Anda di halaman 1dari 12

5

Teknik Dasar
Pembedahan
Teknik dasar pembedahan yang dikemukakan adalah teknik
pada kulit dan jaringan lunak, yaitu:
1. Eksisi lesi kulit
2. Penutupan luka pada kulit dengan penjahitan

Eksisi lesi kulit

Membuat parut yang halus


Tampilan akhir parut bergantung pada:
a. Teknik atraumatik
b. Teknik menjahit, khususnya pada lapisan dermis yang
menggunakan benang yang diserap lama atau yang tidak
diserap sama sekali
c. Eversi tepi luka waktu menutup
d. Penempatan parut sesuai arah garis kulit
Teknik Atraumatik
- Pentingnya penanganan jaringan secara hati-hati
- Konsep yang digunakan adalah memanipulasi kulit dan
jaringan subkutan yang secara histologis tidak mencederai
sel atau jaringan ikat
- Meminimalkan trauma: pisau, gunting, jarum, hak yang
tajam, serta jahitan dengan ukuran yang tepat
- Posisi operator dan asisten diatur untuk mengurangi tremor,
hal ini dapat membantu hasil yang atraumatik
Penempatan parut sesuai arah garis kulit; Parut akan lebih
tidak terlihat, jika:
- Garis parut yang tipis (hasil dari perencanaan eksisi atau
insisi yang baik)
- Mengikuti garis kulit bertegangan rendah/ relaxed skin
tension line (RSTL)

Garis Kontur

Lines of Dependency
(Garis akibat gravitasi)

Ditemukan pada orang yang


Garis pembagi pada
lebih tua akibat gaya
pertemuan bidang tubuh,
gravitasi yang bekerja pada
ditemukan pada
jaringan kulit dan jaringan
pertemuan pipi-telinga,
kulit kepala-telinga, garis lemak (turkey gobbler fold),
contoh menggelambirnya
kulit vermilion (vermilion
kulit leher pada laki-laki
cutaneous line), dan
yang sangat tua
sebagainya

16

Garis Kerut akibat


kontraksi otot
Umumnya terletak
tegak lurus dengan
sumbu panjang otot
di bawahnya,
disebabkan
pengerutan yang
menyertai kontraksi
otot di bawahnya

GS

Gambar 5. Garis kerut pada kulit muka orang tua.


Hal-hal yang mempengaruhi parut dan belum dapat diubah
a. Usia
b. Regio pada tubuh
c. Tipe kulit
d. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan komplikasi
e. Sekitar persendian
Regio tubuh
Parut pada kelopak mata, telapak tangan, vermilion,
mukosa lebih tidak tampak
Daerah risiko tinggi untuk parut yang jelek yaitu daerah
sternal wanita (butterfly-shaped keloid), deltoid, dan
lobulus
Panjang parut
Semakin kecil lukanya, semakin kecil parutnya
Penempatan parut yang lebih panjang pada garis kerut
lebih dipilih karena dapat menyamarkan
Hati-hati bila melakukan insisi panjang pada permukaan
yang bersendi, karena bekas luka nantinya mudah teregang
dan menjadi hipertrofik
Parut bentuk U
Tampak buruk, pada proses penyembuhan akan berkerut dan
tampak sebagai lekuk yang mengelilingi kulit yang
mencembung, sehingga mengganggu penampilan.

17

Tipe kulit
Kulit yang tebal dan berminyak banyak mengandung kelenjar
sebasea yang hipertrofi dan hiperaktif. Luka pada jenis kulit
tersebut akan menyembuh dengan parut jelas tampak dan
melekuk ke dalam (cekung).
Gangguan penyembuhan kulit dan parut yang terbentuk
Pada kelainan biosintesis jaringan fibrosa dan jaringan
elastik dapat terbentuk parut yang lebar
Penyakit yang mendasari dan menghambat penyembuhan
harus diketahui sebelum operasi
Pada sindrom Ehlers-Danlos, kulit menyembuh secara
lambat dengan parut yang lebar
Metode Eksisi
a. Lesi dapat diangkat dengan membuat eksisi elips, baji, atau
lainnya
b. Arah sayatan disesuaikan dengan karakteristik kerutan dan
penuaan kulit
c. Kulit diregangkan menggunakan ibu jari dan telunjuk
sewaktu insisi
Eksisi elips sederhana
Digunakan untuk mengangkat lesi kulit tidak terlalu besar
Sumbu panjang elips ditempatkan sejajar garis kerut, garis
kontur, atau lines of dependency
Sumbu panjang 4 kali lebih panjang dari sumbu pendek,
bila terlalu pendek maka akan terbentuk 'dog ear', yaitu
tonjolan seperti telinga anjing pada kedua ujung parut
Teknik Eksisi Multipel pada satu lesi (Eksisi Serial)
Dapat diterapkan pada lesi kulit yang luas misal di tungkai
Secara teoritis kulit yang mendapat tegangan akan melebar
dalam beberapa bulan
Digunakan pada kulit yang tidak tumbuh rambut
Diperlukan prosedur yang direncanakan dengan baik dan
dimengerti pasien
Hasil akhir diharapkan berupa satu garis lurus saja

