Anda di halaman 1dari 27

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan

Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

STRATEGI PENANGANAN KAWASAN KUMUH SEBAGAI UPAYA


MENCIPTAKAN LINGKUNGAN PERUMAHAN
DAN PERMUKIMAN YANG SEHAT
(Contoh Kasus : Kota Pangkalpinang)
ASEP HARIYANTO
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. UNISBA
Jalan Tamansari No.1 Bandung

ABSTRAK
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia dan merupakan faktor penting dalam meningkatkan harkat dan martabat
serta mutu kehidupan yang sejahtera dalam masyarakat yang adil dan makmur.
Perumahan dan permukiman juga merupakan bagian dari pembangunan nasional
yang perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan secara terpadu, terarah,
terencana, dan berkesinambungan.
Pembangunan perumahan dan permukiman yang kurang terpadu, terarah,
terencana, dan kurang memperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana dasar
seperti air bersih, sanitasi (jamban), sistem pengelolaan sampah, dan saluran
pembuangan air hujan, akan cenderung mengalami degradasi kualitas
lingkungan atau yang kemudian diterminologikan sebagai Kawasan Kumuh.
Kata Kunci : Kawasan Kumuh, Perumahan, Permukiman

lingkungan tempat tinggal / lingkungan

1. PENDAHULUAN
Perumahan

dan

permukiman

merupakan salah satu kebutuhan dasar


manusia dan merupakan faktor penting
dalam peningkatan harkat dan martabat
manusia serta mutu kehidupan yang
sejahtera dalam masyarakat yang adil
dan

makmur.

Perumahan

dan

permukiman juga merupakan bagian dari


pembangunan nasional yang perlu terus
ditingkatkan dan dikembangkan secara
terpadu,

terarah,

terencana,

dan

hunian
prasarana

rumah

adalah

yang

berfungsi

Jurnal PWK Unisba

kelompok
sebagai

dan

sarana

dengan
lingkungan,

menjadi lingkungan yang sehat, aman,


serasi,

dan

teratur

sebagaimana

dan

yang

berfungsi
diharapkan.

Sedangkan permukiman adalah bagian


dari lingkungan hidup diluar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan

maupun

perdesaan

yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat

tempat
Perumahan

dilengkapi

dimaksudkan agar lingkungan tersebut

tinggal

berkesinambungan.

yang

atau

lingkungan

kegiatan

yang

hunian

dan

mendukung

prikehidupan dan penghidupan (UU No


4/1992).

Permukiman

dapat

pula

11

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

didefinisikan

sebagai

didominasi

oleh

kawasan

lingkungan

yang

perumahan dan permukiman yang

hunian

layak huni baik oleh pemerintah,

dengan fungsi utama sebagai tempat


tinggal

yang

dilengkapi

swasta maupun masyarakat.

dengan

3. Pembangunan sumberdaya manusia

prasarana dan sarana lingkungan dan

dan kelembagaan masyarakat yang

tempat

masih

kerja

yang

memberikan

belum

optimal

pelayanan dan kesempatan kerja untuk

menyangkut

mendukung

pentingnya hidup sehat.

perikehidupan

penghidupan

sehingga

dan

khususnya

kesadaran

akan

fungsi-fungsi

4. Kurang dipahaminya kriteria teknis

perumahan tersebut dapat berdaya guna

pemanfaatan lahan permukiman dan

dan berhasil guna.

perumahan khususnya yang berbasis

Masalah

perumahan

dan

permukiman merupakan masalah tanpa

pada ambang batas daya dukung


lingkungan dan daya tampung ruang.
Pembangunan

akhir (the endless problems). Betapa

dan

tidak, masalah papan bagi manusia

permukiman

senantiasa menjadi pembicaraan yang

terarah,

seolah tanpa akhir. Bukan hanya di kota-

memperhatikan kelengkapan prasarana

kota besar saja masalah ini mengemuka,

dan sarana dasar seperti air bersih,

tetapi

masalah

sanitasi (jamban), sistem pengelolaan

perumahan dan permukiman tersebut

sampah, dan saluran pembuangan air

menjadi bahan pembicaraan. Masalah

hujan,

perumahan dan permukiman berkaitan

degradasi kualitas lingkungan atau yang

dengan

kemudian

di

kota

kecil

proses

pun

pembangunan,

serta

kerap merupakan cerminan dari dampak


keterbelakangan
umumnya.
perumahan

dan

masalah

permukiman

ini

disebabkan, karena :

dan

kurang

terencana,

akan

cenderung

mengalami

diterminologikan

sebagai

Kawasan kumuh meskipun tidak


dikendaki namun harus diakui bahwa
keberadaannya

dalam

perkembangan

dan

permukiman

Oleh

karena

itu,

meminimalisir

dalam

munculnya

rangka
kawasan

sehingga menyebabkan munculnya

kumuh, maka perlu dilakukan upaya-

kawasan

upaya

kumuh

pada

beberapa

secara

komprehensif

yang

bagian kota yang berdampak pada

menyangkut

penurunan daya dukung lingkungan.

mampu menghambat timbulnya kawasan

2. Keterbatasan
kapasitas

12

terpadu,

wilayah dan kota tidak dapat dihindari.

1. Kurang terkendalinya pembangunan


perumahan

kurang

Kawasan Kumuh.

pembangunan

Munculnya

yang

perumahan

kemampuan
dalam

dan

berbagai

aspek

yang

kumuh tersebut.

penyediaan

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

2. PENGERTIAN KAWASAN KUMUH


Pertumbuhan dan perkembangan
penduduk yang cukup pesat mempunyai
dampak terhadap berbagai bidang antara
lain di bidang fisik lingkungan, sosial,
maupun

ekonomi

ketersediaan

yang

memerlukan

prasarana

dan

sarana

dasar yang secara umum akan bersifat


susul

menyusul

pertumbuhan
tersedianya

sarana

sinitasi, dan lapangan terbuka). Kondisi


yang

ada

seringkali

menimbulkan

dampak yang membahayakan kehidupan


manusia

(misalnya

kebakaran

dan

kriminalitas) sebagai akibat kombinasi


berbagai faktor.

Kurang

dasar

ini

tumbuhnya

wilayah

ruang (untuk ventilasi cahaya, udara,

laju

penduduk.

mengakibatkan
bagian

dengan

penduduk yang padat serta keterbatasan

akan

beberapa

perkotaan

menjadi

kawasan kumuh. Kawasan yang kumuh


sering

diidentikkan

yang

jorok

dengan

dengan

kawasan

masalah

Gb.1
Beberapa
contoh
kawasan
kumuh

atau

kemiskinan kota.
Kawasan kumuh adalah sebuah
kawasan

dengan

tingkat

kepadatan

populasi tinggi di sebuah kota yang


umumnya dihuni oleh masyarakat miskin.
Kawasan

kumuh

berbagai

kota

dapat

besar

di

ditemui

di

Indonesia.

Kawasan kumuh umumnya dihubung-

Beberapa karakteristik kawasan

hubungkan dengan tingkat kemiskinan

kumuh di Indonesia menggambarkan

dan

Kawasan

suatu kawasan permukiman yang secara

sumber

fisik memiliki kondisi lingkungan yang

masalah sosial seperti kejahatan, obat-

tidak sehat, seperti kotor, tercemar,

obat terlarang dan minuman keras. Di

lembab, dan lain-lain. Kondisi tersebut

berbagai wilayah, kawasan kumuh juga

secara ekologis timbul sebagai akibat

menjadi

dari

pengangguran

kumuh

dapat

pula

pusat

tinggi.
menjadi

masalah

kesehatan

karena kondisinya yang tidak higienis.


Menurut

CSUs

Department,

Urban

kawasan

Studies
kumuh

merupakan suatu wilayah yang memiliki


kondisi lingkungan yang buruk, kotor,

ketiakmampuan

daya

dukung

lingkungan mengatasi beban aktivitas


yang berlangsung di kawasan tersebut.
Di wilayah perkotaan kondisi tersebut
timbul sebagai akibat tingkat kepadatan
penduduk

yang

tinggi.

Di

wilayah

pedesaan dengan kepadatan penduduk

Jurnal PWK Unisba

13

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

yang

rendah,

ditimbulkan

kekumuhan

oleh

kondisi

wilayah

tersedia fasilitas sarana dan prasarana

sanitasi

dasar bagi lingkungan huniannya.

lingkungan yang buruk, sebagai akibat

Kawasan semacam ini menurut

keterbatasan sarana maupun kebiasaan

berbagai literatur termasuk ke dalam

masyarakat yang kurang memperhatikan

kriteria

kebersihan dan kesehatan lingkungan.

adalah suatu area hunian yang dibangun

Di

berbagai

penduduk

kawasan

tinggal

Squatter

di atas lahan tanpa dilindungi hak


kepemilikan

sangat berdekatan sehingga sangat sulit

masyarakat

untuk

seperti

masyarakat yang mendiami (bertempat

kebakaran.

tinggal) di atas lahan yang bukan haknya

ambulans

dan

Kurangnya

kawasan

squatter.

yang

dilewati

di

kumuh,

kawasan

kendaraan
pemadam

pelayanan

pembuangan

atau

atas
squatter

bukan

sampah juga mengakibatkan sampah

permukiman;

yang

terkonsentrasi

bertumpuk-tumpuk.

beberapa

tahun

Dalam

terakhir

ini

pantai,

meningkat,

berkembang

meningkatnya

ini

sejalan

populasi

dengan

penduduk.

dan

adalah

suatu

diperuntukkan
seringkali
pada

bagi
tumbuh

lokasi

terlarang

untuk dihuni (bantaran sungai, pinggir

perkembangan kawasan kumuh terus


hal

tanahnya,

dibawah

karena

jembatan,

cepat

terlambat

dll.)

sebagai

dan

hunian

diantisipasi;

dan

Pemerintah telah mencoba menangani

menempati lahan tanpa hak yang sah

masalah

(tanah

kawasan

kumuh

dengan

negara,

tempat

pembuangan

bahkan

tanah

berbagai cara, salah satunya dengan

sampah,

menggantikan kawasan kumuh tersebut

orang/lembaga lain yang belum ataupun

dengan

tidak dimanfaatkan).

perumahan

modern

yang

memiliki sanitasi yang baik (umumnya


berupa rumah bertingkat / rumah susun).
Selain

kawasan

kumuh

atau

Kelompok
merupakan

squatter

pendatang

milik

umumnya

dari

wilayah

yang

perdesaan atau pinggiran kota yang

menepati lahan-lahan yang legal, yang

bermigrasi ke perkotaan untuk mengadu

disebut Slum Area, kawasan kumuh

nasib (mencari nafkah) di perkotaan.

seringkali juga muncul pada lahan-lahan

Selain secara ekonomi umumnya mereka

tanpa hak yang jelas, baik secara status

merupakan

kepemilikan maupun secara fungsi ruang

berpenghasilan rendah, bekerja di sektor

kota yang umumnya merupakan lahan

informal, dengan penghasilan yang tidak

bukan untuk tempat hunian. tanpa seijin

tetap,

pemiliknya,

yang

berpendidikan

umumnya

membawa

karenanya,

pada

konsekuensi

terbatas

komunitas

juga

secara

kemasyarakatan

masyarakat

menghadapi

14

tersebut,

karena

tidak

rendah,

dengan

terhadap tidak layaknya kondisi hunian

sosial

yang

mereka

berketrampilan

tatanan
yang

eksklusifisme

sosial
longgar,
dari

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

masyarakat di sekitar-nya, dan akses

kemungkinan

yang terbatas terhadap pelayanan sosial

realistik yang dapat disepakati oleh

dan administrasi publik.

berbagai pihak serta berdampak positif

Kemudian secara hukum mereka


tidak memiliki kekuatan dan kepastian
terutama

menyangkut

lahan

yang

mereka tempati serta status administrasi,


serta secara fisik mereka tinggal dalam
kondisi lingkungan yang sangat buruk,
tidak

tersedia

prasarana
sering

fasilitas

dasar

sarana

lingkungan

terkena

banjir

dan

hunian,

dan

polusi

pemecahannya

yang

bagi peningkatan kualitas lingkungan


penduduk dan perkembangan ruang kota.
Fenomena keberadaan masyarakat slum
dan squatter di perkotaan ini selain telah
menjadi salah satu penyebab timbulnya
ketidakjelasan

fungsi

elemen-elemen

lahan perkotaan, juga telah menimbulkan


penurunan kualitas lingkungan perkotaan,
sehingga wajah kota menjadi tidak jelas
dan semerawut. Keberadaan kawasan-

lingkungan lainnya.

kawasan
Pertumbuhan permukiman kumuh
(slum dan squatter) ini terasa makin
pesat, terutama sejak terjadinya krisis
yang menasional, mulai dari krisis

kumuh

akan

memberikan

dampak negatif, baik ditinjau dari sisi


tingkat

kalayakan

keterjaminan

kawasan

kualitas

maupun

hidup

dan

keberlanjutan fungsi lingkungan.

moneter, disusul krisis ekonomi sampai


dengan

krisis

multidimensi

mengakibatkan
jumlah

bertambah

penduduk

yang

besarnya

miskin

baik

di

3. FAKTOR PENYEBAB
MUNCULNYA KAWASAN KUMUH
Sejalan dengan perkembangaan

perdesaan maupun di perkotaan. Kondisi


semakin

kota baik secara fisik, ekonomi, dan

merebaklah kawasan-kawasan slum dan

sosial budaya, kota telah mengalami

squatter di wilayah perkotaan.

pergeseran peran, mulai dari paradigma

ini

telah

Hal

menyebabkan

itu

terjadi

karena

banyak

penduduk kota yang menurun tingkat


kesejahtera-annya,
pendatang

dari

sementara
perdesaan

yang

membawa banyak penduduk miskin juga


meningkat. Dari kondisi tersebut di atas
jelas terlihat bahwa permukiman kumuh
(slum dan squatte)r merupakan buah
dari

berbagai

situasi

rumit

dari

ketimpangan pembangunan yang perlu


digali

akar

persoalannya

Jurnal PWK Unisba

dan

dicari

bahwa kota telah berkembang dengan


berbagai konflik kepentingan, kemudian
muncul

paradigma

berkembang
budaya,

tempat

sebagai

sampai

pandangan

bahwa
proses

dengan

bahwa

kota
ekologi

munculnya

kota

merupakan

berkumpulnya

berbagai

komunitas dan budaya dengan istilah


social world, sebagaimana diungkapkan
oleh

Howard

Becker

(1970an,

dari

Herbert Gans, 1962; Ernest Burgess,

15

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

1925,

the

Chicago

School):

yang

kumuh, dan tidak sesuai lagi dengan

memandang bahwa semua kehidupan di

standar

kota

yang sehat;

merupakan

produk

dari

kebudayaan-kebudayaan yang tercipta


oleh dunia sosial yang hidup di kota
tersebut.

dengan

keterbatasan

adanya

secara

berbagai

ekonomi

di

perdesaan, telah mendorong sebagian


besar warga perdesaan untuk mengadu
nasib di perkotaan. Perkembangan kota
yang pesat tersebut yang berfungsi
sebagai

pusat

menyediakan

kegiatan

layanan

serta

primer

dan

sekunder, telah mengundang penduduk


dari daerah pedesaan untuk datang ke
perkotaan

dengan

harapan

bisa

mendapatkan kehidupan yang lebih baik


serta berbagai kemudahan lain termasuk
lapangan kerja, sehingga mengakibatkan
kurang

perhatiannya

terhadap

pertumbuhan kawasan perumahan dan


permukiman penduduk maupun kegiatan
ekonomi.

Kondisi

tersebut

pada

kenyataannya mengakibatkan :

lebih

pesat

kemampuan

dari

masyarakat

akan

pendayagunaan

pemerintah

primer

lainnya

kawasan

kemudahan

dukungan

kegiatan

usaha ekonomi.
Dari penjelasan diatas maka dapat
ditegaskan

bahwa

permasalahan

perumahan dan permukiman diperkotaan


merupakan permasalahan yang komplek
dan perlu mendapatkan perhatian, hal ini
disebabkan karena rumah merupakan
kebutuhan dasar manusia selain pangan
dan sandang yang masih belum dapat
dipenuhi oleh seluruh masyarakat. Bagi
masyarakat

berpenghasilan

rendah,

rumah merupakan asset dalam rangka


pengembangan kehidupan social dan
ekonomi bagi pemiliknya. Sedangkan
pengadaan perumahan yang dilakukan
oleh semua pelaku pembangunan pada
hakekatnya

dapat

nasional.

Oleh

mendorong

kegiatan
karena

ekonomi
itu

bidang

perumahan dan permukiman merupakan

dalam

program yang penting dan strategis

secara

layak/memadai;
2. Tumbuhnya

permukiman guna kenyamanan dan

pada

menyediakan hunian serta layanan

16

3. Kurangnya perhatian / partisipasi

berkembangnya

1. Terjadinya pertambahan penduduk


yang

permukiman

prasarana dan sarana lingkungan

Semakin kuatnya daya tarik kota


ditambah

lingkungan

dalam rangka pembangunan nasional.


Pengadaan
diselenggarakan

perumahan
secara

formal

yang
oleh

perumahan

pemerintah dan pengembang swasta

dan permukiman yang kurang layak

ternyata setiap tahun hanya mampu

huni, yang pada berbagai daerah

memenuhi

cenderung

perumahan

berkembang

menjadi

15

dari

nasional.

kebutuhan
Kekurangan

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

sebesar 85 % dari kebutuhan nasional

lingkungan).

dipenuhi

secara

perumahan

yang

swadaya tanpa menggunakan fasilitas

kekumuhan

meliputi

pendanaan

status

oleh

masyarakat

formal.

