Satelit buatan bergerak mengelilingi bumi dengan lintasannya yang berbentuk bundar lingkaran.
Satelit buatan itu hanya digunakan untuk kepentingan komunikasi apabila satelit-satelit itu tetap
diam di tempat yang sama. Bumi menyelesaikan satu putaran penuh dalam satu hari, dan agar
satelit buatan tetap berada di atas bumi di titik yang sama, sebuah satelit harus melingkari bumi
dengan laju yang sama dan harus memiliki sumbu rotasi yang sama dengan bumi. Agar
memungkinkan hal itu, satelit-satelit diletakkan pada posisi di atas equator. Satelit-satelit tersebut
disebut satelit geoastasioner.
Satelit-satelit geostasiner dapat digunakan sebagai satelit TV. Sebuah perusahaan penyiaran TV
memancarkan suatu sinyal mikrowave pada frekuensi yang telah ditentukan (12 - 14 GHz) dari
pemancar yang ada di bumi, frekuensinya dinamakan frekuensi uplink. Kemudian satelit
menerima sinyal dan memancarkannya kembali ke bumi dalam frekuensi yang berbeda yaitu
frekuensi downlink. Frekuensi downlink harus berbeda untuk menghindari interferensi
(gangguan) dengan sinyal uplink.
Ketika mencapai bumi, sinyal difokuskan menggunakan parabola dan diterjemahkan oleh
receiver. Karena satelit ini jauh dari Bumi, sinyal akan mencakup area yang luas. Satelit TV
menggunakan sinyal digital terkompresi; frekuensi tinggi (12-14 GHz) memberikan bandwidth
yang luas, memungkinkan transfer data yang cepat. Sinyal dari satu satelit dapat memancarkan
ke banyak saluran TV, hingga mencapai 200 saluran TV.
Orbit geostasioner sangat berguna karena ia dapat menyebabkan sebuah satelit seolah olah diam
terhadap satu titik di permukaan Bumi yang berputar. Akibatnya, sebuah antena dapat menunjuk
pada satu arah tertentu dan tetap berhubungan dengan satelit. Satelit mengorbit searah dengan
rotasi Bumi pada ketinggian sekitar 35.786 km (22.240 statute miles) di atas permukaan tanah.
Satelit Geostasioner
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas