Anda di halaman 1dari 15

Analisis Kualitatif dan kuantitatif

ATTEMPT II.
A. TITLE
: KONSEP ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITAIF
B. PURPOSE
: Mahasiswa mampu menganalisis secara kuantitatif dan
kualitatif sampel atau bahan paraktikum.
C. COGNITIVE BASIC :
Pada dasarnya, konsep analisis kimia dapat dibagi atas 2 bagian:
1. analisis kualitatif, analisis yang berhubungan dengan identifikasi
suatu zat atau campuran yan tidak diketahui.
2. analisis kuntitatif, analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat
tertentu yang ada dalam suatu sample (contoh).
Ada dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi komponenkomponen suatu senyawa. Langkah identifikasi ini dikenal sebagai analisis kualitatif
sedangkan estimasinya adalah analisi kuantitatif.
Walaupuan analisis kualitatif sudah banyak ditingagalkan, namun analisis kualitatif
ini merupakan aplikasi prinsip-prnsip umum dan konsep-konsep dasar yang telah
dipelajari dalam kimia dasar. Analisis kualitatif digunakan sebelum analisis
kuantitatif. Setelah mengetahui komponen/ pengotor apa melelui analisis kualitatif,
barulah dilakukan analisis kuantitatif. Tujuan utama analisis kauntittatif adalah
unutk mengetahui kuantitas (jumlah) dari setiap komponen yang menyusun analit.
Langkah ini terbilang sederhana.
Dalam analisis kualitatif pengamatan visual merupakan hal yang penting. Bila kita
dihadapkan pada suatu larutan yang tidak diketahui, pertanyaan yang timbul adalah
apakah warnanya? . Warna adalah penting, karena beberapa ion anorganik dapat
diketahui dari warnanya yang spesifik. Walau demikian kita tidak boleh menarik
kesimpulan secara tepat terutama bila yang dianalisi berupa larutan yang terdiri atas
campuran beberapa ion harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi
kesimpulan yang salah.
Misalnya, larutan yang mengandung ion Co2+ berwarna pink dalam larutan yang
mengandung Ni2+ berwarna hijau, bila saling bercampur menjadi tidak berwarna.
Amatan visual berkaitan dengan warna dari sampel padatan juga penting. Warnawarna endapan yang dihasilkan dari reaksi dalam larutan kadang-kadang
menunjukan identitas dari endapan yang terbentuk. Larutan Pb2+ dan I- keduanya
tidak berwarna, yang apabila dicampurkan akan terbentuk endapan kuning terang
dari PbI2. komponen-komponen penyusun campuran padat seringkali diidentifikasi
dari masing-masing warnanya.
Analisis kuantitatif dapat diklasifikasikan dengan dasar perbedaan metode analisis
atau diklasifikasikan dengan dasar skala analisisnya.
Analisis kuantitatif menghasilkan data numerik yang memilki satuan tertentu. Data
analisis kuantitatif umumnya dinyatakan dalam satuan volume, berat maupun
konsentrasi dengan menggunakan analisis tertentu. Analisis kuantitatif agak lebih
rumit.
Analisa kuantitatif adalah pendekatan sains untuk dipergunakan dalam
pengambilan keputusan Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa

banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan
tesebut, sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah
sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis jika zat yang dianalisa
menyusun lebih 1% dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai konstituen utama.