Pembangunan

Faktor

kepemilikan

lingkungan
menimbulkan
kondisi

lahan,

rumah,

kepadatan

perumahan yang tidak terfasilitasi ini

bangunan, koefisien Dasar Bangunan

berlangsung

(KDB), dll, sedangkan faktor

kebutuhan

terus
social

sesuai
dan

dengan

kemampuan

lingkungan

yang

sanitasi

menimbulkan

ekonomi yang dimiliki masing-masing

permasalahan meliputi kondisi air bersih,

individu yang mendorong masyarakat

MCK,

untuk

pembuangan air limbah rumah tangga,

menyelenggarakan

pengadaan

perumahan dan permukimannya secara

Kondisi

Dampak yang ditimbulkan dari


yang

demikian

ini

pembangunan

perumahan

dilaksanakan

oleh

terutama
yang

sampah,

drainase, dan jalan.

swadaya.

kondisi

pengelolaan

yang

lingkungan

perumahan

menyebabkan

timbulnya

kekumuhan adalah keadaan rumah yang


mencerminkan

nilai

kesehatan

yang

masyarakat

rendah, kepadatan bangunan yang tinggi,

berpenghasilan rendah adalah tumbuh

koefisien dasar bangunan (KDB) yang

dan

permukiman-

tinggi, serta status lahan yang tidak jelas

permukiman yang tidak terkendali dan

(keberadaan rumah di daerah marjinal)

terintegrasi dalam suatu perencanaan

seperti rumah yang berada di bantaran

permukiman yang sesuai dengan arah

sungai, rel KA, dll. Rumahrumah yang

pengembangan

Pada

berada di daerah marjinal berpotensi

tersebut

akan

terkena banjir pada saat musim hujan.

permasalahan

fisik

berkembangnya

akhirnya

ruang

hal

mengakibatkan

kota.

Dengan

demikian

nilai

kekumuhan

tertinggi pada saat musim penghujan.

lingkungan serta kerawanan sosial.

Sedangkan

Dari penjelasan diatas maka dapat


disimpulkan faktor penyebab munculnya
kawasan kumuh (slum dan squatter)
dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu faktor
yang bersifat langsung dan faktor yang

lingkungan

yang

sanitiasi

menyebabkan

kekumuhan seperti kurangnya sarana air


bersih

yang

terlihat

dari

banyaknya

masyarakat yang memanfaatkan air dari


sumber

bersifat tidak langsung.

faktor

yang

tidak

bersih

sehingga

berpotensi menimbulkan penyakit akibat


1.

Faktor Yang Bersifat Langsung


Faktor-faktor

yang

bersifat

mengkonsumsi air yang tidak sehat,


rendahnya

penggunaan

MCK

serta

langsung yang menyebabkan munculnya

banyaknya masyarakat yang membuang

kawasan

kumuh

hajat

(kondisi

perumahan

Jurnal PWK Unisba

adalah

faktor

dan

fisik

sanitasi

secara

berpotensi

tidak

sehat,

menimbulkan

sehingga

pencemaran

17

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

organic dan peningkatan bakteri coli,

Faktor-faktor

yang

tidak

akan

menimbulkan

dampak

yang

langsung

dinilai

berdampak

terhadap

kekumuhan

lanjutan berupa gangguan kesehatan

adalah faktor ekonomi masyarakat, sosial

masyarakat.

dan budaya masyarakat.

Belum

adanya

pengelolaan

Faktor ekonomi yang berkaitan

sampah yang baik menjadi salah satu

dengan kekumuhan yaitu taraf ekonomi

unsur penentu timbulnya kekumuhan.

masyarakat (pendapatan masyarakat),

Akibat tidak adanya sistem pengelolaan

pekerjaan masyarakat. Penghasilan yang

sampah

sarana

rendah menyebabkan masyarakat tidak

mengakibatkan

memiliki dana untuk membuat kondisi

dan

pembuangan
terjadinya

kurangnya

sampah

penumpukan

di

rumah yang sehat, pengadaan MCK,

pekarangan. Tidak berfungsinya sistem

tempat sampah dan lain-lain yang terkait

jaringan drainase juga merupakan salah

dengan sarana lingkungan rumah yang

satu

sehat. Pengahasilan yang rendah juga

penyebab

kumuh.

sampah

munculnya

Kondisi

ini

kawasan

menimbulkan

mengakibatkan

sebagian

masyarakat

tambahan prolematika lingkungan antara

membangun rumah tidak permanen di

lain terjadinya banjir (genangan) akibat

bantaran sungai, Rel KA, dll. Dengan

penyumbatan sungai dan saluran air

demikian taraf ekonomi secara tidak

(drainase).

langsung

Faktor

terjadinya kekumuhan. Demikian juga

terhadap

halnya dengan pekerjaan masyarakat.

adalah

Pekerjaan masyarakat yang kurang layak

pembuangan limbah rumah tangga dan

menyebabkan tingkat pendapatan yang

kondisi

rendah,

dampak

timbulnya

yang

terhadap

dinilai

memiliki

terakhir

berpengaruh

langsung

lingkungan

jaringan

kumuh

jalan.

Rendahnya

sehingga

kemampuan

untuk

kualitas sistem pembuangan air limbah

membuat rumah yang layak huni dan

rumah tangga dan jaringan jalan juga

sehatpun menjadi rendah.

menyebabkan suatu kawasan menjadi


kumuh.

Faktor kedua yang berpengaruh


tidak

langsung

adalah
2.

Faktor
Yang
Langsung
Faktor-faktor

langsung
secara

adalah
langsung

bersifat

Tidak

terhadap

kondisi

sosial

kekumuhan

kependudukan

yang meliputi jumlah anggota keluarga,


tingkat pendidikan, dan tingkat kesehatan.

yang

bersifat

faktor-faktor
tidak

tidak

Jumlah anggota keluarga yang besar

yang

dengan

berhubungan

tingkat

pendidikan

dan

kesehatan yang rendah menyebabkan

dengan kekumuhan tetapi faktor-faktor ini

rendahnya

berdampak terhadap faktor lain yang

pengetahuan

terbukti

permasalahan lingkungan yang akhirnya

18

menyebabkan

kekumuhan.

kemampuan
masyarakat

dan
terhadap

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

mendorong

kesadaran

yang

rendah

4. PARAMETER

terhadap upaya menciptakan lingkungan


dan kehidupan yang sehat. Rendahnya
kesadaran

masyarakat

kesehatan

lingkungan

masyarakat

kesehatan dirinya.

kumuh

yang

juga

munculnya

yaitu

faktor

ikut

kawasan

budaya

yang

berhubungan dengan masalah kebiasaan


dan adat istiadat. Selain faktor sosial
seperti

tingkat

kebiasaan

juga

munculnya

pendidikan,
menjadi

kawasan

faktor

pendoroong

kumuh.

Faktor

kebiasaan ini juga yang menyebabkan


masyarakat

Penilaian

Kawasan

melakukan

penilaian

Kumuh

kawasan

kumuh

beberapa

parameter

digunakan

yang

terdapat

yang

dapat

didasarkan

pada

beberapa komponen yaitu komponen


fisik,

komponen

komponen

sanitasi

sosial

lingkungan;

kependudukan;

komponen sosial budaya, dan komponen


ekonomi.

Lebih

jelasnya

parameter

tersebut dapat dilihat pada uraian berikut


ini :
Komponen Fisik
a. Penggunaan

Lahan

(Land

Use),

parameter yang diteliti : tata guna

membuang hajat di saluran air dan kebun

lahan untuk berbagai peruntukan,

sekalipun

dibanding

mencakup penggunaan untuk fungsi

membuang hajat di WC umum. Untuk itu

lindung seperti sempadan pantai,

beberapa WC umum yang dibangun oleh

sempadan

pemerintah

kondisi

konservasi; penggunaan untuk fungsi

oleh

budidaya seperti permukiman dan

tidak

sehat,

berada
tidak

lebih

terhadap

enak

terlantar

merasa

Dalam

aktivitas

berdampak negatif bagi lingkungan dan

mempengaruhi

4.1 Parameter

menyebabkan

membuang hajat dan sampah yang

lain

KRITERIA

PENILAIAN KAWASAN KUMUH

terhadap

melakukan

Faktor

DAN

dalam

dimanfaatkan

masyarakat.
Selain

sungai,

dan

daerah

aktivitas lainnya.
itu

faktor

adat

istiadat

b. Keadaan

Permukiman,

parameter

seperti makan tidak makan yang penting

yang diteliti : jumlah rumah, jenis

kumpul juga merupakan salah satu

rumah,

penyebab munculnya kawasan kumuh,

penghuni,

walaupun bersifat tidak langsung. Namun

KDB, dan status kepemilikan lahan.

adat istiadat seperti ini mendorong orang

Contoh : tata bangunan yang sangat

untuk

suatu

tidak teratur, umumnya bangunan-

lingkungan perumahan walaupun tidak

bangunan yang tidak permanen dan

layak huni yang penting dekat dengan

bangunan

saudara, tanpa mau berusaha mencari

suasana

lingkungan hunian yang lebih baik.

pemilik rumah, karena jumlah ruang

tetap

tinggal

Jurnal PWK Unisba

dalam

kondisi

rumah,

kepadatan

darurat;
privacy

jumlah

bangunan,

tidak

adanya

(pribadi)

bagi

19

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

di rumah tinggalnya terbatas jika

rumahnya

dibandingkan

tertentu (satuan wilayah desa).

dengan

jumlah

penghuninya.
c.

wilayah

Kondisi Fisik Lingkungan, para meter

air

yang

dan

persentase saluran drainase dalam

Kualitas

kondisi mengalir dalam satu satuan

diteliti

kualitas

udara

matahari.

