Disusun oleh:
Eha Maleha
240210130034
Dheya Desita
240210130053
Rosalina Ilmi Amalia
240210130057
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2016
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebagai kebutuhan dasar manusia makanan yang kita konsumsi hendaknya
bersih dan memiliki kandungan gizi yang lengkap. Perkembangan industri pangan
yang memberikan perubahan baik secara kualitatif atau kuantitatif pada makanan
menyebabkan perkembangan bahan makanan maju pesat, baik itu untuk pengawet,
perasa, tekstur/warna dari makanan. Konsumen membutuhkan makanan yang segar,
murah dan mudah disajikan sebagai tuntutan zaman yang makin praktis.
Tuntutan kepentingan ekonomi dan semakin kompleksnya permasalahan
pangan diikuti dengan pertumbuhan bahan-bahan kimia sebagai pengawet. Menurut
hasil penelitian terdapat 2.500 variasi kimia, bahan-bahan tambahan tersebut dapat
mempengaruhi kualitas bahan makanan, penambahan bahan tambahan tersebut dapat
memperpanjang waktu kadaluarsa bahan pangan, meningkatkan aroma dan
penampilan bahan pangan. Dengan pengawetan, makanan bisa disimpan berhari-hari,
bahkan berbulan-bulan dan sangat menguntungkan produsen.
Pengalengan adalah cara pengolahan makanan untuk memperluas kehidupan.
Idenya adalah untuk membuat makanan yang tersedia dan bisa dimakan lama setelah
waktu pemrosesan. Meskipun makanan kalengan sering diasumsikan rendah nilai
gizi (akibat proses pemanasan), beberapa kaleng makanan yang bergizi ungguldalam beberapa cara-bentuk alami mereka. Salah satu contoh dari produk
pengawetan tersebut adalah buah kaleng.
Penggunaan yang luas menjadikan produk buah kaleng harus memiliki
kualitas yang harus terkendali demi menghasilkan produk-produk yang berkualitas.
Industry buah kaleng sangat berperan untuk mengendalikan kualitas produk buah
kaleng. Salah satu cara untuk mengendalikan kualitas produksi buah kaleng adalah
dengan menerapkannya HACCP dalam proses produksinya.
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol
dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi
titiktitik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan
salah satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menganalisis bahaya yang dapat terjadi pada produksi buah kaleng
2. Mengetahui cara penentuan titik kritis pada proses pembuatan buah kaleng
3. Mengetahui cara penanggulangan bahaya dari CCP produksi buah kaleng
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang sudah dikenal sejak
perang dunia kedua. Pada abad ke 19, kaleng digunakan untuk mengemas bahan
makanan agar tetap segar untuk tentara perang pada masa perang. Pada tahun 1908,
Nicholas Appert seseorang yang berkebangsaan Perancis memperkenalkan cara
menyimpan makanan dalam botol kaca, lalu botol kaca tersebut disumbat longgar
dengan gabus, kemudian direbus kembali sampai mendidih. Sesudah udara dalam
botol tersebut keluar lalu disumbat lagi dengan kayu gabus sampai rapat dan kencang.
Inilah bentuk paling tua dari kemasan kaleng yang kita kenal. Kelebihan dari
kemasan kaleng ini adalah dapat dilakukan proses sterilisasi dengan suhu tinggi
selama 20-40 menit sehingga makanan didalam nya menjadi steril, tidak mudah rusak
dan awet (Anonima , 2008).
Mengemas makanan dalam kaleng merupakan salah satu teknologi
pengawetan makanan dengan cara sterilisasi dengan suhu tinggi. Saat ini makanan
dalam kemasan kaleng semakin populer akibat mobilitas masyarakat yang sangat
tinggi, sehingga mengkonsumsi produk makanan kaleng dapat menghemat waktu.
Kerusakan utama yang terjadi pada bahan makanan yang dikemas dalam kaleng
adalah kerusakan yang diakibatkan oleh mikroba yang menyebabkan makanan
menjadi berbau busuk, asam dan bahkan beracun. (Shaffiyah, 2008)
Menurut Winarno (1995), kerusakan makanan kaleng dibagi menjadi 4 bagian
yaitu:
1. Flat Sour Apabila permukaan kaleng tetap datar dan tidak mengalami
kerusakan apapun, tetapi produk di dalam kaleng tersebut sudah rusak dan
berbau asam.
2. Flipper Apabila dilihat sekilas, bentuk kaleng terlihat normal tanpa kerusakan.
Tetapi bila salah satu ujung kaleng ditekan, maka ujung yang lainnya akan
terlihat cembung.
3. Springer Apabila salah satu ujung kaleng tampak rata dan normal, sedangkan
ujung yang lain tampak cembung permanen.
4. Swell (cembung) Apabila kedua ujung kaleng sudah terlihat cembung akibat
adanya bakteri pembentuk gas. Swell (cembung) dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu soft swell dan hard swell. Soft swlel yaitu kedua ujung kaleng
yang sudah cembung tetapi belum begitu keras sehingga masih bisa ditekan
sedikit ke dalam. Sedangkan hard swell yaitu kedua ujung permukaan kaleng
sudah cembung dan begitu keras sehingga tidak bisa lagi ditekan ke dalam
(Shaffiyah, 2008).
2.2 Buah Kaleng
Buah Kaleng adalah buah yang diawetkan dalam kaleng itu sendiri dengan
tujuan untuk memperpanjang umur simpan ketika sebelum dikonsumsi. Koktail
buah atau koktil adalah makanan yang dibuat dari potongan buah dan sirup, dan
disajikan dingin. Walaupun namanya mirip dengan minuman beralkohol yang disebut
"koktail", koktail buah sama sekali tidak dicampur atau mengandung alkohol.
Menurut Standar Nasional Indonesia untuk buah-buahan dalam kaleng,
koktail buah dalam kaleng dibuat dari campuran tiga jenis buah atau lebih. Koktail
buah dalam kaleng dibagi menjadi koktail buah subtropis (persik, pir, nenas, anggur,
ceri) dan koktail buah tropis (papaya atau nenas)
2.3
Indonesia
mengadopsi
sistem
HACCP
versi
CAC
tersebut
dan
menuangkannya dalam acuan SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan
Pengendalian Titik-Titik Kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya yaitu
Pedoman BSN 1004/1999. Sistem yang penerapannya masih bersifat sukarela ini
adalah membentuk Tim HACCP yang melibatkan semua komponen dalam industri
yang terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman. Tim HACCP sebaiknya
terdiri dari individu-individu dengan latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu
yang beragam, dan memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu yang bersangkutan,
misalnya ahli mikrobiologi, ahli mesin/ engineer, ahli kimia, dan lain sebagainya
sehingga dapat melakukan brainstorming dalam mengambil keputusan. Jika keahlian
tersebut tidak dapat diperoleh dari dalam perusahaan, saran-saran dari para ahli dapat
diperoleh dari luar.
2.
Deskripsi Produk
Tim HACCP yang telah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian
dari produk pangan yang akan disusun rencana HACCPnya. Deskripsi produk yang
dilakukan berupa keterangan lengkap mengenai produk, termasuk jenis produk,
komposisi, formulasi, proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta
keterangan lain yang berkaitan dengan produk. Semua informasi tersebut diperlukan
Tim HACCP untuk melakukan evaluasi secara luas dan komprehensif.
3.
4.
harus
5.
