Anda di halaman 1dari 5

EFEK FARADAY

Dewi Amalia Ardianti (140310140010)


Departemen Fisika, FMIPA Universitas Padjdjaran
Selasa, 13.00-15.00 WIB
18 Oktober 2016
Dosen Pengampu : Dra. Mariah Kartawidjadja, M.S.
Abstrak
Pada praktikum Efek Faraday bertujuan untuk mengamati rotasi bidang polarisasi cahaya
monokromatik ketika melalui media kaca flinta dalam medan magnet dan menentukan konstanta verdet
dan ketergantungannya terhadap panjang gelombang. Efek Faraday atau juga dapat disebut sebagai
Rotasi Faraday, yaitu suatu interaksi antara cahaya dengan medan magnetik yang terjadi dalam suatu
bahan dielektrik. Efek Faraday terjadi dan dimulai pada bidang polarisasi. Efek Faraday juga
menerangkan tentang intensitas medan magnet yang dapat memutarkan bidang cahaya terpolarisasi. Di
mana besarnya sangat dipengaruhi oleh intensitas medan magnetik pada arah penjalaran cahaya, yang
berupa sudut polarisasi. Dengan menggunakan filter monokromatik (kuning dan biru), pengaturan
cahaya pada lampu laser, serta pengendalian pada analyzer dan polarizer diperoleh sudut polarisasi yang
terlihat pada layar dengan intensitas maksimum dan minimum berupa cahaya. Dengan diawali
pengkalibrasian arus dengan medan magnet pada (I=0A; 0.5A; 1A; 1.5A), dapat diperoleh konstanta
verdet pada I=0A V=1250; I=0.5A V=91.603; I=1A V=47.24; I=1.5A V=31.83 pada filter biru,
sedangkan pada filter kuning diperoleh konstanta verdet, yaitu pada I=0A V=1500; I=0.5A V=76.33;
I=1A V=47.24; I=1.5A V=31.83 di mana semakin besar arus yang berkaitan dengan medan magnet ini
maka akan semakin kecil konstanta verdetnya, hal ini dikarenakan medan magnet berbanding terbalik
dengan konstanta verdet. Sementara dari hasil konstanta verdet pada filter, terlihat pada filter kuning
dengan panjang gelombang 570nm dan filter biru dengan panjang gelombang 450nm di mana sudut
polarisasi berbanding lurus dengan konstanta verdet diperoleh hasil pada filter birulah yang lebih sesuai
daripada filter kuning.
Kata kunci: Efek Faraday, polarisasi, cahaya, medan magnet, dan arus.

I. Pendahuluan
Jika sebuah gelombang elektromagnetik
terpolarisasi melewati bahan-bahan tertentu,
maka bidang polarisasinya terputar. Rotasi
bidang polarisasi ini disebut aktivitas optis.
Jadi jika seberkas cahaya terpolarisasi linier
melalui suatu bahan optis aktif maka gelombang
yang ditranmisikan juga terpolarisasi linier
tetapi pada bidang yang lain, yang membentuk
sudut dengan bidang datang. Dari sudut
pandang seorang pengamat yang menerima
cahaya transmisi, bahan tersebut disebut
pemutar kanan atau pemutar kiri. Yang
bergantung pada apakah rotasi bidang
polarisasi tersebut searah atau berlawanan
dengan arah jarum jam bila dilihat oleh
pengamat itu (Alonso, 1992).[1]

II. Teori Dasar


Fenomena dari efek Faraday pertama kali
diamati oleh Michael Faraday pada tahun

1845. Faraday menemukan bukti-bukti yang


konkrit dalam hubungan antara optik,
magnetisasi dan fisika atom. Ia menemukan
bahwa ketika balok gelas diberi medan magnet
yang kuat, maka balok gelas tersebut menjadi
optik yang aktif.
Efek Faraday tersebut terjadi ketika rotasi
dari sebuah polarisasi linier melewati medium
transparan yang tipis, dimana sumber haruslah
berupa polarisasi bidang, yang melalui sebuah
analyzer tanpa sumber cahaya tersebut
mengalami pengecilan. Perambatan dari
sumber cahaya lurus paralel ke arah medan
magnet. Hal ini dilakukan agar dapat diamati
rotasi dari polarisasi bidang. Jika medan
magnet tegak lurus dengan sumber cahaya,
maka tidak akan terjadi rotasi. Pada medium
transparant tersebut akan terjadi interaksi
antara sumber cahaya dan medan magnet.
Apabila kita letakkan material non- magnet
seperti tembaga, timah dan perak dintara
magnet, maka tidak akan terjadi efek pada
gelombang polarisasi.

