Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

ANTROPOLOGI MARITIM

OLEH:
NAMA

: INDAH HAPSARI

STAMBUK : N1A1 14 026

JURUSAN ANTROPOLOGI SOSIAL


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016

A. IDENTITAS
Judul
Penulis
Penerbit
Tahun Terbit
Jumlah Halaman
Pembahasan
Biografi

: Nelayan Harus Sandar Dayung


: Pujo Semedi H. Jowono
: Konphalinbo
: 1998
: 25-34
:Dari Masa Jaya Hingga Suram
: Pujo Semedi H.Juwono lahir di Temanggung pada
tanggal 17 juni 1963
Kontak Alamat: Jl. Sosio Humaniora No. 1 Bulaksumur
Telepon Kantor: 0274-513096, ext. 123
Fax Kantor: 0274-550451
Kantor E-Mail:
Email alternatif :
Departemen: Antropologi
Website:
acadstaff.ugm.ac.id/MTk2MzA2MTcxOTkyMDMxMD
Ax
Pengajaran dan Pengawasan Keahlian: S1
Status: Aktif
Curriculum Vitae: Pujo Semedi Hargo
YuwonoCurriculum Vitae Latar belakang pendidikan :
Dokter, Antropologi / Amsterdam School for Social
Sciences Research, University of Amsterdam, Belanda,
Juli 1997 - Agustus 2001
Tesis: Guru, Antropologi / Sekolah Pascasarjana Seni dan
Sains, Ateneo de Manila University, Filipina, Juli 1989
- Agustus 1991
Tesis: Sarjana, Antropologi Budaya / Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Gadjah Mada, Indonesia, Juni

1985 - Juli 1989


Tesis: Tujuan penelitian:
Pertanian, Oceania, Penelitian Cluster / Grup:
Antropologi sosial budaya
award:
CHATSEA Co-Penyidik, Tantangan Transisi Agraria di
Asia Tenggara 2008
Post Doctoral Grant, Universitas Amsterdam, 2003
Pengalaman kerja :
Mengunjungi Peneliti, Juni 2003 - Agustus 2003,
Amsterdam Sekolah Ilmu Sosial, Universitas
Amsterdam
Mengunjungi Peneliti, Juni 2003 - Agustus 2003,
Lembaga Kebudayaan Oriental, Universitas Tokyo
Ketua Januari 2003 - Sekarang, Program
Pascasarjana Antropologi, Universitas Gadjah Mada
Asisten Wakil Dekan Kemahasiswaan, Januari 2002 Present, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah
Mada
Peneliti Asisten Januari 1992 - Januari 1993, Pusat
Studi Kependudukan, Universitas Gadjah Mada
Peneliti Januari 1991 - Januari 1993, Konsorsium
Penelitian Hutan Dan Alam Indonesia (Konphalindo)
Dosen, January 1991 - Present, Departemen
Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah
Mada
Asisten Peneliti Januari 1986 - Januari 1987,

Kelompok Penelitian Agroekosistem (KEPAS)


Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Peraturan
Menteri Pertanian
Peserta Kegiatan Ilmiah:Tantangan Transisi Agraria di
Asia Tenggara, Kanada, Seminar, Januari 2008

BAB 4

APA SAJA, YANG PENTING LAKU DIJUAL

Pada bab empat ini membahas tentang Ekosistem Kirdowono adalah


ekosistem yang dikonsepsikan oleh nelayan. Dari lingkunganya, nelayan tidak
hanya memetik materi dan energi saja, tetapi juga informasi. Melalui susunan
bintang yang sedang muncul di langit, nelayan dapat memperkirakan musim ikan
yang akan segera datang.
Kirdowono adalah desa Kirdowono, khususnya kampung rambut dan
ratan. Di tempat inilah para nelayan membuat persiapan-persiapan melaut dan
beristirahat setelah melaut, serta memperbaiki mesin, badan perahu, dan jaring.
Tempat pelelangan ikan (TPI) yang terletak di dekat muara Kirdowono, juga
penting sebagai pusat kegiatan nelayan.
Hingga awal dasawarsa 1970-an, tempat pelelangan ikan kirdowono
terletak di sudut Utara Kampung Ratan, di sebelah selatan komplek perumahan
nelayan. Pada saat itu setiap perahu yang akan menjual hasil tangkapan harus
berlayar memasuki sungai pucang sejauh 3 km. Mulai tahun 1978, tempat
pelelangan di pindahkan ke muara dan menempati bangunan darurat yang terbuat
dari bambu. Pemindahan tempat pelelangan itu di lakukan karena sungai pucang
di penuhi bngkai-bangkai perahu mayang yang membusuk akibat krisis tenaga rsa
itu.
Pada tahun 1985 TPI Kirdowono mendapat gedung baru yang permanen
dari pemerintah yang di tempati hingga kini dan letaknya tetap di muara sungai.
Ada beberapa alternatif tempat mendarat nelayan Kirdowono di luar desa mereka
sendiri. Tempat mendarat itu mereka datangi bila mereka beroperasi agak jauh
dari Kirdowono sebagai upaya untuk mengejar waktu lelang. Tempat pendaratan
alternatif itu terletak kurang dari 25 km dari muara Kirdowono.

SUNGAI-SUNGAI YANG BERJASA


5

Sungai pucang dan sungai maja, serta sungai kupang yang berada 4 km di
sebuah timur muara Kirdowono, tidak hanya menyuburkan tambak-tambak
bendeng dan udang, tetapi juga lingkungan laut tempat sungai-sungi itu bermuara.
sungai-sungai tersebt berasal dari pegunungan subur 30 kilometer di sebelah
selatan yang setiap hari mengalirkan zat hara yang di perlukan oleh ikan-ikan laut
di perairan Kirdowono seluas kurang lebih 160 kilometer persegi, 10kilometer
dari garis pantai ke utara, dan masing-masing 8 kilometer ke arah barat dan timur
muara sungai pucang. Batas-batas perairan itu di tentukan berdasarkan lokasi
terjauh yang biasa di capai nelayan Kirdowono.
Secara garis besar nelayan membagi perairan Kirdowono kedalam tiga
zona

penangkapan.

Masin-masing

dengan

karakteristik

lingkungan

dan

sumberdaya tersendiri. Zona pertama di sebut gisikan perairan yang membentang


dari garis pantai hingga ke kedalaman 5 meter. Di zona ini nelayan memperoleh
ikan gisikan yaitu ikan-ikan demersal yang biasa hidup di sekitar garis pantai.
Zona ke dua adalah perairan dengan kedalaman 5-30 meter yang mengandung
lebih banyak jenis dan jumlah sumber daya di bandingkan dengan perairan
gisikan. Zona ke tiga adalah ikan-ikan pelagis yang oleh para nelayan di sebut
iwakloran atau ikan perairan utara, dapat di tangkap di peraira zona ke dua.
Namun umumnya ikan-ikan tersebut bergerak di laut lepas 10 km dari garis
pantai.
PENANGGALAN DAN MUSIM
Musim sangat penting bagi nelayan karena berhubungan dengan cuaca dan
sumber daya. Untuk menandai musim, nelayan Kirdowono menggunakan sistem
kalender yang mereka sebut pranata mangsa. Selain itu, nelayan juga
memperhatikan peredaran bintang, arah angin muson, dan arus laut. Identifikasi
terhadap gejala alam ini sangat membantu nelayan Kirdowono untuk merumuskan
apa yang harus mereka lakukan dari waktu ke waktu agar memperoleh hasil
tangkapan yang memuaskan dan selamat dalam pelayaran.
PENGGALAN

Seperti wilayah lain di indonesia, Kirdowono merupakan daerah tropis


yang memiliki 6 bulan musim kemarau dan 6 bulan musim hujan dalam setiap
tahunya. Musim hujan berlangsung antara bulan Oktober-Maret, dengan
puncaknya pada bulan Desember hingga Februari bersamaan dengan kedatangan
angin barat yang kencang .Musim kemarau datang bersama dengan bertiupnya
angin Timur pada bulan April hingga Oktober. Namun pada musim kemarau ini
berlangsung musim paceklik yang memaksa para nelayan tetap tinggal di
rumah.Sitem kalender tradisional Jawa yaitu pranata mangsa berdasarkan pada
gerak matahari seperti halnya kalender masehi. Pada tahun 1855, Raja Surakarta
Sunan Paku Bowono VII mengubah sistem 10 mangsa menjadi 12 mangsa.
MUSIM
Nelayan Kirdowono menandai musim dengan arah angin dan cuaca
tahunan. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, angin yang bergerak melewati
Kirdowono dan perairan di sekitarnya adalah angin barat yang bertiup dari arah
barat selama bulan Oktober sampai Maret, dan angin timur yang bertiup dari
Timur ke Barat pada bulan mei sampai september. angin lokal yang pertama
adalah angin harian yang muncul sebagai efek pemanasa permukaan daratan dan
lautan oleh matahari. Angin yang membawa badai selalu datang dari arah sudut
mata angin, yaitu timur laut, tenggara, barat daya, dan barat laut.
OMBAK DAN ARUS
Ombak adalah permukaan air laut yang menjulang runcing dari permukaan
rata-rata dan seolah bergerak menuju kesuatu arah tertentu. Ombak timbul karena
di dalam air laut ada arus yang bergerak. Nelayan Kidrowono membagi ombak
menjadi dua jenis,berdasarkan ukuranya secara relatif yaitu ombak dan agung
dimana ombak yaitu ombak biasa dan aggung merupakan ombak yang berukuran
besar.Arus adalah air laut yang mengalir dari stu tempat ketempat lain. Arus
terjadi karena perbedaan suhu suatu perairan dengan perairan yang lain, dan juga
pengaruh gerak angin. Ada dua jenis arus yaitu kacar adalah arus yang bergerak di

permukaan air laut, tebalnya kurang lebih dari satu depa di perairan dekat pantai
dan tiga depa di perairan tengah dan arus yaitu aliran air di bawah kacar.
BINTANG
Nelayan Kirdowono memanfaatkan rasi-rasi bintang tertentu, sedikitnya
untuk kepentinganya, yaitu sebagai bagian dari sistem kalender dan sebagai
petunjuk arah. Sebagai sistem kalender, mereka mengenal 6 bulan rasi bintang
yang muncul secara bergantian sepanjang tahun, yaitu lintang lumbung (rasi
cygnus), lintang weluku(rasi orion), lintang wuluh(rasi cetus), lintang gubug(rasi
crux), dan lintang lanjar(alpha centaury). Sedangkan sebagai petunjuk arah,
nelayan mengenel lintang prau(rasi ursa maior) dan lintang gubug.
SUMBER DAYA
Nelayan Kirdowono membagi binatang yang terjerat jaring menjadi dua
macam, yaitu satuan(binatang yang berbahaya) dan pangkat(hasil yang memiliki
nilai ekonomis). Satuan mencakup semua jenis binatang lautyang membahayakan
para nelayan, karena dapat menimbulkan rasa sakit, bahkan kematian. Pangkat
meliputi semua jenis ikan, udang, kepiting, dan moluska yang laku di jual atau
dapat di konsumsi sendiri oleh para nelayan.
MUSIM IKAN
Pemunculan ikan oleh para nelayan di kelompokan dalam dua kategori
ekstrim yaitu mangsa tlengongan atau mangsa nelak atau musim panen, dan
mangsa paila atau musim paceklik. Pembagian dua musim tersebut oleh para
nelayan di tumpangkan pada sistem pranata mangsa sehingga membentuk sebuah
kalender sumber daya yang di wariskan turun temurun dari generasi ke generasi.
UDANG
Udang adalah sumber daya yang penting bagi nelayan Kirdowono, karena
harga jualnya tinggi dan pernah melimpah di perairan Kirdowono. Nelayan

Kirdowono menggolongkan udang tangkapan mereka kedalam beberapa jenis


berdasarkan penampilan fisiknya, yaitu udang jerbung, blago, peci, dan dogol
REBON
Sasaran tangkap alternatif selain udang adalah Rebon meski semula tidak
begitu populer di kalangan para nelayan. Hingga tahun 1986 rebon di perairan
Kirdowono di tangkap para nelayan sambilan yang bekerja hanya saat musim
rebon.
IKAN
Ikan merupakan sasaran tangkap utama nelayan Kirdowono yang
menggunakan pukat pantai dan payang. Menurut catatan produksi tahunan, jenisjenis ikan yang penting bagi nelayan Kirdowono meliputi jenis-jenis cucut, ekor
kuning, beloso, klaosan, layur, pari, petek, tigawajah, dan teri. Selain jenis-jenis
tersebut ada beberapa jenis ikan demersial yang tidak terlalu besar jumlah
penangkapanya, seperti bawal belanak, ikan kuwe dan kakap.
CUMI-CUMI
Cumi-cumi dapat diperoleh hampir sepanjang tahun di perairan
Kirdowono. Jumlahnya cenderung meningkat selama mangsa kasanga dan
kasepulu, yaitu antara bulan maret hingga bulan mei. Oleh karena itu, hanya pada
tiga bulan tersebut nelayan sengaja menangkap cumi-cumi dengan menggunakan
caduk atau jaring serok bertangkai panjang pada malam hari. Catatan produksi
tahun 1987-1992 menunjukan bahwa pada puncak musimnya, yaitu pada bulan
mei, nelayan Kirdowono memperoleh sekitar 1,8 ton cumi-cumi. Sedangkan pada
bulan yang palin sepi yaitu November hanya sekitar setengah ton cumi-cumi saja
yang dapat diangkat dari laut.

DAFTAR PUSTKA

Juwono, Pujo Semedi H.1998.Ketika Nelayan Harus Sandar Dayung.Jakarta :


Konphalindo.

10

Anda mungkin juga menyukai