Analisis kuantitatif dapat diklasifikasikan dengan dasar metode analisis atau


diklasifikasikan berdasarkan skala analisisnya. Klasifikasi itu dapat dibagi atas
metode-metode yang mencakup metode analisis klasik seperti gravimetri atau
volumetri dan yang mencakup instrumentasi cangih, yang kemudian dikenal sebagai
tekhnik analisis moderen. Pada mulanya metode yang baru ini tidak dapat menjamin
hasil yang reprodusibel. Untuk mendapatkan hasil yang reprodusibel maka harus
diperoleh contoh yang benar-benar reprpresentaitif dan bebas dari unsur-unsur
pengganggu. Karena unsur-unsur pengganggu dapat membuat hasil pengukuran
yang tidak akurat.
Masalah seorang analis yang berhubungan dengan penarikan sampel dan unsurunsur pengganggu dapat teratasi dengan pengetahuan penarikan sampel yang baik,
netode pemisahan yang cukup sempurna seperti ekstraksi pelarut, pertukaran ion
dan berbagai metode kromatografi. Namun, dapat dikatakan bahwa metode-metode
isilasi dan pemurnian seperti ini belum cukup banyak. Bila jumlah contohnya
berkisar pada konsentrasi milligram, langkah yang digunakan adalah gravimetric
atau volumetri. Bila komponen yang dianalisa terdapat pada konsentrasi yang sangat
rendah, digunakan metode-metode optik atau spektroskopi seperti UV-visible.
Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi suatu zat, fokus kajiannya adalah
unsur apa yang terdapat dalam suatu sampel (contoh). Analisis kualitatif sampel
terdiri atas golongan kation.
Pada dasarnya konsep analisis kimia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1. analisis kualitatif, analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau
campuran yang tidak diketahui
2. analisis kuantitatif, analisis kimia yang menyangkut penentuanjumlah zat
tertentu yang ada didalam suatu sample (contoh)
ada dua aspek penting dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan identifikasa.
Kedua aspek ini dilandasa oleh kelarutan, keasaman pembentukan senyawa
kompleks, oksidasi reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Sifat-sifat ini sebagai sifat
periodik menunjukkan kecenderungan dalam kelarutan klorida, sulfide, hidroksida
karbonat sulfat dan garam-garam lainnya dari logam.
Walaupun analisis kualitatif (analisis klasik) sudah banyak ditinggalkan, namun
analisis kualitatif inimerupakan aplikasi prinsip-prinsip umum dan konsep-konsep
dasar yang telah dipelajari dalam kimia dasar.
Setelah melakukan analisis kualitatif, diketahui komponen apa atau pengotor apa
yang ada dalam sample tertentu, seringkali ditemukan informasi tambahan
mengenai berapa banyaknya masing-masing komponen atau pengotor tersebut.
Beberapa tekhik analisis kuantitatif diklasifikasikan atas dasar:
1. pengukuran banyaknya pereaksi yang diperlukan untuk menyempurnakan suatu
reaksi / banyaknyahasil reaksi yang terbentuk.
2. pengukuran besarnya sifat listrik (misalnya potensiometri)
3. pengukuran sifat optis (pengukuran obsorbans)
4. kombinasi dari 1 dan 2 atau 1 dan 3.
Analisis kimia kuantitatif yang klasik menyangkut analisis grafimetri dan
titrimetri. Dalam analisis grafimetri, zat yang akan ditentukan diubah ke dalam
bentuk endapan yang sukar larut, selanjutnya dipisah dan ditimbang.
Sedangkan analisis titrimetri yang sering disebut analisis volumetric, zat yang
akan ditentukan dibiarkan bereaksi dengan suatu pereaksi yang diketahui sebagai
larutan standar (baku). Kemudian volume larutan tersebut yang diperlukan untuk
dapat bereaksi sempurna tersebut diukur. Selain kedua metode analisis tersebut
diatas, dalam analisis dasar ini akan dipelajari pula metode spektroskopi absorbsi.
1. Sistematika analisis kation

Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui,
pertama kali adalah membuat sample (contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan
(larutan). Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang
mungkin ada.
Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai
konsentrasi dalam suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan pemisahan ion
terlebih dahulu melalui proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan
kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion yang
akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan reagen (pereaksi)
tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan
karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu.
Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara
sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masig-masing
golongan kedalam sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam
golongan didasarkan perbedaan sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi
yang akan mengendapkan klorida dari ion-ion timbal (Pb2+),perak (Ag+) dan raksa
(Hg2+). Setelah ion-ion ini diendapkan dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam
larutan tersebut dapat diendapkan dan penambahan H2S dalam suasana asam
setelah endapan dipisahkan perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu
memungkinkan terpisah golongan ini.
Jadi dalam analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam
lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi antara lain
adalah asam klorida (HCl),hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium
karbonat.
Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,
sulfida dan karbonat dari kation-kation tersebut. Skema dibawah ini
memperlihatkan pemisahan-pemisahan kation-kation dalam golongan I sampai
dengan V berdasarkan sifat kimianya. Setelah pemisahan dilakukan uji spesifik
untuk masing-masing kation.
Analisis golongan kation
Pada analisis sistematik dari kation maka golongan logam-logam yang akan
diidentifikasi dipisahkan menurut golongan berikut:
- Golongan I, Disebut golongan asam klorida terdiri atas: Pb2+, Ag+, Hg2+
- Golongan II, disebut golongan hidrogen sulfida, terdiri atas: As, Sn, Sb, Cu, Pb2+,
Bi2+, Hg2+, Cd2+
- Golongan III, disebut golongan amonium sulfida terdiri atas: Al, Cr, Fe, Zn, MN,
Co, dan Ni
- Golongan IV, disebut golongan amonium karbonat, terdiri atas: Ba, Sr, dan Ca
- Golongan V, disebut golongna sisa, terdiri atas: Mg, K, NH4+
Analisis golongan anion
Analisis anion dilakukan dengan mengamati perubahan spesifik dari sampel yang
diuji meliputi perubahan warna/terjadinya gas/bau dari sampel yang diuji, atas
penambahan asam sulfat encer atau pekat. Untuk menganalisis anion dalam larutan,
maka harus bebas dari logam berat dengan cara menambah larutan Na2CO3 jenuh,
lalu dididihkan. Dalam hal ini logam-logam tersebut akan terlarutkan sebagai garam
karbonat, sedangkan anionnya terlarut sebagai garam natrium.
Analisis kuantitatif fokus kajiannya adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu
(analit) yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif terhadap suatu sampel terdiri
atas empat tahapan pokok:
1. Pengambilan atau pencuplikan sampel (sampling), yakni memilih suatu sampel

