Pembimbing :
dr. Bondan Prasetyo,M.Si.Med,Sp.B
Disusun Oleh :
Anita Mayasari
H2A010006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid. Toksik dan non toksik
merujuk pada ada tidaknya kelainan fisiologi seperti hipertiroidisme.
Nodusa atau diffusa merupakan gambaran anatomi struma. Struma nodusa
non toxic adalah pembesaran kelenjar tiroid berbatas jelas yang tanpa
disertai dengan hipertiroidisme.
Struma nodosa atau struma adenomatosa terutama di temukan di
daerah pegunungan karena defisiensi iodium. Struma endemik ini dapat
dicegah dengan substitusi iodium. Di luar daerah endemik, struma nodosa
ditemukan secara insidental atau pada keluarga tertentu. Etiologinya umumnya
multifaktorial. Biasanya tiroid sudah membesar sejak usia muda dan
berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa.
Struma multinodosa biasanya ditemukan pada wanita berusia lanjut, dan
perubahan yang terdapat pada kelenjar berupa hiperplasia sampai bentuk
involusi. Kebanyakan struma multinodosa dapat dihambat oleh tiroksin.
Penderita struma nodosa biasanya tidak mengalami keluhan karena tidak ada
hipotiroidisme
atau
hipertiroidisme.
Nodul
mungkin
tunggal,
tetapi
jaringan
menyebabkan
kista
atau
adenoma.
Karena
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena
folikel-folikel terisi koloid secara berlebihan. Setelah bertahun-tahun sebagian
folikel tumbuh semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut
menjadi noduler. Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid
yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda
hipertiroidisme.
B. Embriologi
Glandula tiroidea pertama dikenal sebagai penebalan endoderm lantai faring
dalam awal embriosomit. Endoderm ini menurun di dalam leher sampai setinggi
cincin trakea kedua dan ketiga yang kemudian membentuk dua lobus. Penurunan
ini terjadi pada garis tengah. Saluran pada struktur ini menetap dan menjadi
duktus atau lobus piramidalis kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid janin secara
fungsional mulai mandiri pada minggu ke 12 masa kehidupan intra uterine.
C. Anatomi
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis melekat pada trakea sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga
perempat lingkaran. Keempat kelenjar pada tiroid umumnya terletak pada
permukaan belakang kelenjar tiroid. Arteri karotis komunis, a. jugularis interna
dan n. vagus terletak bersama di dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid.
Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Perdarahan
kelenjar tiroid yang kaya berasal dari empat sumber yaitu kedua a. karutis
eksterna (a. tiroidea superior) dan kedua
D. Fisiologi
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4),
bentuk aktifnya triyodotironin (T3). Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh
kadar hormon perangsang tiroid (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior
kelenjar hipofisis.
mensekresi TSH
tiroid terangsang
menjadi
E. HISTOLOGI
membuat
calcitonin,
suatu
hormone
yang
membantu
oleh
obat-obatan
(misalnya
G. KLASIFIKASI
Pada struma gondok endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:
1. Derajat 0: tidak teraba pada pemeriksaan
2. Derajat I: teraba pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala
ditegakkan
3. Derajat II: mudah terlihat pada posisi kepala normal
4. Derajat III: terlihat pada jarak jauh.
Pada keadaan tertentu derajat 0 dibagi menjadi:
1. Derajat 0a: tidak terlihat atau teraba tidak besar dari ukuran
normal.
2. Derajat 0b: jelas teraba lebih besar dari normal, tetapi tidak
terlihat bila kepala ditegakkan.
11
12
13
H. PATOFISIOLOGI
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus,
masuk ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar
tyroid.
I. GAMBARAN KLINIS
Pada penyakit struma nodosa nontoksik tyroid membesar dengan lambat.
Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika struma
cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan
pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
Klien tidak mempunyai keluhan karena tidak ada hipo atau hipertirodisme.
Benjolan di leher. Peningkatan metabolism karena klien hiperaktif dengan
meningkatnya denyut nadi. Peningkatan simpatis seperti ; jantung menjadi
berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare, gemetar,
dan kelelahan.
Pada pemeriksaan status lokalis struma nodosa, dibedakan dalam hal :
1.
2.
3.
4.
5.
J. DIAGNOSIS
Diagnosis struma nodosa non toksik ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, penilaian resiko keganasan, dan pemeriksaan
penunjang.
Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami keluhan karena
tidak ada hipo- atau hipertiroidisme. Biasanya tiroid mulai membesar pada
usia muda dan berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena
pertumbuhannya berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala
kecuali benjolan di leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa
dapat hidup dengan strumanya tanpa keluhan.