: Analisis Bahaya
Setelah lima tahap pendahuluan terpenuhi, tim HACCP
melakukan analisa bahaya dan mengindentifikasi bahaya beserta caracara pencegahan untuk mengendalikannya. Analisa bahaya amat
penting untuk dilakukan terhadap bahan baku, komposisi, setiap
tahapan proses produksi, penyimpanan produk, dan distribusi, hingga
tahap penggunaan oleh konsumen. Tujuan analisis bahaya adalah
untuk mengenali bahaya-bahaya apa saja yang mungkin terjadi dalam
Jenis Bahaya
Biologi
Kimia
Fisik
Bahaya B
Bahaya C
Contoh
Sel Vegetatif : Salmonella sp, Escherichia
coli Kapang : Aspergillus, Penicillium,
Fusarium Virus : Hepatitis A Parasit :
Cryptosporodium sp Spora bakteri :
Clostridium botulinum, Bacillus cereus
Toksin mikroba, bahan tambahan yang
tidak diizinkan, residu pestisida, logam
berat, bahan allergen
Pecahan kaca, potongan kaleng, ranting
kayu, batu atau kerikil, rambut, kuku,
perhiasan
Karakteristik Bahaya
Produk-produk pangan yang tidak steril
dan dibuat untuk konsumsi kelompok
beresiko
(lansia,
bayi,
immunocompromised)
Produk mengandung ingridient sensitif
terhadap bahaya biologi, kimia atau fisik
Proses tidak memiliki tahap pengolahan
Bahaya D
Bahaya E
Bahaya F
(++)
II
(+++)
III
(++++)
IV
(+++++)
Jenis Bahaya
Tidak mengandung bahaya A
sampai F
Mengandung satu bahaya B
sampai F
Mengandung dua bahaya B
sampai F
Mengandung tiga bahaya B
sampai F
Mengandung empat bahaya
B sampai F
Mengandung lima bahaya B
sampai F
Kategori resiko paling tinggi
(semua
produk
yang
mempunyai bahaya A)
A+
(katagori
khusus VI
dengan atau tanpa bahaya
B-F
Tabel 5. Signifikan Bahaya
M1
Mm
Mh*
H1
Hm*
Hh*
penetapan CCP
Keterangan : L=l= low, M=m= medium, H=h=hig
Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam penyusunan
suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka mencegah bahaya
keamanan pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko tinggi dan tindakan
pencegahan harus diidentifikasi. Hanya bahaya yang signifikan atau yang memiliki
resiko tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan critical control point.
Prinsip 2
silang.
Suatu
CCP
dapat
digunakan
untuk
Prinsip 3
Prinsip 4
dikoreksi/diperbaiki,
atau
produk
ditahan/tidak
selain
menghentikan
proses
produksi
antara
lain
program
HACCP
dapat
diperiksa
dan
efektifitas
III.
3.1.
Pengupasan
Cutting
Blansing
Filling
Exhausting
Sealing
Sterilisasi
Pendinginan
Penyimpanan
baku. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pencucian dengan air dingin pada buah,
selain itu pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam atau menyemprot bahan
dengan air.
b Pemilihan (Sortasi/Grading)
Proses pemilihan dilakukan dengan memilih bahan yang sesuai dengan
standar kematangan buah. Sortasi dan grading dapat dilakukan berdasarkan
ukuran/diameter, berat jenis atau warna.
c Pengupasan
Tujuan dari pengupasan dalam pembuatan buah kaleng yaitu membuang
bagian-bagian yang tidak layak untuk dikonsumsi seperti kulit dan batang. Pada
pengalengan buah, pengupasan menggunakan alat mekanis, sehingga daging buah
terpisah dari kulitnya, setelah itu, daging buah yang sudah dikupas kemudian akan
diblanching.
d Blanching
Dalam pengalengan, blanching diartikan sebagai pemasukan buah ke dalam
air mendidih atau mengukus dalam air mendidih yang berlebih selama periode waktu
tertentu diikuti dengan mencelupkannya ke dalam air dingin untuk menghentikan
pemasakan. Blanching akan merusak enzim yang mengakibatkan perubahan warna,
flavor dan tekstur. Blanching bertujuan menghilangkan udara dari makanan sehingga
membuatnya lunak dan lebih mudah ditangani.
