Pendidikan Pancasila
dengan Judul Makalah Persamaan dan Perbedaan Ideologi Pancasila,
Komunisme, Liberalisme, Sosialisme, Fasisme dan Faham Agama.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah
Pendidikan Pancasila karena telah memberikan pengajaran, hal yang berkaitan
dengan Pendidikan Pancasila sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini tepat waktu.
Selanjutnya semoga dengan penyusunan Makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, umumnya bagi seluruh civitas Akademika universitas Brawijya dan
khususnya seluruh Mahasiswa Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan Universitas
Brawijaya. Mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini terjadi banyak
kekuraangan atau kesalahan yang disengaja ataupun tidak disengaja.
Penyusun
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara, Pancasila diangkat dari nilainilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata
lain, unsur-unsur yang merupakan materi Pancasila diangkat dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri. Ideologi pancasila pada hakikatnya bukan
hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok
seperti ideologi-ideologi lain di dunia. Pancasila diambil dari nilai-nilai luhur
budaya dan nilai religius bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai
ideologi bangsa dan negara. Dengan demikian, pancasila sebagai ideologi bangsa
dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa dan
bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari negara lain.
Ideologi erat sekali hubungannya dengan filsafat. Karena filsafat
merupakn dasar dari gagasan yang berupa ideology. Filsafat memberikan dasar
renungan atas ideologi itu sehingga dapat dijelmakan menjadi suatu gagasan
untuk pedoman bertindak. Dari sudut etimologinya, filsafat berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari dua buah kata, yaitu (filos) berarti cinta dan (Sophia)
berarti kebenaran atau kebijaksanaan. Jadifilsafat berarti cinta akan kebenaran
atau kebijaksanaan. Arti kata inilah yang kemudian dirangkumkan menjadi suatu
makna bahwa filsafat adalah suatu renungan atau pemikiran yang sedalamdalamnya untuk mencari kebenaran.
Karena filsafat itu tersusun dalam suatu keseluruhan, kebulatan, dan
sistematis maka pemikiran filsafat harus berdasarkan kejujuran dalam penemuan
hakikat dari suatu obyek yang menjadi titik sentral pemikiran. Terdapat banyak
ideologi yang berkembang di dunia seperti Ideologi Pancasila, Komunisme,
Liberalisme, Sosialisme, Fasisme dan Faham Agama, dan tentunya masingmasing ideology memiliki pandangan yang berbeda-beda. Persamaan dan
perbedaan masing masing ideology ini menarik untuk di pelajari lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
Beberapa Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut;
1. Bagaimana konsep dari Ideologi Pancasila, Komunisme, Liberalisme,
Sosialisme, Fasisme dan Faham Agama?
2. Bagaimanakah persamaan dana perbedaan Ideologi Pancasila,
Komunisme, Liberalisme, Sosialisme, Fasisme dan Faham Agama?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep dari Ideologi Pancasila, Komunisme,
Liberalisme, Sosialisme, Fasisme dan Faham Agama
2. Untuk mengetahui persamaan dana perbedaan Ideologi Pancasila,
Komunisme, Liberalisme, Sosialisme, Fasisme dan Faham Agama.
Nilai Dasar, adalah nilai dasar yang terdapat dalam pembukaan UUD
2.1.2
2.1.3
nilai Pancasila
Menghargai pluralitas, sehingga diterima oleh semua masyarakat yang
berlatakng belakang dan budaya yang berbeda.
2.1.4
2.1.5
Sebagai hasil refleksi terhadap hidup manusia Indonesia sejak zaman kumo,
khususnya dalam hidup masyarakat desa, para pendiri negara kita sampai pada
kesimpulan: manusia Indonesia mengakui Tuhan yang satu adanya, entah dengan
adanya, entah dengan sebutan Tuhan, Widi, Widi, Wasa, Sang Hyang Hana, Gusti
atau Allah. Adanya dunia dengan segala isinya mendorong manusia ke dalam
keyakinan: ada suatu realitas, yang tertinggi, yang menjadi sumber adanya seluruh
realitas di dunia sebagai sebab yang pertama, sebagai causa prima. Bagaimana
orang-orang menghayati keyakinannya, bagaimana mereka bertaqwa, mengabdi
kepada Tuhan, tergantung pada pribadi masing-masing. Maka di Indonesia ada
kebebasan beragama. Indonesia bukan negara teokratis, bukan negara agama
yaitu negara yang dalam penyelenggaraan kehidupan berpemerintahan
berdasarkan kekuasaan (kratia) Tuhan (Theos) menurut ajaran agama tertentu.
Para pemeluk agama dan para penganut kepercayaan bebas dalam menghayati dan
melaksanakan keyakinan mereka, saling menerima serta saling menghargai
dengan penuh toleransi dan dengan semangat kerjasama yang serasi.
kewajibannya. Pada dasarnya manusia dibedakan atas dasar ras, agama, adat atau
keturunan atau jenis kelamin. Manusia adalah makhluk rohani sekaligus makhluk
jasmani, adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Hal ini disebut untuk
mempergunakan istilah Prof. Notonagoro: monodualitas. Setiap manusia
diharapkan mendapat apa yang menjadi haknya. Maka dirumuskan:
Kemanusiaan yang adil.124 Di sini kita menemukan dasar hak-hak asasi
manusia dalam pandangan hidup bangsa Indonesia. Disadari pula bahwa dunia
dengan isinya itu merupakan obyek bagi manusia. Dunia ini merupakan obyek
bagi pancaindera manusia: bagi mata, untuk dinikmati keindahan alamnya; bagi
telinga, dinikmati bermacam-macam suaranya. Manusia dapat menangkap itu
semua sehingga timbul getaran-getaran dalam jiwanya, dengan bermacam-macam
perasaan. Apa yang dialami dalam jiwanya dapat diekspresikan dan
dimanifestasikan dalam bermacam-macam bentuk kesenian; umpamanya dalam
bentuk lagu, tari-tarian, atau lukisan. Tetapi dunia ini terutama merupakan obyek
untuk budinya dan karsanya. Manusia dengan jiwanya yang rohani bersifat
transenden, mengatasi struktur dan kondisi alam jasmani. Manusia dapat
mengenal hukum-hukum alam dapat menemukan potensi yang terkandung dalam
alam; manusia mampu mengolah dan mengubah alam dalam batas-batas tertentu.
Transendensinya relatif dan terbatas. Dengan demikian manusia mampu
menciptakan kebudayaan. Ia mengolah tanah, air, api dan logam yang didapatnya
dalam alam. Hal ini dirumuskan dalam istilah yang beradab.
Persatuan Indonesia
Ketika Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 tampil pada sidang paripurna
BPUPKI atas permintaan ketuanya, dr. Radjiman Wedyodiningrat, ia menegaskan:
Saya mengerti apakah Paduka Tuan Ketua kehendaki Paduka Tuan minta dasar,
minta philosophisce grondslag... Dasar pertama yang baik dijadikan dasar buat
negara Indonesia, ialah dasar KEBANGSAAN. Kita mendirikan satu negara
Kebangsaan Indonesia. Tetapi saya minta kepada saudarasaudara, janganlah
saudara-saudara salah faham, jikalau saya katakan, bahwa dasar pertama buat
Indonesia ialah dasar KEBANGSAAN. Itu bukan berarti satu kebangsaan dalam
arti yang sempit, tetapi saya menghendaki satu nationale staat. Bangsa Indonesia,
4
natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup dengan le
dsir dtre ensemble di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau
Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh
manusia yang menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah tinggal di
kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke
Irian!
Persatuan Indonesia atau kebangsaan Indonesia diilhami oleh kata-kata
pujangga Empu Tantular pada jaya-jayanya Majapahit dahulu, yang sekarang
tercantum dalam lambang negara; Bhineka Tunggal Ika: walaupun beraneka
ragam adalah satu! Indonesia memang terdiri atas bermacam-macam suku atau
kelompok etnik: orang Jawa, Timor, Madura, Batak, Aceh, Bali, Bugis dan
seterusnya, masing-masing dengan bahasa daerah, adat, kesenian, dan watak
kebiasaan mereka masing-masing. Terdapat bermacam-macam agama dan
kepercayaan. Tetapi sukusuku atau kelompok-kelompok etnik, yang selama
berabad-abad telah mengalami nasib yang sama, bertekad hendak bersatu.
Bersama-sama sudah menderita dijajah oleh kaum kolonialis; hasrat keinginannya
hanya satu; tetap bersatu. Nasionalisme ini tidak boleh menjadi satu
chauvinisme.127 Oleh karena itu sila II ini tidak boleh lepas dari sila III. Artinya,
sila Kebangsaan atau Persatuan Indonesia dijiwai oleh sila Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab; kebangsaan yang ingin berhubungan secara serasi dengan
bangsa-bangsa lain di dunia.
keputusan. Dalam keputusan itu tak tercantumkan keinginan siapa saja dan tak
seorang pun boleh memaksakan kehendak pribadinya. Dalam musyawarah dan
memutuskan secara bersama - sama, kepala desa memegang pimpinan. Keputusan
terakhir disebut mufakat yaitu konsensus, kesepakatan bersama.128 Jadi
keputusan mufakat adalah langkah terakhir dari musyawarah yang berlangsung
lama. Pada waktu mempertimbangkan dan bersepakat kepala desa tidak
dibenarkan bertindak selaku pembesar dalam arti selaku orang yang mendikte,
akan tetapi sebagai kepala sosial suatu keluarag besar, seorang bapak bagi seluruh
persekutuan.
Cara berunding musyawarah untuk mufakat ini dilaksanakan bukan hanya
dalam rapat dan rembug desa, tetapi juga dalam forum sidang MPR, DPR pusat
sampai dengan DPRD tingkat II. Musyawarah untuk mufakat merupakan suatu
bentuk dan proses berunding yang tidak mengenal adanya usaha untuk saling
menghantam atau saling menjebak dengan akal muslihat supaya akhirnya dapat
tampil sebagai pemenang yang unggul dalam perdebatan. Musyawarah untuk
mufakat merupakan suatu metode dengan tukar pikiran, menyumbangkan
gagasan-gagasan berusaha untuk bersama-sama dapat menemukan kebenaran dan
kebaikan.