1. Anamnesis
Pada anamnesis, keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa
benjolan di leher yang sudah berlangsung lama, maupun gejala-gejala
hipertiroid atau hipotiroidnya. Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di
leher, maka harus digali lebih jauh apakah pembesaran terjadi sangat progresif
atau lamban, disertai dengan gangguan menelan, gangguan bernafas dan
perubahan suara. Setelah itu baru ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala hiper
dan hipofungsi dari kelenjer tiroid. Perlu juga ditanyakan tempat tinggal pasien
dan asupan garamnya untuk mengetahui apakah ada kecendrungan ke arah
struma endemik. Sebaliknya jika pasien datang dengan keluhan ke arah gejalagejala hiper maupun hipofungsi dari tiroid, harus digali lebih jauh ke arah hiper
atau hipo dan ada tidaknya benjolan di leher.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik status lokalis pada regio coli anterior, yang paling
pertama dilakukan adalah inspeksi, dilihat apakah pembesaran simetris atau tidak,
timbul tanda-tanda gangguan pernapasan atau tidak, ikut bergerak saat menelan
atau tidak.
Pada palpasi sangat penting untuk menentukan apakah bejolan tersebut
benar adalah kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening. Perbedaannya terasa pada
saat pasien diminta untuk menelan. Jika benar pembesaran tiroid maka benjolan
akan ikut bergerak saat menelan, sementara jika tidak ikut bergerak maka harus
dipikirkan kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher.
Pembesaran yang teraba harus dideskripsikan :
sternokleidomastoideus
Kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada pembesaran atau tidak
karena
desakan
pembesaran
nodul
(Berrys
sign)
Angka
+1
+2
Capai/lelah
Suka panas
Suka dingin
Keringat banyak
Nervous
Tangan basah
Tangan panas
Nafsu makan
Nafsu makan
BB
BB
Fibrilasi atrium
Jumlah
+2
-5
+5
+3
+2
+1
-1
+3
-3
-3
+3
+3
Gejala objektif
Ada
Tiroid teraba
+3
Bruit
diatas +2
systole
Eksoftalmus
Lid retraksi
Lid lag
Hiperkinesis
Tangan panas
Nadi
<80x/m
80-90x/m
>90x/m
< 11 eutiroid
Tidak
-3
-2
+2
+2
+1
+4
+2
-2
-2
+3
-3
11-18 normal
> 19 hipertiroid
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan laboratorium yang digunakan dalam diagnosa penyakit
tiroid terbagi atas:
1
Pemeriksaan
untuk
mengukur
fungsi
tiroid
gangguan
tiroid.
sampai
memelukan
CT-scan
leher.
secukupnya,
sehingga
dapat
mengecilkan
nodul
(Noer,
K. PENATALAKSANAAN
1. Medika Mentosa
Pemberian Tiroksin dan obat Anti-Tiroid
Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma, selama ini diyakini bahwa
pertumbuhan sel kanker tiroid dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk
menekan TSH serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga
diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah operasi
pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid) yang digunakan saat ini
adalah propiltiourasil (PTU) dan metimasol/karbimasol
BAB III
PENUTUP
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran dari kelenjar tiroid yang
berbatas jelas dan tanpa gejala-gejala hipertiroidi.
Klasifikasi dari struma nodosa non toksik didasarkan atas beberapa hal
yaitu berdasarkan jumlah nodul, berdasarkan kemampuan menangkap iodium
aktif dan berdasarkan konsistensinya.
Etiologi dari struma nodosa non toksik adalah multifaktorial namun
kebanyakan struma diseluruh dunia diakibatkan oleh defisiensi yodium langsung
atau akibat makan goitrogen dalam dietnya.
Gejala klinis tidak khas biasanya penderita datang dengan keluhan
kosmetik atau ketakutan akan keganasan tanpa keluhan hipo atau hipertiroidi.
Diagnosis ditegakkan dari hasil anamnesa. Pemeriksaan sidik tiroid,
pemeriksaan USG, Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Bajah), termografi, dan
petanda Tumor (tumor marker).
Penatalaksanaan
meliputi
terapi
dengan
l-thyroksin
atau
terapi
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong. W, Sjamsuhidajat. R., 2004., Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
Revisi., EGC., Jakarta.
Lee,
Stephanie
L.,
2004.,
Goiter,
Non
Toxic.,
eMedicine.,
http://www.emedicine.com/med/topic919.htm
4. Mulinda,
James
R.,
2005.,
Goiter.,
eMedicine.,
http://www.emedicine.com/MED/topic916.htm
5. Sadler GP., Clark OH., van Heerden JA., Farley DR., 1999., Thyroid and
Parathyroid., In : Schwartz. SI., et al., 1999., Principles of Surgery. Vol 2.,
7th Ed., McGraw-Hill., Newyork.
6. Mansjoer A et al (editor) 2001., Struma Nodusa Non Toksik., Kapita
Selekta Kedokteran., Jilid 1, Edisi III., Media Esculapius., FKUI., Jakarta