Anda di halaman 1dari 7

SASARAN DAN STRATEGI

KONSELING
KELOMPOK VII
SARMAN AL-SADAT
MELISA WIDYANTARI
MELISA

SASARAN
Sasaran dalam konseling merupakan suatu langkah yang
digunakan konselor dan klien untuk menunjukkan arah
tindakan dalam konseling. Sasaran dalam hal ini memiliki
kedudukan yang sangat penting. Sasaran yang telah ditetapkan
merupakan pedoman yang digunakan untuk melakukan evaluasi
apakah konseling berjalan sesuai yang diharapkan atau malah
tidak membantu sama sekali.

Seorang konselor tidak dapat menetapkan sasaran seorang diri.


Ia harus bekerja sama dengan klien, karena sasaran konseling
ditujukan untuk klien dan harus dilakukan dengan kesediaan
klien. Menyesuaikan sasaran dan kesiapan klien akan membuat
tujuan konseling menjadi lebih maksimal.

Fungsi Sasaran

fungsi sasaran bagi klien secara umum adalah klien memiliki


gambaran yang lebih spesifik mengenai tindakan apa yang
harus ia lakukan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Jadi, sasaran harus memberikan umpan balik bagi klien
sehingga ia bersedia untuk terlibat.
Secara khusus Hackney dan Cormier (dikutip dari Lesmana,
2005) menyatakan bahwa ada empat fungsi sasaran konseling
yaitu :
1.

Motivasional

2.

Edukasional

3.

Evaluatif

4.

Assessment untuk intervensi

Keterampilan Dalam Penetapan Sasaran

Hackney dan Cormier (dikutip dari Lesmana, 2005)


menjelaskannya dua keterampilan ini sebagai berikut :
1.

Konfrontasi. Corey (2009) mendefinisikan konfrontasi


sebagai
suatu
ajakan
kepada
klien
untuk
memperhatikan dimensi tertentu dari dirinya yang
menghambat perubahan tingkah laku atau sikap yang
positif.

2.

Respon Potensi Kemampuan. Menurut Lesmana


(2005), respons ini biasanya diberikan konselor
kepada klien untuk menunjukkan bahwa klien
memiliki kemamuan melakukan sesuatu apabila ia
berkehendak.

STRATEGI
Strategi merupakan implementasi dari sasaran. Tingkah laku
atau tindakan yang dilakukan oleh klien berdasarkan sasaran
yang telah ditetapkan adalah bentuk strategi dalam
konseling.
Seorang konselor harus dapat memilih strategi yang paling
memungkinkan untuk dilakukan oleh klien. Konselor sebainya
tidak terlalu memaksakan kehendaknya agar klien bersedia
menjalankan apapun yang menjadi rancangan strategi,
karena hal itu hanya akan membuat klien mundur. Konselor
juga harus tepat memilih strategi intervensi yang paling
sesuai dengan permasalahan klien agar tujuan dan sasaran
yang ditetapkan dapat tercapai.

Menurut Ivey dkk, (dikutip dari Lesmana, 2005) hal yang patut dipertimbangkan
agar konselor memiliki gambaran tentang klien sehingga dapat digunakan untuk
merencanakan tindakan strategi adalah memahami formula BASIC-ID yang
dikemukakan oleh Lazarus, yaitu :
B : Behavior merupakan bentuk tingkah laku
A : Affect merupakan perasaan dan emosi

S : Sensations merupakan sensasi dari penglihatan, suara, bau, sentuhan dan


rasa ditambah dengan sensualitas dan seksualitas
I : Imagery merupakan kemampuan untuk membentuk gambaran mental
mengenai kejadian ditambah dengan banyaknya khayalan dan fantasi yang
digunakan
C : Cognitions merupakan self-talk dan pikiran-pikiran tentang diri sendiri, ide
dan falsafah.
I : Interpersonal Relationship merupakan gaya umum ditambah dengan
seberapa besar individunya ini sebagai people person

D : Drugs merupakan faktor obat-obatan dan biologis/ kesehatan.

Setelah strategi ditetapkan, maka tugas konselor selanjutnya


adalah pemberian sugesti pada klien. Perlu diketahui oleh
konselor bahwa sugesti akan terus dibutuhkan sepanjang
proses konseling. Sugesti adalah senjata yang digunakan
untuk meningkatkan keyakinan klien pada kemampuan yang
dimilikinya. Dalam hal ini Corey (2009) mengatakan bahwa
jika klien merasakan bahwa konselor memiliki pengharapan
pada mereka, maka klien akan memasukan pengharapan
konselor ke dalam diri mereka dan menjadikannya sebagai
harapan diri sendiri. Oleh karena itu, strategi intervensi
tidak boleh terpisah dari pemberian sugesti.

Anda mungkin juga menyukai