Dalam musyawarah orang boleh saja adu argumentasi dan berdiskusi. Hal ini
oleh Sukarno dikemukakan juga ketika ia berbicara tentang asas musyawarah
mufakat dalam sidang paripurna BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 yang dikenal
dengan sebutan Lahirnya Pancasila:
Dalam perwakilan, nanti ada perjuangan sehebat-hebatnya. Tidak ada suatu staat
yang hidup betul-betul jikalau dalam badan perwakilannya tidak seakan-akan
bergolak mendidih kawah Candradimuka, kalau tidak ada perjuangan faham di
dalamnya.
Demokrasi Indonesia memang tidak mengenal oposisi, dalam arti kelompok
atau partai yang a priori menentang pendirian orang yang sedang berkuasa. Tetapi
perbedaan pendapat mempunyai tempat dalam demokrasi Pancasila.129 Orang
boleh saja mengemukakan pendapat dan pendiriannya yang berbeda dengan
pendapat orang yang berkuasa, asal caranya menurut aturan permainan yang
benar. Dalam perundingan orang jangan menuruti emosinya atau jangan
memaksakan kehendaknya sendiri, melainkan supaya berbicara dengan bijaksana.
Kebebasan memang dijunjung tinggi, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab.
Di dekat kota Palembang ada sebuah batu dengan prasasti Kedukan Bukit
(683). Menurut Prof. Muhammad Yamin batu itu merupakan peninggalan
Grndungsakt kerajaan Sriwijaya. Tulisannya berbunyi: Marwuat wanua
Sriwijaya jaya siddhayatra subbiksa. Oleh M. Yamin diterjemahkan: Mereka
mendirikan negara Sriwijaya agar jaya sejahtera sentosa. Jadi negara Sriwijaya
didirikan bukan untuk keagungan dinasti Syailendra, melainkan untuk
kesejahteraan rakyatnya.130 Kata siddhayatra adalah sejahtera dalam bahasa
Indonesia. Ideologi Pancasila jelas bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya
kesejahteraan rakyat. Prof. Djojodiguno menulis:
Kita ini rakyat yang terikat secara sosial dan tradisional; kita masing-masing
bertindak atau bertingkah laku seperti semua orang lain, tiap orang bersifat
komunal.
Rumusan inilah yang kemudian dijadikan dasar negara, hingga sekarang
bahkan hingga akhir perjalanan Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekad
bahwa Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat dirubah oleh siapapun, termasuk
oleh MPR hasil pemilu. Jika merubah dasar negara Pancasila sama dengan
membubarkan negara hasil proklamasi (Tap MPRS No. XX/MPRS/1966).
2.2 Ideologi Komunis
2.2.1
masyarakat yang makmur, masyarakat komunis tanpa kelas dan semua orang
sama. Komunisme ditandai dengan prinsip sama rata sama rasa dalam bidang
ekomomi dan sekularisme yang radikal tatkala agama digantikan dengan ideologi
komunias yang berseifat doktriner. Jadi, menurut ideologi komunis, kepentingankepentingan individu tunduk kepada kehendak partai, negara dan bangsa
(kolektivisme).
2.2.2
No
Komunisme
Pancasila
Liberalisme
1.
Atheis
Monotheisme
Sekuler
2.
HAM diabaikan
HAM dilindungi
HAM dijunjung
tanpa melupakan
No
3.
4.
Komunisme
Pancasila
Liberalisme
kewajiban asasi
secara mutlak
Nasionalisme
Nasionalisme
Nasionalisme
ditolak
dijunjung tinggi
diabaikan
Keputusan melalui
Keputusan melalui
Keputusan ditangan
musyawarah mufakat
voting
pimpinan partai
dan voting
(pemungutan
(pemungutan suara)
suara)
Dominsi mayoritas
5.
Dominasi partai
6.
7.
8.
Ada oposisi
Tidak ada
Ada perbedaan
Ada perbedaan
perbedaan
pendapat-pendapat
pendapat
Kepentingan
Kepentingan seluruh
Kepentingan
negara-negara
rakyat
mayoritas
2.3
Ideologi Sosialisme
2.3.1
Pengertian sosialisme
kapitalisme sebagai bentuk pertama dari masyarakat baru dan dalam kerjanya
tidak menerima bantuan dari kapitalisme, termasuk hal yang bersifat sosial.