udara yang tidak baik (kualitas udara


menurun)

dan

pencahayaan

(drainase)

e. Penumpukan
pengelolaan

disebabkan

persampahan

karena

tidak

diukur

dalam

wilayah tertentu.

matahari yang kurang yang biasanya


adanya

dan

Upaya

sampah,
di

kondisi

hitung

dari

ruang-ruang terbuka (open space).

banyaknya

kondisi

sampah dalam satu wilayah tertentu.

seperti

ini

akan

menyebabkan udara di dalam rumah


tak dapat mengalir dengan baik,
akibatnya

akan

menggangu

kesehatan penghuni rumah tersebut;

a. Kecukupan sumber air bersih, dasar


penentuan nilai adalah persentase
jumlah keluarga yang memanfaatkan
sungai sebagai sumber air bersih.
b. Pemanfaatan
dasar

MCK

penentuan

oleh

nilainya

Warga,
adalah

persentase penduduk yang telah


menanfaatkan

jamban

tempat

membuang

satuan

wilayah

sebagai

hajat

tertentu

dalam
(satuan

wilayah desa).
Pembuangan

limbah,

keviasaan

penduduk

persen

penduduk

yang

membuang limbah berupa air kotor


rumah

Frekuensi banjir, frekuensi banjir di


ukur dari jumlah terjadinya banjir
dalam

satu

tahun

pada

satuan

wilayah terntentu (satuan wilayah

g. Kondisi
jalan

jalan

lingkungan,

lingkungan

kondisi

diukur

dalam

persentase jalan lingkungan yang


berada pada kondisi sedang dan
buruk dalam satu satuan wilayah
tententu

(satuan

wilayah

desa/kelurahan).
h. Kondisi penerangan dan komunikasi,
kondisi penerangan dan komunikasi
diukur dalam persentase KK yang
mendapatkan pelayanan penerangan

dasar

membuang air limbah yang diukur


dalam

penumpukkan

dan komunikasi.
air

penentuan nilai dalam kriteria ini


adalah

f.

lokasi

desa).

Komponen Sanitasi Lingkungan

20

satuan

d. Kondisi saluran air, kondisi saluran

pencahayaan

c.

dalam

tangga

Komponen Sosial Kependudukan


a. Jumlah

penduduk,

diukur

dari

banyaknya jumlah penduduk yang


tinggal dalam satu kawasan atau
wilayah.

kepekarangan

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

b. komposisi penduduk, melihat jumlah

mengkonsumsi air yang tidak bersih

penduduk berdasarkan struktur usia

dan hieginis, dll

(belum produktif, produktif, dan tidak

b. Adat istiadat, yaitu kultur budaya

produktif) dan mata status pekerjaan

masyarakat yang dapat mendorong

(bekerja,

terciptanya kawasan kumuh seperti :

setengah

pengangguran

atau pengangguran)
c.

kepadatan

makan tidak makan yang penting

penduduk,

kepadatan penduduk yang diukur


dari jumlah penduduk dibagi dengan
ketersediaan lahan (daya tampung).
d. Pendidikan

penduduk,

ngumpul, dll.

melihat

Komponen Ekonomi
a. Tingkat

penduduk

dalam

dari

tiap KK dalam setiap bulannya.


b. Aktivitas

ekonomi

atau

mata

pencaharian penduduk, diukur dari

kawasan tersebut. Sehingga akan

besarnya

diketahui berapa besar pengetahuan

jumlah

penduduk

yang

bekerja dalam suatu bidang tertentu

dan pemahaman penduduk terhadap

(PNS, buruh tani, industri, dll).

lingkungan permukiman yang sehat


c.

dan layak huni.

diukur

besarnya pendapatan yang diterima

tujuannya

untuk melihat sejauh mana tingkat


pendidikan

Pendapatan,

Sarana

atau

fasilitas

penunjang

kegiatan ekonomi, bertujuan untuk


e. Kesehatan

penduduk,

tujuannya

untuk melihat sejauh mana kekuatan


yang dimiliki penduduk dari tingkat

melihat

berapa

ekonomi

yang

besar
dapat

fasilitas
melayani

masyarakat dalam kawasan tersebut.

kesehatannya yang dapat diukur dari


jenis penyakit yang pernah diderita,
jumlah

penduduk

yang

terkena

4.2 Kriteria Penilaian Kawasan Kumuh

penyakit, dll.

Dari penjelasan-penjelasan diatas,


kemudian dilakukan penentuan status

Komponen Sosial Budaya

kawasan kumuh berdasarkan tingkat

a. Kebiasaan penduduk, diukur dari

kekumuhan.

Dalam

hal

ini,

status

banyaknya jumlah penduduk yang

kawasan kumuh dibagi dalam 5 kelas,

melakukan

yaitu :

kebiasaan-kebiasaan

yang dapat mendorong munculnya


kawasan kumuh seperti : kebiasaan
membuang

sampah

disembarang

tempat, kebiasaan membuang hajat

Ko
K1
K2
K3
K4

Untuk

=
=
=
=
=

Tidak kumuh
Kurang kumuh
Cukup Kumuh
Kumuh
Sangat kumuh

jelasnya

mengenai

di sungai, pekarangan atau tempat

penetapan kriteri kawasan kumuh dapat

terbuka lainnya, kebiasaan penduduk

dilihat pada Tabel 1.

Jurnal PWK Unisba

21

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Tabel 1
PENETAPAN KRITERIA KAWASAN KUMUH
NO

KOMPONEN
PENILAIAN

Komponen Fisik

Kondisi Rumah

Jenis Rumah

Tidak
Kumuh (K0)

KELAS KAWAASN KUMUH


Kurang
Cukup
Kumuh
Kumuh (K1)
Kumuh
(K3)
(K2)

Sangat
Kumuh (K4)

Baik

Hampir Baik

Cukup

Buruk

Sangat
Buruk

Permanen

Semi
Permanen

Temporer

Temporer

Temporer

Rendah

Sedang

< 50 %
5 Org

60 %
6 7 Org

4
5

Kepadatan
bangunan
KDB
Jumlah Penghuni

Sirkulasi Udara

Baik

Cukup

Pencahayaan
Matahari

Baik

Cukup

II

Komponen Sosial

Pendidikan

> 75 % SMA

50 75 %
SMA

25 50 %
SMA

5 25 %
SMA

< 5 % SMA

Kesehatan

Baik

Hampir Baik

Cukup

Buruk

Sangat
Buruk

III

Komponen Budaya
Kebiasaan
Penduduk

Ramah Lingk.

Sedang

Cukup

Kurang

Baik

Hampir Baik

Cukup

Buruk

1.000.000
750.000
Bekerja
Hampir
Mencukupi

750.000
500.000
Bekerja
kurang
mencukupi

500.000
250.000

< 250.000

Bekerja tidak
mencukupi

Bekerja
sangat tidak
mencukupi

5 25 %

25 50 %

50 75 %

> 75 %

50 75 %

25 50 %

5 25 %

Sedikit dan
Dikelola

Sedikit tapi
tidak dikelola

Sedang dan
dikelola

Sedang tapi
tidak dikelola

<5%
Banyak dan
tidak
dikelola

<5%

5 25 %

25 50 %

50 75 %

Baik

Sedang

Cukup

Buruk

1
2

Adat Istiadat

IV

Komponen Ekonomi
Pendapatan
Perkapita per bulan

> 1.000.000
Bekerja dan
mencukupi

Hampir
tinggi
70 %
8 9 org
Hampir
Cukup
Hampir
Cukup

Tinggi
80 %
10 Org
Kurang
Kurang

Status Pekerjaan

Komponen Sanitasi Lingkungan


Air Bersih (dari
<5%
Sungai)
MCK (septik Tank)
> 75 %

Sampah

Air Limbah ( Ke
pekarangan)

Drainase

Jalan lingkungan

Baik

Sedang

Cukup

Buruk

Frekuensi Banjir
Penerangan dan
komunikasi

0 kali/th

1 2 kali/th

34 kali/th

5-6 kali/th

Baik

Sedang

Cukup

Kurang

Sangat
Tinggi
> 90 %
> 10 Org
Sangat
Kurang
Sangat
Kurang

Sangat
Kurang
Sangat
Buruk

> 75 %
Sangat
buruk
Sangat
buruk
> 7 kali/th
Sangat
kurang

Sumber : Dimodifikasi dari Kriteria Kawasan Kumuh Ir. Budi D. Sinulingga M.Si, 2006

22

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

5. CONTOH
KUMUH

KASUS
DI

KOTA

KAWASAN

lahan

PANGKAL-

penduduk yang begitu besar. Sedangkan


tingkat

PINANG
Di

Kota

terdapat

Pangkalpinang

kawasan

kumuh

tidak
yang

dikategorikan sebagai kawasan kumuh III


dan Kawasan Kumuh IV (kumuh dan
sangat

kumuh),

mengingat

ini

dapat

Kota

dipahami

Pangkalpinang

merupakan kota yang berukuran sedang


dan sedang berkembang. Sementara itu
ketersediaan lahan tidak terbangun di
Kota Pangkalpinang masih cukup besar,
sehingga

untuk

perkembangan

permukiman

tidak terkonsentrasi pada satu titik saja.


Disamping itu jumlah penduduk Kota

menampung

kekumuhan

di

jumlah

Kota

Pangkalpinang lebih disebabkan karena


faktor

ekonomi

dalam

ketidakmampuan
menciptakan
yang

sehat

arti

masyarakat

lingkungan

permukiman

karena

keterbatasan

ekonomi, selain itu faktor penyebab


kekumuhan di Kota Pangkalpinang juga
disebabkan karena kekurang pahaman
masyarakat akan pentingnya lingkungan
yang sehat, ini terlihat dari kebiasaan
sebagian masyarakat yang masih belum
mampu memanfaatkan dan memelihara
infrastruktur secara optimal.

tergolong

Di samping itu tingkat kekumuhan

memiliki

di Kota Pangkalpinang juga disebabkan

keleluasaan di dalam memilih lokasi

karena pengaruh faktor alamiah seperti

tempat tinggalnya.

adanya pengaruh pasang surut air laut,

Pangkalpinang
kecil,

juga

sehingga

masih

masyarakat

Karakteristik kawasan kumuh di


Kota

Pangkalpinang

sangat

berbeda

dengan karakteristik kawasan kumuh di


kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Kekumuhan di kota-kota besar lainnya di
Indonesia lebih disebabkan keterbatasan

sehingga

muncul

daerah-daerah

genangan yang semakin lama cenderung


berkembang menjadi kawasan kumuh.
Pada bagian ini akan coba diuraikan
beberapa titik lokasi kawasan kumuh di
Kota Pangkalpinang.

Kelurahan Opas Indah


Lokasi
Luas Kawasan Kumuh
Jumlah Rumah
Jumlah KK
KDB Rata-rata
Kondisi Rumah

:
:
:
:
:
:

RT 01 RW 02
2 Hektar
60 Unit
75 KK
75 95 %
40 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan
kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Kondisi Ekonomi

Pekerjaan masyarakat umumnya swasta 50 %,


buruh 25 %, pedagang 10 %, nelayan 10 % dan
PNS 5 %. Penghasilan rata-rata berkisar antara Rp.
500.000 Rp.750.000,-

Jurnal PWK Unisba

23

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kondisi Prasarana

Penyebab kekumuhan

Jalan lingkungan dalam kondisi sedang dengan


konstruksi berupa jalan rabat beton; penangan
limbah domestik dalam keadaan buruk (dibuang ke
pekarangan); air bersih dalam kondisi sedang,
terdapat hidran air tetapi tidak berfungsi; kondisi
persampahan di lokasi ini buruk, walaupun sudah
terdapat sarana angkutan sampah namun masih
banyak sampah yang berserakan karena lokasi ini
merupakan daerah bantaran sungai sehingga ada
pengaruh pasang surut air laut; penerangan dalam
keadaan baik.

Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya


yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 70 %)
Kondisi ekonomi : umumnya sebagai pegawai
swasta
dan
buruh
harian,
sehingga
pendapatan perkapita relatif kecil.
Ketersediaan infrastruktur tidak sebanding
dengan kebutuhan masyarakat seperti air
bersih, sanitasi, dll.
Lokasi berada pada bantaran sungai sehingga
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pada
bulan desember dimana curah hujan tinggi
mengakibatkan daerah ini tergenang.

Gb. 1 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 01 RW 02 Kelurahan Opas Indah

Kelurahan Gedung Nasional


Lokasi
:
Luas Kawasan Kumuh
:
Jumlah Rumah
:
Jumlah KK
:
KDB Rata-rata
:
Kondisi Rumah
:

Kondisi Sosial

24

RT 012 RW 03
4 Hektar
115 Unit
115 KK
75 90 %
60 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan
kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Etnis Campuran

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kondisi Ekonomi

Kondisi Prasarana

Penyebab kekumuhan

Pekerjaan masyarakat umumnya swasta 40 %,


nelayan 30 %, pedagangan 20 %, buruh 8 %, dan
PNS 2 %. Penghasilan rata-rata berkisar antara Rp.
500.000 Rp.1.000.000,Jalan lingkungan dalam kondisi sedang dengan
konstruksi berupa jalan rabat beton (cukup);
penangan limbah domestik dalam keadaan buruk,
belum ada sanitasi yang layak
(dibuang ke
pekarangan); air bersih dalam kondisi kurang;
kondisi persampahan di lokasi ini buruk, walaupun
sudah terdapat sarana angkutan sampah namun
masih banyak masyarakat yang membuang
sampah di sungai.

Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya


yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 70 %)
Kondisi ekonomi : umumnya sebagai pegawai
swasta dan nelayan, sehingga pendapatan
perkapita relatif rendah.
Ketersediaan infrastruktur sanitasi lingkungan
tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat
seperti air bersih, tempat sampah, drainase,
sanitasi, dll.
Lokasi berada pada bantaran sungai sehingga
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pada
bulan desember dimana curah hujan tinggi
mengakibatkan daerah ini tergenang dan
sampah berserakan.

Gb. 2 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 012 RW 03 Kelurahan Gedung Nasional

Kelurahan Ketapang
Lokasi
Luas Kawasan Kumuh
Jumlah Rumah
Jumlah KK
KDB Rata-rata

Jurnal PWK Unisba

:
:
:
:
:

RT 02 RW 03
6 Hektar
270 Unit
295 KK
75 95 %

25

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kondisi Rumah

40 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan


kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Kondisi Sosial

Mayoritas Suku Bugis

Kondisi Ekonomi

Pekerjaan masyarakat umumnya nelayan 90 %.


Penghasilan rata-rata berkisar antara Rp. 500.000
Rp.750.000,-

Kondisi Prasarana

Jalan lingkungan dalam kondisi sedang dengan


konstruksi berupa jalan rabat beton, namun sudah
banyak yang rusak; penangan limbah domestik
dalam keadaan buruk (dibuang ke pekarangan); air
bersih dalam kondisi buruk, pada musim kemarau
lokasi ini kekurangan air, hanya ada satu sumur
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sumur bor
yang dibuat airnya banyak mengandung zat besi
(kecoklatan dan berkarat); kondisi persampahan di
lokasi ini buruk, banyak masyarakat yang
membuang sampah ke selokan (drainase) atau
sungai;
penerangan
ada
namun
banyak
masyarakat yang menyambung secara ilegal.

Penyebab kekumuhan

Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya


yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 70 %)
Kondisi ekonomi : umumnya sebagai nelayan.
Ketersediaan infrastruktur tidak sebanding
dengan
kebutuhan
masyarakat
bahkan
cenderung tidak ada seperti air bersih, sanitasi,
dll.
Lokasi berada pada bantaran sungai sehingga
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pada
bulan desember dimana curah hujan tinggi
mengakibatkan daerah ini tergenang.

Gb. 3 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 02 RW 03 Kelurahan Ketapang

26

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kelurahan Pasir Putih


Lokasi
Luas Kawasan Kumuh
Jumlah Rumah
Jumlah KK
KDB Rata-rata
Kondisi Rumah

:
:
:
:
:
:

Kondisi Sosial
Kondisi Ekonomi

:
:

Kondisi Prasarana

Penyebab kekumuhan

RT 01 RW 01
3 Hektar
35 Unit
35 KK
80 90 %
100 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan
kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Etnis campuran
Pekerjaan masyarakat umumnya pedagang 50 %,
buruh 30 %, dan swasta 20 %. Penghasilan ratarata berkisar antara Rp. 500.000 Rp.750.000,Jalan lingkungan dalam kondisi buruk dengan
konstruksi berupa jalan papan; penangan limbah
domestik dalam keadaan buruk (dibuang ke
pekarangan); air bersih dalam kondisi buruk, pada
musim kemarau lokasi ini kekurangan air, sumur
yang dibuat airnya banyak mengandung zat besi
(kecoklatan dan berkarat); kondisi persampahan di
lokasi ini buruk, banyak masyarakat yang
membuang sampah ke sembarang tempat seperti
ke selokan (drainase), pekarangan, atau sungai;
penerangan ada.

Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya


yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 80 %)
Kondisi ekonomi : umumnya sebagai pedagang
dan buruh.
Ketersediaan infrastruktur tidak sebanding
dengan
kebutuhan
masyarakat
bahkan
cenderung tidak ada seperti air bersih, sanitasi,
dll.
Lokasi berada pada bantaran sungai sehingga
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, pada
bulan desember dimana curah hujan tinggi
mengakibatkan daerah ini tergenang.
Merupakan
daerah
reklamasi
dengan
peruntukan sebagai Jalur Hijau.

