Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS ANGKET (PENELITIAN

KUANTITATIF)

Pengertian Angket
Pengertian angket berdasarkan depdikbud tahun 1975 adalah suatu alat pengumpul data yang
berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban.
Angket adalah suatu alat yang dignakan untuk mengumpulkan data dengan cara membuat
daftar pertanyaan secara tertulis dan lalu oleh narasumber (read : responden) akan diisi
dengan cara tertulis pula. Oleh masyarakat luas, angket sering kali juga disebut dengan
sebutan Quesioner.
Jenis-Jenis Angket
Angket atau Quesioner terdir dari lima jenis, yaitu :
1. Angket tertutup
Angket tertutup yaitu angket yang didalamnya telah terdapat alternative jawaban yang telah
ditentukan oleh si pemuat angket. Jawaban tertsebut bisa berupa jawaban yes or no, atau
pilihan ganda sehingga narasumber (read : Responden) tidak berkesempatan untuk mengisi
dengan jawaban sendiri.
2. Angket terbuka
Angket terbuka yaitu angket yang system menjawabnya tidak menggunakan pilihan ganda
maupun yes or no sehingga responden (narasumber) bisa leluasa mengisi pertanyaan dalam
angket tersebut dengan jawaban dan pendapat mereka sendiri tanpa dibatasi oleh alternative
jawaban dari angket tersebut.
3. Kombinasi angket terbuka dan angket tertutup
Jenis angket ini yaitu gabungan dari kedua jenis angket sebelumnya, maksudnya dalam
angket ini terdapat pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan alternative jawabannya,
namun terdapat pula pilihan alternative bagi responden (narasumber) untuk membuat
jawabannya sendiri untuk mengemukakan pendapatnya apa bila didalam pilihan jawaban
yang disediakan oleh pembuat angket tersebut tidak terdapat jawaban seperti yang responden
inginkan.
4. Angket langsung
Angket langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan
respondens (jawaban tentang diri responden, missal jumlah anak, jumlah penghasilan,dll)
5. Angket tidak langsung
Angket tidak langsung yaitu angket yang berisi daftar pertanyaan tentang orang lain dan diisi

oleh responden yang mengetahui tentang orang tersebut (dimana responden menjawab
pertanyaan tentang orang lain)
Cara Membuat Angket
Angket merupakan suatu cara untuk mendapatkan data dalam usaha memechkan suatu
permasalahan dalam penelitian, karnanya untuk membuat sutu angket perlu memperhatikan
hal-hal berikut :
1. menggunakan bahasa yang sederhana, dengan pertimbangan yang dihadapi adalah orangorang yang berbeda karakteristik maupun pengetahuan, sehingga hindari istilah istilah
teknis, serta pilih kata-kata yang mengandung arti sama bagi semua orang.
2. menggunakan kalimat yang pendek, dengan pertimbangan kalimat majemuk, panjang, dan
berbelit-belit akan membuat responden kesulitan mengerti.
3. Jauhi pertanyaan yang berhubungan dengan harga diri dan bersifat pribadi dari responden.
4. Menyusun angket dengan sesingkat, sehingga tidak akan memakan waktu yang lama.
5. Dalam daftar pertanyaan jauhi kata-kata yang menyinggung perasaan responden
(narasumber) atau usaha untuk memberikan pemahaman (read : menggurui) kepada
responden terhadap angket yang kita buat.
Untuk membuat sebuah angket yang valid perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain
:
1. Pertanyaan haruslah mudah dipahami dan tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda.
2. Pertanyaan harus berhubungan dengan topik permasalahan.
3. Pertanyaan harus menarik sehingga responden merasa senang untuk menjawabnya.
4. Jawaban responden diusahakan bisa konsisten sejak pertanyaan pertama hingga akhir.
5. Alternative Jawaban yang diberikan harus beragam (variatif) agar responden tidak
kebosanan.
Contoh Angket

PENYUSUNAN INSTRUMEN
PENGKAJIAN PROGRAM PAUDNI
Oleh: Drs. Kustopo, M.Pd
(Makalah disampaikan dalam workshop Pamong Belajar Provinsi Jawa Tengah)

A. Pengertian
Menurut Suharsimi Arikunto (2007), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Alat bantu yang digunakan
dalam pengumpulan data ini bias berupa alat ukur, kuesioner, soal tes atau soal ujian, cek lis
dan lain sebagainya. Moleong (2006), mengatakan bahwa Instrumen penelitian merupakan
alat pengumpul data. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi intrumen penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Diungkapkan juga oleh Moleong bahwa ciri umum peneliti sebagai
instrument mencakup segi responsive, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,
mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan
kesempatan mencari respon yang tidak lazim atau idiosinkratik.
Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat
bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi keadaan tentang variabel
yang sedang diteliti. Instrumen atau alat pengumpul data merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data tersebut dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

