Laporan Praktikum Fisiologi Dan Teknolog
Laporan Praktikum Fisiologi Dan Teknolog
ACARA III
Dampak Kerusakan Mekanis Terhadap Proses Fisiologis
Kelompok : II ( Dua )
Rombongan : II
Penanggung Jawab:
Laily Fauziah akhsan
Muhammad Fathi Mutsaqof
A1F0150**
A1F015052
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil pertanian pascapanen akan mengalami kerusakan, yaitu kerusakan
mekanis, fisis, biologis/mikrobiologis, kimiawi, dan fisiologis. Kerusakan terjadi
karena penangan pascapanen belum maksimal. Hal ini dikarenakan, pengetahuan
masyarakat tersebut yang masih minim. Padahal dampak kerusakan tersebut dapat
berakibat pada mutu hasil pertanian yang berpengaruh pada nilai ekonomis nya.
Dampak dari kerusakan kerusakan pascapanen dapat berpengaruh terhadap
proses fisiologis hasil pertanian. Pada hakekat nya hasil pertanian memang
memiliki sifat yang mudah rusak (perrishable), dan jika mengalami kerusakan
maka tentu saja hasil pertanian tersebut akan lebih cepat rusak.
Pada dampak kerusakan mekanis terjadi karena tidak tepatnya pada proses
pemanenan, transportasi, maupun pengangkutan. Kerusakan mekanis ini dapat
menyebabkan lapisan luar rusak dan daging buah memar yang dapat
mengakibatkan cepat rusak karena mikroba dapat masuk melalui jaringan jaringan
yang sudah rusak dan terbuka. Dampak terhadap proses fisiologisnya adalah
mengalami laju respirasi seemakin tinggi yang dapat mempercepat pembusukan.
Pada praktikum ini akan membahas dampak kerusakan mekanis terjadap proses
fisologis pada buah mangga dan umbi kentang.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dampak kerusakan mekanis buah
buahan terhadap proses fisiologisnya.
buah-buahan
yang
disebabkan
oleh
mikrobia
Colletotrichum
gloeosporiodes. Keadaan semacam ini akan sulit diatasi, dan terus meningkat
hingga terjadi pembusukan.
c. Kerusakan mekanis
Kerusakan ini terjadi apabila dalam proses pemanenan, transportasi, maupun
pengangkutan tidak dilakukan dengan hati-hati. Akibatnya akan menyebabkan
buah menjadi luka pada kulit luar dan memar. Dengan demikian maka akan
semakin mempercepat kerusakan lainnya; seperti kerusakan fisiologis maupun
mikrobiologis karena mikrobia menjadi lebih mudah masuk kedalam daging buah.
d. Kerusakan fisis
Kerusakan ini lebih banyak disebabkan oleh suhu penyimpanan yang telalu tinggi
(heat injury) atau terlalu rendah (chilling injury), yang masing-masing dapat
menyebabkan kerusakan, misalnya adanya noda/bercak-bercak cokelat pada
bagian kulit buah. Selain itu, pada penyimpanan yang terlalu rendah tingkat
kelembabannya (< 85%), akan mempercepat proses transpirasi, sehingga buah
menjadi kusut dan teksturnya menurun.
e. Kerusakan kimiawi
Terutama berkaitan erat dalam proses pengolahan. Misalnya pada proses
pengirisan buah apel yang dibiarkan saja, maka akan timbul warna coklat akibat
reaksi pencoklatan enzimatis (enzim polifenol).
Selain kelima faktor diatas, sebenarnya masih satu lagi penyebab utama kerusakan
pada buah-buahan, terutama pada daerah-daerah yang masih menggunakan sistem
tradisional untuk proses pemanenan, yaitu dengan menggunakan sistem tebas,
dalam hal ini, buah langsung dipanen serentak tanpa peduli umurnya dan
kematangan buah. Meskipun hal ini dapat diatasi dengan mempercepat proses
kematangan, akan tetapi kualitas (rasa, tekstur, dan aroma) tetap lebih rendah.
