Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING

Pengendalian Penyakit pada Domba

Oleh :
Kelompok: 8
Kelas: E

Muhammad Irfan

(200110110253)

Anisa Pusparini

(200110110254)

Maruf Qurhi

(200110110255)

Siti Aisyah Zahra

(200110110256)

Bayu Prasetia

(200110110257)

Yudisthira Nugraha (200110110258)


Raden Febrilla

(200110110260)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2013

I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara
petani ternak di pedesaan dengan berbagai tujuan, antara lain sebagai tabungan
yang sewaktu-waktu dapat dijual untuk keperluan hidupnya. Populasi ternak
kambing di Indonesia pada tahun 2003 sekitar 14 juta ekor yang tersebar di
berbagai wilayah Indonesia, terutama di pulau Jawa (sekitar 50% dari total
populasi). Ternak ini mempunyai nilai ekonomi bagi peternak karena mudah
dipelihara, tidak membutuhkan lahan yang luas, berbagai sumber pakan tersedia
di pedesaan, daya reproduksinya cukup tinggi, dan lama pemeliharaan hingga
dewasa relatif cepat. Kontribusinya dalam penyediaan daging secara nasional
walaupun masih relatif rendah (hanya 5%), tetapi memiliki potensi dimasa
mendatang untuk mendukung ketahanan pangan asal ternak. Selain itu permintaan
ekspor ke beberapa negara masih belum dapat dipenuhi.
Berbagai kendala yang dihadapi dalam usahatani-ternak kambing antara
lain masalah ketersediaan bibit yang baik sangat sulit diperoleh. Kendala lainnya
adalah timbulnya penyakit yang menyerang ternak kambing. Meskipun dari
komponen produksi, masalah kesehatan hewan hanya sekitar 5% dari total biaya
produksi, tetapi kesehatan hewan mutlak harus mendapat perhatian karena dapat
berakibat fatal. Oleh karena itu pengendalian penyakit pada kambing merupakan
bagian (subsistem dari usahatani ternak) yang tidak terpisahkan dalam sistem
usahatani-ternak modern.. Pada makalah ini akan diulas berbagai penyakit yang
dapat menyerang ternak kambing (terutama penyakit yang bernilai ekonomis dan
strategis) serta upaya penanganannya.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui manajemen pengendalian penyakit pada kambing.
2. Mengetahui penyakit-penyakit yang menyerang ternak kambing.

II
PEMBAHASAN
2.1. Penyakit pada Kambing
Kesehatan ternak menjadi sangat penting karena akan menyebabkan
kerugian akibat:

gangguan pertumbuhan (pertambahan berat badan harian rendah)


dewasa kelamin atau umur beranak pertama terlambat
daya reproduksi terganggu
efisiensi pakan rendah
kematian ternak
Oleh karena itu, dalam pemeliharaan ternak kambing perlu mengetahui

sedini mungkin gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit secara umum, antara lain
berupa:

kurang nafsu makan/tidak mau makan


tidak lincah/lebih banyak diam
lemah/lesu
menyendiri
menggaruk-garuk badan
kotoran tidak normal (warna, bau, konsistensi)
Bila dijumpai ternak dengan tanda-tanda seperti demikian, patut dicurigai

bahwa ternak tersebut kurang sehat/sakit, oleh karena itu untuk menghindari
terjadinya penularan/penyebaran penyakit lebih lanjut, ternak tersebut sebaiknya
diisolasi pada tempat/kandang khusus yang terpisah dari ternak sehat lainnya.
Selama isolasi diberi makanan dan minuman yang baik, serta diamati terhadap
kemungkinan terserang penyakit menular dengan melakukan pemeriksaan klinis
dan laboratoris secara intensif. Segera ambil tindakan (pengobatan atau
pengeluaran/ pemusnahan) apabila telah diperoleh kepastian hasil diagnostik.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit kambing dapat dikelompokkan
menjadi:

penyakit-penyakit infeksius disebabkan oleh agen penyakit yang berasal dari


bacterial, viral, dan parasite

penyakit-penyakit non infeksius disebabkan oleh senyawa toksik/racun,


gangguan metabolisme tubuh, defisiensi mineral
Penyakit-penyakit pada kambing:
Bloating (Kembung)
Kambing yang terserang ini biasanya dikarenakan terlalu banyak

memakan pakan hijauan terutama rumput yang masih muda atau rumput yang
berembun (basah), sehingga akan menimbulkan gas dalam perut. Kambing yang
terserang penyakit ini memiliki beberapa gejala klinis, antara lain (1) perut
kembung, bila diraba terasa keras dan merasa sakit; (2) sulit buang kotoran; (3)
jika berbaring kambing mengalami kesulitan untuk berdiri kembali. Program
pengendalian yang biasa dilakukan, di antaranya adalah mencegah agar kambing
tidak memakan rumput muda atau basah, tidak digembalakan pada pagi hari, dan
beri obat kembung.
Cacingan
Penyakit cacingan merupakan penyakit yang paling sering terjadi
pada kambing. Penyakit ini disebabkan oleh parasit internal pada saluran
pencernaan kambing. Banyak sekali jenis cacing yang dapat menimbulkan
cacingan pada kambing, antara lain Trichuris sp., Oestophagostomum sp., dll.
Gejala klinis cacingan, yaitu (1) kambing kurus, lemah, dan lesu; (2) nafsu makan
menurun; (3) bulu kasar, kusam dan rontok; (4) perut besar dan kepala agak
menunduk; (5) biasanya diare. Pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain
kebersihan kandang harus selalu terjaga. Kambing yang terkena cacingan dapat
diobati dengan pemberian obat cacing secara teratur.
Scabies
Penyebab penyakit ini adalah ektoparasit, yaitu Sarcoptes scabiei.
Gejala klinis yang timbul, antara lain (1) kambing kurus; (2) terdapat bercak
merah pada kulit, bersisik dan gatal. Program pengendalian yang biasanya
dilakukan, yaitu kebersihan kandang dan ternak selalu terjaga, isolasi bagi hewan
yang terinfeksi, pemberian anti parasit seperti Ivomec bagi kambing sakit (terapi)
dan kambing yang sehat sebagai imunisasi.
Pink Eye
Penyakit ini disebabkan mata kembing terkena benda-benda tajam,
misalnya ujung kayu, debu, dan duri atau dapat juga karena parasit. Gejala
penyakit ini antara lain (1) mata berair dan kemerahan; (2) selalu menghindar dari