Gb. 4 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 01 RW 01 Kelurahan Pasir Putih

Jurnal PWK Unisba

27

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Kelurahan Semabung Lama


Lokasi
Luas Kawasan Kumuh
Jumlah Rumah
Jumlah KK
KDB Rata-rata
Kondisi Rumah

:
:
:
:
:
:

Kondisi Sosial
Kondisi Ekonomi

:
:

Kondisi Prasarana

Penyebab kekumuhan

RT 04 RW 01
1 Hektar
20 Unit
25 KK
70 95 %
40 % rumah yang ada di lokasi ini dapat dikatakan
kumuh karena merupakan rumah temporer yang
tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Etnis campuran
Pekerjaan masyarakat umumnya buruh 100 %.
Penghasilan rata-rata berkisar antara Rp. 500.000
Rp.750.000,Jalan lingkungan dalam kondisi buruk dengan
konstruksi berupa jalan tanah; penangan limbah
domestik dalam keadaan buruk (dibuang ke
pekarangan); air bersih dalam kondisi sedang;
kondisi persampahan di lokasi ini buruk, banyak
masyarakat yang membuang sampah dibelang
rumah; penerangan ada.

Kondisi fisik : kondisi bangunan yang umumnya


yang berupa rumah temporer, kepadatan
bangunan tinggi (KDB > 80 %)
Kondisi ekonomi : umumnya sebagai buruh.
Ketersediaan infrastruktur tidak sebanding
dengan
kebutuhan
masyarakat
bahkan
cenderung tidak ada seperti sarana prasarana
persampahan, sanitasi, dll.

Gb. 5 Beberapa visualisasi kondisi kawasan kumuh


RT 04 RW 01 Kelurahan Semabung Lama

mengatasi masalah kawasan kumuh ini.

6. STRATEGI PENANGANAN

Mulai

KAWASAN KUMUH
6.1 Beberapa Strategi Yang Pernah

Berbagai upaya telah dilakukan


oleh pemerintah baik pemerintah pusat

28

pemerintah

kemiskinan

program
yang

pengentasan

dianggap

sebagai

penyebab utama munculnya kawasan

Dilakukan

maupun

dari

daerah

dalam

kumuh sampai kepada program-program


yang lebih bersifat spesifik. Pemerintah
Pusat

mencoba

menangani

masalah

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

kemiskinan dengan meluncurkan skema

mengembangkan kebijakan dan program

program jaringan pengaman sosial (JPS),

yang

mulai dari Inpres Desa Tertinggal, P3DT,

penanganan

PDM-DKE, PLKP, PEMD, Parul (Poverty

kumuh

melalui

Alleviation

untuk

memperbaiki

through

Rural-Urban

berkesinambungan
permasalahan

Linkages), Program Ketahanan Pangan,

penghidupan

sampai

dengan

Pengentasan

bagi

berbagai

kawasan
pendekatan

kehidupan

mereka.

dan

Melalui

P2KP

(Program

pendekatan-pendekatan yang dilakukan,

Kemiskinan

Perkotaan)

pemerintah dan masyarakat diharapkan

yang kesemuanya dilaksanakan dengan

dapat

pola BLM (bantuan langsung kepada

memperbaiki kondisi fisik, sosial dan

masyarakat).

ekonomi golongan masyarakat ini.

Berbagai

pengentasan
kemiskinan,

program

masyarakat
antara

dari

lain

melalui

pendekatan permukiman, telah dirancang


dan dilakukan oleh pemerintah, baik
pusat maupun daerah, di perkotaan
maupun perdesaan, seperti misalnya
P2LDT, KIP, P2BPK, CAP, RP4D, dst.
Sebagian telah berjalan dengan baik
namun

sebagian

yang

lain

belum

mencapai hasil yang optimal.

bekerja

bersama

untuk

Namun yang menjadi persoalan di


sini adalah sudah tepatkah kebijakan
program-program

tersebut

diatas?

Jangan-jangan malah akan menimbulkan


semakin

berdatangan

kaum

sehingga

semakin

merebak

persoalan

kawasan-kawasan

Lalu,

model

migran
pula
kumuh.

penanganan

yang

bagaimanakah yang betul-betul efektif


untuk

diterapkan,

agar

sesuai

Untuk menanggulangi persoalan

dengan niat baik pemerintah tersebut ?

kawasan kumuh (slum dan squatter),

Ini masih memerlukan jawaban lebih

perlu dikembangkan upaya peningkatan

lanjut secara lebih seksama. Banyak

kemampuan masyarakat dan membuka

realitas

peluang

upaya-upaya

agar

memperbaiki
menjangkau
layak.

mereka

mampu

kehidupannya
permukiman

dan

yang

Program-program

lebih

menunjukkan

justru

bahwa

pembenahan

yang

dilakukan oleh pemerintah, dengan dalih


apapun,

termasuk

terjadinya

diatas

penggeseran dan penggusuran tempat-

merupakan suatu program yang pada

tempat hunian di kawasan kumuh diduga

dasarnya

seolah-olah

diarahkan

penyadaran
kemampuan
komunitas
menggusur

dan

masyarakat
dirinya

dapat

Jurnal PWK Unisba

upaya

peningkatan

masyarakat

program-program
Pemerintah

pada

sehingga

kumuh

sendiri.
ini

dapat
Melalui

diharapkan

dibantu

dalam

hanya

memindahkan

permasalahan yang sama dari satu


tempat

ke

tempat

yang

lain,

dan

ujungnya semata-mata nampak hanya


menyengsarakan

masyarakat

yang

apabila merujuk kepada isi pasal-pasal


dalam peraturan perundangan-undangan

29

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

yang ada di Indonesia sebagaimana

sektor lain, seperti pendidikan, kesehatan,

diantaranya disebutkan di atas justru

pekerjaan umum dan lain-lain.

merupakan kewajiban bagi pemerintah


bersama-sama

dengan

masyarakat

untuk membenahinya.

Program pengendalian lingkungan


secara terpadu pada prinsipnya dapat
didesain

sebagai

program

yang

dilaksanakan secara terpisah oleh setiap


6.2

Beberapa Strategi Lain Dalam


Menangani Kawasan Kumuh
Strategi

penanganan

dinas,

akan

tetapi

setiap

kegiatan

memiliki muatan yang mengarah pada

kawasan

upaya

penanggulangan

lingkungan

kumuh harus didasarkan pada upaya

kumuh. Untuk itu langkah yang perlu

menanggulangi

yang

dilakukan adalah rapat koordinasi yang

menyebabkan kekumuhan, baik faktor

mengikutsertakan setiap dinas terkait

yang bersifat langsung maupun tidak

dibawah koordinasi BAPPEDA untuk

langsung. Pada hakikatnya penyelesaian

merumuskan

permasalahan lingkungan kumuh tidak

mengarah

dapat dilakukan oleh satu unit atau dinas,

lingkungan kumuh. Beberapa program-

akan tetapi membutuhkan keterpaduan

program sebagai upaya pengendalian

kegiatan dari setiap dinas yang akan

lingkungan

berdampak

berikut :

faktor-faktor

terhadap

perbaikan

lingkungan kumuh.
Strategi

program-program
kepada

kumuh

yang

pengendalian

adalah

sebagai

1. Penyuluhan Kesehatan Lingkungan

utama

yang

harus

Penyuluhan kesehatan lingkungan

dilakukan dalam meningkatkan kualitas

bertujuan

lingkungan

pengetahuan

kumuh

adalah

Program

untuk

meningkatkan

masyarakat

tentang

Pengendalian lingkungan secara terpadu.

pentingnya

upaya

menjaga

Program

kesehatan

lingkungan

dengan

pengendalian

lingkungan

secara terpadu merupakan program yang

menerapkan

di susun bersama oleh setiap dinas yang

sebagai

mengarah pada penyehatan lingkungan

masyarakat yang sehat. Kegiatan ini

baik secara langsung maupun tidak

dapat dilakukan bersama oleh dinas

langsung.

demikian

lingkungan

koordinasi

kesehatan.

Program

dilaksanakan

yang

dibawah

pola

hidup

upaya

sehat

menciptakan

hidup

dan

BAPPEDA dengan usulan oleh Dinas

Kegiatan

Lingkungan Hidup. Program ini penting

dilakukan

dilaksanakan

aktivitas posyandu atau pengajian

mengatasi

mengingat
faktor-faktor

upaya
penyebab

timbulnya kekumuhan hubungan dengan

30

atau

penyuluhan

dinas

dengan

memanfaatkan

acara-acara

kemasyarakatan

dapat

lainnya.

sosial
Melalui

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

kegiatan yang dilaksanakan dalam

dilaksanakan

lingkup kecil diharapkan masyarakat

pelaksana

dapat memahami arti penting prilaku

merumuskan

hidup yang sehat.

tersebut,

2. Pembinaan

masyarakat

sadar

bersama

masyarakat

pengelolaan

sehingga

dibangun

dinas

sarana

sarana

termanfaatkan

yang
dan

terpelihara dengan baik.

Lingkungan
Kegiatan ini berbentuk kegiatan yang
terpogram dan mengarah kepada
terwujudnya masyarakat yang sadar
lingkungan. Program yang demikian
dilakukan

sebaiknya

dalam

sesuai dengan program ini adalah


Dinas Pekerjaan Umum.
4. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

panjang

Pemberdayaan ekonomi masyarakat

secara bertahap. Hasil dari kegiatan

dapat dilakukan dengan pengadaan

ini diharapkan masyarakat memiliki

program-program

kesadaran yang tinggi tentang arti

sesuai dengan potensi karakteristik

penting lingkungan hidup yang baik

daerah. Untuk itu program yang

dan

secara

dikembangkan setiap lokasi dapat

lingkungan

berbeda-beda. Secara riil program ini

mayarakat

mandiri
desa

jangka

Dengan demikian pelaksana yang

mampu

mewujudkan
yang

sehat

dan

lestari.

berbentuk

pemberdayaan

pengembangan

potensi

Pelaksana program ini adalah Dinas

yang dimiliki masyarakat. Dengan

Lingkungan Hidup.

demikian

3. Pembangunan Infrastruktur Publik


Keterbatasan sarana dan sanitasi
lingkungan di Kawasan Kumuh perlu
diatasi

dengan

infrastruktur

pengadaan

sanitasi

lingkungan.

Infrastruktur yang dapat dibangun


meliputi MCK Umum, Sumur Air
bersih, jalan lingkungan, drainase,
dan

bak-bak

pemanfaat
masyarakat,

sampah
sarana

mengingat
ini

maka

adalah
sebelum

dilakukan pembangunan sebaiknya


telah ada program sosialisasi dan
penyuluhan

tentang

arti

penting

sarana sanitasi lingkungan tersebut.


Selain itu sebelum pembangunan

Jurnal PWK Unisba

program

ini

diarahkan

untuk membangun UKM berbasis


masyarakat

yang

kuat

sehingga

mampu meningkatkan taraf ekonomi.


Program ini meliputi pelatihan (teari
dan praktek) serta pendampingan.
Dalam kegiatan pelatihan perlu ada
materi yang dikaitkan dengan upaya
pengendalian
sehingga

lingkungan

diharapkan

kumuh,

peningkatan

ekonomi yang diperoleh masyarakat


sebagian akan dimanfaatkan untuk
perbaikan lingkungan kumuh. Dinas
pertanian,

perikanan,

peternakan,

industri dan perdagangan merupkan


dinas

yang

dinilai

sesuai

untuk

melaksanakan program ini.

31

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

5. Peningkatan

Kualitas

rumah

Pendidikan

liar

(squatter)

Bantaran

Upaya mengatasi rendahnya tingkat

pendekatan yang disarankan adalah

pendidikan

yang

menggunakan

pendorong

munculnya

kumuh

perlu

melakukan

faktor

kawasan

Kegiatan

Sempadan.

daerah

Masyarakat

menjadi

di

model

ini

dapat

Pola

partisipatif.
dilaksanakan

diatasi

dengan

bersama antara Dinas Lingkungan

peningkatan

kualitas

Hidup, Dinas Kelautan, PT. KAI, dll.

pendidikan masyarakat. Upaya ini


dapat dilakukan dengan dua bentuk,
yaitu

penambahan

7. Peningkatan Kesehatan Masyarakat


Salah

sarana

terjadi

pendidikan formal dan pembangunan

formal

sarana

perlu

yang

dengan

secara

tepat.

Hal

akan

pemerintah

mampu
dalam

kesehatan

PKBM

kondisi

dan

tenaga

medis.

Pelaksana program ini adalah Dinas


Kesehatan.

membantu
menuntaskan

oleh

diatasi dengan peningkatan sarana

berupa paket A, Paket B dan paket C


dinilai

ditimbulkan

di beberapa kawasan kumuh perlu

memiliki jarak yang cukup jauh dari


Pengembangan

adalah

sarana kesehatan dan tenaga medis

ini

disebabkan beberapa lokasi kumuh

sekolah.

kumuh

lingkungan yang buruk. Keterbatasan

pemetaan lokasi yang membutuhkan


sekolah

dilokasi

yang

terutama sebagai akibat penyakit

pendidikan

didahului

permasalahan

menurunnya kesehatan masyarakat

pendidikan non formal (PKBM).


Penambahan

satu

6.3

Program Yang Bersifat Spesifik

program wajib belajar 9 tahun di lima


kecamatan lokasi studi pelaksanaan

Selain program-program tersebut

kegiatan ini menjadi tanggung jawab

diatas, ada suatu program yang bersifat

Dinas Pendidikan.

lebih spesifik yaitu

peremajaan kota

(urban renewal) biasanya dimaksudkan


6. Pengelolaan

Kawasan

Bantaran/

Sempadan (Sungai, Pantai, Danau,


KA, SUTET, dll)
Pengolahan

kumuh dengan mengisi dan membangun


prasarana

kawasan

bantaran

dan

sarana

yang

sesuai

dengan peruntukan lahannya sehingga

sempadan dapat dilakukan berupa

layak untuk dihuni penduduk maupun

penguatan

peraturan

untuk menampung aktivitas lainnya dan

pemanfaatan

daerah

sempadan

32

untuk mengubah daerah perkampungan

tentang
bantaran

sebagai

daerah

sekaligus

memperindah

penampilan

(wajah) kota. Prasarana dan sarana yang

konservasi. Kegiatan ini diarahkan

dimaksud

untuk

bangunan komersial, jaringan air bersih,

mengatasi

permasalahan

bisa

berupa

perumahan,

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

drainase,

persampahan,

air

kawasan kumuh yang berada pada

limbah, dan prasarana lainnya. Bentuk

lahan-lahan yang ilegal (bantaran

kegiatan

sungai, taman kota,

peremajaan

jaringan

kota

tersebut

antara lain :

sempadan

pantai, dll) yang umumnya ditempati


oleh kaum migran yang sebagian

1. Pembangunan Rumah Susun

besar merupakan pekerja informal


Pembangunan

rumah

susun

ini

diprioritaskan pada kawasn-kawasan


kumuh yang tingkat kekumuhannya
sudah sangat tinggi (K4) atau kondisi
lingkungan permukiman yang sudah
tidak layak huni, dimana infrastruktur
yang

tersedia

sangat

terbatas,

kepadatan bangunan sangat tinggi,


KDB tinggi, lahan terbatas, namun
status lahan umumnya merupakan
lahan hak milik, dan berada di
kawasan pusat kota.
Bangunan

susun

ini

lingkungan seperti balai pertemuan,


TK, SD, lapangan parkir, listrik, Air
taman

pengolahan

lingkungan,TPS,
limbah,

Pembangunan

dan

dll.

pengelolaan

rumah susun ini dilakukan oleh Pihak


Perumnas

bekerjasama

dengan

Pemda. Penguasaan tanah dilakukan


dengan sistem ganti rugi, sedangkan
sistem

penjualannya

dilakukan

dengan pemberian subsidi terhadap


penduduk asli, dibandingkan dengan
harga

jual

terhadap

penduduk

pendatang.

Pembangunan rumah susun sewa ini

Jurnal PWK Unisba

dengan
yang

pada

tingkat

rendah.

Selain

diperuntukan bagi kaum squatter,


model rumah susun sewa ini dapat
juga dilakukan untuk meremajakan
kota pada kawasan kumuh dengan
tingkat kekumuhan cukup kumuh
sampai sangat kumuh (K2 K4).
Bangunan rumah susun sewa ini
dilengkapi

dengan

sarana

dan

prasarana penunjang (infrastruktur)


:

air

bersih,

pengolahan

sampah (TPS), pengolahan limbah,


parkir, listrik, parkir, dll. Pelaksanaan
pembangunan rumah susun sewa ini
dapat dilakukan oleh Pemerintah
Daerah bekerjasama dengan instansi
terkai

lainnya.

Pendekatan

yang

ditempuh terhadap masyarakat harus


ditangani

secara

bersama-sama.

terpadu
Selama

pembangunan
masyarakat

dan
proses

berlangsung
penghuni

mendapat

jaminan berupa dana untuk pindah


sementara,

sedangkan

setelah

selesai penghuni dibebankan harga


sewa

yang

disesuaikan

kemampuan

2. Pembangunan Rumah Susun Sewa

diprioritaskan

buruh

pendapatan

seperti

rumah

dilengkapi oleh beberapa fasilitas

Bersih,

dan

berdasarkan

dengan

masyarakat
hasil

kesepakatan

bersama.

kawasan-

33

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

3. Pembangunan

Rumah

Sederhana

sekaligus mendistribusikan penduduk

Sehat (RsH)
Untuk

memudahkan

masyarakat

berpenghasilan rendah, Pemerintah


juga telah memberikan kemudahan
dalam memiliki Rumah Sederhana
Sehat

(RsH),

Keputusan
dan

melalui

Menteri

Prasarana

penerbitan

Permukimaan

Wilayah

Nomor.

pada

daerah-daerah

jarang

yang

penduduknya

masih
(tingkat

kepadatan rendah).
4. Program Perbaikan Kampung (KIP)
Program perbaikan kampun (KIP)
merupakan

program

untuk

memperbaiki komponen infrastruktur

24/KPTS/M/2003 tentang Pengadaan

dalam

Perumahan

dilaksanakan secara terpadu dengan

dan

perrmukiman

kampung.

Program

ini

dengan dukungan Fasilitas Subsidi

sektor-sektor

Perumahan.

kumuh yang mendapatkan prioritas

Pemerintah telah menyempurnakan

program ini yaitu kawasan kumuh

konsep rumah sederhana dan rumah

dengan tingkat kekumuhan kurang

sangat sederhana (RS dan RSS)

kumuh (K1) sampai Kumuh (K3),

dengan Rumah Sederhana Sehat

dimana infrastruktur terbatas atau

(Rs Sehat / RsH) yang dituangkan

kurang, sering terkena banjir atau

dalam Keputusan Menteri Kimpraswil

genangan,

Nomor

kampung

403/KPTS/M/2002

tentang

terkait.

