Buku ini berisi 3 (tiga) buah drama yaitu Citra, Api, dan Liburan
Seniman
Berikut adalah ringkasan drama tersebut.
Perusahaan perkebunan teh "Mega Putih" di lereng Gunung Gede
berjalan dengan lancar berkat pimpinan Sutopo, anak mendiang
Pak Suryo, pemilik usaha perkebunan teh tersebut. Banyak
rintangan dan halangan yang dialaminya dari saudara tirinya,
Harsono, untuk memajukan perusahaan itu. Tetapi rintangan itu
dihadapinya dengan sabar karena ia sudah terbiasa prihatin dan
berhati tabah oleh tempaan masa kecilnya sebagai seorang anak
tiri.
Harsono, anak kandung Pak Suryo, selalu dimanjakan, sehingga
sikapnya setelah dewasa terbawa-bawa. Ia selalu ingin hidup
mewah, berfoya-foya tinggal di kota. Sutopo, kakak tirinya
dianggap sebagai orang yang tidak punya hak, bahkan dianggap
sebagai pekerja bulanan saja.
Suatu ketika pimpinan perusahaan itu diambilnya secara paksa
ketika ia dipanggil ibunya pulang. Tetapi para karyawan
bawahannya tidak menyenangi Harsono karena mereka telah
mengetahui sifat-sifat Harsono yang tidak baik, tidak sungguhsungguh, pemboros, dan senang berfoya-foya. Apalagi setelah
mendengar bahwa Harsono telah menodai kehormatan Suryani,
seorang gadis pemetik teh. Banyak pula karyawati pemetik teh
yang diperlakukan dengan tidak senonoh.
Karena kelihaian Sandra (seorang wanita jinak-jinak merpati),
Harsono terpikat dan terperangkap. Dengan Senyum manis
Sandra dan siasatnya dengan Suwanto banyaklah uang Harsono
yang tergaet. Bahkan berkelanjutan dengan perkawinan mereka.
Setelah menjadi suami-istri Sandra mendesak Harsono agar
tinggal di Jakarta, bermewah-mewah menikmati kehidupan di
kota.
Citra
CITRA
KARYA USMAR ISMAIL
KUMPULAN DRAMA
Perusahaan perkebunan teh Mega Putih di lereng gunung Gede
berjalan dengan lancar berkat pimpinan Sutopo, anak mendiang
Pak Suryo, pemilik usaha perkebunan teh tersebut. Banyak
rintangan dan halangan yang dialaminya dari saudara tirinya,
Harsono, untuk memajukan perusahaan itu. Namun rintangan itu
dapat diatasi dan dihadapinya dengan sabar karena ia sudah
terbiasa prihatin dan tabah dengan tempaan masa kecilnya
sebagai anak tiri. Harsono selalu dimanja ketika kecil. Ia selalu
ingin hidup mewah di kota dan ia selalu menganggap Sutopo
tidak punya hak.
Suatu hari pimpinan perusahaan diambil secara paksa oleh
Harsono ketika ia dipanggil ibunya pulang. Namun karyawan di
perusahaan perkebunan teh tersebut tidak senang dengan
Harsono karena sikapnya yang tidak baik, pemboros, tidak
sungguh-sungguh, dan senang berfoya-foya. Apalagi setelah
mendengar bahwa Harsono telah menodai kehormatan Suryani,
gadis pemetik teh. Banyak pula pekerja pemetik teh yang
diperlakukan dengan tidak senonoh.
Seorang wanita bernama Sandra, berkat kelihaiannya berhasil
memikat Harsono. Dengan senyum manis dan siasatnya dengan
Suwanto, membuat banyak uang Harsono yang tergaet. Hal itu
berkelanjutan dengan perkawinan mereka. Setelah menjadi suami
istri, Sandra mendesak Harsono agar tinggal di Jakarta,
bermewah-mewah menikmati kehidupan di kota. Setelah bekal
uang yang ia bawa tinggal sedikit, Sandra mulai meminta cerai
kepada Harsono.
Dalam keadaan seperti itu, Harsono bingung dan marah kepada
Sandra yang bersifat matrealistis. Apalagi setelah Sutopo datang
dan memberitahukan bahwa Suryani hamil atas perbuatan
Harsono dahulu. Harsono tidak mau mengakui perbuatannya itu.
