Anda di halaman 1dari 12

PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENDEKATAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Para individu dalam organisasi membuat keputusan (decision), artinya mereka membuat
pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak

bertugas

menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk atau jasa yang ditawarkan, cara terbaik untuk
membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur yang baru.
Manajer tingkat menengah dan bawah menentukan jadawal produksi, menyeleksi karyawan
baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial
juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja.
Semakin banyak organisasi memberikan karyawan nonmanajerial otoritas pembuatan keputusan
yang berkaitan dengan pekerjaan, maka pengambilan keputusan individual merupakan satu
bagian penting dari perilaku organisasi.
Pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan altematif terbaik dari sejumlah Alternatif
yang tersedia. Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana
pilihan-pilihan semacam itu dibuat. Beberapa pegertian tentang keputusan menurut beberapa
-

tokoh (dhino ambargo: 2) adalah sebagai berikut :


Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya
dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang
harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputusan dibuat untuk
menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan
atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas
pengambilan keputusan tingkatnya sederajad dengan tugas pengambilan rencana dalam

organisasi.
- Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data. Penentuan yang
matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.

Claude S. George, Jr (2005) menyatakan, proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh
kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan,

penilaian dan pemilihan di antara sejumlah alternatif.


Horolddan Cyril O'Donnell (2005) juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah
pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu
rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat

dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.


Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan keputusan sebagai suatu proses
kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus,
dan dipadukan untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam
menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan oleh
Handoko (1997), pembuatan keputusan adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui

serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.


Ralp C. Davis dalam Imam Murtono (2009) menyatakan keputusan dapat dijelaskan sebagai
hasil pemecahan masalah, selain itu juga harus didasari atas logika dan pertimbangan, penetapan
alternatif terbaik, serta harus mendekati tujuan yang telah ditetapkan. Seorang pengambil
keputusan haruslah memperhatikan hal-hal seperti; logika, realita, rasional, dan pragmatis.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan
ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan
fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan , seperti ; tujuan
yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan
yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif).
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembilan keputusan adalah :

1.

hal-hal yang berwujud maupun tidak berwujud, yang emosional maupun rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan;

2. setiap keputusan nantinya harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3. setiap keputusan janganlah berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang
lain;
4. jarang sekali ada 1 pilihan yang memuaskan;
5. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental. Dari tindakan mental ini kemudian harus
diubah menjadi tindakan fisik;

6. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama;


7. diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8. setiap keputusan hendaknya dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil
itu betul; dan
9.

setiap keputusan itu merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu akibat adanya

reaksi

atas sebuah

masalah (problem), yang artinya ada ketidaksesuian antara perkara saat ini dan keadaan yang
diinginkan, yang membutuhkan pertimbangan untuk membuat beberapa tindakan alternative.
Namun, berpaling dari hal ini keputusan yang dibuat haruslah keputusan yang baik, rasional, dan
mengandung nilai-nilai etis dalam batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu haruslah ada
kerangka kerja pengambilan keputusan

yang etis atau ethical decision making (EDM)

Framework.
B. Perkembangan Terkini
Skandal Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom telah menunjukkan kepada masyarakat
luas, runtuhnya pasar modal, dan pada akhirnya Sarbanes Oxley Act 2002, yang membawa
reformasi tata kelola yang luas. Skandal-skandal korporasi berikutnya, termasuk Adephia, Tyco,
HealthSouth, dan skandal lainnya menyajikan kesadaran publik yang semakin tinggi bahwa para
eksekutif dapat membuat keputusan yang lebih baik. Kasus pengadilan berikutnya terkait denda,
hukuman penjara, dan penyelesaiannya telah menggaris bawahi kebutuhan akan keputusan untuk
menghasilkan tindakan yang legal. Pengadilan pendapat umum juga telah secara kejam
berdampak pada perusahaan dan individu yang telah bertindak tidak etis. Kehilangan reputasi
akibat tindakan tidak etis atau ilegal telah menyebabkan penurunan pendapatan dan keuntungan,
merusak harga saham, dan akhir karir bagi banyak eksekutif meskipun tindakan tersebut belum
diinvestigasi secara penuh dan tanggung jawab bagi mereka belum sepenuhnya terbukti.
C. Ethical Decision Making (EDM) Framework
Kerangka kerja EDM menilai etis atau tidaknya suatu keputusan atau tindakan dengan
menguji :