Gambar 1. Sistematika Efek Faraday

Hasil rotasi pada polarisasi bidang dapat dilihat


melalui persamaan :
=VBl (rad)
(1)
di mana :
= sudut rotasi
B = medan magnet (Gauss)
L = lebar dari medium transparant (cm)
V = Konstanta Verdet untuk material yang
digunakan.[2]
V ini bergantung pada besarnya panjang
gelombang dan dispersi cahaya yang
digunakan.
Observasi ini dapat dijelaskan dengan
menggambarkan cahaya polarisasi linear
sebagai superposisi yang koheren dari dua
komponen polarisasi yang berlawanan + dan
-.
Dengan indeks bias n disebut sebagai fungsi dari
panjang gelombang Konstanta Verdet dapat
dihitung dengan perumusan :
(2)
= e . . dn
2mc2 d
di mana :
e = muatan electron
m = massa electron
c = kecepatan cahaya
Untuk bahan flint glass berlaku hubungan:
(3)
= - e . 1.8 x 10-14 m2
2mc2
2
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya,
rotasi yang terjadi pada bahan ditentukan oleh
medan magnet, untuk nilai V > 0, rotasi yang
terjadi searah dengan arah putaran pada jari
tangan kanan dalam arah medan magnet.[3]

III. Metode Percobaan


3.1. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu, kaca
flinta segi empat/kotak dengan holder
untuk diletakkan di antara penyangga
medan magnet dalam menentukan sudut
rotasi polarisasi, dua coil dengan 250

lilitan, lampu halogen 12V/90 sebagai


sinar yang akan ditinjau untuk
menunjukkan sudut rotasi polarisasi, 2
filter polarisasi, layar sebagai media untuk
menampilkan sinar dengan intensitas
maksimum dan minimum, multimeter
digital-analog METRAHit 24S sebagai
penunjuk arus, instrument fisika pengukur
universal, filter monokromatis (kuning,
biru-hijau, biru-violet, violet), 1 lensa
f=50, mobile Cassy, combi B-Sensor-S,
dan
kabel
penghubung
sebagai
penghubung komponen alat.
3.2. Percobaan

Gambar 2. Susunan Alat dalam Penentuan


Rotasi Polarisasi dalam Medan Magnet
Pada praktikum Efek Faraday
dilakukan tiga kali percobaan dengan
diawali
menyiapkan
alat,
yaitu
meletakkan sebuah benang silang pada
analisator dan diproyeksikan ke layar
transparan sehingga sudut rotasi dapat
ditentukan secara tepat, melengkapi salah
satu filter polarisasi dengan benang silang
seperti pada gambar 2, menyusun lampu
halogen pada bangku optik, memasang
slider layar dengan filter pengisolasi panas
pada kondensor, menempatkan polarizer
menutup lampu halogen pada bangku
optik, menempatkan U-core transformator
dengan dua kumparan, menempatkan
tiang-tiang bore pada U-core sedemikian
rupa sehingga kaca flinta dapat diletakkan
di dudukan, mendorong tiang tepat ke arah
kaca flinta tetapi tidak menyentuhnya,
menggunakan penjepit untuk menyatukan
tiang pada U-core, memasang analyzer
(polarizer), layar tembus cahaya, serta
lensa f=50 mm antara analiser dan layar
transparan. Kemudian dilakukan kalibrasi
medan magnet, dengan melepaskan kotak
kaca flinta, menyambungkan B-Sensor S
Combi dengan multimeter menggunakan
kabel penghubung, menempatkan probe B
tangensial dari B-Sensor Combi di antara
tiang-tiang serta menggunakan alat
penyangga untuk menahan probe
magnetik di antara rang sehingga dapat
dicatat medan magnet sebagai fungsi arus

yang melalui kumparan. Percobaan


terakhir yaitu, rotasi bidang polarisasi
sebagai fungsi dari medan magnet, di
mana digunakan dua filter secara
bergantian yaitu filter biru dan kuning,
yang diletakkan pada penjepit lampu
halogen dalam slider dan mengatur
analyzer dan polarizer, dengan variasi arus
tertentu dan intensitas dari lampu halogen
dapat diperoleh sudut polarisasi dengan
intensitas tinggi dan rendah.

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1. Pengolahan Data
Dari hasil percobaan dengan diketahui
medan magnet (T) di setiap arus (A)
melalui
kalibrasi
medan
magnet,
diperoleh sudut rotasi polarisasi ()
sehingga dapat diperoleh konstanta Verdet
dari tiap variasi arus yang dilakukan.
dengan perumusan :
Menentukan konstanta Verdet :

=
.
Misal :
30
=
= 91.603
0.00655 . 0.02
Sehingga diperoleh hasil data sebagai
berikut:

I (A)
0
0.5
1
1.5

B (T)
0.0003
0.00662
0.01286
0.01865

Tabel 1. Kalibrasi Medan Magnet


I (A)
0
0.5
1
1.5

B (T)
0.0004
0.00655
0.0127
0.01885

()
25
30
30
30

V
1250
91.60305
47.24409
31.83024

Tabel 2. Rotasi Bidang Polarisasi pada Filter Biru


I (A)
0
0.5
1
1.5

B (T)
0.0004
0.00655
0.0127
0.01885

()
30
25
30
30

V
1500
76.33588
47.24409
31.83024

Tabel 3. Rotasi Bidang Polarisasi pada Filter


Kuning
Untuk hubungan medan magnet terhadap
arus dan sudut polarisasi terhadap medan

magnet dapat digambarkan dalam grafik


berikut:

Grafik 1. Hubungan Medan Magnet terhadap


Arus

Grafik 2. Hubungan Sudut Polarisasi terhadap


Medan Magnet pada Filter Biru

Grafik 3. Hubungan Sudut Polarisasi terhadap


Medan Magnet pada Filter Kuning
4.2. Pembahasan
Pada praktikum Efek Faraday ini diawali
dengan pengkalibrasian medan magnet
dengan variasi arus diperoleh hasil yaitu :
I = 0A ; B = 0.0003 T
I = 0.5A; B = 0.00662 T
I = 1A ; B = 0.01286 T
I = 1.5A; B = 0.01865 T
Di mana dapat terlihat semakin besar arus
yang digunakan atau divariasikan maka
medan magnet akan semakin besar. Hal ini
dikarenakan dengan digunakannya coil
250 lilitan sebagai kumparan, di mana
apabila suatu kumparan diberi arus listrik,
setiap bagian kumparan ini menimbulkan
medan magnet di sekitarnya, atau dapat

dikatakan pada kumparan, medan magnet


yang ditimbulkan oleh lilitan yang satu
diperkuat oleh lilitan yang lain. Sehingga
semakin besar arusnya maka medan
magnet yang ditimbulkan oleh lilitan akan
semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada
grafik. Setelah pengkalibrasian, dilakukan
percobaan rotasi bidang polarisasi sebagai
fungsi dari medan magnet dan konstanta
verdet sebagai fungsi panjang gelombang,
di mana digunakan 2 buah filter secara
bergantian, yaitu filter biru dan kuning.
Dilakukan pengaturan cahaya pada lampu
laser, serta pengendalian analyzer dan
polarizer sehingga diperoleh sudut
polarisasi yang terlihat pada layar berupa
cahaya, diperoleh sudut polarisasi serta
konstanta verdet pada arus dan medan
magnet tertentu pada filter biru dengan
panjang gelombang 450 nm, yaitu:
I=0A ; =25 ; V=1250;
I=0.5A; =30 ; V=91.603;
I=1A ; =30 ; V=47.24;
I=1.5A; =30 ; V=31.83
sedangkan pada filter kuning dengan
panjang gelombang 570 nm diperoleh :
I=0A ; =30 ; V=1500;
I=0.5A; =25 ; V=76.33;
I=1A ; =30 ; V=47.24;
I=1.5A; =30 ; V=31.83
Dari hasil tersebut dapat dikatakan,
semakin besar arus yang melalui coil
kumparan yang menyebabkan medan
magnet semakin besar maka konstanta
verdet akan semakin kecil, hal ini sesuai
dengan perumusan :

=
.
Di mana medan magnet berbanding
terbalik dengan konstanta verdet.
Sedangkan dari hasil sudut polarisasi
tidak sesuai dengan teori, di mana
seharusnya dengan medan magnet yang
bertambah dan konstanta verdet yang
berkurang maka sudut polarisasi juga
semakin berkurang, hal ini dikarenakan
sudut polarisasi berbanding lurus dengan
konstanta verdet.
Sedangkan
pengaruh
filter
yang
digunakan terhadap konstanta verdet,
yaitu tidak berpengaruh dikarenakan
sudut polarisasi yang dihasilkan dan
konstanta verdetnya hampir sama.

IV. Kesimpulan
5.1. Diperolehnya rotasi bidang polarisasi
cahaya monokromatik (filter biru dan
kuning) ketika melalui media kaca flinta

dalam medan magnet, yaitu pada filter


biru , yaitu pada I=0A ; =25 ; I=0.5A;
=30 ; I=1A ; =30 ; I=1.5A; =30 dan
pada filter kuning, yaitu I=0A ; =30 ;
I=0.5A; =25 ; I=1A ; =30 ; I=1.5A;
=30.
5.2. Diperoleh konstanta Verdet pada filter
biru dengan panjang gelombang 450 nm,
yaitu I=0A ; V=1250 ; I=0.5A; V=91.603
; I=1A ; V=47.24 ; I=1.5A; V=31.83 serta
pada filter kuning dengan panjang
gelombang 570 nm, yaitu yaitu I=0A ;
V=1500 ; I=0.5A; V=76,63 ; I=1A
;
V=47.24 ; I=1.5A; V=31.83.

Daftar Pustaka
[1]

Larasati, Niken. 2010. PENGAMATAN


PERUBAHAN SUDUT POLARISASI
CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN
LISTRIK STATIS PADA GLISERIN.
Semarang : Skripsi Jurusan Fisika FMIPA
UNDIP

[2]

Advance Physics Laboratory ITB. 2014. EFEK


FARADAY. Bandung : ITB

[3]

LD Didactic. Faraday Effect.Germany : LD.


Didcatic

Anda mungkin juga menyukai