BBS dan BBP dilakukan secara seimbang: tidak hanya top-down, tetapi juga
bottom-up. Untuk mendapatkan komitmen dan rasa memiliki karyawan,
perusahaan mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk memberikan
masukan. Masukan tersebut dibawa ke level yang lebih tinggi, hingga ke
level direksi (Board).
Di level Board, yang terdiri dari seluruh direksi dan 1-2 manajer kunci senior
dari masing-masing divisi, secara intens digodok BBS dan BBP sebagian
inputnya juga berasal dari bawah. Wujud dari BBS dan BBP itu sesungguhnya
cukup sederhana, karena cukup satu lembar kertas saja. Sebagai rencana
tahunan, BBP dibagi dalam 4 kolom, yaitu pemasaran, operasional, SDM &
organisasi, dan keuangan. Penyusunan BBP dimulai dengan menetapkan
rencana bisnis di bidang pemasaran secara bersama-sama. Setelah
disepakati, lantas dibicarakan rencana bisnis dari sisi operasional untuk
menunjang pencapaian rencana bisnis pemasaran tersebut. Untuk
memungkinkan pemasaran bertumbuh sesuai rencana bisnis dan operasional
yang mendukung, maka perusahaan mendefinisikan rencana bisnis dari
kolom SDM dan organisasi. Semua aktivitas ini pada akhirnya bermuara pada
kolom keuangan.
Di setiap kolom ditetapkan pula KPI-nya. Dalam kolom pemasaran, misalnya,
target pertumbuhannya sangat jelas dalam persen. Di dalam kolom
operasional, antara lain, tertera persen kenaikan level pelayanan. Sementara
di kolom SDM dan organisasi, umpamanya dijelaskan kalau perusahaan
membutuhkan kompetensi baru, maka divisi ini menegaskan kapan harus
tersedia. Hasilnya benar-benar hanya satu lembar, paling tidak untuk level
korporat dan divisi, tetapi satu lembar yang sangat penting.
Tapi, jangan dikira strategi bisnis yang serius tersebut ditampilkan dengan
kata-kata yang serius pula. Unilever mencoba menggunakan bahasa yang
fun, fancy, dan sejenisnya. Jangan sampai bahasa strategi itu terlalu rumit
dan berat sehingga susah dipahami, ungkap Presiden Direktur Unilever
Indonesia Tbk. Maurits Lalisang, suatu kali.
Contohnya, di bidang pemasaran strategi Unilever adalah delight consumer
everywhere and everyday, nurture with tender & loving care infant'
business, dan seterusnya. Di divisi SDM dan organisasi, temanya empower
our people and community. Di sisi lain, setiap tahun karyawan membuat
proyek kegiatan dengan nama yang aneh-aneh. Setelah ditanya, ternyata
itu nama kampung kelahiran pemimpin kegiatan, kata Josef sambil
tersenyum.
Proses penyusunan BBS dan BBP dibuat dengan memberikan kebebasan
kepada level yang lebih bawah dalam menentukan how, sementara level
lebih atas hanya menentukan aspek what saja. Proses seperti ini, tutur Josef,
merangsang karyawan untuk berpikir secara aktif dan kreatif sekaligus untuk