Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengelo
Dosen : Dr. H. Agus Muharam, M.Pd.
Oleh :
Dinda Mifta Amalia
(1506725)
Maryani
(1503615)
Nayo Tamara
(1500124)
Nurrahmat Ginanjar
(1500093)
Yanti Susilawati
(1505296)
3A PGSD
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan dengan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul Pengaturan Ruang Kelas. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Kelas.
Dalam kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H.
Agus Muharam, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Pengelolaan Kelas yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan Makalah ini dan kepada seluruh pihak yang telah turut membantu
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna karena kemampuan dan
pengetahuan penulis serta bahan-bahan materi yang diperlukan untuk penyusunan Makalah ini.
Oleh karena itu, segala saran dan koreksi yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan Makalah ini. Akhirnya penulis berharap Makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.
Purwakarta, September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
E. Sistematika Penulisan
16
16
DAFTAR PUSTAKA
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.
3.
4.
Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan urgensi pengaturan ruang kelas dalam kegiatan belajar-mengajar.
Mendeskripsikan cara mengatur ruang kelas yang baik.
Mendeskripsikan pihak yang berperan penting dalam mengatur ruang kelas.
Mendeskripsikan pengaruh penataan ruang kelas dengan gairah belajar siswa.
D.
1.
2.
3.
4.
5.
Manfaat Penulisan
Dapat mengetahui urgensi pengaturan ruang kelas dalam kegiatan belajar-mengajar.
Dapat mengetahui pentingnya pengaturan ruang kelas bagi kegiatan belajar-mengajar.
Dapat mengetahui cara mengatur ruang kelas yang baik.
Dapat mengetahui pihak yang berperan penting dalam mengatur ruang kelas.
Dapat mengetahui pengaruh penataan ruang kelas dengan gairah belajar siswa.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini yakni :
Bab I Pendahuluan
Bab II Pengaturan Ruang Kelas
Bab III Penutup
BAB II
PENGATURAN RUANG KELAS
A. Urgensi Pengaturan Ruang Kelas dalam Kegiatan Belajar-Mengajar
Wiyani(2013: 129) berpendapat pengaturan berasal dari kata dasar atur. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, atur berarti disusun baik-baik, tertib, rapi, berbaris rapi. Kata
kerjanya adalah mengatur yang berarti membuat atau menyusun sesuatu menjadi teratur
(rapi), menata, mengurus, merangkai, dan menyusun. Sementara pengaturan merupakan
proses, cara, dan perbuatan mengatur. Jadi, pengaturan ruang kelas dapat didefinisikan
sebagai kegiatan mengurus dan menata segala sarana belajar yang terdapat di dalam ruang
kelas oleh guru. Berbagai sarana belajar yang ada di dalam kelas seperti meja dan kursi,
papan tulis, penghapus, penggaris, papan absensi, rak buku, dan lain sebagainya.
Mengurus dan menata berbagai sarana belajar dalam pengaturan ruang kelas meliputi
kegiatan-kegiatan berikut ini.
Merencanakan sarana belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Mengadakan sarana belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Menata letak sarana belajar yang telah didapatkannya untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan belajar-mengajar.
Merawat sarana belajar yang ada di ruang kelas agar selalu siap digunakan dalam kegiatan
belajar-mengajar.
Melakukan penilaian terhadap penggunaan berbagai sarana belajar.
Melakukan perbaikan terhadap tata letak sarana belajar yang ada di ruang kelas.
Sementara itu, urgensi atau arti penting dari pengaturan ruang kelas sebagai berikut.
Pengaturan ruang kelas dapat menciptakan kelas yang memiliki suasana belajar yang
menggairahkan.
Pengaturan ruang kelas dapat memungkinkan guru dan juga peserta didik untuk bergerak
secara leluasa di dalam kelas.
Pengaturan ruang kelas dapat memfokuskan peserta didik untuk tetap fokus belajar.
A. Cara Mengatur Ruang Kelas yang Baik
Surya(2015: 154) mengemukakan bahwa ruang kelas
merupakan
lingkungan
pembelajaran baik bagi guru maupun peserta didik. Agar tercipta suasana belajar yang
menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas/belajar.penyusunan dan
pengaturan ruang kelas hendaknya memungkinkan peserta didik duduk berkelompok dan
memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu peserta didik dalam belajar.