Setelah dilakukan penyipan bahan baku selanjutnya dilakukan proses
pengalengan buah. Menurut Larousse (1997), proses pengalengan buah terdiri dari:
e Pengisian (Filing)
Pengisian bahan ke dalam wadah (kaleng) harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga tidak terlalu banyak udara tertahan dalam wadah. Pengisian bahan jangan
terlalu penuh dan harus disisakan tempat kosong di bagian atas wadah (head space).
Volume head space tidak lebih dari 10 % dari kapasitas wadah. Head space ditujukan
agar pada waktu proses sterilisasi masih terdapat tempat untuk pengembangan isi.
Pengisian bahan dapat dilakukan dengan tangan atau mesin. Besar head space dalam
wadah sangat penting, apabila head space terlalu kecil maka akan sangat berbahaya,
karena ujung kaleng akan pecah akibat pengembangan isi selama pengolahan dan
apabila head space tidak cukup, kecepatan pemindahan panas menurun, dengan
demikian waktu pengolahan lebih lama. Sebaliknya apabila head space terlalu besar,
maka udara yang terkumpul di dalam ruang tersebut lebih banyak, sehingga dapat
menyebabkan oksidasi dan perubahan warna bahan yang dikalengkan.
f Exhausting
Tujuan dari exhausting adalah menghilangkan udara sehingga tekanan di
dalam kaleng setelah perlakuan panas dan pendinginan lebih rendah daripada tekanan
atmosfer. Kondisi vakum menjaga tutup kaleng tertutup sehingga mengurangi tingkat
oksigen dalam head space. Hal ini juga akan memperpanjang umur simpan dari
produk makanan dan mencegah penggembungan kaleng pada daerah yang tinggi.
Pengurangan jumlah udara bertujuan mengurangi oksigen dan kesempatan oksidasi
dari bahan.
Vakum di dalam kaleng dihasilkan dari penggunaan panas atau dengan cara
mekanis. Vakum dalam kaleng dapat dihasilkan dari pemanasan kaleng menggunakan
steam pada suhu 80-90C selama 5-7 menit, diikuti dengan sealing kaleng panas.
Alternatif lain adalah dengan mechanical high vacum seamer pada suhu kamar.
Terkadang sebelum pengisian kaleng, udara dalam head space dihilangkan dengan
steam, yang terkondensasi setelah proses dan dengan cara demikian menyebabkan
kondisi vakum. Tingkat vakum dalam proses pendinginan kaleng tergantung dari
ukuran kaleng dan jenis produk.
g Penutupan Wadah (Sealing)
Tujuan penutupan wadah (Sealing) adalah memasang tutup dari wadah
sedemikian rupa, sehingga faktor-faktor penyebab kerusakan tidak dapat masuk lagi
ke dalamnya setelah dilakukan sterilisasi. Penutupan kaleng dilakukan dengan alat
khusus. Penutupan kaleng harus sempurna, sebab apabila penutupan kaleng dilakukan
dengan tidak sempurna, maka kebocoran dapat merusak produknya. Sebelum wadah
ditutup diperiksa dahulu apakah head space-nya sudah cukup dan sesuai dengan
perhitungan, setelah ditutup sempurna, kaleng/wadah perlu dibersihkan, jika ada sisasisa bahan yang menempel pada dinding kaleng / wadah. Pencucian dilakukan dengan
air panas (suhu sekitar 82,2C) yang mengandung larutan H 2PO4 dengan konsentrasi
1,0 1,5 %, kemudian dibilas dengan air bersih beberapa kali
h Sterilisasi (Pemanasan)
mengandung jumah mikroba yang banyak. Selain itu, sisa pestisida dan debu juga
dapat menjadi bahaya. Berdasarkan hal tersebut, bahaya yang ditimbulkan oleh
mikroorganisme dan kimia ialah bahaya signifikan dan perlu penanganan khusus.
2. Pengupasan
Pada tahapan pengupasan, bahaya yang mungkin terjadi adalah berasal dari
sisa-sisa bagian dari buah yang dikhawatirkan tersisa pada proses pengupasan ini.
Berdasarkan hal tersebut, bahaya yang ditimbulkan oleh sisa kulit atau apapun saat
proses pengupasan merupakan bahaya fisik yang signifikan dan perlu penanganan
khusus..
3. Blansing
Pada tahapan ini terjadi proses pemanasan dengan tempo waktu yang singkat.
Proses ini dapat membunuh mikroorganisme, namun jumlah mikroorganisme yang
dibunuh tidak begitu banyak karena suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi.
Sehingga perlu dikaji lebih lanjut apakah tahapan ini CCP atau bukan.
4. Sealling
Pada tahapan ini terjadi proses penutupan kaleng yang telah diisi buah. Pada
proses penutupan ini terdapat kemungkinan bahaya berasal dari kebocoran yang dapat
merusak produk. Berdasarkan hal tersebut, bahaya yang ditimbulkan oleh kebocoran
kaleng ialah bahaya signifikan dan perlu penanganan khusus.
5. Sterilisasi
Pada tahapan ini merupakan tahapan yang paling kritis, dimana pada saat ini
segala jenis hazard harus dapat tertangani sehingga tahapan ini merupakan tahapan
CCP (Critical Control Point). Proses sterilisasi yang dilakukan adalah menggunakan
suhu lebih dari 100OC dengan waktu 20 menit.
6. Penyimpanan
Tahapan ini dilakukan untuk menyimpan hasil produksi. Pada penyimpanan
diperlukan kondisi yang tepat untuk menjaga agar kualitas bahan tetap terjaga. Dan
pada tahap ini dilakukan penanganan agar kaleng tidak penyok
b. Pengidentifikasian Tindakan Pencegahan
dari proses dan semua hazard yang berpotensi. Selain itu CCP juga dapat ditemukan
dengan mengikuti setiap pertanyaan-pertanyaan yang ada pada CCP decision tree.
a. Cleaning
Pada tahapan pencucian, bahaya yang mungkin terjadi adalah berasal dari air
yang digunakan untuk proses pencucian. Air yang digunakan dikhawatirkan
mengandung jumah mikroba yang banyak. Selain itu, sisa pestisida dan debu juga
dapat menjadi bahaya. Untuk memutuskan tahapan proses ini adalah CCP atau bukan
diputuskan dengan decision tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Ya, proses ini dapat
menghilangkan hazard)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? (Ya)
Dari pertanyaan yang diberikan, menyatakan jika tahap pembersihan masuk ke dalam
tahapan CCP.
b. Pengupasan
Pada tahapan pengupasan, bahaya yang mungkin terjadi adalah berasal dari
sisa-sisa bagian dari buah yang dikhawatirkan tersisa pada proses pengupasan ini.
Untuk memutuskan tahapan proses ini adalah CCP atau bukan diputuskan dengan
decision tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Tidak, namun proses ini
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? (Tidak)
Apakah hazard dapat dikurangi dalam proses berikutnya? (Tidak)
Dari pertanyaan yang diberikan, menyatakan jika tahap pengupasan tidak
masuk ke dalam tahapan CCP. Karena frekuensi terjadinya hazard pada proses
pengupasan ini sangan jarang terjadi, dan dengan rentan waktu yang lama juga.
Sehingga resiko yang terjadi sangat rendah.
c. Blansing
Pada tahapan ini terjadi proses pemanasan dengan tempo waktu yang singkat.
Proses ini dapat membunuh mikroorganisme, namun jumlah mikroorganisme yang
dibunuh tidak begitu banyak karena suhu yang digunakan tidak terlalu tinggi. Untuk
memutuskan tahapan proses ini adalah CCP atau bukan diputuskan dengan decision
tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Ya, proses ini dapat
menghilangkan hazard)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? (Tidak)
Apakah hazard dapat dikurangi dalam proses berikutnya? (Ya)
Dari pertanyaan yang diberikan, menyatakan jika tahap blansing tidak masuk
ke dalam tahapan CCP. Karena dalam proses blansing hazard yang hilang tidak begitu
banyak.
d. Sealling
Pada tahapan ini terjadi proses penutupan kaleng yang telah diisi buah. Pada
proses penutupan ini terdapat kemungkinan bahaya berasal dari kebocoran yang dapat
merusak produk. Jika terdapat kebocoran pada proses ini akan mengakibatkan reaksi
oksidasi yang akan mengubah produk. Disamping itu adanya udara di dalam kaleng
dapat membuat mikrobiologi tumbuh. Untuk memutuskan tahapan proses ini adalah
CCP atau bukan diputuskan dengan decision tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Ya, proses ini dapat
menghilangkan hazard)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang mungkin terjadi sampai level yang dapat diterima? (Ya)
Dari pertanyaan yang diberikan, menyatakan jika tahap sealling masuk ke
dalam tahapan CCP. Karena dalam proses sealling jika ada kebocoran produk akan
rusak.
e. Sterilisasi
Pada tahapan ini terjadi proses pemanasan untuk menghilangkan segala jenis
hazard khususnya hazard mikrobiologis. Suhu yang digunakan melebihi suhu titik
didih air, hal ini dikarenakan proses sterilisasi bertujuan untuk membunuh
mikrobiologis hingga ke sporanya. Untuk memutuskan tahapan proses ini adalah CCP
atau bukan diputuskan dengan decision tree.
Apakah proses ini dapat menghilangkan hazard? (Ya, proses ini dapat
menghilangkan hazard)
Apakah tahapan dirancang spesifik untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya?
Apakah proses ini dapat mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai level
dalam tahapan CCP. Karena dalam proses sterilisasi merupakah tahapan paling utama
dalam proses pengalengan. Terdapat satu indikator yang membuat proses ini berhasil,
yaitu tidak ditemukannya koloni maupun spora dari bakteri Clostridium botulinum.
f. Penyimpanan
Analisis bahaya yang terjadi ialah tumbuhnya kapang dan beberapa
mikroorganisme lain. Hal tersebut jarang terjadi dan memiliki resiko yang tinggi
ialah CCP.
Batas kritis ditentukan untuk setiap faktor yang berhubungan dengan
keamanan pada CCP. Berikut ini adalah batas kritis untuk setiap produk jadi.
3.4.
: Proses Cleaning
CL
3.5.
Tindakan Koreksi/Perbaikan
Tindakan koreksi/perbaikan dilakukan untuk setiap penyimpangan yang
terjadi pada batas kritis. Berikut ini adalah tindakan perbaikan yang harus diambil
ketika terjadi penyimpangan pada batas kritis pada produk kaleng.
Hazard
Tindakan koreksi
Hazard
Tindakan Koreksi
Hazard
Tindakan koreksi
Hazard
Tindakan koreksi
3.6.
Verifikasi/Pengujian
Untuk memastikan agar sistem HACCP berjalan efektif, ada beberapa hal
KESIMPULAN
1. Cleaning, sealing, sterilisasi dan penyimpanan termasuk kedalam CCP
2. Pengupasan, blansing termasuk ke dalam bukan CCP
3. Tindakan koreksi yang dapat dilakukan setiap proses pengolahan berbeda
beda
4. HACCP penting untuk diteraapkan pada industri pangan untuk menjamin
keamanan pangan
DAFTAR PUSTAKA
Larousse, Jean. 1997. Food Canning Technology. Wiley-VHC, Inc. Canada.
Luh, Bor, S., Woodroof, J.G. 1975. Commercial Vegetable Processing. The Avi
Publishing Company, Inc. Connecticut.
Smith, Durward. S., Cash, Jerry. N., Nip, Wai-Kit., Hui, Y.H., 1997. Processing
Vegetables Science and Technology. Technomc Publishing Company, USA.
Standar Nasional Indonesia. 2004. SNI 01-3834-2004 Koktil Buah dalam Kaleng.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.