Sedangkan komunisme adalah masyarakat yang lebih tinggi, di mana hanya dapat
berkembang jika sosialisme mempunyai kedudukan yang kuat. Apabila dalam
masyarakat sosialis penghisapan manusia atas manusia lainnya sudah berakhir,
alat-alat produksi dimiliki sepenuhnya oleh kaum buruh, serta setiap manusia
memberi menurut kemampuaannya dan menerima sesuai dengan bobot
pekerjaannya sebagi wujud usahanya untuk menwujudkan masyarakat tanpa
kelas; tidak ada kelas yang menghisap dan dihisap. Sedangkan pada masyarakat
10
11
Dalam Sosialisme Karl Marx, paling tidak ada 3 (tiga) pemikiran yang
mempengaruhi Karl Marx, yaitu ajaran Hegel, filsafat materialisme Feuerbach,
dan teori revolusioner Perancis (terutama gagasan-gagasan para sosialisme utopis)
Ajaran G.W.F Hegel (1770-1831) : Metode untuk mendekati, memahami,
dan mempelajari gejala alam, Marx mengambil dari materialisme, dialektika
Hegel. Materialisme dialeketika Hegel menjadi inspirasi materialisme dialektika
Marx yang dikembangkan menjadi materialisme historis sebagai puncak prestasi
ilmiahnya. Bagi Hegel, alam adalah proses mengelar pikiran-pikiran yang
menimbulkan proses alam, sejarah manusia, organisme, dan kelembagaan
masyarakat. Materi baginya kurang rill dibandingkan jiwa. Pikiran atau jiwa
menurut Hegel esensi alam. Marx menolak idealisme Hegel tersebut dengan
membalikkan filsafatnya dan mengatakan materi pokok dari alam, bukan jiwa atau
pikiran. Pada organisasi ekonomi masyarakat misalnya, disini jelas menurut Marx
bahwa cara-cara produksi (materi) menentukan kelembagaan politik dan sosial
yang ada.
Dalam dialektika Hegel, dunia berada pada sebuah proses perkembangan
atau perubahan yang bersifat dialektika. Perubahan-perubahan tersebut
berlangsung melalui tahap afirmasi (tesis), pengingkaran (anti tesis), dan akhirnya
sampai pada tahap integrasi (sintesis). Marx kemudian menggagas materialis
dialektikanya berdasarkan materi dari materialisme dialektika Hegel. Jika bagi
Hegel dan kaum idealis pada umumnya alam merupakan buah hasil dari roh,
sedangkan bagi Marx dan Engels semua yang bersifat rohani merupakan hasil dari
materi.
Bagi Marx, kekuatan material (modal) menentukan dalam masyarakat,
termasuk perkembangan evolusi serta fenomena lain, onorganik, organic atau
manusia; kebiasaan dan tradisi politik, sosial dan agama. Yang menentukan
sejarah menurut Marx adalah produksi dan kelahiran manusia. Keterpesonaan
terhadap filsafat Hegel, Marx kemudian mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan yang mengerakkan bagaimana membebaskan manusia dari penindasan
sistem politik reaksioner.
12
13
14
16
penganutnya, Rusia telah runtuh, Jerman Timur (sekarang Jerman) akan kembali
menerapkan sistem kapitalis, meninggalkansistem sosialis. Sistem ekonomi
sosialis, termasuk di antarnya komunisme, mempunyaipandangan yang bertolak
belakang dengan sistem ekonomi kapitalis (Gus Fahmi, 2002:47-48 dalam
Septyo 2008).
Sosialisme sebagai falsafah hidup yang mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan individu, sama tuanya dengan aliran klasik bahkan lebih tua
lagi.Tetapi kalau yang dimaksudkan sosialisme yang mendasarkan suatu doktrin
ekonomiserta politik tertentu maka tidak lain yang dimaksudkan ialah sistem
ekonomi sosialis.Seperti dikemukakan oleh Jakob Oser bahwa aliran ini adalah
aliran yang menentangprinsip-prinsip ekonomi klasik yaitu: menolak ide laissef
dan menolak adanya pernyataanbahwa akan terjadi kepentingan yang harmonis di
antara kelas-kelas yang berbeda. Disamping itu aliran ini menjadi pembela dan
pelopor tindakan-tindakan yang mengarahpada kepemilikan perusahaan yang
bersifat publik untuk memperbaiki kondisimasnyarakat, pemilikan ini bisa
diselenggarakan oleh pemerintah pusat ataupunpemerintah daerah atau perusahaan
yang bersifat koperatif.
17
18
2.4.2
pengambilan kebijakan suatu negara. Hal ini tentu bertolak belakang dengan
asumsi realisme yang hanya menganggap adanya satu suara saja (yaitu suara
pemerintah) yang mewakili suara negara. Dengan demikian aktor non-negara
dalam suatu negara juga turut berperan di sini.
Liberalisme menginginkan perubahan ke arah yang positif
Asumsi ini didasari oleh kepercayaan bahwa setiap manusia itu pada
dasarnya mempunyai pandangan yang positif atau progresif. Pandangan progresif
tersebut dalam artian bahwa ada kemungkinan untuk mencapai perubahan yang
positif dalam hubungan internasional. Dengan kondisi seperti ini, maka secara
rasional, manusia atau yang dalam hal ini negara akan memikirkan kebijakan yang
rasional dengan cost yang paling minim. Karena perang dan konflik bukanlah
kondisi yang ideal dan akan memakan biaya yang sangat besar, maka tentunya
kaum liberal akan menghindari hal ini. Sebagai gantinya, kaum liberal
memandang bahwa dengan adanya kerjasama maka akan lebih menguntungkan
satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, yang dimaksud dengan ideal di sini
bukanlah kondis ideal yang sesempurna kaum utopis yang terdapat perdamaian
abadi dan tidak adanya konflik.