Hampir terjadi perkelahian karena Sutopo meminta Harsono
untuk bertanggung jawab, seandainya Sutopo tidak mengalah.
Karena Sandra meminta agar segera diceraikan, Harsono semakin
marah dan ia mencekik Sandra hingga meninggal. Dokter yang
sering mengobati Sandra menyatakan Sandra meninggal karena
penyakit kandungan yang dideritanya. Dengan demikian Harsono
terhindar dari tuntutan.
Harsono menyesal dan sedih memikirkan nasibnya. Ia pulang ke
ZAHRA
Merupakan salah satu novel karya Aoh Kartahadimadja yang diterbitkan Balai Pustaka tahunh
1950. Novel ini mengisahkan perjuangan seorang arsitek pengairan untuk membuat saluran
irigasi di desanya dengan mengeringkan rawa. Ia mendapat dukungan dari mantan kekasihnya
yang telah menjdai inspektur sosial. Bahkan, mantan kekasihnya pula yang menggugah istrinya
untuk membantu mewujudkan keinginginannya itu. Setting cerita di daerah Banjar, Jawa Barat.
Tokoh-tokoh dalam novel ini adalah Siti Zahra,Seorang wanita yang menjadi inspektur sosial.
Koswara, seorang arsitek pengairan. Rini, istri Koswara. Karnadi, anak buah Koswara yang
mencintai Rini,istri Koswara.
Seorang arsitek pengairan di Banjar yang bernama Koswara baru saja selesai mengaubur
kepala kerbau untuk mengeringkan rawa Lakbok. Ia bermaksud untuk mengeringkan rawa
Lakbok dengan rawa-rawa yang lainnya sebagai tempat pengairan sawah-sawah sekitarnya. Ia
berharap dengan adanya pengairan itu,sawah-sawah di desanya akan cepat panen sehingga
penduduk desa dapat menikmati hasilnya dan dan kehidupan merekapun menjadi lebih baik.
selain itu, meningkatnya hasil panen itupun turut meningkatkan pendapatan negara. Dengan
demikian, cita-citanya untuk membangaun negara dan bangsanya akan terwujud.
Itulah obsesi dalam diri sang arsitek itu yang sangat membelenggu hatinya. Ia berusaha
mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk mewujudkan keinginannya itu sehingga
ia mengabaikan kehidupan rumah tangganya. Ia tidak lagi memperhatikan Rii,Istrinya, yang
harus merelakan satu persatu perhiasannya untuk mencukupi kebutuhan dapur rumah tangga
mereka. Ia tidak memiliki waktu lagi untuk mengajak Rini bicara,bersenda gurau atau mengajak
bepergian selayaknya kehidupan suami istri.
Hal yang sama pun dialami oleh Karyadi,seorang bawahan Koswara. Namun,alasannya
bukan karena ingin memajukan bangsa dan negara,seperti cita-cita Koswara. Ia merasa tidak
bahagia dan tidak kerasan tinggal di rumah karena hatinya masih terpaut dengan Rini, wanita
yang dicintainya itu. Ia lebih senang di kantor karena tempat inilah ia bisa memandang Rini
dengan sepuas-puasnya. Sekalipun Rini hanya menganggapnya sebgai seorang teman,ia tidak
pernah memperdulikannya dan ia tidak pernah ingin berhenti untuk mencintai wanita itu.
Suatu hari Koswara menerima surat dari Departemen Sosial yang isinya memberitahukan
tentang kedatangan inspektur sosial bernama Sitti Zahra -mantan kekasihnya- untuk memeriksa
buruh-buruh di tempat Koswara bekerja. Kedatangan wanita itu disambut hangat oleh Koswara
Pikiran laki-laki itu melayang-layang mengenang keindahan kisah cinta mereka berdua. Ia pun
segera menjemput mantan kekasihnya tersebut di Stasiun.