Menyusun instrumen

pengumpulan data penelitian dilakukan setelah peneliti

memahami betul apa yang menjadi variabel penelitian. Pemahaman Penelitia terhadap
variabel dan hubungan antar variabel aan mempermudah peneliti dalam menentukan dan
menyususn intrumen penelitian yang akan digunakan. Setelah memahami variabel peneliti
dapat menyusun instrumen untuk dapat menjabarkan kedalam bentuk sub variabel,
indikator, descriptor/item dan butir-butir pertanyaan. Dengan demikian maka instrumen
penelitan menajdi hal penting untuk menjaga agar penelitian yang dilakukan tersebut bermutu
dan berkualitas.
B. Jenis-jenis Instrumen
Penyusunan instrument sangat terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan
dilakukan oleh pengkaji program. Berdasarkan teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian yang dapat dilakukan oleh pengkaji program, meliputi:
1. Tes (test)
Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau soal-soal
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu maupun kelompok.
Adapun beberapa macam tes instrumen pengumpul data, antara lain:
a.

Tes kepribadian (personal test)

b. Tes bakat (talent test)


c.

Tes prestasi (pencapaian sesuatu)/(achievement test)

d. Tes intelegensi (tingkat intelektual)


e.

Tes sikap (attitude test).


2. Kuisioner (angket)
Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya.
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang paling sering digunakan oleh
peneliti/pengkaji program karena dipandang efektif dan efisien. Angket sangat cocok
digunakan untuk responden yang jumlahnya sangat banyak serta wilayah penelitiannya
sangat luas.
Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup.

a.

Angket terbuka (angket tidak berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk
pertanyaan terbuka sehingga responden dapat memberikan isian jawaban sesuai dengan
kehendak dan keadaannya.
Contoh angket terbuka:

1) Bagaimanakah pendapat Anda tentang diadakannya program Desa Vokasi di tempat tinggal
Anda?
2) Apakah Anda pernah mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pada program Desa Vokasi
yang diselenggarakan di tempat Anda?
b. Angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian
rupa,

responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik

dirinya dengan memberikan tanda silang (X) atau tanda check list ().
Contoh angket tertutup yang pengisiannya cukup dengan menggunakan tanda silang (X).
Berilah tanda silang pada pernyataan berikut.
1)

Apakah saudara merasa senang mengikuti pelatihan otomotif yang diselenggarakan oleh
SKB?
a. Ya

b. Tidak

2) Apakah peralatan pelatihan yang disediakan oleh SKB dalam pelatihan sudah lengkap?
a. Ya

b. Tidak

Contoh angket tertutup yang pengisiannya cukup dengan menggunakan tanda check list
atau centang ().
Berilah tanda check list atau centang () pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan
kondisi Anda.
1) Jenis kelamin Anda .
Laki-laki
Perempuan
2) Status pernikahan Anda .
Belum kawin
Kawin
Duda/janda
Sugiyono (2005), mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai
teknik pengumpulan data yaitu:

1) Isi dan tujuan pertanyaan.


2) Bahasa yang digunakan.
3) Tipe dan bentuk pertanyaan.
4) Pertanyaan tidak mendua.
5) Tidak menanyakan yang sudah lupa.
6) Pertanyaan tidak menggiring.
7) Panjang pertanyaan.
8) Urutan pertanyaan.
9) Prinsip pengukuran.
10) Penampilan fisik angket.
3. Wawancara (interview)
Moleong (2006) mengemukakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai.
Tujuan dilakukan wawancara adalah untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang tidak memungkinkan untuk
ditemukan melalui observasi. Sugiyono (2005) menyatakan bahwa tujuan dilakukan
wawancara atau interviu adalah untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak
bisa ditemukan melalui observasi.
Teknik wawancara dilakukan dalam pengkajian program dengan tujuan untuk menggali
berbagai informasi terkait dengan apa saja yang terjadi atau dialami selama penyelenggaraan
program PAUDNI berlangsung. Teknik wawancara ini dilakukan dengan asumsi bahwa:
1) merupakan cara untuk memperoleh data langsung dari sumbernya,
2) ingin menggali informasi lebih mendalam pada responden,
3) responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya,
4) responden dapat dipercaya,
5) responden dan peneliti memiliki interpretasi yang sama tentang pertanyaan-pertanyaan.
Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan atas:
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah tersusun, setiap responden diberi pertanyaan yang sama. Sehingga

orang lain (bukan pengkaji) dapat membantu mengambil data/melakukan wawancara dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sudah tersusun.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana pengkaji tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancaranya berupa garis-garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan kepada responden. Pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kemampuan
pewawancara untuk menggali informasi yang lengkap dari responden.
Dalam melakukan wawancara antara pengkaji dengan responden akan terjadi kontak pribadi,
oleh karena itu harus pengambil data harus memahami situasi dan kondisi responden.
Contoh butir pertanyaan dalam panduan wawancara tidak terstruktur:
Bagaimana peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan program Desa Vokasi?
Pertanyaan ini akan berkembang menjadi:

Apakah masyarakat banyak yang ikut?