Konsekuensi atau kemunculan keuntungan atau biaya bersih

Hak dan kewajiban yang terpengaruh

Keadilan yang ada

Motivasi atau kebajikan yang diharapkan

Tiga pertimbangan pertama dari empat pertimbangan diatas, yaitu konsekuensialisme, deontologi
dan keadilan, diuji dengan menitikberatkan pada dampak suatu keputusan terhadap pemegang
saham dan pemangku kepentingan lain yang terpengaruh, yang dikenal dengan analisis dampak
pemangku kepentingan. Pertimbangan keempat, motivasi pengambil keputusan, adalah
pendekatan yang dikenal dengan etika kebajikan. Keempat pertimbangan harus sungguhsungguh diuji dan nilai etika yang sesuai harus diterapkan dalam keputusan dan implementasinya
jika suatu keputusan atau tindakan dapat dipertahankan secara etis.
D. Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan etis (Leonard J Brooks : 330)
1. Pendekatan filosofi
a. Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar
secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain,
suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar
daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas
keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, dan karenanya hal ini hanyalah sebagian manfaat
dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka
disebut juga Teleological.
b. Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung
jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari
tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya.
Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan
konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal atau
tidak etis dalam mencapai tujuan.

c.

Virtue Ethics
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau tanggung
jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan moral, etika
kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil
keputusan.
Stakeholder Impact Analysis alat untuk menilai keputusan dan tindakan
Sejak berkembangnya konsep utilitarianisme pada 1861, suatu pendekatan yang diterima
untuk menilai keputusan dan hasil tindakan adalah dengan mengevaluasi hasil akhir atau
konsekuensi dari tindakan, yang secara tradisional didasarkan pada dampak keputusan terhadap
kepentingan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Biasanya, dampak ini diukur dari
keuntungan atau kerugian yang terjadi, karena keuntungan telah menjadi ukuran keberadaan
yang ingin dimaksimalkan oleh pemegang saham. Pandangan tradisional ini sekarang berubah
dalam dua jalan. Pertama, asumsi bahwa semua pemegang saham ingin memaksimalkan hanya
keuntungan jangka pendek menunjukkan fokus yang terlalu sempit. Kedua, hak dan tuntutan
kelompok-kelompok non-pemegang saham, seperti pekerja, konsumen/klien, supplier, pemerhati
lingkungan, dan pemerintah yang mempunyai kepentingan dalam keluaran keputusan, atau
didalam perusahaan itu sendiri, statusnya diakui dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Perusahaan modern sekarang akuntabel terhadap pemegang saham dan kelompok non-pemegang
saham,

yang keduanya menjadi pemangku kepentingan, kepada siapa respon perusahaan

ditujukan. Biasanya, maksimalisasi keuntungan dalam jangka waktu lebih dari setahun
memerlukan hubungan yang harmonis dengan kelompok pemangku kepentingan dan
kepentingannya.
Kepentingan mendasar dari pemangku kepentingan
Pengambil keputusan mengkonsolidasikan kepentingan kelompok pemangku kepentingan
kedalam tiga kepentingan yang umum atau mendasar, yaitu :

Kepentingan mereka seharusnya menjadi lebih baik sebagai hasil dari keputusan

Keputusan tersebut seharusnya menghasilkan pembagian yang adil dalam keuntungan dan beban

Keputusan tersebut seharusnya tidak menyinggung hak para pemangku kepentingan, termasuk
para pembuat keputusan

Jadi, keputusan yang ditawarkan dapat dikatakan tidak etis jika keputusan tersebut gagal
untuk memberikan keuntungan bersih, tidak adil, atau mengganggu hak para pemangku
kepentingan.