yang mewakili dari bahan yang dianalisis.


2. Mengubah analit menjadi suatu bentuk sediaan yang sesuai untuk pengukuran.
3. Pengukuran.
4. Perhitungan dan penafsiran pengukuran.
Langkah pengukuran dalam suatu analisis dapat dilakukan dengan cara-cara kimia,
fisika, biologi. Teknik laboratorium dalam analisis kuantitatif digolongkan ke dalam
titrimetri (volumetri), gravimetri dan instrumental. Analisis titrimetri berkaitan
dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang
diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Pada cara gravimetri pengukuran
menyangkut pengukuran berat. Istilah analisis instrumental berhubungan dengan
pemakaian peralatan istimewa pada langkah pengukuran.
Metode yang baik dalam suatu analisis kuantitatif seharusnya memenuhi kriteria
yaitu:
1) Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan
kadar senyawa dalam konsentrasi yang kecil. Misalnya pada penetapan kadar zat-zat
beracun, metabolit obat dalam jaringan dan sebagainya.
2) Presisi (Precise), artinya dalam suatu seri pengukuran (penetapan) dapat
diperoleh hasil yang satu sama yang lain hampir sama.
3) Akurat (Accurate), artinya metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean)
yang sangat dekat dengan nilai sebenarnya (true value).
4) Selektif, artinya untuk penetapan kadar senyawa tertentu, metode tersebut tidak
banyak terpengaruh oleh adanya senyawa lain yang ada.
5) Praktis, artinya mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu dan
biaya.
Syarat ini perlu sebab banyak senyawa-senyawa yang tidak mantap apabila waktu
penetapan terlalu lama. Pemilihan metode yang memenuhi semua syarat di atas
hampir tidak mungkin kita peroleh, sehingga perlu kita pilih kriteria yang sesuai
dengan keadaan sampel yang kita uji. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode analisis adalah tujuan analisis, macam dan jumlah bahan yang dianalisis,
ketepatan dan ketelitian yang diinginkan, lamanya waktu yang diperlukan untuk
analisis, dan peralatan yang tersedia. Misalnya apabila sampel terlalu kecil kadarnya,
maka sensitivitas menjadi dasar pemilihan metode analisis. Kriteria utama yang
perlu diperhatikan dalam suatu analisis adalah ketepatan, ketelitian, dan selektifitas
Kesetimbangan
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi berikut:
aA + bB _ cC + dD
adalah : K = [C]c + {D]d
[A]a + [B]b
Nilai K tersebut konstan pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam analisa kualitatif
nilai K tersebut dapat digunakan untuk menggeser kesetimbangan ke arah reaksi
yang dikehendaki. Kesetimbangan kimia dapat digeser ke arah pembentukan hasil
reaksi dengan menambahkan lebih banyak pereaksi atau dengan mengeluarkan
salah satu hasil reaksi dari sistem kesetimbangan. Dalam prakteknya hal ini berarti
menambahkan pereaksi-pereaksi dengan berlebih, atau mengeluarkan hasil reaksi
dari fase larutan misalnya dengan pengendapan, penguapan atau pun ekstraksi.
Pergeseran kesetimbangan juga dapat dilakukan dengan cara merubah suhu atau
pun tekanan.
Reaksi Pengendapan
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa
kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna

yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau


pun sentrifus. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan
zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi
molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti
tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan
dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif,
karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer.
Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada
beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan
karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya,
pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan
ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I)
dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb
sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan
bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran
larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya
kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam
prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih.
Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan eek
yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya
pembentukan kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu tersebut. Sedangkan
adanya ion asing menyebabkan kelarutan endapan menjadi sedikit bertambah,
kecuali jika terjadi reaksi kimia antara endapan dengan ion asing. Penambahan ion
asing seperti penambahan asam atau basa kuat dan ligan dapat menyebabkan
endapan menjadi larut kembali, Contohnya pada reaksi berikut:
Ni(OH)2 (s) + 2H+ Ni2+ + 2H2O
AgCl (s) + 2NH3
Ag(NH3)2+ + ClPerubahan kelarutan karena komposisi pelarut mempunyai sedikit arti penting
dalam analisis kualitatif. Meskipun kebanyakan pengujian dilakukan dalam larutan
air, dalam beberapa hal lebih menguntungkan jika digunakan pelarut lain misalnya
pelarut organik seperti alkohol,eter, dan lain-lain. Hasil kali kelarutan suatu
endapan yang dipangkatkan dengan bilangan yang sama dengan jumlah masingmasing ion bersangkutan menghasilkan tetapan yang dikenal dengan Ksp. Misalnya,
jika endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya:
AgCl
Ag+ + ClMaka Ksp = [Ag+]1 [Cl-]1
Tetapan ini dalam analisis kualitatif mempunyai nilai yang berarti, karena tidak saja
dapat menerangkan, tetapi juga dapat membantu meramalkan reaksi-reaksi
pengendapan. Jika hasil kali ion lebih besar dari hasil kali kelarutan suatu endapan,
maka akan terbentuk endapan, sebaliknya jika hasil kali ion lebih kecil dari hasil kali
kelarutan maka endapan tidak akan terbentuk. Berdasarkan nilai Ksp ini maka
kation-kation dapat dipisahkan menjadi beberapa kelompok kecil yang selanjutnya
dapat memudahkan identifikasi masing-masing kation.

D. TOOL AND MATERIAL :


No Name Tool Image Function
1 Gelas Kimia

Berfungsi untuk diletakkannya larutan


2 Pipet Tetes
Untuk meneteskan larutan dengan jumlah kecil.
3 Rak Tabung
Tempat tabung reaksi
4 Tabung Reaksi

Untuk mereaksikan zat


5 Gelas Ukur

untuk mengukur reagen yang digunakan

1)

1.
2.

1.
2.
2)

1.
2.
3.

Material:
NaOH
Sifat Fisik:
Warna putih
Massa molar 39,9971 g/mol
Sifat Kimia:
Larut dalam air
Kebasaan (pkb) -2,34
H2SO4
Sifat Fisik:
Cairan bening
Titik leleh 10 0C
Titik didih 330 0C
Sifat Kimia:
Asam kuat
3) HCl
Sifat Fisik:
1. Cairan tak berwarna
2. Titik leleh: 27,32 0C
3. Titik didih 110 0C (303 K)
Sifat Kimia:
1. Korosif

2. Asam kuat
4) NH3:
Sifat Fisik:
1. Tak berwarna
2. Densitas: 0,86 kg/m3
Sifat Kimia:
1. Larut dalam air
2. Beracun
3. Korosif
4. Kebasaan (pkb) 4,75
5) K2CrO4
Sifat Fisik:
1. Warna kuning
2. Densitas: 2,7320 g/cm3
Sifat Kimia:
1. Larut dalam air
2. Tidak larut dalam alcohol
3. Beracun
4. iritan
6) AgCl2
Sifat Fisik:
1. Warna putih
2. Massa molar 143,32 g/mol
Sifat Kimia:
1. Larut dalam NH3, HCl, H2SO4
2. tidak larut dalam alkohol
7) NH4OH
Sifat Fisik:
1. Cairan tak berwarna
2. Kerapatan 0,91 g/cm3 (32%)
Sifat Kimia:
1. Korosif
2. Larut dalam air
8) KI:
Sifat Fisik:
Kelarutan dalam air 140 g/100 ml (20 0C)
Sifat Kimia:
Larut dalam aseton, salkohol dan ammonia
9) Na2CO3:
Sifat Fisik:
Kelarutan dalam air 215 g/L (20 0C)
Sifat Kimia:
Kebasaan pKb 4,67. Dapat berupa anhidrat, monohidrat hingga dekahidrat

