Anda di halaman 1dari 14

Combustion pada Dewasa

Haekal Mahargias
102011342
B9
haekalmahargias@yahoo.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon jeruk, Jakarta Barat

Pendahuluan
Pada tubuh manusia sistem integument merupakan sistem yang terdiri dari kulit serta
struktur tambahannya, seperti rambut, kelenjar keringat, dan jaringan subkutis. Dalam keadaan
normal kulit dalam sistem ini tersusun atas dua lapisan utama epidermis pada bagian luar dan
dermis pada bagian dalamnya dengan kontur permukaan yang rata serta warna yang sama pada
semua bagiannya. Sistem ini berperan dalam menutupi seluruh permukaan tubuh untuk
memisahkan tubuh dari lingkungan luar serta mencegah masuknya berbagai macam zat yang
dapat membahayakan tubuh. Namun kulit memiliki sifat yang rentan terhadap berbagai macam
trauma salah satunya luka bakar/combustion.1
Combustion atau luka bakar merupakan suatu kondisi luka yang dapat disebabkan oleh
api, air mendidih, listrik, dan kimia. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan masalah serius bagi
penderita seperti syok hipovolemik, kontraktur, bahkan kematian. Di Amerika luka bakar
1

merupakan masalah utama penyebab kematian dan kecacatan pada seseorang. Dalam aktifitas
sehari-hari sebagian besar luka bakar terjadi di dalam rumah terutama di dapur dengan penderita
terbanyak adalah dewasa muda dan anak-anak 1,2
Oleh karena itu dalam menangani pasien dengan masalah combustion diperlukan
wawasan klinis yang mengacu pada kondisi fisiologis cairan dan elektrolit, infeksi bedah,
pemeliharaan nutrisi, pemantauan kardiopulmonal, dan perawatan luka, dimana tidak satupun
dapat diatasi sebagai kondisi-kondisi yang terpisah tanpa pemahaman proses penyakit secara
keseluruhan. Sehingga hal ini menyebabkan penulis ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang
dapat memicu terjadinya luka bakar, kemungkinan dampak apa yang dapat muncul bila
seseorang mengalami luka bakar, dan bagaimana cara penanganan awal pada pasien yang
mengalami luka bakar hal ini bertujuan untuk meminimalisasi komplikasi yang dapat muncul
bila mengalami penanganan yang lambat.2
Berdasarkan kasus penulis menduga bahwa pasien mengalami luka bakar yang
disebabkan oleh ledakan gas yang dapat memicu terjadinya syok hipovolemik pada seseorang.

Pembahasan
1. Anamnesis
Dalam melakukan pemeriksaan pada pasien langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
melakukan tindakan anamnesis. Anamnesis merupakan suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan
melalui suatu percakapan antara dokter dengan pasiennya langsung (autoanamnesis) atau dengan
orang yang mengetahui tentang kondisi pasien (alloanamnesis), percakapan ini dilakukan sesuai
dengan kondisi yang sedang dialamin oleh pasien jika pasien sadar dan memungkinkan untuk
dilakukan pemeriksaan secara langsung maka cara yang tepat adalah autoanamnesis namun jika
pasien dalam keadaan sebaliknya maka cara yang tepat adalah dengan alloanamnesis.2
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan data pasien serta permasalahan medis yang
dialami oleh pasien. Apabila dokter dapat melakukan anamnesis dengan cermat maka informasi
yang didapat akan penting untuk melakukan diagnosis, hal ini dikarenakan sekitar 60-70 %
diagnosis yang benar sudah dapat ditegakkan hanya dengan melalui anamnesis.2
Dalam melakukan anamnesis harus dilakukan sesuai dengan sistematika yang baku, hal
ini bertujuan agar selama dokter melakukan anamnesis ia tidak kehilangan arah dan tidak ada
2

