Rain harvesting atau pemanenan air hujan adalah kegiatan menampung air
hujan secara lokal dan menyimpannya melalui berbagai teknologi, untuk
penggunaan masa depan untuk memenuhi tuntutan konsumsi manusia
atau kegiatan manusia
Definisi yang lain pemanenan air hujan (rainwater harvesting)
adalah pengumpulan, penyimpanan dan pendistribusian air hujan dari
atap, untuk penggunaan di dalam dan di luar rumah maupun bisnis
(www.rainharvesting.com.au).
Menurut peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 tahun
2009 pasal 1 ayat 1: Pemanfaatan air hujan adalah serangkaian kegiatan
mengumpulkan, menggunakan, dan/atau meresapkan air hujan ke dalam
tanah. Sedangkan pada pasal 3 disebutkan, kolam pengumpul air hujan
adalah kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan
yang jatuh di atap bangunan (rumah, gedung perkantoran atau industri)
yang disalurkan melalui talang.
6.2
Sebuah sistem pemanenan air hujan terdiri dari tiga elemen dasar:
area koleksi, sistem alat angkut, dan fasilitas penyimpanan. Tempat
penampungan dalam banyak kasus adalah atap rumah atau bangunan.
Luas efektif atap dan bahan yang digunakan dalam membangun atap
mempengaruhi efisiensi pengumpulan dan kualitas air.
Sebuah sistem pengangkutan biasanya terdiri dari talang atau pipa
yang memberikan air hujan yang jatuh di atas atap untuk tangki air atau
kapal penyimpanan lain. Baik drainpipes dan permukaan atap harus
terbuat dari bahan kimia lembam seperti kayu, plastik, aluminium, atau
fiberglass, untuk menghindari efek buruk pada kualitas air.
Air akhirnya disimpan dalam tangki penyimpanan atau tadah, yang
juga harus terbuat dari bahan inert. beton bertulang, fiberglass, atau
78
Gambar 6.1 : Salah Satu Contoh Sistem Penampungan Air Hujan Yang
Berasal Dari Atap.
Ada berbagai teknik penerapan pemanenan air hujan yang dapat
dipilih disesuaikan dengan kondisi setempat. Penampung air hujan (PAH)
merupakan wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang
jatuh di atas bangunan (rumah, gedung perkantoran, atau industri) yang
disalurkan melalui talang. PAH sudah banyak dipakai masyarakat secara
tradisional sebagai cadangan air bersih. PAH dapat dibangun atau
diletakkan di atas permukaan tanah (Gambar 6.2) atau di bawah
permukaan tanah (Gambar 6.3) atau di bawah bangunan rumah yang
disesuaikan dengan ketersediaan lahan.
PAH yang diletakkan di atas permukaan tanah mempunyai
berbagai keuntungan seperti mudah dalam mengambil/ memanfaatkan
airnya (pengalirannya dapat dengan metode gravitasi) dan mudah
perawatannya. Volume penampungan air hujan yang digunakan
disesuaikan dengan luas atap serta curah hujan setempat.
Di beberapa tempat di Indonesia dimana sumber daya air tawarnya
terbatas misalnya untuk wilayah pesisir serta pulau pulau kecil, daerah
Kalimantan serta wilayah lain, penampungan atau pemanenan air hujan
merupakan hal yang sudah biasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhuan
79
air minum. Penampungan dilakukan dari mulai skala yang kecil (rumah
tangga) sampai dengan volume yang besar.
Beberapa contoh penampungan air hujan di beberapa tempat di
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 6.4 sampai dengan Gambar 6.6.
80
81
Gambar 6.6 : Salah Satu Contoh Sistem Penampungan Air Hujan Untuk
Peternakan Sapi, Sangata, Kaltim.
82
6.3
Air hujan yang jatuh pada atap rumah dapat dimanfaatkan untuk
keperluan sehari-hari dengan terlebih dahulu ditampung dalam
Pemanenan Air Hujan (PAH) dan dilakukan proses pengolahan secara
sederhana, Jika PAH sudah penuh air dialirkan kedalam sumur resapan.
Penampungan Air Hujan ini didesain dengan volume 10 m3,
dilengkapi dengan sistem penyaringan yang berupa saringan pasir dan
kerikil dan flotasi. Sistem penyaringan ini diharapkan mampu menyaring
daun-daun, debu atau pasir yang jatuh di atap genting, sehingga tidak
masuk kedalam PAH. Jika hujan yang jatuh cukup lebat, maka PAH sudah
penuh, airnya akan mengalir kedalam sumur resapan.
PAH kontruksinya terbuat dari beton, bentuk kotak, panjang 500
cm, dalam 235 cm dan lebar 110 cm dilengkapi dengan pompa dan filter
untuk pemanfaatan air yang telah ditampung. Desain kombinasi
pemanenan air hujan dan sumur resapan, ditujukan untuk menangkap air
hujan yang jatuh pada atap bangunan agar tidak menjadi aliran permukaan
(run off) pada saat hujan dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan MCK,
jika hujan berlebih air dari kolam pemanenan akan mengalir ke sumur
resapan dan meresap kedalam tanah. Sistem kombinasi penampungan air
hujan dan sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 6.7.
Gambar 6.7 : Sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan Sumur Resapan.
83
Pemanenan air hujan akan mampu menahan air dalam jumlah besar
dan sangat siknifikan dalam mengurangi jumlah aliran permukaan. Jika
dilakukan dalam jumlah besar dan missal dapat mengurangi banjir atau
genangan pada suatu wilayah. Pemanenan air hujan juga mengantisipasi
limpasan air pada wilayah-wilayah yang sangat lambat dalam peresapan
atau pada tempat-tempat yang mempunyai air permukaan yang tinggi,
disamping itu air hasil tangkapan sangat bermanfaat untuk keperluan
sehari-hari, mengurangi ketergantungan pada air tanah dan PDAM.
Air yang tidak tertampung dalam pemanenan akan diresapkan pada
sumur resapan biasa, dengan volume yang disesuaikan dengan kondisi
dilapangan. Air yang sudah tertampung kedalam tangki PAH dapat
dimanfaatkan sebagai air bersih yang dapat digunakan untuk keperluan
mandi, cuci, kakus (MCK). Untuk itu dilengkapi dengan pompa sedot, filter
multi media dan kontrol panel. Kontrol panel berfungsi untuk mengatur
opersional pompa, memberikan tanda kepada operator apakah dalam
tangki PAH ada air atau kosong. Indikasi adanya air dalam tangki PAH
ditandai dengan lampu yang menyala hijau. Sistem opersional
penampungan air hujan, sumur resapan serta pengolahan air hujan dengan
filter multi media dapat dilihat pada Gambar 6.8. Sedangkan penampungan
air hujan serta filter multi media yang telah terpasang dapat dilihat pada
Gambar 6.9 dan Gambar 6.10.
Gambar 6.10 : Filter Multi media Untuk Pengolahan Air Hujan Untuk
Keperluan Air Bersih.
85
6.4
Pembuatan embung
sebenarnya tidak terlalu sulit untuk
dilaksanakan, namun harus memenuhi beberapa kriteria misalnya jenis
tanah, kemiringan, tipe curah hujan, ukuran dan luas daerah tangkapan
hujan. Penandaan alur air limpasan harus segera diketahui melalui
pengamatan pada musim hujan, sehingga arah aliran air tersebut sebagai
dasar penentuan letak embung. Disamping itu yang lebih penting lagi
adalah dasar filosofi pembuatan embung secara ekologi - hidrolik haruslah
berorientasi pada embung yang alami artinya bahwa dalam
pengelolaannya berangkat dari filosofi embung alami bukan berangkat dari
filosofi reservoir atau kolam tando bangunan sipil hidro.
Embung yang alami memenuhi kondisi ekologi-hidrolik dan
dilingkari oleh pohon dan vegetasi yang secara umum dibedakan menjadi
tiga ring. Ring pertama pada umumnya ditumbuhi pohon-pohon besar
yang biasa ada di daerah yang bersangkutan. Ring kedua dipenuhi dengan
pepohonan yang lebih kecil yang relative kurang rapat dibanding ring
pertama. Ring ketiga atau ring luar berbatasan dengan daerah luar
embung, dengan tingkat kerapatan tanaman yang lebih jarang. Jika kondisi
ini punah maka kan mempengaruhi umur dari embung itu sendiri. (Toto
Subagyo).
Untuk dapat mengkondisikan menjadi embung alami maka perlu
penggalakan penghijauan daerah disekitar embung sehingga akan
menciptakan daerah tangkapan hujan yang makin luas dan akan
mengakibatkan terjaminnya ketersediaan air pada embung tersebut. Selain
itu perlu diberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pemeliharaan
embung bukan hanya menjadi tugas pemeintah tetapi merupakan tugas
bersama antara masyarakat dan pemerintah.
Pemanenan air hujan adalah salah satu cara untuk beradaptasi terhadap
variabilitas curah hujan saat ini dan masa depan. Pemanenan air hujan
telah diterima oleh masyarakat pedesaan di SAB. Mereka belajar hidup
dalam harmoni dengan alam iklim semi-arid. Mereka memahami bahwa air
harus dikelola dalam cara terpadu, mempertimbangkan sumber (hujan, air
permukaan, tanah dan air tanah), dan penggunaan air (untuk lingkungan,
domestik, pertanian dan keperluan darurat). Salah satu contoh sistem
penampungan air hujan dapat dilihat pada Gambar 6.12.
Gambar 6.12 : PAH no. 84625 di Brazil Dalam Program Untuk 1 Juta Tangki
Air.
Sumber: UNEP/SEI, 2009
Gambar 6.13 : Salah satu Contoh Sistem Pemanenan Air Hujan Di Gansu,
Cina.
90
111 toilet telah terhubung ke sistem pemanenan air hujan. Pompa vakum
pendingin yang digunakan untuk sterilisasi ini efektif. Air hujan dengan
suhu max 20 C, beredar melalui PAH dalam sistem tertutup, sehingga
limbah panas dapat digunakan kembali (Knig, 2008). Pada tahun 2007,
diperlukan 384 m3 air minum selama periode kering, sedangkan hasil
pemanenan air hujan sebanyak 2.180 m3. Selain itu dapat ditambahkan
4.000 m3 air pendingin yang disimpan setiap tahun sehingga jumlah air
yang dilestarikan mencapai 6.180 m3.
Sejak tanggal 1 Januari 2003 banyak manfaat diperoleh Klinik Bad
Hersfeld. Klinik Bad Hersfeld dapat menghemat 13,500 per tahun dengan
penerapan RH yang meliputi biaya operasional termasuk perawatan filter
dan listrik untuk pompa RH, dan menetralkan air pendingin. Penerapan RH
berarti penghematan energi dan mengurangi emisi CO2.
mengalami monsun barat daya. Curah hujan tahunan berkisar dari 102 cm
di timur laut hingga lebih dari 380 cm di semenanjung. Secara tradisional
orang mengumpulkan air hujan untuk menggunakannya secara eksklusif
untuk minum dan memasak. Orang lebih suka air hujan hingga untuk air
lainnya karena rasanya. Untuk rakyat perdesaan Thailand umumnya
menggunakan setidaknya dua sumber air. Air hujan dari stoples dan tangki
serta air tanah dangkal dari tabung sumur. Pembangunan lebih dari 10 juta
1-2 guci forrocement meter kubik untuk penyimpanan air hujan di Thailand
telah menunjukkan potensi dan kesesuaian sistem tangkapan sebagai
teknologi pasokan air utama perdesaan.
Pemanenan air hujan dengan guci hampir digunakan oleh semua
rumah individu dan dengan demikian mereka memiliki akses ke sepanjang
tahun untuk air bersih. Wadah didatangkan dalam berbagai kapasitas dari
100 sampai 3.000 liter dan dilengkapi dengan tutup, keran, dan tirisan.
Ukuran yang paling populer adalah 2.000 liter, dengan biaya 750 Baht, dan
menyimpan air hujan cukup untuk sebuah rumah tangga enam orang
selama musim kering, berlangsung hingga enam bulan. Contoh Penerapan
pemanenan air hujan di Thailand dapat dilihat pada Gambar 6.17.
abstraksi air hujan. Skema telah memasukkan penggunaan air hujan dari
atap gedung-gedung bertingkat tinggi, dari run-off di bandara untuk
keperluan non-minum, dan sistem terintegrasi dengan menggunakan
kombinasi run-off dari kompleks industri, pertanian akuakultur dan
lembaga pendidikan. Singapura meningkatkan kebutuhan untuk air dan
mulai mencari sumber alternatif dan metode inovatif pemanenan air
hujan.
6.5.7.1 Pemanenan Air Hujan Di Changi Airport
Changi Airport melakukan sistem pemanenan air hujan dengan cara
mengumpulkan dan memanfaatkan air hujan dari atap, yang menyumbang
28-33% dari total air yang digunakan, menghasilkan penghematan biaya
sekitar S $ 390.000 per tahun. Potensi untuk menggunakan atap sebagai
daerah tangkapan cukup tinggi. Sistem yang dikembangkan adalah
merupakan hasil penelitian yang intensif. Sebuah program komputer yang
sederhana ini dikembangkan dan disusun berkaitan nomogram daerah
atap, ukuran tangki dan roofwater yang tersedia. Penerapan sistem
pemanenan air hujan di bandara Changi dapat dilihat pada Gambar 6.18.
97
yang paling penting dari skema ini adalah bahwa hampir seperempat dari
wilayah tangkapan ini adalah di daerah perkotaan yang memiliki gedung
atau bangunan tinggi dan industri, sehingga air limpasan permukaan (runoff) tercemar oleh polutan yang bermacam-macam. Oleh karena itu
pengendalian pencemaran air dan penggunaan teknologi yang relevan
adalah prioritas utama dari skema pemanenan air hujan.
Untuk wilayah Seletar Bawah dilakukan dengan cara membuat
bendungan di muara sungai Seletar, yang memiliki daerah tangkapan air
sekitar 3200 ha, sehingga menjadi reservoir Seletar Bawah. Reservoir
Seletar Bawah (Lower Seletar Reservoir) dibangun di bawah Skema Sungei
Seletar /Skema Air Bedok, selesai dibangun pada tahun 1986. Skema ini
melibatkan pembendungan Sungai Seletar (Yishun Dam) untuk membentuk
Reservoir Seletar Bawah, pembuatan Reservoir Bedok dari bekas tambang
pasir dan pembangunan penyediaan air minum (Waterworks) Bedok.
Keunikan dari skema tersebut adalah pembangunan sembilan stasiun
pengumpulan air hujan (stormwater) untuk memanfaatkan limpasan air
hujan (runoffs) dari daerah tangkapan wilayah pemukiman di sekitarnya.
Delapan dari stasiun-stasiun pengumpulan tersebut adalah kolam di
Yishun, Tampines, Bedok dan kota baru Yan Kit .
Reservoir tersebut saling berhubungan dan air baku dari reservoir
Bedok diolah sampai tingkat air minum sebelum didistribusikan. Sisa dari
luas daerah tangkapan 2.625 ha merupakan wilayah perkotaan (urban)
dan limpasan permukaan air hujan dari kedua wilayah tersebut di alirkan
ke reservoir Bedok.
(Sumber : http://www.rainwaterharvesting.org/international/singapore.htm)
6.5.9
101
Gambar 6.21 : Alat Pengukur Curah Hujan Pertama Di Dunia (di Korea).
Catatan: Alat pengukur curah hujan ini dibangun pada tahun 1441 oleh Raja Agung Sejong dan
telah digunakan sejak saat itu. Alat ini diditribusikan kepada pemerintahan lokal dibawah
pengawasan raja. Data curah hujan yang diukur dikumpulkan melalui jaringan nasional dan
catatannya disimpan lebih dari 500 tahun setelah pengembangannya.
Seluruh sumber air kita yaitu baik air permukaan maupun air tanah
berasal dari air hujan. Pengumpulan langsung dan penggunaan air hujan
tidak hanya menghemat energi yang dibutuhkan untuk pengolakan dan
perpindahan air, tetapi juga meningkatkan faktor keamanan terhadap
kerusakan oleh banjir, kekurangan air, polusi, atau kebakaran. Pemanenan
air hujan harus dipertimbangkan sebagai pilihan pertama untuk suplai air
untuk sistem pemasok air yang baru maupun yang telah ada sebelumnya.
B.
Gambar 6.22 : Sistem Pengelolaan Air Hujan Multi Fungsi (Tujuan) di Korea.
107
1)
Pertukaran Informasi
Cara yang paling penting dan efisien untuk memecahkan masalah air dunia
adalah untuk mengajarkan generasi berikutnya ketika mereka berada di
sekolah dengan memasukkan dalam program belajar mereka. Di Republik
Korea, museum air hujan ini terbuka untuk mahasiswa dan masyarakat,
menunjukkan pentingnya pemanenan air hujan dengan menampilkan
teknologi serta budaya yang berbeda. Cara terbaik untuk
menginformasikan generasi saat ini adalah dengan menggunakan media
massa, seperti TV, surat kabar, dan internet. Untuk setiap kelompok
khusus, sebuah program pendidikan yang unik dapat dikembangkan.
Misalnya, mengingat dinas militer wajib bagi laki-laki di Republik Korea,
program pendidikan tentang RWH di ketentaraan dengan mudah dapat
meningkatkan kesadaran setengah dari populasi Korea. Salah satu cara
yang paling efisien pendidikan menggunakan DVD, terutama bagi generasi
muda dan masyarakat umum.
4)
Jaringan Internasional
Jaringan baik untuk ahli dan warga di dunia disarankan. Para ahli di
bidang pengelolaan sumber daya air dapat bekerja sama dalam penelitian,
regulasi, dan pengembangan teknologi. Untuk jaringan warga, sebuah
website dibuka untuk membangun persahabatan dan pemahaman antara
112
generasi sekarang dan masa depan. Melalui jaringan ini, orang dapat
berbagi informasi tentang air hujan dan budaya air hujan serta menikmati
interaksi antar satu sama lain. Beberapa acara sampingan menarik dapat
diselenggarakan, yang meliputi kontes pengumpulan air hujan, esai air
hujan, kontes menggambar dan foto, serta aktivitas lain untuk menemukan
budaya dan tradisi yang berhubungan dengan air hujan. Kelompok spesialis
Pemanenan dan pengelolaan air hujan telah didirikan di IWA (International
Water Association) untuk melakukan penelitian, promosi dan membuat
jaringan internasional.
113