Adanya ketergantungan dan keterkaitan antar-negara
Liberalis tidak menganggap adanya perbedaan antara High Politics dan
Low Politics dalam isu hubungan internasional. Hal ini bertentangan dengan
pandangan realis yang menganggap bahwa hanya isu keamanan saja yang penting
dalam hubungan internasional. Isu ekonomi merupakan salah satu isu yang
penting. Kaum liberal percaya bahwa meskipun kondisi dunia internasional itu
anarki, akan tetapi sebenarnya setiap negara itu saling membutuhkan satu sama
lain terutama kebutuhan komoditas perekonomian masyarakat tiap negara.
Konsekuensi dari keadaan ini adalah adanya ketergantungan. Untuk mengatasi
adanya ketergantungan tersebut, maka kerjasama merupakan pilihan yang paling
rasional.
20
21
22
hewan yang telah berkembang sempurna, beberapa ras telah tertinggal dalam
proses evolusi, dan melalui seleksi alam, yang kuat akan bertahan dan yang
lemah tersingkir, telah menjadi sumber bagi banyak ideologi berbahaya
sepanjang abad ke-20, terutama fasisme.
2.5.2
Segera setelah akhir Perang Dunia I, rezim fasis pertama di abad ke-20
dibangun di Italia oleh Benito Mussolini. Ia diikuti oleh Hitler di Jerman dan
Franco di Spanyol. Pada tahun 1930-an, fasisme menjadi sebuah ideologi politik
yang populer, partai-partai fasis baik besar ataupun kecil didirikan di banyak
negara, dan kaum fasis berkuasa di Austria dan Polandia, sehingga seluruh Eropa
dipengaruhi oleh fasisme.
Ada banyak kesamaan antara fasisme di Eropa, di mana contoh fasisme
yang paling jelas terlihat, dengan fasisme di Amerika Latin dan Jepang, yang
gerakannya juga mengakar dan tumbuh subur. Secara umum, fasisme
memanfaatkan kondisi kekacauan dan ketidakstabilan dalam sebuah negara untuk
menunjukkan diri kepada rakyat sebagai ideologi penyelamat. Begitu
pemerintahan fasis terbentuk, rakyat dikendalikan dengan kombinasi ketakutan,
penindasan, dan teknik-teknik cuci otak.
Krisis Sosial: Lahan Subur bagi Fasisme
Pada dasarnya, kemiskinan Italia akibat perang Dunia I adalah faktor
terpenting dalam perkembangan kekuasaan fasisme. Lebih dari 600.000 orang
Italia tewas akibat perang itu, dan hampir setengah juta orang menjadi cacat.
Bagian terbesar dari populasi terdiri dari para janda yatim piatu. Negara itu
tertekan oleh resesi ekonomi dan angka pengangguran yang tinggi. Walau bangsa
Italia menderita kerugian besar dalam perang, mereka hanya mencapai sebagian
kecil dari tujuan mereka. Seperti halnya negara-negara lain yang lelah akibat
perang, bangsa Italia merindukan untuk memiliki kembali kehormatan dan
keagungan mereka sebelumnya.
Sebenarnya, ini adalah sentimen yang telah membangun kekuatan sejak
akhir abad ke-19. Italia modern bernostalgia dengan kebesaran Kekaisaran
23
Romawi, dan merasa berhak atas wilayah Romawi dahulu. Lagi pula, Italia
merasa bersaing dengan kekuatan-kekuatan utama di dunia dan berharap untuk
mengangkat dirinya ke kedudukan mereka, atau, ke "posisi yang selayaknya".
Karena pengaruh cita-cita ini, bangsa Italia berharap untuk menjadi sekuat Inggris
Raya, Prancis dan Jerman.
Krisis sosial, politik, dan ekonomi juga berperan penting dalam
pembentukan Nazisme di Jerman, yang telah kalah dalam Perang Dunia I.
Pengangguran dan krisis keuangan menambah kekecewaan akibat kekalahan itu.
Inflasi meningkat hingga tingkat yang jarang dapat disamai. Anak-anak kecil
bermain dengan uang kertas bernilai jutaan mark, karena uang, yang merosot
nilainya dalam hitungan jam, menjadi tak lebih dari selembar kertas nilainya.
Bangsa Jerman ingin memulihkan harga diri mereka yang hilang dan kembali ke
taraf hidup yang lebih baik. Dengan janji untuk memenuhi harapan-harapan
seperti ini, Nazisme muncul dan memperoleh dukungan.