18

GS

Gambar 6. Kiri: Eksisi elips dan penutupannya. Membuat eksisi elips dengan
sudut minimal 30 derajat (atau panjang:lebar=4:1) akan memungkinkan
penutupan yang baik. Kanan: Eksisi elips yang terlalu pendek dibanding
lesinya akan menyulitkan penutupan, sehingga terbentuk dog ears. Garis
putus-putus menunjukkan cara menghilangkan dog ears.
Eksisi Baji
Lesi pada lokasi atau daerah yang berdekatan dengan tepi
kulit bebas, misalnya bibir, tepi nostril, kelopak mata, telinga,
bibir bawah dapat dieksisi dan ditutup dengan menjahit primer
Eksisi sirkuler
Bila kulit wajah berdekatan misalnya dengan tulang rawan
di bawahnya
Setelah pengangkatan lesi kulit yang besar pada bagian lain
tubuh

Penutupan defek setelah eksisi sirkuler:


Flap kulit lokal
Sliding subcutaneous pedicle skin flaps
Two triangular subcutaneous pedicle flap
Penutupan defek segitiga menggunakan teknik V-Y
Flap transposisi lokal (hati-hati menggunakan flap ini pada
wajah)
Penggunaan tissue expander untuk meluaskan kulit sehat
sekitar defek atau flap rotasi dapat bermanfaat

19

GS

GS

Gambar 7. Kiri: Lokasi eksisi baji pada muka. Kanan: Eksisi sirkuler dan
penutupannya.
A. Teknik Operasi untuk Eksisi Lesi Kulit
Instrumen
Gunakanlah gunting yang tajam, bilah pisau yang dapat
dilepas, jarum yang tajam, pemegang jarum yang berujung
halus, dan pinset berujung kecil bergigi.
Teknik insisi: Insisi elips dan insisi baji
Metode Hemostasis
Elektrokauter
Arus listrik frekuensi tinggi, dengan amper relatif tinggi dan
voltase rendah
Metode yang efektif untuk melakukan hemostasis pada
pembuluh darah kecil dan sedang
Dapat meminimalkan trauma tapi meningkatkan kecepatan
operasi

20

GS

GS

Gambar 8. Instrumen eksisi lesi kulit

Ligasi
Ligasi pembuluh darah menggunakan benang tipis misalnya
ukuran 5.0 (baca lima nol) yang tidak diserap, monofilamen
atau yang diserap sekitar 2 bulan
Penekanan dengan balutan
Penekanan luka terus menerus dapat mengendalikan
kebocoran kapiler dengan efektif
Penekanan dilakukan hingga terjadi koagulasi (+ 5 menit)
Untuk mencegah perdarahan pada daerah yang aktif
berdarah, skin graft dapat dilakukan setelah penekanan 2448 jam (delayed skin grafting)
Vasokonstriktor
Epinefrin dapat bekerja baik walau diencerkan hingga
1:500.000, tunggu sampai pucat baru menyayat
Epinefrin topikal (1:100.000) pada luka terbuka
menggunakan spons yang lembab untuk mengurangi
perdarahan dari pembuluh darah kecil
Semakin lama kerja vasokonstriktor, kemungkinan
kematian jaringan karena iskemi semakin luas

Penutupan Luka
pada Kulit

Luka dapat ditautkan menggunakan jahitan, plester kulit


steril, klip kulit, atau perekat luka.