Dalam pengaturanruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan:
a. Ukuran dan bentuk kelas
b. Bentuk serta ukuran bangku dan bangku meja siswa
c. Jumlah siswa dalam kelas
d. Jumlah siswa dalam setiap kelompok
e. Jumlah kelompok dalam kelas
f. Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria
dan wanita)
Surya(2015: 155) mengemukakan bahwa terkadang dalam penataan ruang kelas
menemukan kendala seperti masalah pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat
pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas dan ventilasi serta tata cahaya. untuk
lebih jelasnya di bawah ini:
1. Pengaturan Tempat Duduk
Tempat duduk yang sesuai dengan keadaan tubuh siswa akan sangat berpengaruh dalam
kenyamaan penerimaan materi.Perkembangan jaman yang semakin pesat menciptakan
bermacam-macam bentuk dan ukuran tempat duduk dan sangat bervariasi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing sekolah. Diperlukan pemilihan tempat duduk yang tepat dan dapat
mengoptimalkan kenyamanan dalam KBM. Ada beberapa bentuk formasi tempat duduk yang
dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pengajaran itu akan ditempuh denga cara
berdiskusi, maka formasi tempat duduknya sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran
ditempuh dangan metode ceramah, maka tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang ke
belakang.
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa memerlukaan tempat duduk yang tidak
mengganggu siswa, karena kurang aman atau tidak nyaman dipakai. Jika siswa duduk
berjam-jam di tempat duduk dengan keadaan tidak cukup aman dan tidak nyaman, mereka
tidak akan dapat berpikir tentang pelajaran tersebut dan terus menerus merasakan "siksaan"
sebagai akibat dari tempat duduk yang tidak nyaman.
Pada prinsipnya, kriteria tempat duduk yang memadai adalah tempat duduk yang bisa
menunjang kegiatan belajar mengajar, yaitu aman dan nyaman untuk dipergunakan. Di antara
aspek yang perlu diperhatikan mengenai tempat duduk di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Segi Keamanan
Guru atau murid yang menempati tempat duduk tersebut benar-benar merasa aman
sehingga tidak perlu khawatir akan jatuh atau celaka. Dengan demikian mereka dapat
berkonsentrasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
b. Segi Kenyamanan
Kenyamanan di sini bukan berarti tempat duduk itu harus empuk (tetapi jika mampu
demikian tidak masalah), melainkan tempat duduk tersebut cukup enak digunakan, dilihat
dari alas yang diduduki harus datar dan jangan sampai miring, mempunyai sandaran, tidak
terlalu ke depan atau ke belakang. Perbedaan tinggi antara tempat duduk dengan tempat
menulis harus memadai.
c. Segi Ukuran
Agar merasa aman dan nyaman, sebaiknya diperhatikan kondisi tempat duduk yang
memenuhi hal-hal berikut :
- Tempat duduk guru lebih tinggi dari tempat duduk siswa, agar guru mudah mengawasi
setiap kegiatan siswa.
- Meja dan kursi untuk siswa sebaiknya :
Terpisah, agar memudahkan pengaturan untuk kegiatan lainnya.
Bentuknya sederhana, kokoh, dan bahannya kuat.
Ukuran daun meja adalah 100cm x 50cm (standar)
Tinggi meja kurang lebih setinggi pinggul siswa.
Tinggi kursi kurang lebih setinggi lutut siswa.
Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang bermacam-macam, ada yang satu
tempat duduk untuk beberapa orang, atau hanya untuk seorang siswa. Sebaiknya tempat
duduk siswa ukurannya tidak terlau besar, agar mudah diubah-ubah formasi tempat duduknya
sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, pada pengajaran dengan cara berdiskusi, maka formasi
tempat duduk sebaiknya berbentuk melingkar. Jika pengajaran ditempuh dengan metode
ceramah, tempat duduknya sebaiknya berderet memanjang kebelakang atau berbentuk
farmasi tapal kuda (pola ini guru berada di tengah siswa). Pola ini dapat digunakan apabila
pelajaran banyak memerlukan tanya jawab antara guru dan siswa dan lebih memudahkan
saling berkomunikasi atau konsultasi. Di samping susunan meja dan kursi yang fleksibel
menurut pola formasi tertentu, khususnya siswa SD/TK pada waktu mengikuti kegiatan
belajar mengajar tidak terlalu terpaku duduk di kursi akan tetapi dapat juga duduk di tikar
atau karpet yang bergambar atau berabjad, belajar mereka harus disesuaikan dengan kegiatan
yang dilaksanakan pada waktu itu, karena siswa TK perlu lebih banyak praktik untuk melatih
kecerdasan psikomotorik mereka
2. Pengaturan Alat-alat Pengajara
Cara pengaturan peralatan dapat diatur sebagai berikut:
a. Perpustakaan Kelas
- Sekolah yang maju ada di setiap kelas
- Pengaturannya bersama-sama siswa
b. Alat-alat Peraga Media Pengajaran
- Alat peraga atau media pengajaran semstinya diletakkan dikelas agar
memudahkan dalam penggunaannya
- Pengaturannya bersama-sama siswa
c. Papan Tulis, Kapur Tulis, dan lain-lain.
- Ukurannya disesuaikan
- Warnanya harus kontras
- Penempatannya memperlihatkan estetika dan terjangkau oleh semua siswa
d. Papan Presensi Siswa
- Ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihatvoleh semua siswa
- Difungsikan sebagaimana mestinya
2.
Formasi kelas bentuk huruf U sangat menarik dan mampu mengaktifkan para siswa, sehingga
mampu membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran. Dalam hal ini guru adalah
orang yang paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung berinteraksi
secara langsung, sehingga akan mendapatkan respon dari pendidik secara langsung.
Kelebihan : guru dapat menjangkau seluruh peserta didik sehingga pembelajaran dapat
maksimal.
Kekurangan : kondisi ini digunakan untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak.
Corak Tim
Pada model ini, meja-meja dikelompokkan setengah lingkaran atau oblong di ruang tengah
kelas agar memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa).
Guru dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja guna menciptakan suasana yang
akrab. Siswa juga dapat memutar kursi melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk
melihat guru atau papan tulis.
Kelebihan : memungkinkan guru melakukan interaksi dengan setiap tim (kelompok siswa).
Siswa juga dapat mendiskusikan masalah belajarnya dengan siswa satu kelompoknya dan
dapat memaksimalkan kegiatan belajarnya dengan baik.
Kekurangan : Kondisi kelas biasanya ramai dan materi yang disampaikan tidak dapat
disampaikan secara maksimal dalam kondisi kelas yang demikian.
Meja Konferensi
Formasi konferensi sangat bagus digunakan dalam metode debat saat membahas suatu
permasalahan yang dilontarkan oleh pendidik, kemudian membiarkan para siswa secara
bebas mengemukakan berbagai pendapat mereka. Denagn begitu akan didapatkan sebuah
kesimpulan atau bahkan dapat memunculkan permasalahan baru yang bisa dibahas lagi pada
pertemuan berikutnya.
Kelebihan : menjadikan mudah permasalahan yang dianggap berat/ sulit karena didiskusikan
secara bersama.
Kekurangan : Dapat mengurangi peran penting siswa.
Lingkaran
Dalam model ini, tempat duduk siswa disusun dalam bentuk lingkaran sehingga mereka
dapat berinteraksi berhadap-hadapan secara langsung. Model lingkaran seperti ini cocok
untuk diskusi kelompok penuh.
Kelebihan : sistem ini dapat menyelesaikan permasalahan kelompok secara bersama dengan
peserta didik yang jumlahnya banyak, dapat menjadikan mudah permasalahan yang dianggap
berat/ sulit.
Kekurangan : pembelajaran kurang efektif dalam penerimaan dan pemberian tugas, karena
siswa umumnya lebih suka bermain.
Susunan Chevron
Bentuk cevron mungkin bisa sangat membantu dalam usaha mengurangi jarak di antarsiswa
maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa dan guru mempunyai pandangan yang lebih
baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif dalam pembelajaran di kelas. Formasi ini
memberikan sudut pandang baru bagi siswa, sehingga mereka mampu menjalani proses
belajar-mengajar dengan antusias, menyenangkan, dan terfokus.
Kelebihan : mengurangi jarak di antarsiswa maupun antar siswa dengan guru, sehingga siswa
dan guru mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap lingkungan kelas dan mampu aktif
dalam pembelajaran
Auditorium
Formasi auditorium merupakan tawaran alternative dalam menyusun ruang kelas. Meskipun
bentuk auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun
hal ini dapat dicoba untuk mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang
secara konvensional (tradisional). Jika tempat duduk sebuah kelas dapat dengan mudah
dipindah-pindahkan, maka guru dapat membuat bentuk pembelajran ala auditorium untuk
membentuk hubungan yang lebih erat, sehingga memudahkan siswa melihat guru.
Kelebihan : mengurangi kebosanan siswa yang terbiasa dalam penataan ruang secara
konvensional (tradisional)
Kekurangan : lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif
Tradisional
Formasi Tradisional adalah formasi yang biasa kita temui dalam kelas-kelas tradisional yang
memungkinkan para siswa duduk berpasangan dalam satu meja dengan dua kursi. Namun,
model ini sangat memiliki keterbatasan yaitu pandangan teman yang berada di kelas terutama
di belakang sering terganggu. Mobilitas siswa juga tidak bisa leluasa.
Kelebihan : siswa mampu di jangkau oleh pandangan guru, kelas tampak lebih teratur dam
rapi, dan guru dapat mengawasi dari depan.