Apakah masyarakat aktif mengikuti program?

Bagaimana kehadirannya?

Apakah masyarakat bersemangat dalam mengikuti program?

Bagaimana peran serta perangkat desa?

Apakah perangkat desa mendukung?

Dalam bentuk apa dukungannya?


Pertanyaan akan terus bertambah sampai pengkaji merasa data yang dikumpulkan sudah
tercukupi.
4. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke
lapangan terhadap obyek yang diteliti (Sugiyono, 2005). Moleong (2006), menyebut
observasi dengan istilah pengamatan berperanserta. Pengamatan atau observasi merupakan
kegiatan dimana peneliti terlibat secara langsung pada obyek yang dikajinya. Peneliti
mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada peristiwa yang
sangat kecil sekalipun.

Pamong belajar dalam melaksanakan pengkajian program sebenarnya lebih cocok


dengan observasi, karena semenjak perancangan program, pelaksanaan, dan monitoring,
mereka sudah terlibat secara langsung.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:
a. Observasi berperan serta
Dalam observasi ini, pengkaji program terlibat dengan kegiatan sehari-hari dalam program
yang diamati.
b. Observasi non partisipant
Dalam observasi ini, peneliti hanya sebagai pengamat independen. Observasi ini dapat
dilakukan oleh pamong belajar dari luar penyelenggara program.
Dalam melaksanakan kegiatan observasi, seorang pengkaji program harus melakukan
pencatatan peristiwa-peristiwa yang dialami/ditemui saat mengadakan pengamatan. Catatancatatan ini yang nantinya digunakan sebagai data temuan dalam pengkajian program.
Pada era digital seperti sekarang, observasi dapat dibantu dengan menggunakan alat
perekam yang modern, seperti handicam, tape recorder dan sebagainya. Dengan
menggunakan alat bantu perekam data ini akan mempermudah pengambilan data di lapangan,
data lebih valid dan dapat diputar ulang apabila pengkaji program merasa perlu untuk
meyakinkan hasil observasinya.
5. Dokumentasi
Sugiyono (2005), menyatakan bahwa studi dokumentsi disebut sebagai penelusuran
literature, yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan sebagian atau seluruh data yang
telah ada atau laporan data dari peneliti sebelumnya. Sedangkan Moleong (2006) menyatakan
bahwa dokumetasi merupakan setiap bahan tertulis ataupun film, bisa berupa dokumen
pribadi maupun dokumen resmi.
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat pengkaji program
melakukan pengkajian. Dokumen yang dapat diambil meliputi buku-buku yang relevan
seperti modul, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, film dokumenter dan data lain yang
relevan.
Data yang diperoleh dari penelusuran dokumentasi digunakan sebagai dasar pengkajian
program yang telah dilaksanakan. Data ini biasanya akurat dan dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk melakukan pengkajian apakah program berjalan sesuai dengan rencana
ataukah melenceng dari desain yang telah dirancang pada awal kegiatan.

Untuk memudahkan kegiatan pengambilan data melalui dokumen, maka pengkaji


program perlu membuat catatan ataupun check list. Hal ini dilakukan agar pengkaji program
tidak lupa dan tidak mengalami keterceceran data. Apalagi kalau jumlah data yang harus
diukur sangat banyak, tentunya pengkaji program harus jeli dan hati-hati.

Contoh instrument dokumen dengan tabel check list sederhana.


No

Dokumen Perencanaan Program Kegiatan


Pelatihan Otomotif

Desain pelatihan

Kurikulum

Standar kompetensi dan kompetensi dasar

Jadwal pelaksanaan kegiatan

Kondisi
Ada
lengka
p

Ada
sebagia
n

Tidak
ada

Pembuatan instrument untuk dokumen ini dapat dimodifikasi dengan berbagai bentuk,
dengan tujuan untuk mempermudah pengkaji program melakukan pengumpulan data,
sehingga tujuan akhir dari pengambilan data, yaitu pengolahan data, dapat dilakukan dengan
mudah.
6.