informasi yang terlewat, selain itu hal ini juga dapat mempermudah orang lain untuk
membacanya. Dalam menegakkan diagnosis pada pasien combustion anamnesis dilakukan untuk
mengetahui faktor penyebab terjadinya luka bakar dan bagaimana cara penanganan terbaik
terhadap pasien tersebut.2
Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara lain identitas pasien
terkait (nama, usia, alamat, jenis kelamin, pekerjaan, agama, perkawinan, suku bangsa, dan
pendidikan terakhirnya) berdasarkan kasus pasien adalah seorang wanita berusia 40 tahun.
Selanjutnya perlu kita ketahui keluhan utama pasien (keluhan yang sebabkan pasien datang ke
dokter dan berapa lama keluhan itu berlangsung) pada kasus combustion perlu kita ketahui
tanggal, jam, dan lokasi geografis dari cedera yang dialami pasien hal ini penting untuk
penatalaksanaan serta pengobatan awal dalam meminimalisasi kondisi pasien agar lebih baik,
berdasarkan kasus pasien mengalami keluhan ini sejak 1 jam yang lalu.2
Kemudian perlu kita ketahui riwayat penyakit sekarang dari pasien hal ini penting bagi
kita untuk mencatat penanganan apa yang telah pasien peroleh sebelum datang kedokter, karena
pada beberapa kasus penanganan resusitasi dini pada pasien dapat menjaga kondisi pasien dalam
keadaan baik. Selain itu riwayat penyakit dahulu pasien juga perlu diketahui karena bila pasien
memiliki riwayat diabetes melitus, koroner, penyakit paru kronis, penyakit serebrovaskular, dan
AIDS akan mempengaruhi keberhasilan penanganan kasus pada pasien, berdasarkan kasus
pasien tidak memiliki penyakit kronis lain. Selain itu riwayat penyakit keluarga dan keadaan
sosial pasien juga perlu diketahui dalam mendiagnosis pasien dengan luka bakar.2
2. Pemeriksaan fisik
Setelah kita melakukan anamnesis selanjutnya kita melakukan pemeriksaan fisik dari
pasien untuk memperkuat diagnosis yang kita lakukan. Pemeriksaan fisik merupakan jenis
pemeriksaan yang dilakukan untuk memperoleh status kesehatan pasien secara objektif,
sekaligus memperkuat data yang telah kita peroleh saat melakukan anamnesis demi terciptanya
diagnosis yang akurat. Dalam melakukan pemeriksaan fisik seorang dokter harus menunjukan
sikap lega artis terhadap pasien demi terciptanya rasa percaya pasien kepada dokter saat
melakukan pemeriksaan tersebut, sehingga hal ini dapat mempermudah dokter untuk
memperoleh data yang akurat.2
Pada pasien luka bakar diperlukan evaluasi yang aman dan tangkas sesuai petunjuk
Advanced Trauma Life Support. Dengan memperhatikan beberapa aspek antara lain, persentase

luas luka bakar, kedalaman luka yang timbul pada kulit, serta berdasarkan berat/ringannya status
luka bakar yang dialami pasien.3
Persentase luas luka bakar
Dalam pemeriksaan persentase luas bakar dilakukan dengan menggunakan prinsip
rule of nine dalam rumus ini tiap daerah anatomi ditentukan persentase TBSA (luas luka bakar
seluruh permukaan tubuh) dengan perkalian 9. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui jumlah
cairan yang diberikan untuk resusitasi. Tiap anggota gerak atas diberi angaka 9%, tiap anggota
gerak bawah diberi angka 18%, batang tubuh depan dan belakang masing-masing 18%, kepala
dan leher 9% serta perineum dan genital 1%. Namun rumus ini tersebut tidak digunakan pada
bayi dan anak karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, pada anak 0-3 tahun persentase kepala 21% dan
kaki 12%, pada anak usia 4-7 tahun kepala 17% dan kaki 14 %, pada anak 8-11 tahun kepala
13% dan kaki 16%.3,4

Gambar 1 . Rule of nine


Kedalaman luka pada kulit
Pemeriksaan terhadap kedalaman luka merupakan tindakan yang penting untuk
mengevaluasi pasien dalam melakukan prosedur pembedahan dan perawatan rehabilitasi jangka
panjang. Berdasarkan kedalaman suatu luka bakar pada kulit dapat dikelompokkan dalam tiga
derajat.3
Derajat 1
4

Disebut juga sebagai luka bakar superficial, hal ini dikarenakan luka hanya
mengenai daerah epidermis luar dan tampak sebagai daerah hiperemia dan eritema yang
akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 2-3 hari. Keadaan ini biasanya
disebabkan oleh sinar ultraviolet atau paparan panas yang sangat singkat, penanganan
yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kompres dingin untuk hilangkan nyeri.

Derajat 2
Disebut juga luka bakar dermis, hal ini dikarenakan luka telah mencapai
kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa, seperti sel epitel
basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa
sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh dengan sendirinya dalam 10-21 hari.
Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak
lebih pucat dan lebih nyeri daripada luka derajat 1 karena adanya iritasi ujung
saraf sensorik. Pada keadaan ini juga timbul bula berisi cairan eksudat yang
keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meningkat. Luka bakar
derajat 2 terdiri atas dua bagian, yaitu derajat dua dangkal dan derajat dua dalam.2
Derajat 2 dangkal, di mana kerusakan mengenai bagian superfisial dari
dermis dan penyembuhan terjadi spontan dalam 10-14 hari. Sedangkan derajat 2
dalam, di mana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila
kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subjektif dirasakan nyeri. Penyembuhan
terjadi lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan
reproduksi sel-sel kulit (biji epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea, dan sebagainya) yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.4
Derajat 3
Mengenai semua lapisan kulit, mungkin subkutis, atau organ yang lebih
dalam. Oleh karena tidak ada lagi epitel yang hidup maka untuk mendapatkan
kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi
memberikan gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula, dan tidak
nyeri.4
Walaupun klasifikasi ini sering digunakan, tetapi luka bakar lebih baik
diklasifikasi sebagai sebagian ketebalan kulit dan seluruh ketebalan kulit. Luka
5

sebagian ketebalan kulit meliputi derajat satu dan dua, sedangkan luka seluruh
ketebalan kulit meliputi luka derajat tiga. Sistem klasifikasi ini dapat memberikan
gambaran klinik tentang apakah luka sembuh secara spontan atau apakah
membutuhkan cangkokan. Pada evaluasi awal, sangat sulit memeriksa kedalaman
luka, terutama pada luka dermis yang dalam (derajat dua).4
Kedalaman luka tidak hanya tergantung pada tipe agen bakar dan saat
kontaknya, tetapi juga terhadap ketebalan kulit di daerah luka dan penyediaan
darahnya. Daerah berkulit tebal membutuhkan kontak lebih lama terhadap sumber
panas untuk mendapat luka seluruh ketebalan kulit daripada daerah berkulit lebih
tipis. Kulit pasien lanjut usia dan bayi lebih tipis pada semua daerah daripada
kelompok umur lain, serta merupakan faktor pertimbangan penting untuk
menentukan kedalaman luka bakar pada pasien ini.4
Berat/ringannya status luka bakar
Berdasarkan berat/ringannya suatu luka bakar maka status luka bakar dapat
dikelompokkan kedalam tiga status berat, sedang, dan ringan.3
Berat/kritis
Derajat 2 dengan luas lebih dari 25%
Derajat 3 dengan luas lebih dari 10%, atau terdapat di muka, kaki,

dan tangan
Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas,

atau fraktur
Luka bakar akibat listrik

Sedang
Derajat 2 dengan luas 15-25%
Derajat 3 dengan luas kurang dari 10%, kecuali muka, kaki, dan
tangan
Ringan
Derajat 2 dengan luas kurang dari 15%.
Derajat 3 dengan luas kurang dari 2%.
Selain itu kita juga perlu memeriksa status neorologis pasien hal ini dapat menunjukkan
pasien mengalami trauma kepala tertutup. Selain itu pemeriksaan tanda-tanda vital dan penilaian
denyut perifer juga dapat dilakukan untuk menginterpretasikan perubahan selanjutnya khususnya
pada pasien dengan luka bakar melingkar pada ektremitas.2