Selain itu, dengan dipanennya buah-buah yang masih muda, lebih rentan terhadap
kerusakan selama transportasi maupun penyimpanan (kerusakan mekanis)
(Susanto,1994).
III. METODE
A.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Buah Mangga
Umbi Kentang
Sterofom
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Timbangan Digital
B.
1.
Prosedur
Kontrol
2.
Penjatuhan 5x
3.
Penjatuhan 10x
A.
Hasil
1. Kenampakan
a. Mangga
Hari Ke-
Kontrol
Jatuh 5x
Jatuh 8x
Warna
Tekstur
Warna
Tekstur
Warna
Tekstur
b. Apel
Hari Ke-
Kontrol
Jatuh 5x
Jatuh 8x
Warna
Tekstur
Warna
Tekstur
Warna
Tekstur
Keterangan :
Warna apel :
Texture
Warna mangga :
1)
Hijau
2)
Hijau Kemerahan
3)
Merah kehijauan
4)
Merah
5)
Sangat Merah
2. Susut Bobot
1) Sangat keras
2) Keras
3) Agak keras
4) Tidak keras
5) Sangat tidak keras
1) Hijau
2) Hijau kekuningan
3) Kuning Kehijauan
4) Kuning
5) Sangat Kuning
Kontrol
Berat Awal
(g)
261
Mangga
Berat Akhir
(g)
261
Berat Awal
(g)
86
86
85.29
250
Susut Bobot
(%)
0
2.68199233
7
1.57480315
Apel
Berat Akhir
(g)
86
261
254
254
85.29
85.29
250
244.7
2.12
85.29
84.39
244.7
214.45
84.29
84.29
214.45
226
84.29
83.29
1.18638035
4
226
231
83.29
83.29
Susut Bobot
(%)
Berat
Awal (g)
Jatuh 10x
Apel
Berat
Akhir (g)
78
75.33
75.33
73.33
73.33
72.33
1.36369835
72.33
70.33
2.76510438
3
Hari
ke-
12.3620760
1
5.38587083
2
2.21238938
1
Susut Bobot
(%)
0
0.82558139
5
0
1.05522335
6
Hari
ke-
Jatuh 5x
Mangga
Berat Awal Berat Akhir
(g)
(g)
403
403
403
396
396
389
389
382
382
375
375
367
367
362
362
347
1.73697270
5
1.76767676
8
1.79948586
1
1.83246073
3
2.13333333
3
1.36239782
4.14364640
9
Susut Bobot
(%)
3.42307692
3
2.65498473
4
Hari
ke-
Jatuh 8x
Mangga
Berat Awal Berat Akhir
(g)
(g)
389
305
305
298
298
288
B.
Susut Bobot
(%)
21.5938303
3
2.29508196
7
3.35570469
8
Berat
Awal (g)
Jatuh 20x
Apel
Berat
Akhir (g)
84.84
79.36
79.36
75.36
75.36
73.36
Susut Bobot
(%)
6.45921735
5.04032258
1
2.65392781
3
PEMBAHASAN
Buah dan sayuran pascapanen dapat mengalami luka mekanis akibat jatuh,
dan menurunnya susut bobot tetapi perubahan teksturnya tidak berbeda nyata.
Sedangkan pada mangga perlakuan penjatuhan sebanyak 5x perubahan tekstur,
warna serta penurunan susut bobot berbeda nyata, dibuktikan dengan perubahan
warna mangga yang mulai berwarna kecoklatan akibat reaksi enzimatis, namun
warna kulit mangga yang belum mengalami perubahan yang nyata. Perubahan
juga tampak dari susut bobot akibat kehilangan bagian mangga yang pecah,
namun terjadi human error pada hari 5 yang mengakibatkan hasil susut bobot
yang minus pada perhitungan hari ke 5 dan 6. Hal seperti ini mungkin terjadi
Karena tidak mungkin 100% kevalidan itu bisa tercapai, bisa saja dari kesalahan
pembacaan timbangan atau hal lainnya.