Analisis dampak pemangku kepentingan pengambilan keputusan pendekatan


Beberapa pendekatan dikembangkan memanfaatkan analisis dampak pemangku
kepentingan untuk memberikan bimbingan tentang kepatutan tindakan yang diusulkan untuk
pengambil keputusan.
Memilih pendekatan yang paling berguna tergantung pada apakah dampak keputusan pendek
daripada jangka panjang, melibatkan eksternalitas dan / atau probabilitas, atau mengambil tempat
dalam pengaturan perusahaan.
Pendekatan dapat digabung disesuaikan untuk mengatasi situasi tertentu.
Analisis etis yang komprehensif melebihi model Tucker, Velasquez, dan Pastin dikembangkan
untuk menggabungkan penilaian dari motivasi, kebajikan, dan karakter sifat dipamerkan
dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder.
2. Pendekatan 5 pertanyaan
Kerangka 5-pertanyaan adalah pendekatan berguna untuk pertimbangan tertib masalah tanpa
banyak eksternalitas dan di mana fokus khusus yang diinginkan oleh perancang proses
pengambilan untuk pengobatan yang diperluas dari pendekatan ini.
Pendekatan 5 pertanyaan opsional dirancang untuk memfokuskan proses pengambilan keputusan
pada relevansi isu tertentu untuk organisasi atau pengambil keputusan yang terlibat.
3. Pendekatan standar moral.
Pendekatan standar moral untuk analisis dampak stakeholder yang dibangun langsung pada tiga
kepentingan mendasar dari stakeholder. Hal ini agak lebih umum dalam fokus dari pendekatan 5pertanyaan, dan memimpin pengambil keputusan untuk analisis yang lebih luas berdasarkan
keuntungan bersih bukan hanya profitabilitas sebagai tantangan pertama dari keputusan yang
diusulkan. Akibatnya, ia menawarkan sebuah kerangka yang lebih cocok untuk pertimbangan
keputusan yang memiliki dampak signifikan di luar korporasi dari kerangka kerja 4-pertanyaan.

Pertanyaan berfokus pada keadilan distributif, atau keadilan, ditangani dengan cara yang sama
seperti dalam pendekatan 5-pertanyaan.
MORAL STANDARD
QUESTION OF PROPOSED DECISION
Bermanfaat
Maximaize bersih manfaat bagi masyarakat apakah tindakan memaksimalkan manfaat
secara keseluruhan
hak-hak individual
Menghormati dan melindungi

sosial dan meminimalkan cedera social


adalah sction yang konsisten dengan hak
setiap orang?

Keadilan
Distribusi manfaat yang adil dan beban

akan

memimpin

untuk

ajust

distribusi

manfaat dan beban?


Semua standar moral harus diterapkan ada: tidak ada adalah tes cukup dengan itu sendiri

4. Pendekatan pastin
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan
organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku
mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-nilai ini,
ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi. Sayangnya, hal ini dapat
menyebabkan pemecatan seorang karyawan yang bertindak tanpa pemahaman aturan dasar etika
baik dari organisasi pengusaha yang terlibat. Dalam rangka untuk memahami aturan dasar yang
berlaku untuk benar mengukur komitmen organisasi untuk proposal dan untuk melindungi
pembuat keputusan., Pastin menunjukkan bahwa pemeriksaan keputusan masa lalu atau tindakan
dibuat. Ia menyebut ini pendekatan reverse engineering keputusan, karena upaya ini dilakukan
untuk mengambil keputusan masa lalu terpisah untuk melihat bagaimana dan mengapa mereka
dibuat. Pastin menunjukkan bahwa orang sering dijaga (secara sukarela atau tanpa sadar) tentang
mengekspresikan nilai-nilai mereka, dan bahwa reverse engineering menawarkan cara untuk
melihat, melalui tindakan masa lalu, apa nilai-nilai mereka.
Pastin menggunakan konsep etika aturan dasar untuk apture gagasan bahwa individu dan
organisasi memiliki aturan-aturan dasar atau nilai-nilai fundamental yang mengatur perilaku