Rating scale (skala bertingkat)


Rating Scale adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang berisi skala sikap bertingkat yang harus dipilih dengan cara member tanda
silang (X), check list atau centang (), maupun melingkari (0) pada jawaban yang sudah
disediakan. Pada rating scale, data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Bentuk instrument Rating Scale ini hampir sama dengan
kuesioner tertutup, yang membedakan adalah penekanan pada jawaban pernyataan yang lebih
menekankan adanya tingkatan/herarkis sikap dari responden.
Contoh instrument Rating Scale:
1) Berilah tanda silang (X) pada kolom yang disediakan sesuai dengan pernyataan:
SS

= jika sangat setuju,

= jika setuju,

= jika ragu-ragu

TS

= jika tidak setuju

STS

= jika sangat tidak setuju


No

Pernyataan

TS

S
1

Program Desa Vokasi member inspirasi


masyarakat desa untuk berwirausaha

Program Desa Vokasi membangkitkan


perekonomian masyarakat pedesaan

Progran Desa Vokasi mendorong kemajuan


desa

ST
S

2) Berilah tanda check list atau centang () pada kolom skor yang disediakan sesuai dengan
kondisi yang ada pada penyelenggaraan Program Pelatihan Otomotif di tempat saudara:
1

= jika tidak ada,

= jika sebagian ada,

= jika seluruhnya ada


No

Pernyataan

SKOR
1

Silabus pembelajaran/pelatihan otomotif

Perencanaan pembelajaran berupa RPP

Buku panduan/modul sesuai dengan kurikulum

Jadwal penyelenggaraan pelatihan

Alat evaluasi/soal tes

C. Langkah-langkah menyusun Instrumen


Supaya pengkaji program PAUDNI dalam menyusun instrument dapat runtut dan
sistematis, ada lima langkah yang perlu diperhatikan dalam penyusunan instrumen penelitian,
yaitu:
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang akan diteliti,
2. Menjabarkan variabel menjadi indikator-indikator,
3. Menjabarkan indicator menjadi item-item,

4. Mendeskripsikan setiap butir item ke dalam jenis instrument,


5. Merumuskan butir soal atau pertanyaan maupun pernyataan untuk setiap jenis instrumen.
Antara instrument dengan metode pengumpulan data saling

terkait dan tidak bisa

dipisahkan. Jenis metode yang akan digunakan dalam pengambilan data akan berpengaruh
pada jenis instrument yang akan dipakai sebagai alatnya. Berikut adalah gambaran
keterkaitan antara metode dengan instrument.
No
1.

Metode

Jenis Instrumen

Angket/Kuesione
r

Rumusan Butir
Instrumen

Angket/Kuesioner,
Rating Scale, Test

Angket, daftar
cocok/check list, Skala,
inventory, soal tes

2.

Wawancara/
interviu

Wawancara

Pedoman wawancara,
daftar cocok, daftar
pertanyaan

3.

Pengamatan/
observasi

Observasi/Pengamatan,
Wawancara,
Dokumentasi

Lembar pengamatan,
catatan kasus, catatan
peristiwa, panduan
observasi, panduan
wawancara, dokumentasi

4.

Studi
Dokumentasi

Dokumentasi,
Observasi

Daftar cocok/check list,


dokumentasi, lembar
pengamatan, catatan
kasus, catatan peristiwa,
panduan observasi.

D. Validitas dan reliabilitas Instrumen


Sugiyono(2002), menyatakan instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan instrument yang reliable
berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang sama pula.
Kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama, yaitu validitas dan reliabilitas.
Validitas suatu instrumen menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Dengan menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, maka
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable. Instrumen yang valid dan reliable
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang benar-benar akurat.

E. Pengujian Validitas Instrumen


Sugiyono (2002), menyatakan ada tiga jenis pengujian Validitas instrument, yaitu:
1. Pengujian Validitas kontruksi (Contruct Validity)
Untuk menguji validitas kontruksi maka dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment
expert). Instrumen dikatakan mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala teori tertentu, yang selanjutnya dikonsultasikan kepada
ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun. Misalnya akan
mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja.
Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai
dengan definisi.
Setelah pengujian kontruksi dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen.
Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas kontruksi dilakukan dengan analisis faktor,
yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi (Content Validity)
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang berbentuk test.
Instrumen test ini biasanya digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur
efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang
mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang
telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan
program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Jika tutor/nara sumber memberikan ujian di luar materi pelajaran yang telah ditetapkan,
berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas kontruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator
sebagai tolok ukur, dan butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari
indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan
mudah dan sistematis.
3. Pengujian Validitas Eksternal

Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari


kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja peserta pelatihan, instrument untuk
mengukur kemampuan penyaji materi atau nara sumber. Maka kriteria kinerja peserta
pelatihan ataupun kemampuan nara sumber dalam menyampaikan materi pelatihan pada
instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja
yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di
lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang
tinggi.
F. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2002) dapat dilakukan secara
eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan
instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan
signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi
maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini?
Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan
berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara
data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif
dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa
kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan
ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah

itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika
dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam
koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan,
maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu.
Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian
reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split
half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakaeta: Bumi Aksara
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitaian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta
_______. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai