Anda di halaman 1dari 14

CITRA (BAYANGAN WAKTU FAJAR)

Citra: Bayangan Waktu Fajar adalah teks drama karya Usmar


Ismail, yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, tahun 1943.Drama ini
sesuai dengan masa penciptaanya, terdapat hal-hal yang
mempropagandakan kepentingan Jepang.
Drama ini mengisahkan perseturuan antara dua kakak beradik
dengan karakter yang bertolak belakang. Perilaku tidak terpuji,
merendahkan martabat orang lain, senang berfoya-foya adalah
sifat yang dianggap tidak pantas. Demikianlah pesan drama ini.
Sebanyak apapun harta yang dimiliki seseorang apabila terus
dihamburkan tentu akan habis. Drama ini mengisahkan prilaku
kurang terpuji dari seorang laki-laki yang terpuruk pada akhir
kehidupannya.
Tokoh-tokoh cerita ini adalah Pak Suryo; pemilik Onderneming
teh Megaputih. Setelah meninggal, usahanya dilanjutkan oleh Ibu
Suryo; Harsono, anak Pak Suryo. Ia tumbuh menjadi anak manja
dan suka menghamburkan uang; Sutopo, kakak tiri Harsono, di
tuduh oleh Harsono menghabiskan kekayaan ayahnya; Suryani,
anak pungut keluarga Suryo, yang dinodai oleh Harsono, namun
Harsono tidak mau bertanggung jawab. Ia akhirnya menikah
dengan Sutomo.
Pemilik perkebunan teh Onderneming teh megaputih,
bernama Suryo memiliki anak lelaki bernama Harsono. Ia sangat
menyayangi dan memanjakan anaknya ini. Harsono tumbuh
menjadi manja, egois, dan suka menghambur-hamburkan harta.
Pak Suryo juga mempunyai anak tiri bernama Sutopo. Berbeda
dengan Harsono, ia adalah pemuda yang berbudi luhur, taat
kepada orang tua, dan suka membantu perkebunan itu. Ia tidak
keberatan ketika adik tirinya menganggapnya sebagai pekerja
harian. Namun, Harsono tetap tidak menyukai kakak tirinya itu. Ia
selalu berburuk sangka terhadapnya dan menuduh bahwa
Sutomo bermaksud menguasai harta ayahnya.
Pak Suryo kemudian meninggal. Onderneming Megaputih
diteruskan oleh isterinya. Harsono memilih hidup di kota dan
memboroskan harta ayahnya. Sutomo yang tidak ingin melihat
ibunya bekerja sendiri, membantu menjalankan Onderneming
Megaputih, Karena kemahiran Sutomo dalam mengelola
Onderneming teh Megaputih, perkebunan itu berkembang pesat.

Harsono tidak menghargai jerih payahnya. Ia bahkan


menganggap kakak tirinya sebagai pekerja biasa dan
mengabaikan haknya.
Ibunya memanggil Harsono untuk kembali ke perkebunan. Ia
ingin Harsono menangani perkebunan itu. sutomo menyerahkan
Onderneming tersebut kepada adik tirinya. Banyak pekerja tidak
menyukai
Harsono
karena
tindakannya
kasar
kepada
bawahannya. Ia bahkan menodai Suryani, buruh pemetik teh. Ia
juga mencoba menodai Sandra, wanita cantik, yang bertabiat
buruk dan sangat materialistis.
Karena kecantikan dan kemahiran Sandra dalam merayu,
Harsono jatuh kedalam jeratan wanita itu. Ia rela menghamburhamburkan hartanya untuk menyenangkan wanita itu. Hubungan
Harsono dan Sandra semakin akrab berkat bantuan Sutomo.
Harsono dan Sandra sepakat untuk menikah. Setelah itu,
mereka berangkat ke Jakarta dengan membawa sejumlah uang
pemberian ibu suryo. Namun, perkawinan mereka tidak bahagia.
Sandra selalu memboros-boroskan hartanya, sehingga keuangan
Harsono makin lama makin menipis dan habis tak bersisa. Kini
Harsono tidak mempunyai kekayaan apapun. Atas hasutan
Suwanto, Sandra pergi meninggalkan Harsono. Ketika mengetahui
kepergian isterinya, Harsono menjadi sangat marah.
Pada saat yang bersamaan, Harsono didatangi oleh Sutomo
dan Suryani. Mereka datang untuk minta pertanggungjawaban
Harsono. Namun, Harsono tidak mau bertanggung jawab atas
perbuatannya itu. Ia bahkan memaki-maki kedua orang itu
sehingga suasana bertambah tegang. Sutopo menahan emosinya,
sehingga tidak terjadi pertengkaran diantara mereka.
Beberapa hari kemudian, Sandra menemui Harsono untuk
menuntut cerai. Harsono menolak permintaan itu. Ia menegaskan
bahwa sepantasnya suami isteri itu selalu bersama dalam
menanggung kesusahan dan kesenangan. Mendengar penuturan
suaminya, Sandra mengatakan bahwa ia menikah denganya
bukan karena cinta, melainkan karena harta. Karenasuaminya
tidak berharta lagi, ia tidak berniat meneruskan rumahtangga
mereka. Harsono sangat marah mendengar jawaban istrinya. Ia
menampar Sandra dan mencekiknya hingga wanita itu tewas.
Dalam keadaan yang sangat kacau. Harsono melaporkan
kematian istrinya kepada polisi. Namun, hasil penyelidikan

menyimpulkan bahwa kematian Sandra disebabkan penyakit


jantung yang menyerang tiba-tiba, bukan karena penganiayaan.
Setelah kejadian itu, Harsono memutuskan kembali ke kampung
halamannya untuk melihat keluarganya terakhir kalinya. Setelah
itu, ia memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya.
Sementara itu, Sutopo menikah dengan Suryani. Pikiran
Sutopo sedang melayang-layang ke masa lalu pada saat Suryani
masih remaja. Ia sering mendengar dentingan piano Suryani
menyanyikan lagu Citra, yaitu bayangan waktu fajar yang
diciptakan oleh Comel Simanjuntak, salah seorang temannya
yang menjadi pujangga musik dahulu. Kini takdir tuhan telah
menentukan Suryani sebagai istrinya.
Harsono mengakui kesalahannya di hadapan ibunya. Ia sadar
semua prasangka buruk kepada kakak tirinya tidak benar. Ia
mengaku bahwa kakak tirinyalah yang telah menyelamatkannya.
Sinopsis Citra
Drama/Film Usmar Ismail
Citra adalah naskah drama karya Usmar Ismail. Konon, cerita
drama inilah yang kemudian dibuat menjadi film layar lebar
dengan judul yang sama. Judul film inilah yang kemudian dipakai
sebagai nama piala kompetisi film Indonesia (Festifal Film
Indonesia) yang memperebutkan Piala Citra.
Citra juga bermakna 'Bayangan Waktu Fajar' yaitu bayangan
samar-samar diri Suryani (salah satu tokoh wanita dalam drama
tersebut) ketika ia gadis remaja, turun mandi ke sungai waktu
fajar.
Citra ini pula sebuah judul lagu yang digubah oleh Cornel
Simanjuntak. Lagu ini juga menjadi theme song dalam drama dan
film Citra. Dalam drama dan film itu digambarkan, bila Sutopo
ingat kepada Suryani pada keadaan di atas, dinyanyikannya lagu
Citra tersebut.
Naskah drama Citra terdapat dalam buku kumpulan drama
berjudul Lakon-lakon Sedih dan Gembira karya Usmar Ismail.