Kawasan

merupakan
tua,

dan

kampungpendapatan

Pedoman Teknis Rumah Sederhana

perkapita masyarakat rendah. Tujuan

Sehat.

program

Dalam

pedoman

tersebut

ini

adalah

meningkatkan

bangunan rumah yang dapat dipilih

terutama bagi golongan masyarakat

sesuai

yang berpenghasilan rendah melalui

dengan

kebutuhan

dan

mutu

untuk

terdapat empat macam konstruksi

kehidupan,

penataan

lingkungan

semula hanya satu pilihan (rumah

peningkatan

serta

tembok)

prasarana

kemampuan

masyarakat,

menjadi

rumah

yang

jenis

dasar,

dan

penyediaan

sehingga

akan

tembok; setengah tembok; kayu tidak

meningkatkan jumlah keluarga yang

panggung, dan kayu panggung.

bertempat tinggal pada rumah-rumah

Program ini dirasakan cocok untuk


menangani kawasan kumuh (K2)
yang

menempati

bantaran

daerah-daerah

sempadan,

hal

ini

dimaksudkan untuk mengamankan


bantaran / sempadan dari aktivitas

34

yang mengganggu fungsi lindung

yang layak huni dan sehat. Teknis


pelaksanaan program ini

adalah :

perbaikan dan peningkatan sanitasi


lingkungan,

rehabilitasi

kualitas

rumah menjadi rumah yang layak


huni.

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

5. Pembongkaran atau Penggusuran

6. Program Land Consolidation

Rumah-Rumah Liar di Bantaran /

Program land consolidation adalah

Sempadan

suatu

Kegiatan

ini

penataan

ulang

untuk

kawasan permukiman di atas lahan

mengamankan bantaran / sempadan

yang selama ini telah dimanfaatkan

sebagai

kawasan

lindung

sebagai lokasi permukiman. Program

(konservasi)

dari

banjir

land consolidation dapat digunakan

disamping menjaga keindahan kota.

apabila telah memenuhi persyaratan

Kegiatan

pada

antara lain :

perumahan-perumahan kaum migran

a. Tingkat

ini

bertujuan

program

bahaya

dipriritaskan

penguasaan

lahan

(squatter) yang menepati kawasan

secara tidak sah (tidak memiliki

ini.

bukti

Sebagai solusinya pemerintah

harus

menyediakan

primer

kawasan

penghunian)

perumahan sederhana pada lakosi-

cukup tinggi.

lokasi yang masih kosong (lahan

b. Tata

pemilikan/

oleh

masyarakat

letak

permukiman

tidak produktif). Kegiatan yang dapat

tidak/kurang

berpola,

dilakukan

pemanfaatan

yang

berupa

penertiban

bangunan-bangunan liar di bantaran

dengan
beragam

(tidak terbatas pada hunian).

sungai dan sempadan pantai sesuai

c.

Berpotensi untuk dikembangkan

dengan Rencana Tata Ruang yang

menjadi

ada

yang lebih strategis dari sekedar

dan

menata

mengembangkan

dan

daerah

hijau

disepanjang bantaran sungai dan


pantai. Program ini dapat diterapkan
pada kawasan kumuh (K2) yang

kawasan

fungsional

hunian.
7.

Resettlement

(pemindahan

penduduk)

menempati daerah-daerah dimana

Resettlement adalah suatu program

status lahannya bukan merupakan

penataan

kawasan

permukiman

hak

kumuh

melalui

pemindahan

milik

masyarakat.

hal

ini

dimaksudkan untuk mengamankan

penduduk yang biasanya memakan

sempadan / bantaran dari aktivitas

waktu dan biaya sosial cukup besar,

yang mengganggu fungsi lindung

termasuk kemungkinan timbulnya

sekaligus mendistribusikan penduduk

keresahan bahkan kerusuhan oleh

pada

masyarakat. Pemindahan penduduk

jarang

daerah-daerah

yang

penduduknya

kepadatan rendah).

masih
(tingkat

dilakukan
tersebut
tidak

dikarenakan
berada

layak

direhabilitasi

Jurnal PWK Unisba

pada
sehingga
dan

kawasan
kawasan
perlu
dapat

35

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

memberikan nilai ekonomi, sosial,

lingkungan mengatasi beban aktivitas

dan estetika serta fisik lingkungan

yang berlangsung di kawasan tersebut.

bagi kehidupan kota.

Di wilayah perkotaan kondisi tersebut


timbul sebagai akibat tingkat kepadatan
penduduk

7. PENUTUP

yang

tinggi.

Di

wilayah

pedesaan dengan kepadatan penduduk


Masalah

perumahan

dan

permukiman merupakan masalah tanpa


akhir (the endless problems). Betapa
tidak, masalah papan bagi manusia
senantiasa menjadi pembicaraan yang
seolah tanpa akhir. Masalah perumahan

yang

rendah,

ditimbulkan

kekumuhan

oleh

wilayah

kondisi

sanitasi

lingkungan yang buruk, sebagai akibat


keterbatasan sarana maupun kebiasaan
masyarakat yang kurang memperhatikan
kebersihan dan kesehatan lingkungan.

dan permukiman merupakan masalah


yang komplek dan perlu mendapatkan

Faktor

penyebab

munculnya

perhatian, hal ini disebabkan karena

kawasan kumuh (slum dan squatter)

rumah

dasar

dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu faktor

dapat

yang bersifat langsung dan faktor yang

merupakan

manusia

yang

kebutuhan

masih

belum

bersifat tidak langsung.

dipenuhi oleh seluruh masyarakat.


Pembangunan
permukiman
terarah,

yang

terencana,

perumahan

dan

kurang

terpadu,

dan

kurang

Strategi

penanganan

kawasan

kumuh harus didasarkan pada upaya


menanggulangi

faktor-faktor

yang

memperhatikan kelengkapan prasarana

menyebabkan kekumuhan, baik faktor

dan sarana dasar seperti air bersih,

yang bersifat langsung maupun tidak

sanitasi (jamban), sistem pengelolaan

langsung. Pada hakikatnya penyelesaian

sampah, dan saluran pembuangan air

permasalahan lingkungan kumuh tidak

hujan,

mengalami

dapat dilakukan oleh satu unit atau dinas,

degradasi kualitas lingkungan atau yang

akan tetapi membutuhkan keterpaduan

kemudian

kegiatan dari setiap dinas yang akan

akan

cenderung

diterminologikan

sebagai

berdampak

Kawasan Kumuh.

terhadap

perbaikan

lingkungan kumuh.
Beberapa karakteristik kawasan
kumuh di Indonesia menggambarkan
suatu kawasan permukiman yang secara
fisik memiliki kondisi lingkungan yang

8. DAFTAR PUSTAKA
1. Bintoro

Tjokroamidjojo,

MA,

tidak sehat, seperti kotor, tercemar,

Perencanaan Pembangunan, PT.

lembab, dan lain-lain. Kondisi tersebut

Gunung Agung,

secara ekologis timbul sebagai akibat


dari

36

ketiakmampuan

daya

dukung

2. Becker, G. 1976. The Economic


Approach

to

Human

Behaviour.

Jurnal PWK Unisba

Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan


Lingkungan Perumahan dan Permukiman Yang Sehat

Chicago : University of Chicago


Press.

13. Standar

Perencanaan

Kota,

Departemen Pekerjaan Umum, 1987,

3. Evaluasi Pelaksanaan Peremajaan


Kota, Departemen Pekerjaan Umum,

dan

Perundangan

14. Undang-Undang Nomor 4 Tahun


1992,

Cipta Karya, 1991.


4. Ketentuann

Jakarta.

Peraturan

Perumahan,

Tentang

Perumahan

dan

Permukiman.

Dinas

Perumahan, DKI Jakarta, 1994.


5. Koentjaraningrat,
Penelitian

Metode-Metode

Masyarakat,

PT.

Gramedia, 1986, Jakarta.


6.

Modul P3KT, PU-Ciptakarya.

7. Masalah

Perumahan

permukiman,

Jurnal

dan

PWK-ITB,

edisi khusus Juli 1993, Bandung.


8. Nana

Rukmana,

Manajemen

Pembangunan

Prasarana

Perkotaan, LP3ES, 1993.


9. Nazir Moh, Ph.D, Metode Penelitian,
Jakarta Ghalla Indonesia, 1988.
10. Poerwadarminta

W.J.S,

Kamus

Umum Bahasa Indonesia, Balai


Pustaka, 1985
11. Petunjuk Penyusunan Program
Pembangunan
Terpadu,

Prasarana
Tim

Kota

Koordinasi

Pembangunan Perkotaan, 1989.


12. Ruslan

Diwiryo,

Pembangunan

Infrastruktur dan Pengembangan


Kota dan Wilayah, Bahan Seminar
Pengembangan

Profesi

Perencanaan, 1993 Jakarta.

Jurnal PWK Unisba

37

Anda mungkin juga menyukai