mereka atau perilaku yang diinginkan. Jika keputusan dipandang menyinggung nilai-nilai ini,
ada kemungkinan bahwa disenchamtment atau relatiation akan terjadi.
Memperluas dan pencampuran pendekatan
Dari waktu ke waktu, masalah etika akan naik yang tidak cocok dengan sempurna ke
salah satu pendekatan yang dijelaskan. Untuk eksistensi, masalah yang diangkat oleh suatu
masalah etika dapat diperiksa dengan pendekatan 5-pertanyaan, mengharapkan bahwa ada
dampak jangka panjang yang signifikan atau eksternalitas yang panggilan untuk analisis biayamanfaat daripada profitability sebagai pertanyaan tingkat pertama. Untungnya, biaya-manfaat
analisis dapat diganti atau ditambahkan ke pendekatan untuk memperkayanya. Demikian pula,
konsep dasar etika aturan dapat dicangkokkan ke pendekatan non-Pastin, jika diperlukan dalam
keputusan yang berhubungan dengan pengaturan di dalam perusahaan. Perawatan harus diambil
ketika memperluas dan blending pendekatan, bagaimanapun, untuk memastikan Thet setiap
bidang baik offness, keadilan, dan dampak pada hak-hak individu diperiksa dalam analisis
keputusan-lain komprehensif terakhir mungkin rusak.
Mengintegrasikan pendekatan dampak analisis filosofis dan stakeholder
Pendekatan-konsekuensialisme

filosofis,

deontologi,

dan

kebajikan-etika

yang

dikembangkan pada awal bab mendasari, dan harus disimpan dalam pikiran untuk
menginformasikan dan memperkaya, analisis bila menggunakan pendekatan tiga pemangku
kepentingan dampak. Pada gilirannya, dampak pemangku kepentingan analisis pendekatan yang
digunakan harus memberikan pemahaman tentang fakta, hak, kewajiban, dan keadilan yang
terlibat dalam keputusan atau tindakan yang aseential ke analisis etis yang tepat dari motivasi,
vitues, dan karakter yang diharapkan. Akibatnya, dalam analisis, efektif komprehensif dari
ethicality dari keputusan atau tindakan yang diusulkan, pendekatan-pendekatan filosofis
tradisional harus menambah model stakeholder dan sebaliknya.
Menilai motivasi, dan kebajikan yang diharapkan dan karakter
Sebagaimana dicatat sebelumnya, suatu analisis etis yang komprehensif harus melampaui
Tucker, Velasques, dan model Pastin untuk memasukkan penilaian motivasi, kebajikan, dan
karakter yang terlibat dibandingkan dengan yang diharapkan oleh stakeholder. Kebajikan

harapan, bagaimanapun, belum secara luas diakui sebagai penting dalam analisis stakeholder,
sebagai skandal terakhir menunjukkan mereka harus. Keputusan yang dibuat oleh eksekutif
perusahaan dan oleh akuntan dan pengacara yang terlibat dalam Enron, Arthur Andersen,
WorldCom, Tyco, Adephia, dan lain-lain telah menunjukkan bahwa para pengambil keputusan
banyak yang gagal untuk hidup sampai dengan harapan para pemangku kepentingan. Beberapa
termotivasi akan keserakahan, bukan oleh kepentingan enlighteded berfokus pada kebaikan
semua. Lain pergi bersama dengan keputusan etis karena mereka tidak mengakui bahwa mereka
diharapkan untuk berperilaku berbeda dan memiliki kewajiban untuk melakukannya.
Beberapa beralasan bahwa karena semua orang sedang melakukan sesuatu yang mirip,
bagaimana bisa salah? Mereka lupa untuk mempertimbangkan cukup kebajikan (dan kewajiban)
mereka diharapkan untuk menunjukkan. Apabila suatu kewajiban fidusia telah memiliki masa
depan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, keutamaan sifat-karakter
yang diharapkan seperti integritas, profesionalisme, keberanian, dan sebagainya-tidak cukup
diperhitungkan. Oleh karena itu akan bijaksana untuk includde penilaian harapan etika moralitas
sebagai langkah yang terpisah dalam setiap proses EDM untuk memperkuat sistem pemerintahan
dan penjaga terhadap keputusan etis.
G. Pengembangan tindakan lebih etis
Perbaikan yang berulang adalah salah satu keuntungan menggunakan kerangka yang
diusulkan EDM. Menggunakan set pendekatan filosofis, 5 - pendekatan pertanyaan, standard
moral, pastin, atau pendekatan yang umum memungkinkan aspek etis dari keputusan untuk
diidentifikasi, dan kemudian dimodifikasi untuk meningkatkan interatively dampak keseluruhan
dari keputusan. Sebagai contoh, jika keputusan itu diharapkan tidak adil kepada kelompok
stakeholder tertentu, mungkin keputusan dapat diubah dengan meningkatkan kompensasi untuk
kelompok itu, atau dengan menghilangkan atau mengganti tindakan. Pada akhir setiap
pendekatan EDM, harus ada khusus untuk solusi saling menguntungkan. Proses ini melibatkan
latihan imajinasi moral.
Kadang-kadang, direktur, eksekutif, atau profesional akuntan akan kesulitan mengambil
keputusan karena kompleksitas analisis atau ketidakmampuan untuk menentukan pilihan yang
terbaik karena ragu ragu, terbentur waktu atau alasan lain. Herbert Simon__memberikan konsep
untuk memecahkan masalah ini. Dia berargumen bahwa seseorang "seharusnya tidak