Berdasarkan kasus pada pemeriksaan fisik didapati pasien mengalami luka bakar dengan
cedera inhalasi hal ini dikarenakan pada pemeriksaan fisik didapati luka bakar pada pasien
terjadi pada bagian leher, dada, wajah, dan kedua lengan atas maka persentase luas luka bakar
pasien yaitu sebesar 36% sehingga kondisi pasien juga dapat dikatakan sebagai luka bakar berat.
3. Pemeriksaan penunjang
Selanjutnya untuk mengetahui apakah kondisi luka bakar pasien berpotensi menimbulkan
syok atau tidak maka perlu kita lakukan beberapa pemeriksaan penunjang antara lain darah
lengkap, rotgent dada, elektrolit, dan analisis gas darah.5
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan dengan cara memeriksa Hb, dan Ht tiap 8
jam pada 2 hari pertama dan tiap 2 hari pada 10 hari berikutnya. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui apakah pasien mengalami hemokonsentrasi atau tidak
pada darahnya akibat hilangnya cairan pada tubuh, hal ini ditandai dengan
meningkatnya nilai Hb 12-16 g/dl dan Ht 35-45%.4
Pemeriksaan rotgent dada dilakukan bila kita curiga pasien mengalami trauma
inhalasi atau tidak, biasanya dapat kita temukan tekanan yang terlalu kuat pada
dada, usaha kanulasi pada vena sentralis, dan fraktur iga, kondisi ini berpotensi
untuk menimbulkan pneumothoraks dan hemotoraks.2
Pemeriksaan elektrolit juga dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi
luka bakar dapat menyebabkan penurununan atau peningkatan dari kadar
elektrolit, pemeriksaan ini dapat dilakukan tiap hari pada minggu pertama.
Adapun nilai normal elektrolit pada tubuh sebagai berikut.5
(mEq/l)
Plasma
Kation
Na
142
K
4
Ca
5
Mg
3
Total
154
Anion
Cl
103
HCO3
27
HPO4
2
SO4
1
Asam organic
5
Protein
16
Total
154
Table 1. Kandungan elektrolit dalam cairan tubuh

Interstitial
114
4
2,5
1,5
152
114
30
2
1
5
0
152

Interselular
15
150
2
27
194
1
10
100
20
0
63
194

Selain itu konsetrasi gas darah dan karboksi hemoglobin juga perlu segera diukur
oleh karena pemberian oksigen dapat menutupi keracunan CO yang dialami
penderita, adapun data yang diperoleh dari analisis gas darah PaCO2 >50 mmHg,
PaO2 <50mmHg, serta satu rasi oksigen <90%.
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan tampak pasien sakit berat, dengan
kesadaran somnolen, tensi 100/60 mmHg, nadi 96x/menit, RR 30x/menit, dan Suhu tubuh 37,7 0C
ini menandakan pasien tidak dalam keadaan syok oleh karena suhu tubuh yang subfebris.
4. Working diagnose
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma termal. Luka
bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak merusak atau hanya sebagian
merusak epitel kulit, dan dapat pulih dengan penanganan konservatif. Namun bila luka bakar
dengan ketebalan penuh telah merusak semua sumber pertumbuhan kembali epitel kulit maka
dalam proses penanganannya memerlukan eksisi atau cangkok kulit untuk merangsang sel baru.4
5. Tatalaksana
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan
infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di
dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut.6
Saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber
trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram
kulit dengan air mengalir. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi
berlangsung terus walau api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas. Proses tersebut
dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin
ini pada jam pertama. Oleh karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit
pertama sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar lebih dari 10%, karena
akan terjadi hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest. Tindakan selanjutnya antara lain:6
1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi, seperti
memberikan oksigen, memasang iv line untuk resusitasi cairan, pemasangan kateter untuk
memantau diuresis, pengukuran CVP untuk pemantauan sirkulasi darah pada luka bakar
ekstensif (lebih dari 40%) dan sebagainya. Untuk mengetahui jumlah cairanyang
diperlukan kitadapat menggunakan ruus (4cc x luas luka bakar x KgBB) pemberian
dilakukan tiap jam.

2. Memeriksa cedera di seluruh tubuh untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas, dan
derajat luka bakar. Dengan demikian, jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk
resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3
dengan luas lebih dari 25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila
masukan oral dapat menggantikan parenteral.
3. Berikan analgetik efektif seperti morfin atau petidin secara intravena. Hati-hati dengan
pemberian intramuskuler karena dengan sirkulasi yang terganggu akan terjadi
penimbunan dalam otot.
4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan
debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang
mengandung larutan antiseptik.
5. Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka untuk mencegah dan mengatasi infeksi.
Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep. Yang dapat digunakan adalah silver
nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver sulfadiazine 1%, atau gentamisin sulfat
6. Balut luka dengan kasa gulung kering dan steril
7. Berikan ATS 3000 unit pada dewasa dan separuhnya pada anak-anak.3
Indikasi rawat inap
1. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar lebih dari 10% pada anak atau
lebih dari 15% pada orang dewasa
2. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat
3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata,
tangan, kaki, perineum.3
Tindakan bedah
Eskaratomi dilakukan pada luka bakar derajat 3 yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh.
Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda
dini penjepitan berupa nyeri, kemudian menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang
dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjahitan bebas.
Debridement diusahakan sedini mungkin.6
Pencegahan
Prinsip dasar pencegahan luka bakar adalah menghindari kontak dengan bahan-bahan
yang bersifat panas. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:6
Tidak meninggalkan kompor yang sedang menyala tanpa pengawasan
9

Posisikan pegangan wajan/panci ke arah belakang kompor (berlawanan arah dengan


kita) untuk mencegah tumpahnya isi masakan/cairan panas ke tubuh kita
Gunakan pegangan anti panas saat memasak
Jauhkan anak-anak dan hewan peliharaan dari panci/wajan berisi cairan panas
Jangan menggunakan pakaian yang terlalu longgar/berumbai saat memasak sehingga
api mudah menyambar dan membakar pakaian
Jangan meletakkan peralatan yang mudah terbakar dekat dengan hawa panas kompor
Hindari merokok di dekat dapur atau di dalam rumah sekalipun, serta tempat umum
tertentu seperti SPBU
Apabila tersedia, selalu periksa dengan rutin alat pendeteksi asap, alat pemadam api
ringan, dan sebagainya
Jauhkan anak-anak dari korek api, pemantik api, dan bahan kimia berbahaya
Jika memiliki pemanas air, atur pemanas air dalam rentang suhu 49-54 oC untuk
mencegah luka bakar akibat tersiram air panas
Menggunakan APD saat melakukan pekerjaan yang beresiko terkena panas
6. Komplikasi
Bila penanganan luka bakar tidak dilakukan dengan segera atau terlambat, maka pasien
akan mengalami berbagaimacam komplikasi antara lain :3
Sepsis
Keadaan infeksi yang terjadi akibat bakteri yang menyebar melalui darah keadaan
ini terjadi karena luka bakar yang dialami pasien tidak dilakukan penanganan
sehingga terjadi akumulasi bakteri pada luka tersebut, masalah ini merupakan
komplikasi tersering yang muncul pada kasus combustion terutama kasus
pneumonia.
Terbentuk bekuan darah
Keadaan ini dapat terjadi oleh karena darah mengalami proses hemokonsentrasi
akibat kehilangan cairan sehingga cairan darah akan menjadi kental dan hal ini
akan menimbulkan aliran darah yang melambat. Kondisi seperti ini dapat
menimbulkan terjadinya cerebrovascular accident, infark miokardium, atau
emboli paru.
Sindroma distress dan kongesti paru
Keadaan ini terjadi akibat adanya kerusakan pada paru akibat inhalasi asap atau
pembentukan embolus akibat hemokonsentrasi sehingga hal ini dapat memicu
terjadinya kongesti paru akibat gagal jantung kiri atau infark miokardium, serta
sindrom distress pernafasan pada orang dewasa.
Disritmia jantung
10

Kondisi ini terjadi akibat terjadinya gangguan kadar elektrolit tubuh.


Gagal ginjal
Terjadi akibat pasien mengalami syok hipovolemik sehingga perfusi aliran darah
pada ginjal menjadi terganggu dan hal ini dapat menimbulkan terjadinya
kerusakan pada ginjal yang irreversible dalam kurun waktu 1-2 minggu pertama
setelah luka bakar.
Ulkus curling
Penurunan aliran darah ke saluran cerna sehingga menyebabkan sel-sel penghasil
mucus akan mengalami hipoksia dan hal ini akan memicu terbentuknya ulkus
peptikum yaitu ulkus akibat stress (ulkus Curling). Kondisi ini dapat dicegah
dengan antasid, bloker H2 atau inhibitor pompa proton profilaksis.
7. Prognosis
Prognosis luka bakar bervariasi, tergantung pada derajat luka bakar, luas permukaan
tubuh yang terkena, komplikasi yang menyertai, serta kecepatan penatalaksanaan pada pasien.
Luka bakar derajat 1 memiliki prognosis terbaik dan semakin cepat luka bakar ditangani, maka
prognosisnya akan semakin baik.5
8. Etiologi
Luka bakar disebabkan pengalihan energi dari sumber panas ke tubuh melalui hantaran
atau radiasi elektromagnetik. Adapun penyebab tersering antara lain:6
Trauma suhu yang berasal dari sumber panas yang kering (api, logam panas) atau
lembab (cairan, gas panas)
Listrik (luka bakar dalam dapat menyebabkan henti jantung)
Kimia (biasanya terjadi pada kecelakaan industri akibat trauma asam atau basa)
Radiasi (awalnya dengan kedalaman sebagian, tetapi dapat berlanjut ke trauma
yang lebih dalam).
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit
dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam,
termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang
lama dengan agen penyebab (burning agent).6
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu burning agent dan lamanya kontak dengan
agen tersebut. Sebagai contoh, pada kasus luka bakar akibat tersiram air panas pada orang
dewasa, kontak selama satu detik dengan air panas bersuhu 68,9 oC akan merusak epidermis dan
dermis sehingga terjadi luka bakar derajat tiga (full thickness injury). Pajanan selama 15 menit
11

dengan air bersuhu 56,1oC menyebabkan cedera yang sama. Suhu kurang dari 44oC dapat
ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.6
9. Epidemiologi
Sekitar dua juta orang menderita luka bakar di Amerika Serikat, tiap tahun, di mana
100.000 penderita dirawat di rumah sakit dan 20.000 penderita yang perlu dirawat dalam pusatpusat perawatan luka bakar. Dewasa ini, penderita luka bakar lebih dari 50% daerah permukaan
tubuh memiliki cukup kemungkinan untuk bertahan hidup bila dirawat dengan tepat. Insiden
puncak luka bakar pada dewasa muda yaitu pada umur 20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9
tahun ke bawah. Luka bakar jarang terjadi pada umur 80 tahun ke atas.5
Sekitar 80% luka bakar terjadi di rumah. Penyebab luka bakar tersering pada anak di
bawah usia 3 tahun yaitu kecelakaan jatuh pada kepala. Sedangkan pada usia 3-14 tahun,
penyebab tersering ialah nyala api yang membakar baju. Dari umur ini sampai 60 tahun, luka
bakar tersering disebabkan kecelakaan industri. Setelah umur ini, luka bakar biasanya terjadi
karena kebakaran di rumah akibat rokok yang membakar tempat tidur atau berhubungan dengan
lupa mental.5
10. Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan terjadi peningkatan permeabilitas. Sel darah yang ada
di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang berisi banyak elektrolit. Hal ini menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk
pada luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 4
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Akan tetapi, bila luas lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, dan produksi urine berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah 8 jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Edema laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak, takipnea, stridor,
suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.4
12

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tidak dapat lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan adalah bingung, lemas, pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat
bisa terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin berikatan dengan CO, dapat terjadi kematian.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.4
Kontaminasi pada kulit mati akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya tidak tercapai oleh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, kapiler ini membawa
sistem pertahanan tubuh. Kuman penyebab infeksi luka bakar, selain berasal dari kulit penderita
sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran nafas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan
rumah sakit. Infeksi nosokomial sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten
terhadap antibiotik.3
Luka bakar terbentuk dari beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan
pada titik kerusakan maksimal. Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah stasis yang
ditandai dengan aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang masih dapat diselamatkan.
Di sekeliling daerah stasis terdapat daerah hyperemia, tempat sel sedikit rusak dan dapat sembuh
sempurna. Dengan pengeringan atau infeksi, sel pada daerah stasis dapat hilang dan luka dengan
kedalaman tidak penuh diubah menjadi kedalaman penuh. Salah satu tujuan perawatan luka
bakar adalah menghindari hilangnya kedua daerah luar ini.6
11. Gejala klinis
Adapun gejala yang biasa terjadi pada pasien yang mengalami luka bakar antara lain.
Keracunan karbon monoksida (CO)
Ditandai dengan kekurangan oksigen dalam darah, lemas, bingung, pusing, mual,
muntah, koma, bahkan meninggal
Distress pernafasan
Ditandai dengan serak, salivasi, dan ketidakmampuan menangani sekresi
Cedera pulmonal
Ditandai dengan pernafasan cepat atau sulit, stridor, dan batuk pendek
Gangguan hematologic
Ditandai dengan kenaikan hematokrit, penurunan SDP, dan penurunan trombosit
Gangguan elektrolit
Ditandai dengan penurunan kalium, kenaikan natrium dan klorida, serta kenaikan
BUN
13

Gangguan ginjal
Ditandai dengan peningkatan keluaran urin dan mioglobinuria
Gangguan metabolic
Ditandai dengan hipermetabolisme dan kehilangan berat badan.1

Kesimpulan
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma termal. Luka
bakar dapat diklasifikasikan secara klasik yaitu derajat 1, derajat 2, dan derajat 3. Klasifikasi lain
untuk luka bakar adalah luka bakar sebagian ketebalan kulit dan seluruh ketebalan kulit.
Prinsip penatalaksanaan utama bagi luka bakar yaitu penutupan lesi sesegera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital
dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut. Prognosis luka bakar
bervariasi, tergantung pada derajat luka bakar, luas permukaan tubuh yang terkena, komplikasi
yang menyertai, serta kecepatan penatalaksanaan pada pasien.

Daftar pustaka
1. Prasetyo AFX. Buku ajar anatomi dan fisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2006. h. 125-6.
2. Kartini A, Wijaya C, Komala S, Ronardy D. Luka bakar. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip
Ilmu Bedah. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2010. h. 97-106.
3. Djamaeludin H. Luka bakar. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa
Aksara; 2009. h. 435-40.
4. Grace PA, Borley NR. Luka bakar. Dalam: At A Glance Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta:
Erlangga; 2010.h.87-8.
5. Sabiston DC. Luka bakar termasuk cedera dingin, kimi, dan listrik. Dalam: Buku Teks Ilmu
Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara; 2009. h. 109-13.
6. Sabiston DC. Luka bakar. Dalam: Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC; 2012. h. 151-5.

14

Anda mungkin juga menyukai