sinar matahari; (3) biasanya diikuti pembengkakan di sekitar mata. Pengendalian


penyakit yang dapat dilakukan diantaranya adalah menghindari pemberian hijauan
yang terdapat duri, pembersihan kandang, dan pemberian salep mata disarankan
pada kambing yang menderita pink eye.
Orf atau Dakangan
Penyebabnya adalah kambing terkena rumput yang berbulu atau
debu dari konsentrat ketika makan kemudian timbul infeksi. Gejala klinis
penyakit ini adalah adanya benjolan dan keropeng hitam pada sekitar mulut.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan program vaksinasi. Pengobatan penyakit
ini, yaitu dengan membuat luka baru pada keropeng dan beri preparat iodium dan
suntik dengan antibiotik.
Antraks
Penyebab penyakit ini adalah Bacillus anthracis yang menular
melalui kontak langsung, makanan atau minuman, dan dapat juga melalui
pernafasan. Kambing yang tertular antraks akan menunjukkan gejala klinis, yaitu
(1) demam tinggi, badan lemah, dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3)
pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin, dan badan penuh bisul; (4)
kadang-kadang darah berwarna merah kehitaman keluar melalui lubang hidung,
telinga, mulut, anus, dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur
darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman. Program pengendalian
penyakit antraks adalah dengan membakar kambing yang mati.
Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK) atau Apthae Epizootica
(AE)
Penyebab penyakit ini adalah virus dan menular melalui kontak
langsung melalui air kencing, susu, air liur, dan benda lain yang tercemar virus
AE. Gejala klinis penyakit ini di antaranya adalah (1) rongga mulut, lidah, dan
telapak kai atau teracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang
bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan
menururn bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian penyakit ini dengan cara vaksinasi serta pada kambing yang
terinfeksi diisolasi dan diobati secara terpisah.
Mastitis
Mastitis merupakan peradangan pada ambing ataupun puting yang
sangat sering dijumpai pada ternak kambing perah, penyakit ini sangat merugikan

karena dapat mengurangi jumlah produksi susu. Mastitis sering kali diakibatkan
oleh infeksi bakteri staphylococcus aureus ataupun karena pemerahan yang
kurang sempurna sehingga susu belum habis dalam proses pemerahan. Mastitis
dibagi menjadi 2 yaitu klinis dan subklinis, kejadian mastitis subklinis merupakan
yang paling sering terjadi di Indonesia karena tidak menimbulkan gejala klinis
tetapi hanya menyebabkan penurunan produksi susu. Pengujian mastitis subklinis
dapat dilakukan dengan IPB-mastitis test 1. Pengobatan mastitis dapat dilakukan
dengan pemberian antibiotika intra-mammary yang disertai dengan perbaikan
proses pemerahan.
Radang Kuku atau Kuku Busuk
Penyakit ini menyerang kambing yang dipelihara dalam kandang
yang basah dan kotor. Gejala penyakit ini, yaitu (1) mula-mula sekitar celah kuku
bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3)
tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya
kambing mengalami kelumpuhan.
Prolapsus Uteri
Penyakit ini diakibatkan karena berbagai macam sebab seperti anak
yang terlalu besar, merejan yang terlalu lama dan terlalu lama tidak di bantu oleh
tenaga medis serta manajemen pakan yang buruk. Pengobatan yang harus
dilakukan dengan mereposisi kembali dan menjahit dengan metode vulva plexa.
2.2. Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit kambing yang paling baik menjaga kesehatan
kambing dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga
kesehatan kambing adalah sebagai berikut:
Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan

kambing secara berkala.


Kambing yang sakit dipisahkan dengan kambing yang sehat dan segera

lakukan pengobatan.
Mengusahakan lantai kandang selalu bersih dan kering.
Memeriksa kesehatan kambing secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai

petunjuk.
Memberikan nutrisi & makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium
& mangannya.

Memberikan makanan sesuai jadwal & jumlahnya, Hijauan pakan yang baru
dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.

III
KESIMPULAN
Pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit-penyakit ternak harus
selalu mendapat perhatian. Untuk dapat melaksanakan kegiatan pengendalian
penyakit pada usaha budidaya kambing perlu diperhatikan :

1. Pola pakan
2. Kebersihan kandang
3. Kebersihan alat
4. Kebersihan lingkungan
5. Program Kesehatan Kelompok Ternak (PKKT)

DAFTAR PUSTAKA

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/prokpo04-8.pdf
diakses pada tanggal 11 Maret 2013 pukul 15.50
RESSANG. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi kedua. Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.

http://www.rohmad.com/2011/11/peternakan-kambing-domba-potong.html

diakses pada tgl 11 maret 2013 pukul 16.30


Subronto. Ilmu Penyakit Ternak .1995. Edisi I. Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai