Teknik Dasar
Pembedahan
Teknik dasar pembedahan yang dikemukakan adalah teknik
pada kulit dan jaringan lunak, yaitu:
1. Eksisi lesi kulit
2. Penutupan luka pada kulit dengan penjahitan
Garis Kontur
Lines of Dependency
(Garis akibat gravitasi)
16
GS
17
Tipe kulit
Kulit yang tebal dan berminyak banyak mengandung kelenjar
sebasea yang hipertrofi dan hiperaktif. Luka pada jenis kulit
tersebut akan menyembuh dengan parut jelas tampak dan
melekuk ke dalam (cekung).
Gangguan penyembuhan kulit dan parut yang terbentuk
Pada kelainan biosintesis jaringan fibrosa dan jaringan
elastik dapat terbentuk parut yang lebar
Penyakit yang mendasari dan menghambat penyembuhan
harus diketahui sebelum operasi
Pada sindrom Ehlers-Danlos, kulit menyembuh secara
lambat dengan parut yang lebar
Metode Eksisi
a. Lesi dapat diangkat dengan membuat eksisi elips, baji, atau
lainnya
b. Arah sayatan disesuaikan dengan karakteristik kerutan dan
penuaan kulit
c. Kulit diregangkan menggunakan ibu jari dan telunjuk
sewaktu insisi
Eksisi elips sederhana
Digunakan untuk mengangkat lesi kulit tidak terlalu besar
Sumbu panjang elips ditempatkan sejajar garis kerut, garis
kontur, atau lines of dependency
Sumbu panjang 4 kali lebih panjang dari sumbu pendek,
bila terlalu pendek maka akan terbentuk 'dog ear', yaitu
tonjolan seperti telinga anjing pada kedua ujung parut
Teknik Eksisi Multipel pada satu lesi (Eksisi Serial)
Dapat diterapkan pada lesi kulit yang luas misal di tungkai
Secara teoritis kulit yang mendapat tegangan akan melebar
dalam beberapa bulan
Digunakan pada kulit yang tidak tumbuh rambut
Diperlukan prosedur yang direncanakan dengan baik dan
dimengerti pasien
Hasil akhir diharapkan berupa satu garis lurus saja
18
GS
Gambar 6. Kiri: Eksisi elips dan penutupannya. Membuat eksisi elips dengan
sudut minimal 30 derajat (atau panjang:lebar=4:1) akan memungkinkan
penutupan yang baik. Kanan: Eksisi elips yang terlalu pendek dibanding
lesinya akan menyulitkan penutupan, sehingga terbentuk dog ears. Garis
putus-putus menunjukkan cara menghilangkan dog ears.
Eksisi Baji
Lesi pada lokasi atau daerah yang berdekatan dengan tepi
kulit bebas, misalnya bibir, tepi nostril, kelopak mata, telinga,
bibir bawah dapat dieksisi dan ditutup dengan menjahit primer
Eksisi sirkuler
Bila kulit wajah berdekatan misalnya dengan tulang rawan
di bawahnya
Setelah pengangkatan lesi kulit yang besar pada bagian lain
tubuh
19
GS
GS
Gambar 7. Kiri: Lokasi eksisi baji pada muka. Kanan: Eksisi sirkuler dan
penutupannya.
A. Teknik Operasi untuk Eksisi Lesi Kulit
Instrumen
Gunakanlah gunting yang tajam, bilah pisau yang dapat
dilepas, jarum yang tajam, pemegang jarum yang berujung
halus, dan pinset berujung kecil bergigi.
Teknik insisi: Insisi elips dan insisi baji
Metode Hemostasis
Elektrokauter
Arus listrik frekuensi tinggi, dengan amper relatif tinggi dan
voltase rendah
Metode yang efektif untuk melakukan hemostasis pada
pembuluh darah kecil dan sedang
Dapat meminimalkan trauma tapi meningkatkan kecepatan
operasi
20
GS
GS
Ligasi
Ligasi pembuluh darah menggunakan benang tipis misalnya
ukuran 5.0 (baca lima nol) yang tidak diserap, monofilamen
atau yang diserap sekitar 2 bulan
Penekanan dengan balutan
Penekanan luka terus menerus dapat mengendalikan
kebocoran kapiler dengan efektif
Penekanan dilakukan hingga terjadi koagulasi (+ 5 menit)
Untuk mencegah perdarahan pada daerah yang aktif
berdarah, skin graft dapat dilakukan setelah penekanan 2448 jam (delayed skin grafting)
Vasokonstriktor
Epinefrin dapat bekerja baik walau diencerkan hingga
1:500.000, tunggu sampai pucat baru menyayat
Epinefrin topikal (1:100.000) pada luka terbuka
menggunakan spons yang lembab untuk mengurangi
perdarahan dari pembuluh darah kecil
Semakin lama kerja vasokonstriktor, kemungkinan
kematian jaringan karena iskemi semakin luas
Penutupan Luka
pada Kulit
21
GS
22
23
GS
24
Sifat Kimia
Anestesi Lokal
A. Molekul zat anestesi lokal terdiri atas bagian aromatik
lipofilik, rantai intermediate yang terdiri atas ester atau
amid, dan bagian amin hidrofilik. Berdasarkan jenis rantai
intermediatenya, zat anestesi lokal dibedakan menjadi jenis
amino amid dan amino ester.
B. Zat anestesi lokal yang sering digunakan:
1. Amino amid: lidokain
2. Amino ester: prokain, kokain
Mekanisme
Kerja
Farmakologi
I. Farmakokinetik
A. Potensi zat anestesi lokal bergantung pada kelarutannya
dalam lemak, semakin larut lemak maka semakin cepat zat
tersebut melewati membran
B. Kecepatan awitan kerja
1. Ditentukan oleh pKa
a.Semakin besar konsentrasi molekul zat anestesi lokal
yang tidak terionisasi, semakin cepat awitan kerjanya
b.Semakin rendah pKa, konsentrasi zat anestesi lokal
pada pH tertentu semakin tinggi, sehingga awitan
kerja lebih cepat
c.Penambahan natrium bikarbonat akan meningkatkan
pH, sehingga meningkatkan kecepatan awitan kerja,
dan dapat mengurangi nyeri saat infiltrasi
2. Jaringan yang terinflamasi memiliki pH yang rendah,
sehingga mengurangi konsentrasi zat anestesi tidak
terionisasi, dan mengurangi efek anestesi lokal
C. Lama kerja
1. Efek vasodilatasi intrinsik pada zat anestesi lokal
umumnya dapat mengurangi lama kerjanya
2. Ikatan protein meningkatkan lama kerja zat anestesi
lokal
25
II. Metabolisme
A. Seluruh amid dan satu ester dimetabolisme di hati
B. Sebagian besar ester dimetabolisme plasma kolinesterase
C. Gangguan fungsi hati dapat mengganggu metabolisme
golongan aminoamid
III.
Reaksi alergi
Pemberian Zat
Anestesi Lokal
Toksisitas Zat
Anestesi Lokal
26
Teknik
Pemberian Zat
Anestesi Lokal
27