Negara lain yang sangat dipengaruhi oleh fasisme adalah Jepang. Pada
masa Jepang pra-fasis, lapisan masyarakat yang lebih tinggi sangat kuatir dengan
perkembangan Marxisme di kalangan anak muda. Tetapi mereka tak mampu
menentukan bagaimana menyingkirkan ideologi yang merusak itu. Selain itu,
perubahan-perubahan sosial seperti itu sangat membingungkan bagi masyarakat
yang begitu terikat dengan tradisinya. Ikatan kekeluargaan melonggar, angka
perceraian meningkat, rasa hormat kepada kaum tua terkikis, adat dan tradisi
ditinggalkan, kecenderungan individualis mulai muncul, kemerosotan di kalangan
pemuda mencapai tingkat yang menyedihkan, dan angka bunuh diri mengalami
peningkatan yang mengkhawatirkan. Dalam kondisi-kondisi seperti ini, stabilitas
masyarakat Jepang di masa depan dianggap dalam bahaya. Semua hal di atas
membawa mereka kepada kenangan masa lalu. Kerinduan akan masa-masa
kejayaan dahulu dan usaha-usaha untuk membangkitkannya, merupakan jebakan
awal bagi rakyat yang membawa mereka terjerat sepenuhnya oleh rezim fasis.
Mangsa Empuk bagi Fasisme: Kaum tidak Terpelajar
24
Faktor lain yang membuka jalan bagi fasisme adalah kebodohan dan
rendahnya pendidikan dalam banyak masyarakat. Pendidikan mengalami
kemunduran hebat selama kekacauan Perang Dunia I. Banyak sekali kaum muda
terpelajar yang tewas dalam medan perang. Pada umumnya, hal ini
mengakibatkan kemunduran tingkat kebudayaan dalam masyarakat. Sebagian
besar pendukung fasisme adalah kaum tak terpelajar, mereka berjuang atas nama
fasisme, dan menjadi pion bagi kebijakan-kebijakan chauvinistiknya. Karena, ideide fundamental yang mendasari fasisme (yakni rasisme, nasionalisme romantik,
chauvinisme, dan fantasi) hanya dapat diterima luas oleh kalangan tak terpelajar,
yang mudah terbujuk oleh slogan-slogan mentah dan sederhana.
Orang-orang seperti itu, karena menganggap diri mereka terperangkap,
mencari jalan keluar yang mudah. Mereka merangkul para pemimpin fasis,
seakan-akan mereka adalah sabuk pengaman, sebagaimana diungkapkan Eric
Hoffer dalam bukunya The True Believer:
Tentang orang-orang yang terjun tanpa pikir panjang ke dalam usaha
perubahan besar, mereka pastilah mengalami ketidakpuasan yang sangat selain
kemiskinan, dan mereka pastilah memiliki perasaan bahwa dengan memegang
suatu doktrin yang kuat, pemimpin yang sempurna, atau teknik-teknik baru,
mereka memiliki akses ke sumber kekuatan yang menarik. Mereka pastilah juga
mempunyai gambaran yang berlebih-lebihan tentang kemungkinan dan
kemampuan di masa depan. Akhirnya, mereka pastilah tidak mengetahui sama
sekali kesulitan-kesulitan yang tersimpan dalam usaha perubahan besar mereka.
Teknik-Teknik Pencucian Otak
Ada sebuah kekhasan yang sangat buruk pada fasisme dan Nazi Jerman:
usaha untuk mencuci otak rakyatnya. Program ini dibangun dengan dua unsur
dasar, yakni edukasi dan propaganda.
Dalam Mein Kampf, Hitler menulis, "Propaganda adalah sebuah alat, dan
karenanya harus dinilai dengan melihat tujuannya Propaganda dalam Perang ini
merupakan suatu alat untuk mencapai sebuah tujuan, dan tujuan itu adalah
perjuangan demi eksistensi rakyat Jerman; karenanya, propaganda hanya dapat
25
dinilai sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku untuk perjuangan ini. Dalam
hal ini, senjata-senjata yang paling kejam menjadi beradab bila mereka mampu
membawa kemenangan yang lebih cepat Semua propaganda haruslah bersifat
umum dan tingkat intelektualnya harus disesuaikan dengan kecerdasan terendah di
antara sasaran propaganda. Maka dari itu, semakin besar massa yang ingin diraih,
harus semakin rendah tingkat intelektual."
Hitler memang sangat efektif dalam memanfaatkan propaganda. Sebagai
contoh, sutradara terkenal Leni Riefenstahl diminta untuk membuat sebuah film
propaganda Nazi, Olympia. Dalam Triumph of Will, film lain karya Riefenstahl,
Hitler digambarkan hampir seperti dewa. Ideologi pagan Nazi diagung-agungkan
dalam film-film ini, dan akhirnya memesona masyarakat. Olympia adalah salah
satu pusat dalam budaya pagan Yunani kuno. Kota Olympia, dengan patung Zeusnya yang terkenal, adalah simbol yang tepat bagi ideologi pagan Nazisme.
2.6 Ideologi Pancasila dan Agama
2.6.1
Jelaslah bahwa ada hubungan antara sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam
Pancasila dengan ajaran tauhid dalam teologi Islam. Jelaslah pula bahwa sila
pertama Pancasila yang merupakan prima causa atau sebab pertama itu (meskipun
istilah prima causa tidak selalu tepat, sebab Tuhan terus-menerus mengurus
makhluknya), sejalan dengan beberapa ajaran tauhid Islam, dalam hal ini ajaran
tentang tauhidus-shifat dan tauhidul-afal, dalam pengertian bahwa Tuhan itu Esa
dalam sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Ajaran ini juga diterima oleh agama-agama
lain di Indonesia (Thalib dan Awwas, 1999: 63).