Apel dengan perlakuan penjatuhan 10x perubahan warna, tekstur dan susut
bobot terjadi secara signifikan ini sesuai dengan literatur, sebagaimana yang
dikatakan Chang (2006), bila buah seperti apel dan pir dipotong, bagian yang
terpapar ke udara berubah coklat. Ini merupakan hasil reaksi oksidasi
berkataliskan enzim yang ada dalam buah. Hal ini akan terjadi akibat bereaksinya
senyawa polifenol yang merupakan substrat dari enzim polifenolase. Adapun berat
yang dimiliki oleh apel pada awalnya akan menurun secara signifikan, hal itu bisa
dilihat pada tabel diatas.
Mangga dengan perlakuan jatuh bebas 8x memiliki dampak yang lebih
besar daripada perlakuan 5x hal ini berhubungan dengan intensitas penjatuhan
mangga, Karena tentunya semakin banyak intensitas benturan atau kerusakan
mekanis akan mengakibatkan susut bobot yang lebih banyak, begitu juga dengan
apel yang dijatuhkan 20x akan memiliki dampak yang lebih besar daripada apel
yang dijatuhkan 10x.
Produk pascapanen yang terbuka akan menyebabkan meningkatnya laju
respirasi yang mengakibatkan meningkatnya produksi panas dari produk. Panas
tersebut akan mempengaruhi produk pascapanen lainnya, dan akan memacu
pemasakan produk lebih awal, yang mana akan bermuara pada proses senescence,
yaitu proses penuan atau pembusukan. Selain panas terjadinya memar juga dapat
menyebabkan terjadinya perubahan warna jaringan produk.
Hal ini dapat menyebakan reaksi fisiologi yang tidak normal, yang akhirnya
akan menimbulkan bau yang tidak sedap. Sementara itu, adanya goresan atau
keretakan produk pascapanen yang akan menyebabkan terbukanya bagian
jaringan produk. Hal ini akan menjadi pintu masuk bagi serangan patogen, akan
meningkatkan hilangnya kandungan air produk, akan meningkatkan laju respirasi
produk, dan akan mengakibatkan makin tingginya kehilangan energi dari produk
pascapanen tersebut (Soesanto, 2008).
Adanya dampak kerusakan mekanis yang dapat mempengaruhi parameter
yang digunakan seperti warna, tekstur dan susut bobot terhadap proses fisiologi
pascapanen dari produk tersebut.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Produk pertanian, khususnya buah dan sayur setelah dipanen akan mengalami
proses pipe line yaitu akan terjadi penurunan kualitas secara kontinu dari
mulai dipanen hingga sampai di tangan konsumen.
2. Buah dan sayur memiliki kemungkinan besar mengalami kerusakan mekanis,
yaitu terjatuh, terbentur, tergores, dsb.
3. Buah dan sayur yang mengalami kerusakan mekanis akan mengalami
beberapa kejadian, seperti terkontaminasi oleh mikroba, terpapar udara
terbuka yang akan mengakibatkan terjadinya reaksi-reaksi kimia. Hal ini akan
berdampak pada semakin pendeknya umur simpan.
4. Semakin tinggi intensitas kerusakan mekanis akan mengakibatkan dampak
yang lebih besar daripada intensitas yang kecil.
B. Saran
1. Harapannya praktikum kali ini mampu dilanjutkan, dan menjadi dasar
pengetahuan bagi praktikan yang melakukan praktikum ini.
2. Praktikan diharapkan lebih memupuk rasa tanggungjawab dalam proses
pengamatan setiap harinya, agar tidak terjadi kesalahan atau human error.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, bambang. 2008. TOMAT, Usaha Tani dan Penanganan Pasca panen.
Kanisius: Yogyakarta.
Chang, Raymond. 2006. Kimia Dasar. Erlangga : Jakarta
Hyodo, H. 1991. Stress/wound ethylene. In A. K. Mattoo and J. C. Suttle (eds.),
The Plant Hormone Ethylene. CRC Press, Boca Raton, Florida, pp. 4363.
Soesanto, loekas. 2008. Penyakit Pascapanen: Sebuah Pengantar. Kanisisus:
Yogyakarta
Susanto, T, dkk. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu:
Surabaya.
LAMPIRAN
Buah apel awal