Buku ini berisi 3 (tiga) buah drama yaitu Citra, Api, dan Liburan
Seniman
Berikut adalah ringkasan drama tersebut.
Perusahaan perkebunan teh "Mega Putih" di lereng Gunung Gede
berjalan dengan lancar berkat pimpinan Sutopo, anak mendiang
Pak Suryo, pemilik usaha perkebunan teh tersebut. Banyak
rintangan dan halangan yang dialaminya dari saudara tirinya,
Harsono, untuk memajukan perusahaan itu. Tetapi rintangan itu
dihadapinya dengan sabar karena ia sudah terbiasa prihatin dan
berhati tabah oleh tempaan masa kecilnya sebagai seorang anak
tiri.
Harsono, anak kandung Pak Suryo, selalu dimanjakan, sehingga
sikapnya setelah dewasa terbawa-bawa. Ia selalu ingin hidup
mewah, berfoya-foya tinggal di kota. Sutopo, kakak tirinya
dianggap sebagai orang yang tidak punya hak, bahkan dianggap
sebagai pekerja bulanan saja.
Suatu ketika pimpinan perusahaan itu diambilnya secara paksa
ketika ia dipanggil ibunya pulang. Tetapi para karyawan
bawahannya tidak menyenangi Harsono karena mereka telah
mengetahui sifat-sifat Harsono yang tidak baik, tidak sungguhsungguh, pemboros, dan senang berfoya-foya. Apalagi setelah
mendengar bahwa Harsono telah menodai kehormatan Suryani,
seorang gadis pemetik teh. Banyak pula karyawati pemetik teh
yang diperlakukan dengan tidak senonoh.
Karena kelihaian Sandra (seorang wanita jinak-jinak merpati),
Harsono terpikat dan terperangkap. Dengan Senyum manis
Sandra dan siasatnya dengan Suwanto banyaklah uang Harsono
yang tergaet. Bahkan berkelanjutan dengan perkawinan mereka.
Setelah menjadi suami-istri Sandra mendesak Harsono agar
tinggal di Jakarta, bermewah-mewah menikmati kehidupan di
kota.

Habislah bekal uang yang tidak sedikit, yang diberikan ibu


Harsono ketika mereka berangkat ke Jakarta. Kini mulailah Sandra
minta cerai kepada Harsono.
Dalam keadaan demikian Harsono bingung dan marah kepada
Sandra yang nyata-nyata sebagai perempuan yang ada uang
abang sayang, tak ada uang abang ditendang. Lebih
membingungkan lagi setelah Sutopo datang dan membentahukan
bahwa Suryani hamil atas perbuatan Harsono dahulu.
Harsono tetap tidak mau mengakui perbuatannya itu. Hampir
terjadi perkelahian karena Sutopo minta kepada Harsono agar
mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu, seandainya
Sutopo tidak mengalah.
Karena Sandra terus mendesak untuk bercerai, bangkitlah marah
Harsono dan Sandra dicekiknya hingga meninggal. Untung saja
dokter yang sering mengobati Sandra menyatakan bahwa Sandra
meninggal karena penyakit kandungan yang dideritanya. Dengan
demikian Harsono terhindar dan tuntutan.
Dalam keadaan demikian Harsono menyesal dan sedih
memikirkan nasibnya. Pulanglah ia ke Mega Putih untuk melihat
ibunya. Sesudah itu ia bermaksud hendak menjauhkan diri karena
malu terhadap orang-orang di Mega Putih.
Timbullah pengakuannya atas kemuliaan hati dan pengorbanan
Sutopo yang telah menikah dengan Suryani (Citra) menggantikan
tanggung jawabnya demi menjaga nama baik dan kehorniatan
keluarga Pak Suryo.
Kepada ibunya, Harsono mengakui semua kesalahannya yang
tidak dapat lagi diperbaiki ke jalan yang benar

Citra
CITRA
KARYA USMAR ISMAIL

KUMPULAN DRAMA
Perusahaan perkebunan teh Mega Putih di lereng gunung Gede
berjalan dengan lancar berkat pimpinan Sutopo, anak mendiang
Pak Suryo, pemilik usaha perkebunan teh tersebut. Banyak
rintangan dan halangan yang dialaminya dari saudara tirinya,
Harsono, untuk memajukan perusahaan itu. Namun rintangan itu
dapat diatasi dan dihadapinya dengan sabar karena ia sudah
terbiasa prihatin dan tabah dengan tempaan masa kecilnya
sebagai anak tiri. Harsono selalu dimanja ketika kecil. Ia selalu
ingin hidup mewah di kota dan ia selalu menganggap Sutopo
tidak punya hak.
Suatu hari pimpinan perusahaan diambil secara paksa oleh
Harsono ketika ia dipanggil ibunya pulang. Namun karyawan di
perusahaan perkebunan teh tersebut tidak senang dengan
Harsono karena sikapnya yang tidak baik, pemboros, tidak
sungguh-sungguh, dan senang berfoya-foya. Apalagi setelah
mendengar bahwa Harsono telah menodai kehormatan Suryani,
gadis pemetik teh. Banyak pula pekerja pemetik teh yang
diperlakukan dengan tidak senonoh.
Seorang wanita bernama Sandra, berkat kelihaiannya berhasil
memikat Harsono. Dengan senyum manis dan siasatnya dengan
Suwanto, membuat banyak uang Harsono yang tergaet. Hal itu
berkelanjutan dengan perkawinan mereka. Setelah menjadi suami
istri, Sandra mendesak Harsono agar tinggal di Jakarta,
bermewah-mewah menikmati kehidupan di kota. Setelah bekal
uang yang ia bawa tinggal sedikit, Sandra mulai meminta cerai
kepada Harsono.
Dalam keadaan seperti itu, Harsono bingung dan marah kepada
Sandra yang bersifat matrealistis. Apalagi setelah Sutopo datang
dan memberitahukan bahwa Suryani hamil atas perbuatan
Harsono dahulu. Harsono tidak mau mengakui perbuatannya itu.
Hampir terjadi perkelahian karena Sutopo meminta Harsono
untuk bertanggung jawab, seandainya Sutopo tidak mengalah.
Karena Sandra meminta agar segera diceraikan, Harsono semakin
marah dan ia mencekik Sandra hingga meninggal. Dokter yang
sering mengobati Sandra menyatakan Sandra meninggal karena
penyakit kandungan yang dideritanya. Dengan demikian Harsono
terhindar dari tuntutan.
Harsono menyesal dan sedih memikirkan nasibnya. Ia pulang ke

Mega Putih untuk melihat ibunya. Sesudah itu ia bermaksud untuk


menjauhkan diri karena malu dengan orang-orang Mega Putih.
Timbullah kemuliaan hati dan pengorbanan Sutopo untuk
menikahi Suryani menggantikan tanggung jawab Haryono demi
menjaga nama baik dan kehormatan keluarga Pak Suryo. Kepada
ibunya, Harsono mengakui semua kesalahannya yang tidak dapat
diperbaiki lagi ke jalan yang benar.

ZAHRA
Merupakan salah satu novel karya Aoh Kartahadimadja yang diterbitkan Balai Pustaka tahunh
1950. Novel ini mengisahkan perjuangan seorang arsitek pengairan untuk membuat saluran
irigasi di desanya dengan mengeringkan rawa. Ia mendapat dukungan dari mantan kekasihnya
yang telah menjdai inspektur sosial. Bahkan, mantan kekasihnya pula yang menggugah istrinya
untuk membantu mewujudkan keinginginannya itu. Setting cerita di daerah Banjar, Jawa Barat.
Tokoh-tokoh dalam novel ini adalah Siti Zahra,Seorang wanita yang menjadi inspektur sosial.
Koswara, seorang arsitek pengairan. Rini, istri Koswara. Karnadi, anak buah Koswara yang
mencintai Rini,istri Koswara.
Seorang arsitek pengairan di Banjar yang bernama Koswara baru saja selesai mengaubur