E. WORKING PROCEDURE :

1) Sample A

Menambahkan HCl
Menambahkan KCN
Menambahkan NH3
Menambahkan NaOH

2) Sampel B

3) Sampel C

lm

Menambahkan KI

Menambahkan K2CrO4

4) Sampel D

5) Sampel E

6) Sampel F

F. OBSERVING RESULT
PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN
SAMPEL A:
Ditambahkan HCl Terbentuk
Ditambahkan NH3 Terbentuk

putih
putih

Ditambahkan NaOH Terbentuk

putih

Ditambahkan KI Terbentuk sedikit

kuning

Ditambahkan K2CrO4 Terbentuk


kuning
Ditambahkan KCN Terbentuk sedikit
putih
Ditambahkan Na2CO3 Terbentuk
SAMPEL B
Ditambahkan HCl Terbentuk

putih

putih

Ditambahkan NH3 Terbentuk cokelat


Ditambahkan NaOH Terbentuk cokelat
Ditambahkan KI Terbentuk

kuning

Ditambahkan K2CrO4 Terbentuk

merah

Ditambahkan KCN Terbentuk putih


Ditambahkan Na2CO3 Terbentuk putih kekuningan
SAMPEL C
Ditambahkan NH4OH Tidak terjadi perubahan
Ditambahkan NH3 Terbentuk
biru
Ditambahkan NaOH Terbentuk
Ditambahkan KI Terbentuk

biru

putih

SAMPEL D
Ditambahkan NH4OH Terbentuk

putih

Ditambahkan NaOH Larutannya larut


Ditambahkan Na2CO3 Nya terlarut
SAMPEL E
Ditambahkan H2SO4 Terbentuk putih
Ditambahkan K2CrO4 Terbentuk
kuning
Ditambahkan NH3 Tidak ada perubahan

Ditambahkan Na2CO3 Terbentuk


SAMPEL F
Ditambahkan NaOH Terbentuk
Ditambahkan NH4OH Terbentuk
Ditambahkan NH3 Terbentuk

putih
putih
putih
putih

G. WORKING THROUGH
Pada dasarnya, konsep analisis kimia dapat dibagi atas 2 bagian:
1. analisis kualitatif, analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau
campuran yan tidak diketahui.
2. analisis kuntitatif, analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat
tertentu yang ada dalam suatu sample (contoh).
Ada dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi komponenkomponen suatu senyawa. Langkah identifikasi ini dikenal sebagai analisis kualitatif
sedangkan estimasinya adalah analisi kuantitatif.
Analisis kuantitatif adalah pengukuran banyaknya komponen yang diinginkan
Dalam cuplikan yang dianalisis. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan
berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang
ditetapkan tesebut, sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun
entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis jika zat yang

dianalisa menyusun lebih 1% dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai
konstituen utama.
Pertama-tama Sampel A ini ditambahkan HCl terbentuk endapan putih PbCl2,
kemudian ditambahkan NH3 terbentuk endapan putih, ditambahkan NaOH masih
tetap terbentuk endapan putih, setelah ditambahkan KI terbentuk sedikit endapan
kuning, ditambahkan K2CrO4 terbentuk endapan kuning, kemudian ditambahkan
KCN terjadi perubahan yaitu sedikit endapan putih, setelah itu ditambahkan lagi
Na2CO3 terbentuk endapan putih sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel ini
merupakan Pb2+. Berikut reaksi-reaksinya:
Pb2+ + HCl PbCl2
Pb2+ + NH3 Pb(NH3)42+
Pb2+ + NaOH
Pb(OH)2
Pb2+ + KI PbI2
Pb2+ + K2CrO4
Pb(CrO4)2
Pb2+ + KCN
Pb(CN)2
Pb2+ + Na2CO3
PbCO3
Sampel B pertama-tama ditambahkan HCl sehingga terbentuk endapan putih,
kemudian ditambahkan lagi NH3 sehingga endapannya berubah menjadi berwarna
cokelat, selanjutnya ditambahkan lagi NaOH endapan tetap berwarna cokelat, hal ini
mulai mengindikasikan bahwa sampel tersebut mengandung ion Ag+. Untuk
meyakinkan bahwa yang terdapat pada sampel tersebut adalah ion Ag+, maka
ditambahkan lagi pereaksi KI sehingga terdapat endapan berwarna kuning,
ditambahkan lagi K2CrO4 sehingga terbentuk endapan merah, ditambahkan KCN
terbentuk endapan outih, kemudian ditambahkan lagi Na2-CO3, endapan berubah
menjadi putih kekuningan, selanjutnya ditambahkan Na2CO3 secara berlebihan,
endapan berubah menjadi cokelat. Dari penambahan reagen-reagen tersebut, dan
dengan memperhatikan perubahan-perubahan yyang terjadi, sehingga dapat
dipastikan bahwa yang terdapat pada sampel B adalah ion Ag+. Berikut reaksi-reaksi
yang terjadi pada percobaan sampel B:
Ag+ + 2HCl
AgCl2
Ag + NH3
Ag(NH3)
Ag + NaOH
Ag(OH)2
Ag + 2KI
AgI2
Ag + K2CrO4 AgCrO4
Ag + KCN
AgCN
Ag + Na2CO3 AgCO3

(Gambar hasil penambahan reagen)


Pada sampel C ini pertama ditambahkan terlebih dahulu reagen NH4OH setelah
ditambahkan tidak ada perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan reagen NH3
sedikit terbentuk endapan biru, berlebih tendapannya larut sehingga terbentuk
warna biru tua, setelah itu ditambahkan lagi reagen NaOH terjadi endapan biru jika
berlebih endapannya tidak larut. Kemudian ditambahkan lagi reagen KI untuk
menguji bahwa sampel C ini termasuk unsur dari Cu2+, setelah ditambahkan terjadi
endapan putih tetapi larutannya berwarna cokelat tua. Sehingga diperoleh reaksi
berdasarkan reagen-reagen yang digunakan:
Cu2+ + NH4OH
Cu2(OH)
Cu2+ + NH3
Cu(NH3)42+
Cu2+ + NaOH
Cu(OH)2
Cu2+ + KI
CuI
(Gambar hasil penambahan reagen)
Pada sampel D, pertama-tama ditambahkan NH4OH pada sampel sehingga
terbentuk endapan putih, setelah itu ditambahkan lagi NaOH berlebih maka
larutannya larut, kemudian ditambahkan lagi Na2CO3 endapannya pun terlarut.
Dari, perubahan yang diamati tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
ini adalah Al3+. Berikut reaksi-reaksinya:
Al3+ + NH4OH Al(OH)3
Al3+ + NaOH Al(OH)3
Al3+ + Na2CO3 Al(CO3)3
Pada sampel E, pertama-tama ditambahkan H2SO4 terbentuk endapan putih,
ditambahkan K2CrO4 terbentuk endapan kuning, kemudian ditambahkan lagi NH3
tidak ada perubahan, setelah ditambahkan Na2CO3 terbentuk e ndapan putih. Dari
perubahan yang diamati diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel E adalah
Ba2+. Berikut ini reaksi-reaksinya:
Ba2+ + H2SO4
Ba(SO4)2
Ba2+ + K2CrO4
BaCrO4
Ba2+ + 2NH3OH
Ba(OH)2
Ba2+ + Na2CO3
BaCO3
Pada sampel F mula-mula ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih, setelah
itu NH4OH dan terbentuk endapan putih, untuk lebih meyakinkan bahwa sampel F
ini merupakan Mg2+ maka ditambahkan lagi NH3 dan terbentuk endapan putih,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel F merupakan Mg2+. Berikut reaksireaksinya:
Mg2+ + NaOH Mg(OH)2
Mg2+ + NH4OH Mg(OH)2
Mg2+ + NH3 Mg(OH)2

H.
1.
2.
3.

PRETTY MUCH FAULT


Kurangnya kosentrasi pratikan-pratikan selama proses praktikum berlangsung.
Kurang teliti dalam mencampurkan larutan.
Kurang teliti dalam membersikan alat praktikum.

I. CONCLUSION
Setelah menguji beberapa sampel, maka dapat diketahui bahwa kation-kation yang
didapat adalah sebagai berikut:
1. Sampel A : Merupakan golongan I (Pb2+)
2. Sampel B : Merupakan golongan I (Ag+)
3. Sampel C : Merupakan golongan II (Cu2+)
4. Sampel D : Merupakan golongan III (Al3+)
5. Sampel E : Merupakan golongan IV (Ba2+)
6. Sampel F : Merupakan golongan V (Mg2+)

LITERATURE
Ada Prins, Verboom Hendardji. 1953. Petunjuk Singkat Untuk Analisis Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Buku Teknik H. Stam.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta : Erlangga
Khopkar.S.M.2008.konsep dasar kimia analitik. Jakarta : UI-press
P.Lukum, Astin. 2005. Bahan Ajar DDKA. Gorontalo : Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA UNG
Teaching, team. 2008. Modul Penuntun Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik.
Gorontalo : UNG

Anda mungkin juga menyukai