Anda di halaman 1dari 3

Dalil Jual Beli Dalam Islam

Manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari saling membantu dan saling memerlukan.
Mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa keterkaitan dengan di
sekelilingnya. Misalnya, seorang pedang beras tidak bisa mencari jika stok padi dari petani
tidak memadai. Untuk itu diperlukannya tukar menukar hak kepemilikan atas barang tertentu
atas sesamanya. Salah satu cara untuk tukar menukar hak kepemilikan atas barang tertentu
dengan sesamanya. Salah satu cara untuk tukar menukar yaitu adanya kegiatan jual beli.
Menurut arti bahasa, jual beli ialah tukar menukar suatu barang dengan sesuatu
lainnya. Adapun menurut istilah syara; jual beli adalah tukar menukar sesuatu barang atau
benda yang dilakukan dua orang atau dua pihak dengan suatu kesepakatan tertentu.
Jual beli hukumnya mubah,yaitu diperbolehkan sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat AlQuran dan hadis Nabi di bawah ini:
A. Surah Al-Baqarah ayat 275

Tafsir: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (QS Al Baqarah : 275)
B. Surah An-Nisa ayat 29

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu.
C. Dalam Hadis Nabi
Sesungguhnya jual beli itu baru sah jika (dilakukan) atas dasar suka sama suka (H.R Ibnu
Hibban)
Perolehan yang paling utama adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang
mabrur (Sayid Sabiq,Fiqih Sunah, jilid 12, hal. 48)
Dari dalil-dali naqli diatas jelaslah bahwa jual beli itu diperbolehkan oleh agama, dan harus
dilakukan atas dasar suka sama suka atau atas dasar kesepakatan. Apabila jual beli dilakukan
dengan adanya paksaan terhadap salah satu pihak, maka jual beli demikian tidak sah
hukumnya.

4. Hukum Jual Beli


a)

Mubah (boleh), ini hukum asal jual beli.

b) Wajib, missalnya hakim di pengadilan memutuskan menjual harta orang yg muflis


(orang yg lebih banyak hutangnya dari hartanya). Hasil penjualannya untuk membayar utang
muflis tersebut.
c)

Haram, seperti yang telah dijelaskan dalam contoh jual beli yang terlarang

d)

Sunah, jual beli kepada keluarga maupun sahabat yg membutuhkan barang tersebut

e)

Makruh, Contoh jual beli sex toys karena tujuannya membangkitkan hawa nafsu

5. Macam-macam Jual Beli


a. Baius Salam (in-front payment sale)
Yaitu jual beli dimana barang yg akan dijualbelikannya tidak dilihat zatnya, hanya disebutkan
ciri-cirinya saja. Mungkin barang tersebut masih dalam proses pembuatan atau masih berada
di tempat jauh. Barang tersebut sepenuhnya merupakan tanggungan si penjual. Namun kedua
pihak baik penjual maupun pembeli haruslah sama-sama makluk, dan sama-sama menjaga
amanah.
Contoh Ijab Kabul:
Si penjual berkata: Saya jual kepada kamu satu unit kendaraan sepeda motor,merek Ducati,
berwarna merah,dirakit tahun 2012, bahan bakar bensin,dengan harga RP. 75.000.000 (tujuh
puluh lima juta, minggu depan diantar ke rumah pembeli.
Si pembeli berkata: Saya beli satu unit kendaraan sepeda motor dengan ketentuan
tersebut, dengan harga Rp. 75.000.000 (tujuh puluh lima juta).
Si pembeli membayarnya dengan tunai kepada si penjual. Sedangkan si penjual tidak
secara tunai menyerahkan barangnya. Dalam transaksi ini dibutuhkan tanda bukti
pembayaran yang sah. Jual beli seperti ini diperbolehkan. Dalilnya adalah firman Allah SWT,
dalam surah Al-Baqarah ayat 282 yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah dengan tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya..
b. Baiul Murabahah (Deffered Payment Sale)
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
Penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat
keuntungan sebagai tambahannya. Misal pedagan sepeda motor membeli motor dari pabrik
seharga Rp. 13.000.000 kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar Rp. 1.000.000 dan ia
menjual kepada pembeli seharga Rp. 14.000.000. Baiul Murabahah dapat dilakukan secara
pemesanan, yang pembayarannya dengan angsuran.

c. Baiul Istishna (Purchase by Order or Manufacture)


Merupakan kontrak penjual antara pembeli dengan pembuat barang.Dalam kontrak ini
pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui
orang lain untuk membuat barang menurut spesifikasi yang disepakati dan menjualnya
kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga yg ditentukan serta sistem
pembayarannya.

Anda mungkin juga menyukai