Konsumsi alcohol secara regular dapat menyebabkan inhibisi reseptor NMDA (N-methyl-D-aspartate) dan aktivasi reseptor GABA-A (gamma-aminobutyric acid-A). disinhibisi serebral berhubungan dengan perubahan neurotransmitter yang memperkuat transmisi dopaminergik dan noradrenergik. Alkohol yang masuk kedalam tubuh akan mengalami serangkaian proses biokimia. Alcohol yang dikonsumsi 90%, diantaranya akan dimetabolisme oleh tubuh terutama hati oleh enzim alkohol dehidrogenase (ADH) dan koenzim nikotinamid-adenin-dinekleotida (NAD)
menjadi
asetaldehid
dan
kemudia
oleh
enzim
aldehida
dehidrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat. Asam asetat
dioksidasi
menjadi
CO2
dan
H2O.
piruvat,
levulosa
(fruktosa),
gliseraldehida dan alanin akan mempercepat metabolism alkohol
(Lieber,1994). Metabolisme alkohol melibatkan 3 jalur, yaitu jalur sitosol, peroksisom, dan mikrosom : 1) Jalur Sitosol/Lintasan Alkohol Dehidrogenase Jalur ini adalah proses oksidasi dengan melibatkan ADH. Proses oksidasi dengan menggunakan alkohol dehidrogenase terutama terjadi di hepar. Metabolism alkohol oleh ADH akan menghasilkan asetaldehid yang merupakan produk yang sangat reaktif dan sangat beracun sehingga menyebabkan kerusakan beberapa jaringan atau sel (Zakhari, 2006) 2) Jalur Peroksisom/Sistem Katalase Melalui enzim katalase yang terdapat dalam peroksisom (peroxysome) hydrogen yang dihasilkan dari metabolism alkohol dapat mengubah keadaan redoks, dan pada pemakaian alkohol yang lama dpat mengecil. Perubahan ini dapat menimbulkan perubahan metabolism lemak dan karbohidrat, yang menyebabkan bertambahnya jaringan kolagen dan dalam keadaan tertentu dapat menghambat sintesa protein (Zakhari, 2006) 3) Jalur Mikrosom Jalur ini juga sering disebut sistem SOME (Sistem Oksidasi Etanol Mikrosom) yang terletak dalam reticulum endoplasma. Dengan
pertolongan 3 komponen mikrosom (sitokrom P-450, reduktase, dan
lesitin) alkohol diubah menjadi asetaldehid (Zkhari, 2006) Komponen
alkohol
yang
diperbolehkan
dalam
minuman
beralkohol adalah etanol (C2H5OH) yang diperoleh dari fermentasi hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi. Miras oplosan merupakan minuman keras yang terdiri dari berbagai campuran, diantaranya dicampur dengan metanol, alkohol teknis (>55% etanol), obat-obatan, minuman bersoda / softdrink, suplemen kesehatan, bahkan ada juga yang dicampur dengan bahan kimia. Dari berbagai bahan tersebut, metanol dapat menyebabkan kebutaan dan seringkali menyebabkan kematian. Metanol adalah alkohol industri yang dibuat secara sintesis dan biasanya tersedia dalam konsentrasi tinggi untuk keperluan industri. Metanol (CH3OH) banyak digunakan dalam cat, penghilang pernis, pelarut dalam industri, cairan mesin fotokopi, pembuatan formaldehid, asam asetat, metil derivat dan asam anorganik. Dari segi penampakan fisik, etanol dan metanol sulit dibedakan. Metanol dan etanol sama-sama berbentuk cairan jernih tidak berwarna yang mudah bercampur dengan air, berbau alkohol, dan mudah terbakar. Metanol yang memiliki bau dan rasa mirip etanol sering disalahgunakan sebagai pengganti etanol dalam miras oplosan karena disamping harganya relatif lebih murah juga akibat ketidakpahaman akan bahaya yang ditimbulkannya. Banyak yang beranggapan bahwa sifat dan fungsi metanol sama dengan etanol, sehingga orang yang sudah kecanduan minuman keras dengan keterbatasan ekonomi cenderung membuat atau membeli minuman keras oplosan yang dicampur dengan metanol. Dilihat dari bahaya terhadap efek kesehatan, metanol jauh lebih berbahaya daripada etanol dan sangat berisiko terhadap kesehatan. Efek kesehatan yang ditimbulkan dari etanol antara lain dapat menyebabkan perasaan senang (eforia), pusing, mengantuk, depresi sistem syaraf pusat (SSP), mual, muntah, nyeri perut, diare, pankreatitis, hepatitis akut,
perdarahan pada saluran pencernaan, ataksia, disorientasi, inkoordinasi
otot, paralisis otot, depresi pernafasan, gagal nafas, aspirasi paru, edema paru, pneumonitis, asidosis metabolik, ketoasidosis, hipoglikemia, bradikardia, hipotensi, amnesia, penurunan tingkat kesadaran, kejang, pingsan, koma dan jika etanol dikonsumsi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kematian. Reaksi etanol yang masuk ke dalam tubuh akan segera diabsorbsi di lambung dan usus halus serta terdistribusi dalam cairan tubuh. Di dalam organ hati, etanol akan dimetabolisme oleh enzim alkohol dehidrogenase menjadi asetaldehid yang bersifat toksik dan karsinogenik.
Kemudian
oleh
enzim
asetaldehid
dehidrogenase,
asetaldehid diubah menjadi asam asetat, yang melalui siklus Krebs
akhirnya menghasilkan karbondioksida dan air.
Reaksi metanol yang masuk ke dalam tubuh dapat segera
terabsorbsi dan terdistribusi ke dalam cairan tubuh. Secara perlahan metanol dimetabolisme di dalam organ hati oleh enzim alkohol dehidrogenase membentuk formaldehid, lalu oleh enzim aldehid dehidrogenase dimetabolisme membentuk asam format. Baik formaldehid maupun asam format, keduanya merupakan senyawa beracun bagi tubuh,
terutama asam format yang selain dapat menyebabkan asidosis metabolik
juga dapat menyebabkan kebutaan permanen. Pada umumnya, gejala keracunan metanol muncul 30 menit hingga 2 jam setelah mengkonsumsi alkohol yang dioplos metanol. Gejala keracunan yang mula-mula timbul dapat berupa mual, muntah, rasa kantuk, vertigo, mabuk, gastritis, diare, sakit pada punggung dan lembab pada anggota gerak. Setelah melalui periode laten selama 6 hingga 30 jam, penderita dapat mengalami asidosis metabolik berat, gangguan penglihatan, kebutaan, kejang, koma, gagal ginjal akut yang disertai mioglobinuria (terdeteksinya protein serat otot/mioglobin dalam urin), bahkan kematian. DAFTAR PUSTAKA 1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26773/4/Chapt er%20II.pdf 2. http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/BAHAYA-MIRASOPLOSAN.pdf