Ketika mereka tiba di desa,Sitti Zahra menyempatkan diri untuk melihat-lihat hasil kerja
Koswara. Wanita itu merasa puas dan bangga melihat keberhasilan Koswara dalam
mengeringkan rawa Lakbok. Ia bangga karena cita-cita mantan kekasihnya untuk membangun
bangasa dan negara ini telah terwujud. Selama berada di desa itu, Sittri Zahra banyak
menghabiskan waktu bersama Koswara. Keduanya sering terlihat berjalan bersama. Bahkan,ia
sering menceritakkan tentang problema kehidupan rumah tangganya kepada mantan kekasihnya
tersebut. Ia menceritakan bahwa Rini tidak bersedia memberikan dukungan terhadapnya
sehingga ia menjadi tidak betah tinggal di rumah.
Keakraban mereka membuat hati Rini terbakar perasaan cemburu. Ia merasa bahwa
sambutan suaminya kepada inspektur sosial itu bukan lagi hal yang wajar, tetapi sudah melewati
batas. Ia kemudian mendamprat Sitti Zahra. Namun, dengan kesabarannya Sitti Zahra mencoba
menjelaskan kepadannya bahwa hubungannya dengan Koswara hanyalah sebatas mitra kerja
saja. Ia bahkan menasihati Rini agar wanita itu meluangkan waktunya untuk memberi perhatian
kepada Koswara dan memberikan dorongan semangat agar suaminya itu berhasil mencapai
keinginannya. Dengan demikian, kehidupan rumah tangga mereka berdua akan menjadi
harmonis.
Mendengar nasihat yang panjang lebar itu, hati Rini menjadi tergugah. Dalam hatinya,
terbersit niat untuk memberi semangat kepada suaminya dan membantu agar ia berhasil
mewujudkan keinginannya itu. Ia ingin mengisi hari-hari barunya bersama suami yang
dicintainya. Dalam hatinya, ia berterima kasih kepada Sitti Zahra yang telah menggugah hatinya.
ZAHRA
(Novel karya Aoh Kartahadimadja)
Novel ini adalah salah satu karya Aoh Kartahadimadja yang mengisahkan
perjuangan seorang arsitek pengairan dalam membuat saluran irigasi di desanya.
Saluran irigasi itu dibangun dengan mengeringkan rawa. Betapa keras perjuangan
lelaki yang bernama Koswara ini.
Dalam membangun saluran irigasi itu, Koswara dibantu oleh mantan kekasihnya
yang telah bekerja sebagai inspektur sosial. Wanita itu Sitti Zahra. Dengan
demikian, judul novel ini diambil dari nama wanita ini.
Kosawara adalah seorang arsitek pengairan di daerah Banjar, Jawa Barat. Sebelum
melaksanakan projeknya, mengeringkan rawa Lakbok sebagai tempat pengairan
sawah-sawah di sekitarnya, ia membuat selamatan dengan menanam kepala
kerbau. Usaha mulian ini dilakukan agar sawah-sawah milik warga desa mendapat
pengairan yang cukup dan hasil panen akan meningkat. Itulah cita-citanya sejak
kecil.
Karena projek itu, Koswara sering mengabaikan rumah tangga dan keluarganya. Ia
jarang memperhatikan Rini, istrinya. Bukan hanya itu saja, seluruh harta bendanya,
termasuk perhiasan istrinya habis dijualnya untuk membiayai projek ambisius itu.
Tidak hanya itu saja. Persoalan yang sama juga menimpa rumah tangga Karyadi,
bawahan Koswara.
Hingga suatu ketika, Koswara menerima surat dari Dapartemen Sosial yang
memberitahukan bahwa projek Koswara akan diperksa oleh inspektur sosial. Tentu
saja Koswara merasa sangat senang karena projeknya diperhatikan oleh pemerintah
melalui Dinas Sosial. Lebih dari itu, kebahagian Karena Inspektur Sosial yang akan
berkunjung itu adalah Sitti Zahra, mantan kekasihnya, yang sungguh memahami
obsesinya sejak kecil.
Maka pada hari kedatangan inspektur sosial itu, Koswara menjemputnya di Stasiun.
Demikianlah, hari-hari Koswara kini kembali bergairah. Ada mantan kekasih yang
sungguh sangat memahami obsesinya, ada dukungan moral, dan ada kesempatan
mengenang kembali masa-masa indah ketika ia dan Zahra menjalin cinta dulu.
Koswara dan Zahra sering jalan bersama. Koswara juga menceritakan keadaan
rumah tangganya kepada Zahra. Juga tentang istrinya, Rini, yang kurang
P E L A B U H A N H AT I