kepala kerbau untuk mengeringkan rawa Lakbok. Ia bermaksud untuk mengeringkan rawa
Lakbok dengan rawa-rawa yang lainnya sebagai tempat pengairan sawah-sawah sekitarnya. Ia
berharap dengan adanya pengairan itu,sawah-sawah di desanya akan cepat panen sehingga
penduduk desa dapat menikmati hasilnya dan dan kehidupan merekapun menjadi lebih baik.
selain itu, meningkatnya hasil panen itupun turut meningkatkan pendapatan negara. Dengan
demikian, cita-citanya untuk membangaun negara dan bangsanya akan terwujud.
Itulah obsesi dalam diri sang arsitek itu yang sangat membelenggu hatinya. Ia berusaha
mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk mewujudkan keinginannya itu sehingga
ia mengabaikan kehidupan rumah tangganya. Ia tidak lagi memperhatikan Rii,Istrinya, yang
harus merelakan satu persatu perhiasannya untuk mencukupi kebutuhan dapur rumah tangga
mereka. Ia tidak memiliki waktu lagi untuk mengajak Rini bicara,bersenda gurau atau mengajak
bepergian selayaknya kehidupan suami istri.
Hal yang sama pun dialami oleh Karyadi,seorang bawahan Koswara. Namun,alasannya
bukan karena ingin memajukan bangsa dan negara,seperti cita-cita Koswara. Ia merasa tidak
bahagia dan tidak kerasan tinggal di rumah karena hatinya masih terpaut dengan Rini, wanita
yang dicintainya itu. Ia lebih senang di kantor karena tempat inilah ia bisa memandang Rini
dengan sepuas-puasnya. Sekalipun Rini hanya menganggapnya sebgai seorang teman,ia tidak
pernah memperdulikannya dan ia tidak pernah ingin berhenti untuk mencintai wanita itu.
Suatu hari Koswara menerima surat dari Departemen Sosial yang isinya memberitahukan
tentang kedatangan inspektur sosial bernama Sitti Zahra -mantan kekasihnya- untuk memeriksa
buruh-buruh di tempat Koswara bekerja. Kedatangan wanita itu disambut hangat oleh Koswara
Pikiran laki-laki itu melayang-layang mengenang keindahan kisah cinta mereka berdua. Ia pun
segera menjemput mantan kekasihnya tersebut di Stasiun.
Ketika mereka tiba di desa,Sitti Zahra menyempatkan diri untuk melihat-lihat hasil kerja
Koswara. Wanita itu merasa puas dan bangga melihat keberhasilan Koswara dalam
mengeringkan rawa Lakbok. Ia bangga karena cita-cita mantan kekasihnya untuk membangun
bangasa dan negara ini telah terwujud. Selama berada di desa itu, Sittri Zahra banyak
menghabiskan waktu bersama Koswara. Keduanya sering terlihat berjalan bersama. Bahkan,ia
sering menceritakkan tentang problema kehidupan rumah tangganya kepada mantan kekasihnya
tersebut. Ia menceritakan bahwa Rini tidak bersedia memberikan dukungan terhadapnya
sehingga ia menjadi tidak betah tinggal di rumah.
Keakraban mereka membuat hati Rini terbakar perasaan cemburu. Ia merasa bahwa
sambutan suaminya kepada inspektur sosial itu bukan lagi hal yang wajar, tetapi sudah melewati
batas. Ia kemudian mendamprat Sitti Zahra. Namun, dengan kesabarannya Sitti Zahra mencoba
menjelaskan kepadannya bahwa hubungannya dengan Koswara hanyalah sebatas mitra kerja
saja. Ia bahkan menasihati Rini agar wanita itu meluangkan waktunya untuk memberi perhatian
kepada Koswara dan memberikan dorongan semangat agar suaminya itu berhasil mencapai
keinginannya. Dengan demikian, kehidupan rumah tangga mereka berdua akan menjadi
harmonis.
Mendengar nasihat yang panjang lebar itu, hati Rini menjadi tergugah. Dalam hatinya,
terbersit niat untuk memberi semangat kepada suaminya dan membantu agar ia berhasil
mewujudkan keinginannya itu. Ia ingin mengisi hari-hari barunya bersama suami yang
dicintainya. Dalam hatinya, ia berterima kasih kepada Sitti Zahra yang telah menggugah hatinya.

ZAHRA
(Novel karya Aoh Kartahadimadja)