Kekurangan : guru biasanya kurang memperhatikan siswa yang ada di belakang. Siawa yang
tempat duduknya dibelakang tidak dapat menerima pelajaran secara maksimal.
3. Peran guru dalam pengaturan alat-alat pelajaran
Alat-alat pelajaran dapat klasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara lain: Menurut
kedudukannya; alat pelajaran dibedakan atas permanen dan tidak permanen. Permanen jika
alat pelajaran tersebut diletakkan di kelas secara terus menerus, misalnya: listrik, papan tulis,
dan sebagainya. Alat pelajaran tidak permanen atau yang bergerak yaitu alat pelajaran yang
dapat dipindah, misalnya: kursi, OHP, mesin-mesin, peta, dan sebagainya. Menurut
fungsinya;
a. alat untuk menulis; kapur, papan tulis, pensil, dan lain-lain;
b. alat-alat lukis; jangka, meter, segitiga, buku.
Alat-alat pelajaran tersebut tidak perlu disimpan ditempat khusus, tetapi cukup diatur di
dalam kelas, sehingga bila sewaktu-waktu digunakan akan cepat.
4. Peran guru dalam pemeliharaan keindahan ruangan kelas
Dengan Motto yang menyatakan bersih adalah sehat dan rapi adalah indah merupakan
hal yang tidak dapat dipungkiri. Setiap manusia memiliki cita rasa keindahan walaupun
derajat keindahannya berbeda. Keindahan akan memberikan rasa nyaman dan membuat anak
betah tinggal di tempat tersebut. Kelas yang diharapkan mengundang anak untuk betah
berada di dalamnya hendaknya dijaga kebersihan dan keindahannya. Guru memiliki peran
untuk mengorganisir siswanya agar dapat mendesain kelasnya menjadi kelas yang indah.
Keindahan dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu:
a. menata ruangan menjadi rapi, misalnya; menata alat pelajaran sesuai kelompoknya, menata
buku sesuai tinggi buku, tebal buku, dan kelompok buku, penataan alat pelajaran permanent
yang sesuai dengan ruangan agar anak yang tenggelam dalam lautan ilmu pengetahuan akan
mengalami pembelajaran secara alamiah, nyata, langsung, dan bermakna,
b. penataan meja guru, gambar-gambar merupakan factor pendukung tercapainya ruangan yang
rapian indah.
C. Pengaruh Penataan Ruang Kelas dengan Gairah Belajar Siswa
(Rukmana, dkk, 2006: 78) Menciptakan ruang kelas yang baik yang dapat menggairahkan
belajar peserta didik tentunya tidak mudah. Diperlukan keaktifan dan inisiatif guru dalam
mengelola ruang kelas. Ruang kelas merupakan tempat yang dipakai sehari-hari oleh guru
dan peserta didik. Oleh karena itu, ruang kelas harus dibuat senyaman mungkin baik dari
penataan tempat duduk maupun perlengkapan. Dengan penataan yang baik akan memberikan
ekspektasi yang luar biasa bagi peserta didik dan secara tidak langsung berdampak pada
gairah belajar siswa. Dalam penataan ruang kelas harus dikomunikasikan dengan peserta
didik agar terjadi kesepakatan dalam penetapan peletakan barang. Namun tetap guru sebagai
pengambil keputusan karena guru harus mempertimbangkan baik buruknya dan tingkat ke
efesiensi dalam proses belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Ruang kelas merupakan lingkungan pembelajaran baik bagi guru maupun peserta didik. Agar
tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang
kelas/belajar.
Wujud penataan kelas seperti pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran,
penataan keindahan dan kebersihan kelas dan ventilasi serta tata cahaya.
Ruang kelas memberikan pengaruh bagi gairah belajar siswa baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Menata ruang kelas harus dikomunikasikan kepada siswa agar terjadi kesepakatan sehingga
terciptanya ruang kelas yang nyaman serta sekaligus memberikan pembelajaran yang bermakna
kepada siswa.
5. Saran
Dengan adanya dan dipresentasikannya makalah ini, diharapkan mahasiswa UPI
Kampus Daerah Purwakarta sebagai calon pendidik dapat mengetahui cara mengatur ruang kelas
yang baik. Sehingga dapat terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan membuahkan
hasil yang maksimal untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Rukmana, Ade dan Asep Suryana. 2006. Pengelolaan Kelas. Bandung: UPI PRESS
Surya, Mohamad. 2015. Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran. Bandung: ALFABETA
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Manajemen Kelas. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA
Sumber Internet:
http://ilyasrozak.blogspot.com/2014/06/pengaturan-ruang-kelas.html
http://syiruptz.blogspot.co.id/2014/04/penataan-formasi-tempat-duduk-siswa_8.html