Prinsip ke-Tuhanan Ir. Soekarno itu didapat dari - atau sekurangkurangnya diilhami oleh uraian-uraian dari para pemimpin Islam yang berbicara
mendahului Ir. Soekarno dalam Badan Penyelidik itu, dikuatkan dengan
keterangan Mohamad Roem. Pemimpin Masyumi yang terkenal ini menerangkan
bahwa dalam Badan Penyelidik itu Ir. Soekarno merupakan pembicara terakhir;
dan membaca pidatonya orang mendapat kesan bahwa pikiranpikiran para anggota
yang berbicara sebelumnya telah tercakup di dalam pidatonya itu, dan dengan
sendirinya perhatian tertuju kepada (pidato) yang terpenting. Komentar Roem,
Pidato penutup yang bersifat menghimpun pidato-pidato yang telah diucapkan
sebelumnya (Thalib dan Awwas, 1999: 63).
Prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna bahwa manusia
Indonesia harus mengabdi kepada satu Tuhan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan
mengalahkan ilah-ilah atau Tuhan-Tuhan lain yang bias mempersekutukannya.
Dalam bahasa formal yang telah disepakati bersama sebagai perjanjian bangsa
sama maknanya dengan kalimat Tiada Tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa. Di
mana pengertian arti kata Tuhan adalah sesuatu yang kita taati perintahnya dan
kehendaknya. Prinsip dasar pengabdian adalah tidak boleh punya dua tuan, hanya
satu tuannya, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Jadi itulah yang menjadi misi utama
tugas para pengemban risalah untuk mengajak manusia mengabdi kepada satu
Tuan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Kitab Ulangan 6:4-5, Matius 6:24, Lukas 16:
13, Quran surat: Al Muminun [23]: 23 dan 32) (Mulyantoro, 2012).
28
2.6.2
Arifin menegaskan bahwa sebagian besar kyai dan umat Islam Indonesia
berpendapat bahwa menerima Pancasila hukumnya wajib (Moesa, 2007: 124) .
Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat
berjalan saling menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan
dan tidak boleh dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan
sekaligus membuang dan menanggalkan yang lain. Selanjutnya Kiyai Achamd
Siddiq menyatakan bahwa salah satu hambatan utama bagi proporsionalisasi ini
berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yang datang
dari dua arah (Zada dan Sjadzili (ed), 2010: 79).
Agama-agama dimandatkan oleh GBHN 1988 bahwa semua golongan
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara terus-menerus
dan bersamasama meletakkan landasan moral, etika dan spiritual yang kokoh bagi
pembangunan nasional sebagai pengalaman Pancasila (Soetarman, 1996: 64).
Dalam konteks pelaksanaan mandat GBHN ini (meskipun GBHN secara formal
sudah tidak berlaku tapi spirit hubungan agama dan pembangunan masih sesuai),
maka agama-agama harus mampu mengembangkan kerja sama dalam rangka
menghadapi masalah-masalah yang dihadapi bersama (Soetarman, 1996: 65).
Pancasila dan agama dapat diaplikasikan seiring sejalan dan saling
mendukung. Agama dapat mendorong aplikasi nilai-nilai Pancasila, begitu pula
Pancasila memberikan ruang gerak yang seluas-luasnya terhadap usaha-usaha
peningkatan pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama (Eksan, 2000).
Abdurrahman Wahid (Gusdur) pun menjelaskan bahwa sudah tidak relevan lagi
untuk melihat apakah nilai-nilai dasar itu ditarik oleh Pancasila dari agama-agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena ajaran agama-agama
juga tetap menjadi referensi umum bagi Pancasila, dan agamaagama harus
memperhitungkan eksistensi Pancasila sebagai polisi lalu lintas yang akan
menjamin semua pihak dapat menggunakan jalan raya kehidupan bangsa tanpa
terkecuali (Oesman dan Alfian, 1990: 167-168).
Moral Pancasila bersifat rasional, objektif dan universal dalam arti berlaku
bagi seluruh bangsa Indonesia. Moral Pancasila juga dapat disebut otonom karena
30
nilainilainya tidak mendapat pengaruh dari luar hakikat manusia Indonesia, dan
dapat dipertanggungjawabkan secara filosofis. Tidak dapat pula diletakkan adanya
bantuan dari nilai-nilai agama, adat, dan budaya, karena secara de facto nilai-nilai
Pancasila berasal dari agama-agama serta budaya manusia Indonesia. Hanya saja
nilai-nilai yang hidup tersebut tidak menentukan dasar-dasar Pancasila, tetapi
memberikan bantuan dan memperkuat (Anshoriy, 2008: 177). Sejalan dengan
pendapat tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan
dalam Sambutan pada Peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober 2005.
Bangsa kita adalah bangsa yang relijius; juga, bangsa yang menjunjung
tinggi, menghormati dan mengamalkan ajaran agama masing-masing. Karena itu,
setiap umat beragama hendaknya memahami falsafah Pancasila itu sejalan dengan
nilai-nilai ajaran agamanya masing-masing. Dengan demikian, kita akan
menempatkan falsafah negara di posisinya yang wajar. Saya berkeyakinan dengan
sedalam-dalamnya bahwa lima sila di dalam Pancasila itu selaras dengan ajaran
agama-agama yang hidup dan berkembang di tanah air. Dengan demikian, kita
dapat menghindari adanya perasaan kesenjangan antara meyakini dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama, serta untuk menerima Pancasila sebagai
falsafah negara (Yudhoyono dalam Wildan (ed.),2010: 172).
Dengan penerimaan Pancasila oleh hampir seluruh kekuatan bangsa,
sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk mempertentangkan nilai-nilai Pancasila
dengan agama mana pun di Indonesia. Penerimaan sadar ini memerlukan waktu
lama tidak kurang dari 40 tahun dalam perhitungan Maarif, sebuah pergulatan
sengit yang telah menguras energi kita sebagai bangsa. Sebagai buah dari
pergumulan panjang itu, sekarang secara teoretik dari kelima nilai Pancasila tidak
satu pun lagi yang dianggap berlawanan dengan agama. Sila pertama berupa
Ketuhanan Yang Maha Esa dikunci oleh sila kelima Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, dari sudut pemahaman saya sebagai seorang Muslim,
sejalan dan senyawa dengan doktrin tauhid yang menuntut tegaknya keadilan di
muka bumi (Maarif, 2012).
31
32
sesuai dengan nilainilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma Hukum
positif maupun norma moral baik moral agama maupun moral para penyelenggara
negara.
Negara pda hakikatnya adalah merupakan berkatrahmat Allah yang Maha
Esa.
Berdasarkan kesimpulan Kongres Pancasila (Wahyudi (ed.), 2009: 58),
dijelaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Religiusitas
bangsa Indonesia ini, secara filosofis merupakan nilai fundamental yang
meneguhkan eksistensi negara Indonesia sebagai Negara yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar kerohanian bangsa
dan menjadi penopang utama bagi persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka
menjamin keutuhan NKRI. Karena itu, agar terjalin hubungan selaras dan
harmonis antara agama dan negara, maka negara sesuai dengan Dasar Negara
Pancasila wajib memberikan perlindungan kepada agama-agama di Indonesia.
Rodee dkk (1995: 54) menyatakan bahwa homogenitas kebudayaan adalah
suatu kekuatan luar biasa yang bekerja atas nama identitas nasional. Pada paparan
selanjutnya, secara implisit Rodee menyatakan bahwa identitas nasional akan
berpengaruh terhadap kestabilan negara. Realitas negara dan bangsa Indonesia
teramat heterogen secara budaya, bahkan paling heterogen di dunia, lebih dari itu
33
Bidang Ekonomi
Pancasila : Peran Negara ada untuk tidak terjadi monopoli dan lain-lain
Agama
diutamakan kebersamaan.
Komunisme : Agama harus dijauhkan dari masyarakat, atheis.
Liberalisme : Agama urusan pribadi, bebas beragama ( memilih
agama/atheis).
Fasisme : Menolak konsep persamaan tradisi yahudi kristen (dan juga
Islam) yang berdasarkan aspek kemanusiaan, dan menggantikan dengan
ideologi yang mengedepankan kekuatan.
2.7.4
35
menolak dogmatis.
Fasisme : Pemerintahan bersifat otoriter dan totaliter, Sistem pemerintahan
satu partai, negara dijadikan alat permanen untuk mencapai tujuan negara,
mempercayai adanya perbedaan antara orang yang memerintah dan yang
diperintah, antara elite dan massa, membenci kemerdekaan berbicara dan
berkumpul.
2.8 Persamaan Ideologi Pancasila Dengan Yang Lain
Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide,
36
DAFTAR PUSTAKA
Avianto,Dicky . 2013 . Pandangan Realisme, Liberalisme Dan Konstruktivisme
Terhadap Mercosur Sebagai Institusi Perdagangan Regional Di
Amerika Selatan . Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Hubungan Internasional . Depok
Elisa,2009 . Teori Politik Sosialisme Komunis . Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik . Jogjakarta .
Hosang,Christian . 2011 . Pandangan Paradigma Realisme, Liberalisme,Dan
Konstruktivisme Terhadap Asean Politicalsecurity Community
2015 Sebagai Kerjasamakeamanan Di Kawasan Asia Tenggara .
FISIP UI . Depok
Septyo, Boris . 2008 . Pemikiran Karl Marx Tentang Ekonomi Perspektif Islam .
Fakultas Agama Islam UMS . Surakarta.
Syarbani, H. Syahrial. 2012. Pancasila Dan Liberalisme, Komunisme Serta
Agama. Modul Ajar Pancasila.
Yahya, Harun. 2013. Fasisme:Ideologi Berdarah Darwinisme. Buku cetakan ke-2.
37