21

Jahitan menutup luka


Gunakan benang jahit diserap atau tidak diserap
Benang jahit diserap
Dibuat dari kolagen, asam poliglikolat, atau polidioksanon
Digunakan di bawah permukaan untuk menutup lapisan
subkutan atau untuk memperbaiki mukosa
Lebih menguntungkan, tak perlu membuka, asalkan
diletakkan pada lapisan kulit sebelah dalam
Benang jahit diserap yang sering digunakan adalah catgut
atau asam poliglikolat
Plain catgut diserap lebih cepat
Dexon dan Vycril dapat direntangkan hingga membentuk
benang kemudian dipilin membentuk benang jahit, lebih
kuat daripada catgut
Dexon memiliki daya ikat selama 30 hari, dan diabsorbsi
dalam 90 hari
Vicryl, memiliki daya ikat selama 32 hari, diabsorbsi dalam
70 hari
Benang jahit tak diserap
Benang jahit sintetik (nilon, dacron, atau polipropilen)
Benang jahit dari logam (stainless steel)
Staples stainless steel

GS

Gambar 9. Jahitan dermal di dalam, dianjurkan digunakan sebelum menjahit


kulit dari sisi luar, untuk melawan regangan sampai luka matur. Perhatikan arah
memasukkan jarum

22

Faktor yang menentukan berkurangnya kualitas bekas


jahitan pada kulit:
Lamanya benang jahit berada pada tempat jahitan
Tegangan jahitan
Hubungan benang jahit dengan tepi luka apakah inert atau
reaktif
Lokasi pada tubuh, misalnya dekat sendi
Infeksi
Kecenderungan pembentukan keloid
Benang jahit yang ada di bawah kulit
Eversi tepi luka
Penutupan tepi luka dengan ketebalan berbeda
Teknik Operasi untuk Menjahit Luka pada Kulit
Metode menjahit luka (lihat gambar 10)
Jahitan satu-satu. Metode ini sering digunakan dan aman
Jahitan matras vertikal. Tujuannya untuk mempertemukan
sebanyak mungkin tepi luka. Jangan digunakan pada tepi
yang tegang
Jahitan matras horizontal
Jahitan matras horizontal setengah terbenam. Digunakan
bila tidak menginginkan bekas pada salah satu sisi luka.
Jarang digunakan
Jahitan jelujur subkutikular. Bertujuan menghindari bekas
jahitan, dan agar tidak perlu membuka atau mengangkat
jahitan
Jahitan karung dengan simpul setiap 5 kali jahitan.
Bertujuan untuk cepat menyelesaikan tindakan
Simpul
Menggunakan needle holder untuk mengikat simpul
Yang sering digunakan adalah square knot dengan
tambahan half knot
Harus hati-hati dalam menempatkan awalan square knot
Ikat setidaknya 5 kali simpul pada jahitan catgut, pada
asam poliglikolat 4 kali
Perekat jaringan
Masih belum banyak digunakan pada manusia karena tidak
mentautkan dan memegang lama kedua tepi dermis

23

GS

Gambar 10. Teknik operasi untuk menjahit luka pada kulit

24

Sifat Kimia

Anestesi Lokal
A. Molekul zat anestesi lokal terdiri atas bagian aromatik
lipofilik, rantai intermediate yang terdiri atas ester atau
amid, dan bagian amin hidrofilik. Berdasarkan jenis rantai
intermediatenya, zat anestesi lokal dibedakan menjadi jenis
amino amid dan amino ester.
B. Zat anestesi lokal yang sering digunakan:
1. Amino amid: lidokain
2. Amino ester: prokain, kokain

Mekanisme
Kerja

A. Menghambat konduksi saraf. Zat anestesi lokal berdifusi


secara pasif melalui membran sel dalam keadaan non-ionik,
kemudian menjadi bermuatan dan menghambat kanal
natrium dalam sel saraf, sehingga menghambat terjadinya
potensial aksi.
B. Serat saraf berdiameter kecil lebih sensitif terhadap zat
anestesi lokal, sementara serat saraf bermielin berdiameter
besar lebih sulit dihambat
C. Zat anestesi lokal menghambat sensasi nyeri terlebih
dahulu, kemudian dingin, panas, sentuhan, dan tekanan

Farmakologi

I. Farmakokinetik
A. Potensi zat anestesi lokal bergantung pada kelarutannya
dalam lemak, semakin larut lemak maka semakin cepat zat
tersebut melewati membran
B. Kecepatan awitan kerja
1. Ditentukan oleh pKa
a.Semakin besar konsentrasi molekul zat anestesi lokal
yang tidak terionisasi, semakin cepat awitan kerjanya
b.Semakin rendah pKa, konsentrasi zat anestesi lokal
pada pH tertentu semakin tinggi, sehingga awitan
kerja lebih cepat
c.Penambahan natrium bikarbonat akan meningkatkan
pH, sehingga meningkatkan kecepatan awitan kerja,
dan dapat mengurangi nyeri saat infiltrasi
2. Jaringan yang terinflamasi memiliki pH yang rendah,
sehingga mengurangi konsentrasi zat anestesi tidak
terionisasi, dan mengurangi efek anestesi lokal
C. Lama kerja
1. Efek vasodilatasi intrinsik pada zat anestesi lokal
umumnya dapat mengurangi lama kerjanya
2. Ikatan protein meningkatkan lama kerja zat anestesi
lokal

25

II. Metabolisme
A. Seluruh amid dan satu ester dimetabolisme di hati
B. Sebagian besar ester dimetabolisme plasma kolinesterase
C. Gangguan fungsi hati dapat mengganggu metabolisme
golongan aminoamid
III.

Reaksi alergi

A. Biasanya akibat rantai ester, bukan amid


B. Amid dapat merangsang terjadinya hipertermia maligna

Pemberian Zat
Anestesi Lokal

A. Metode pemberian zat anestesi lokal yaitu blok saraf perifer,


anestesi topikal, atau anestesi lokal infiltrasi
B. Blok saraf perifer terdiri atas blok saraf perifer minor yaitu
blok satu saraf, dan blok saraf perifer mayor yaitu blok dua
atau lebih saraf atau blok satu pleksus saraf
C. Anestesi topikal yang digunakan di antaranya Eutectic
Mixture of Lokal Anesthetics (EMLA), ELA-max, tetrakain
dan kokain, dan iontoforesis
D. Anestesi lokal infiltrasi adalah pemberian zat anestesi lokal
pada lokasi operasi tanpa melakukan blok saraf secara
selektif. Injeksi dapat dilakukan secara intradermal,
subkutan, atau kombinasi keduanya
E. Pilihan zat anestesi lokal disesuaikan dengan lamanya
kebutuhan anestesi. Dapat ditambahkan epinefrin untuk
memperpanjang masa kerja zat anestesi lokal
F. Pemberian Lidokain umumnya digunakan konsentrasi 1-2%,
dengan dosis maksimal tanpa epinefrin 5 mg/kgBB, dengan
epinefrin 7 mg/kgBB, dosis maksimal dewasa 300-500 mg
(15-25 cc lidokain 2%), dengan lama kerja 2-4 jam
G. Perhitungan dosis maksimum = BB x konsentrasi zat
anestesi lokal (%) x konsentrasi maksimum zat anestesi
lokal (mg/kgBB)

Toksisitas Zat
Anestesi Lokal

A. Toksisitas sistem saraf pusat: dapat berupa stimulasi atau


depresi, gejalanya dapat berupa gelisah, sakit kepala,
kejang, tremor, apnoe
B. Toksisitas kardiovaskuler: depresi miokardium, dilatasi
arteriol
C. Toksisitas neuromuskuler: berkurangnya eksitabilitas dan
kontraktilitas otot
D. Terapi:
1. Pemberian oksigen menggunakan ambubag hiperventilasi
2. Diazepam 0,1 mg/kgBB

26

3. Bila hipotensi dapat diberikan infus cairan, posisi


Trendelenburg, dan epinefrin

Teknik
Pemberian Zat
Anestesi Lokal

A. Cara memasukkan obat ke jaringan


1. Pakai jarum kecil misalnya nomor 25, juga pakai spuit kecil
2,5 cc yang berulir
2. Masukkan jarum sampai ke bagian distal lesi kemudian
semprotkan obat perlahan-lahan sambil menarik jarum
agar obat tidak masuk ke dalam pembuluh darah
C. Cara mencampur obat anestesi lokal dengan
vasokonstriktor
1. Isap adrenalim 1/1000 sebanyak 1 strip pada spuit 2,5 cc
2. Kemudian isap lidokain 2% sebanyak 2 cc
3. Obat siap disuntikkan pada pasien

27

Anda mungkin juga menyukai