Novel ini adalah salah satu karya Aoh Kartahadimadja yang mengisahkan
perjuangan seorang arsitek pengairan dalam membuat saluran irigasi di desanya.
Saluran irigasi itu dibangun dengan mengeringkan rawa. Betapa keras perjuangan
lelaki yang bernama Koswara ini.
Dalam membangun saluran irigasi itu, Koswara dibantu oleh mantan kekasihnya
yang telah bekerja sebagai inspektur sosial. Wanita itu Sitti Zahra. Dengan
demikian, judul novel ini diambil dari nama wanita ini.
Kosawara adalah seorang arsitek pengairan di daerah Banjar, Jawa Barat. Sebelum
melaksanakan projeknya, mengeringkan rawa Lakbok sebagai tempat pengairan
sawah-sawah di sekitarnya, ia membuat selamatan dengan menanam kepala
kerbau. Usaha mulian ini dilakukan agar sawah-sawah milik warga desa mendapat
pengairan yang cukup dan hasil panen akan meningkat. Itulah cita-citanya sejak
kecil.
Karena projek itu, Koswara sering mengabaikan rumah tangga dan keluarganya. Ia
jarang memperhatikan Rini, istrinya. Bukan hanya itu saja, seluruh harta bendanya,
termasuk perhiasan istrinya habis dijualnya untuk membiayai projek ambisius itu.
Tidak hanya itu saja. Persoalan yang sama juga menimpa rumah tangga Karyadi,
bawahan Koswara.
Hingga suatu ketika, Koswara menerima surat dari Dapartemen Sosial yang
memberitahukan bahwa projek Koswara akan diperksa oleh inspektur sosial. Tentu
saja Koswara merasa sangat senang karena projeknya diperhatikan oleh pemerintah
melalui Dinas Sosial. Lebih dari itu, kebahagian Karena Inspektur Sosial yang akan
berkunjung itu adalah Sitti Zahra, mantan kekasihnya, yang sungguh memahami
obsesinya sejak kecil.
Maka pada hari kedatangan inspektur sosial itu, Koswara menjemputnya di Stasiun.
Demikianlah, hari-hari Koswara kini kembali bergairah. Ada mantan kekasih yang
sungguh sangat memahami obsesinya, ada dukungan moral, dan ada kesempatan
mengenang kembali masa-masa indah ketika ia dan Zahra menjalin cinta dulu.
Koswara dan Zahra sering jalan bersama. Koswara juga menceritakan keadaan
rumah tangganya kepada Zahra. Juga tentang istrinya, Rini, yang kurang

menyemangatinya dalam membangun projek ambisius itu.


Hubungan Koswara dengan Zahra akhirnya tercium oleh Rin, isteri Koswara.
Tertutup oleh cemburu buta, Zahra dilabrak oleh Rini. Zahra yang dewasa, lebih
berpendidikan akhirnya dapat menenagkan Rini. Zahra menjelaskan bahwa
hubungan Koswara dengan Zahra hanyalah sebatas hubungan kerja, hubungan
sahabat, tidak lebih. Masa indah mereka dulu hanyalah sebuah kenangan, karena
mereka masing-masing sudah berkeluarga. Zahra bahkan berhasil meyakinkan Rini
bahwa niat suaminya dengan projek itu adalah pekerjaan mulia yang akan sangat
berguna bagi bangsa dan negara. Maka Zahra berharap, Rina sebagai istri
mendukung Koswara, suaminya. Koswara dengan projek besarnya butuh
pendampingan dan support seorang istri.
Nasihat panjang lebar Zahra ternyata meluluhkan hati dan perasaan Rini. Rini mulai
berubah sikap. Ia menjadi sangat perhatian kepada Koswara suaminya. Ia juga
memberikan semangat agar suaminya tetap teguh menjalankan projeknya itu
karena projek itu sungguh akan membantu penduduk dan sungguh bermanfaat bagi
bangsa dan negara. Rini sangat berterima kasih kepada Zahra yang telah
mengingatkannya bagaimana harus bersikap sebagai seorang istri yang sebenarbenarnya.***

P E L A B U H A N H AT I

cinta Rani yang begitu besar kepada Ramelan, seorang


mahasiswa fakultasteknik, telah membuat gadis itu rela
berkorban demi mewujudkan harapancintanya itu. la rela
membiayai kuliah kekasihnya sampai Ramelan
menyelesaikanstudihya dan menjadi insinyur, la juga nekat
lari dari orang tuanya, kemudianka w i n d e n g a n Ra m e l a n
s e c a r a s e d e rh a n a . D a r i u p a h n y a m e n e r i m a
j a h i t a n , semuanya dapat berjalan sesuai dengan rencana,
M a s a - m a s a b a h a g i a p u n m e re ka r a s a ka n . Ra m e l a n
ke m u d i a n b e ke r j a d i berbagai proyek, di sarnping
mengajar di beberapa perguruan -tinggi. Satu per satu
anaknya lahir; "Dua anak laki-laki yang beringas dan dua
gadis manis yangc e rd i k " ( h l m . 8 ) . M e re ka h i d u p d a l a m
c u r a h a n ke b a h a g i a a n d i s e b u a h r u m a h sederhana.
Lambat-laun penghasilan Ramelan makin
m e n i n g k a t . S e c a r a p a s t i kehidupan mereka tak lagi
kekurangan. Bahkan sebuah rumah gedung
sedangdipersiapkan secara diam-diam, walaupun Rani sendiri
mengetahui rencana itu.
S u a t u h a r i , t e m a n R a n i , S o fi a , m e n g u n d a n g
R a n i u n t u k d a t a n g k e rumahnya. Tanpa
sepengetahuan suaminya, Rani memenuhi undangan itu.
Sofi akemudian mengajaknya ke tingkat atas. Dari Sana,
tampak ada sebuah rumahyang sedang dibangun. Letaknya
persis bersebelahan-Saat itu, tampak jelas di h a d a p a n
m a t a Ra n i ; s u a m i n y a s e d a n g b e r g a n d e n g a n t a n g a n
dengan seorangwanita muda. Sebuah pcmandangan
y a n g m e m - b u a t Ra n i p e rc a y a d a n t i d a k percaya.
Ramelan yang dahulu ditolongnya hingga menjadi insinyur,
suaminyayang sedang mempersiapkan rumah impian untuk
dirinya dan keempat anaknya,d i h a d a p a n n y a k i n i s e d a n g
b e r m e s r a a n d e n g a n p e re m p u a n l a i n , I n i l a h
a w a l keretakan rumah tangga mereka.
S e j a k ke j a d i a n i t u , Ra n i m e m u t u s ka n u n t u k t i n g g a l
b e r s a m a ke e m p a t a n a k n y a . l a t a k i n g i n l a g i b e r t e m u

dengan laki-laki yang telah mengkhianaticintanya.


S u n g g u h p u n b e g i t u , Ra m e l a n s e n d i r i m a s i h t e t a p
b e r u s a h a u n t u k membiayai sekolah anak-anaknya.
Untuk mengisi kekosongan dan menambah biaya hidupnya
sehari-hari, Ranikembali membuka usaha jahitan. la mulai
terbiasa dengan keadaannya sekarang. Pa r a p e l a n g g a n n y a p u n d a r i h a r i . ke h a r i m a k i n b e r t a m b a h .
S a l a h s e o r a n g pelanggannya adalah Laksmi. Wanita cantik itu
mulai akrab dengan Rani.
Namun, .rupanya kedukaan Rani harus kembali terulang.
Ketika hendak berbelanja keperluan jahitannya di Blok M, ia
melihat Laksmi, pelanggannya itu,sedang asyik bergandengan
tangan dengan Ramelan. Maka, kesimpulan pun jatuhs u d a h ;
Ramelan adalah laki-laki jalang yang selalu
b e r g a n t i - g a n t i w a n i t a . Belakangan diketahui bahwa
sesungguhnya Ramelan sudah resmi menjadi suamiLaksmi.
Namun, bagi Rani sendiri, peristiwa itu makin membuatnya tak
lagi perlu percaya kepada laki-laki.
Dari hasil jerih payahnya selama itu, Rani kemudian
merombak rumahnyadan menambah beberapa kamar untuk
disewakan. Dari hasil menyewakan kamar-kamar itu, kehidupan
Rani mulai membaik walaupun bekas suaminya tak pernahlagi
me-ngirimkan uang untuk biaya anak-anaknya sekoiah.
Anak-anaknya punmulai akrab dengan para penyewa
kamar-kamar itu. Namun, rupanya keakrabanitu justru dilihat
lain oleh para tetangganya. Gosip buruk pun berkembang
hinggasampai pula ke telinga bekas suaminya.
Ra n i s e n d i r i t i d a k m a u m e m p e d u l i ka n s e m u a ka b a r
b u s u k i t u . Ra m e l a n yang mencoba menyuruh Rani untuk
tidak lagi menyewakan kamar-kamarnya, juga tidak digubris.
la yakin pada jalannya sendiri yang memang tidak hendak
ianodai.
Lebih dari dua tahun Rani menjalani kehidupan
s e p e r t i i t u . S a m p a i akhirnya, Wastu dan Pragantha, dua

mahasiswa fakultas teknik yang sudah sejak l a m a t i n g g a l d i


p o n d o ka n Ra n i , m e m i n t a Ra n i a g a r m e n g h a d i r i u j i a n
s k r i p s i mereka. Tentu saja Rani tidak berkeberatan. Pada hari
yang ditentukan, ia datangke tempat kedua mahasiswa itu
melangsungkan ujian akhirnya. Hasilnya adalah mereka lulus
dan berhak menyan-dang gelar insinyur.
Pe r i s t i w a i t u b a g i Ra n i , b a r a n g ka l i t i d a k l e b i h s e b a g a i
p e r i s t i w a b i a s a , sungguhpun sebelum pulang, ia sempat
berjumpa lagi dengan bekas kekasihnyadahuiu sewaktu ia
belum berhubungan dengan Ramelan. Namun, seperti
jugakejadian sehari-hari, ia kembali kepada kesibukannya
mengurusi anak-anaknya.
Sore harinya, datang telepon dari Laksmi yang
m e n g a b a r k a n b a h w a Ramelan sakit keras dan kini
sedang dirawat di rumah sakit Petamburan. Dalam ke a d a a n
s e p e r t i i t u , b a g a i m a n a p u n , h a t i n u r a n i Ra n i t a k t e g a
m e l i h a t b e ka s suaminya dalam keadaan demikian. la pun
memutuskan untuk menjenguk bekas suaminya. Saat itu juga
ia berangkat bersama keempat anaknya.
Laksmi rupanya sudah menunggu di sana. Kini Rani
melihat, betapa orangyang pernah ia cintai, ayah anakanaknya itu, hanya terbaring tak berdaya. "Aku membaca
surat Yasin yang ada di tangan kiri dan tangan kananku
menggenggamerat tangan Ramelan. Tanpa kusadari, selama
ayat-ayat suci itu kubaca dengankhusyuk, Ramelan telah
berhenti bernapas" (hlm. 129).
Ramelan telah mengakhiri hidupnya di hadapan Rani,
bekas istrinya yangtabah; Laksmi, istri mudanya yang
masih menangis, dan keempat anaknya yangm e m a n d a n g
ko s o n g ke a r a h ke g e l a p a n m a l a m . Ra n i m e n y o n g s o n g
ke e m p a t anaknya; melangkah ke masa depan.
Novel karya Titis Basino ini, tampak jelas hendak
mengangkat ketabahanseorang wanita, seorang ibu
dengan keempat anaknya. Dengan ketabahanitu, ia berhasil

tidak hanya menjadi kepala keluarga bagi anak-anaknya, tetapi


juga b e r h a s i l m e n j a d i i n d u k s e m a n g y a n g b a i k
b a g i m e r e k a y a n g t i n g g a l d i pondokannya. Lebih
dari itu, ia juga berhasil membangun citra dirinya
sebagaiwanita yang tak mudah goyah oleh cobaan apa pun.
Penderitaan yang dialaminya,t e l a h m e m b u a t n y a m e n j a d i
w a n i t a y a n g m a t a n g , s e ka l i g u s m e n j a d i i b u
y a n g bijaksana.
S e b a l i k n y a , Ra m e l a n y a n g l u p a p a d a p e r j u a n g a n
istrinya dan gampangt e r b a w a a r u s o l e h H m p a h a n
kesuksesannya, akhirnya harus
m e n g h a d a p i kehidupan yang pendek. Laksmi yang jauh
lebih muda daripada Rani, rupanyatidak sepenuhnya dapat
memberi kebahagiaan pada diri Ramelan.
Secara keseluruhan novel ini dibangun oleh jalinan
peristiwa yang lancar d a n t i d a k t e r l a l u r u m i t . Pe s a n
p e n g a r a n g n y a u n t u k m e n a m p i l ka n c i t r a w a n i t a sejati,
boleh dikatakan berhasil lewat penokohan yang tidak terlalu
kompleks.

Anda mungkin juga menyukai