membiarkan kesempurnaan menjadi musuh dari kebaikan"---- perbaikan iteratif sampai tidak ada
kemajuan lebih lanjut dapat dibuat untuk menghasilkan solusi yang harus dipertimbangkan
cukup baik dan bahkan pada titik optimal dalam waktu.
Kebiasan yang keliru pada para pembuat keputusan :
- Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan kepentingan pemegang saham. Seringkali,
dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu tindakan yang
diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan nonshareholder
stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap pemegang saham
menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk memastikan cakrawala waktu
yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan eksternalitas akun berdasarkan biayamanfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh sekelompok nonshareholder.
- Berfokus pada keuntungan jangka pendek dan pemegang saham
Seringkali, dampak yang paling signifikan (pemegang saham, pemegang saham) dari suatu
tindakan yang diusulkan adalah mereka bahwa permukaan di masa depan dan mereka dengan
nonshareholder stakeholder pertama. Hanya setelah kelompok ini bereaksi terhadap pemegang
saham menanggung biaya kesalahan. Obat untuk miopia ini adalah untuk memastikan cakrawala
waktu yang cukup untuk analisis, dan untuk mempertimbangkan eksternalitas akun berdasarkan
biaya-manfaat, meskipun dampaknya diukur awalnya oleh sekelompok nonshareholder.
- Berfokus hanya pada legalitas
banyak manajer yang hanya peduli dengan apakah suatu tindakan sesuai dengan aturan. Hukum,
beranggapan bahwa "Jika itu sesuai aturan hukum, berarti tindakannya etis."
- Keadilan yang terbatas
Kadang-kadang pengambil keputusan bersikap adil hanya untuk kelompok yang disukai. Dan
mereka tak punya kemampuan mengendalikan opini umum dan ujung ujungnya membayar
untuk mengawasi mereka. Banyak eksekutif telah menunda masalah dan mengabaikan atas
resiko. Cara yang terbaik untuk menjamin suatu keputusan itu etis bila berlaku adil untuk semua
pemangku kepentingan.
- Pembatasan hak yang teliti
Pengambil keputusan seharusnya meneliti dampak terhadap hak seluruh pemangku kepentingan.
- Konflik kepentingan

Perkiraan/prasangka bukan satu-satunya alasan untuk menunjukkan penilaian tindakan yang


diusulkan. Penghakiman dapat diliputi oleh konflik kepentingan - kepentingan pribadi dari
pembuat keputusan terhadap kepentingan terbaik perusahaan , atau sekelompok pengambilan
keputusan adalah penyimpangan terhadap kepentingan terbaik perusahaan
- Keterkaitan pemangku kepentingan
Seringkali pembuat keputusan gagal mengantisipasi bahwa apa yang mereka putuskan untuk satu
kelompok akan mempengaruhi kelompok yang lain.
- Kegagalan untuk mengidentifikasi semua kelompok stakeholder
Kebutuhan untuk mengidentifikasi semua stakeholder dan kelompok kepentingan sebelum
mengevaluasi dampak dari masing-masing bukti diri. Namun, ini merupakan langkah yang
diambil untuk diberikan berulang kali, dengan hasil bahwa isu-isu penting tidak diketahui.
Sebuah pendekatan yang berguna untuk membantu masalah ini adalah untuk berspekulasi
tentang bagaimana buruk itu bisa pergi dari tindakan yang diusulkan dan mencoba untuk menilai
bagaimana media bereaksi. Hal ini sering mengarah pada identifikasi kelompok yang paling
rentan stakeholder.
- Kegagalan memberi peringkat pada kepentingan stakeholder
Kecenderungan untuk memperlakukan semua kepentingan stakeholders sama tingkat pentingnya.
Namun, sering memperlakukan kepentingan yang mendesak yang paling penting. Mengabaikan
ini tidak benar dan dapat menyebabkan keputusan kurang optimal dan tidak etis.
- Meninggalkan kebaikan, kejujuran dan hak.
Seperti dijelaskan sebelumnya,, bahwa keputusan etis yang komprehensif tidak bisa dilakukan
jika salah satu dari tiga aspek terlupakan.
- Kegagalan mempertimbangkan motivasi untuk sebuah keputusan
Selama bertahun-tahun, pengusaha dan profesional yang tidak peduli tentang motivasi untuk
tindakan, seperti consenquences dapat diterima. Sayangnya, banyak produsen telah kehilangan
melihat kebutuhan untuk meningkatkan jaringan global untuk semua pengambilan manfaat (atau
sebanyak mungkin) dan keputusan dibuat bahwa manfaat sendiri, atau hanya sedikit kurang
beruntung pendek dan jangka panjang lainnya . Cupet ini, murni SEFT - pengambil keputusan
organisasi yang berminat mewakili risiko tinggi untuk pemerintahan.
- Kegagalan untuk memperhitungkan kebajikan yang seharusnya ditunjukkan

Anggota dewan, eksekutif dan akuntan profesional diharapkan untuk bertindak dengan itikad
baik dan pembuangan kewajiban fidusia kepada orang-orang mengandalkan mereka.
Mengabaikan kebajikan diharapkan dari mereka dapat menyebabkan ketidakjujuran, kurangnya
integritas dalam penyusunan laporan, kegagalan untuk bertindak atas nama stakeholder, dan
kegagalan untuk debit keberanian dalam menghadapi orang lain yang terlibat dalam tindakan
tidak etis, atau meniup peluit bila diperlukan. Akuntan profesional yang mengabaikan nilai-nilai
yang diharapkan dari mereka cenderung lupa bahwa mereka diharapkan untuk melindungi
koleksi publik.

Langkah-langkah untuk mengambil Keputusan yang Beretika


1. Mengidentifikasi

fakta

dan

seluruh

kelompok

pemangku

kepentingan

serta

kepentingannya yang terpengaruh


2. Merangking pemangku kepentingan dan kepentingannya, mengidentifikasi yang
terpenting dan memberikan bobot terhadapnya lebih dari isu yang lain dalam analisis
3. Menilai dampak tindakan yang ditawarkan pada masing-masing kepentingan kelompok
pemangku kepentingan dengan memperhatikan keberadaan mereka, perlakuan adil, dan
hak lainnya, termasuk harapan kebajikan, menggunakan kerangka kerja pertanyaan
secara menyeluruh dan meyakinkan bahwa perangkap umum yang dibicarakan kemudian
tidak masuk dalam analisis.
Tujuh langkah analisis pengambilan keputusan oleh amrican accounting association (1993 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menentukan fakta (what, who, where, when and how)


Menetapkan masalah etika
Mengidentifikasikan prinsip dasar, peraturan dan nilai
Menetapkan alternative pilihan
Membandingkan nilai dengan alternative
Menetapkan konsekuensinya
Membuat keputusan

Anda mungkin juga menyukai