MIRZA INDRAJANTI S.
NPM: 1006732723
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Daftar isi
ii
Daftar tabel
iv
Daftar singkatan
BAB I. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
2.1. Definisi
13
15
20
21
21
22
23
26
ii
29
31
31
31
32
4.1. Simpulan
32
4.2. Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
33
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi simulator
23
iv
DAFTAR SINGKATAN
S1 = strata satu
S2 = strata dua
CME = Continuing Medical Education
IV = Intra Venous
METI = Medical Education Technologies Inc adult and paediatric simulators
ANTS = Anaesthetic Non Technical Skills
BEME = Best Evidence Medical Education
SBME = Simulated Based Medical Education
ACGME = Accreditation Council for Graduate Medical Education
ICU = Intensive Care Unit
STEPPS = Strategies and Tools to Enhance Performance and Patient Safety
OSCE = Objective Structured Clinical Examination
PBLI = Practice-Based Learning and Improvement
SBP = System-Based Practice
CSC = Central Simulation Committee
GME = Graduate Medical Education
NICU = Neonatal Intensive Care Unit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Simulator dalam kedokteran adalah alat pendidikan yang digunakan dalam
konteks yang luas dari pendidikan kedokteran. Dalam kegiatan pendidikan, simulator
kedokteran adalah menggunakan alat-alat bantu simulatif yang digunakan para dokter
pendidik untuk menyampaikan pesan yang terdapat pada skenario klinis.
Perlengkapan simulasi digunakan sebagai alternatif dari pasien sebenarnya dan
memudahkan pendidik untuk mengawasi secara optimal sebelum dipilihnya skenario
klinis, tanpa risiko yang menyulitkan atau aspek berbahaya lain yang ditemukan pada
pembelajaran dengan pasien sebenarnya. Simulator kedokteran pada bedside teaching
bernilai sebagai pelengkap tambahan 1.Simulator dalam pembelajaran di bidang pelayanan
kesehatan sudah digunakan sejak abad ke 18 di Perancis yaitu menggunakan foetal model
dan pelvis untuk melatih para bidan. Penggunaan Resusci Anne dalam pelatihan resusitasi
standar dengan membuat manikin sederhana yang disediakan, biaya murah, praktis dan
efektif. Simulator pasien Sim-One membantu keterampilan dalam anestesi yaitu
memasukkan endotracheal tubes. Barrows memperkenalkan pasien simulasi, memberikan
pengawasan, pengalaman praktik simulasi pada para mahasiswa 2.
Simulasi menjadi komponen yang banyak diperlukan pada pendidikan kedokteran dan
program-program pelatihan. Simulasi penting dalam pendidikan kedokteran yang akan
dibahas mencakup 4 hal utama yaitu 2:
- definisi dan klasifikasi
- penerapan dari berbagai teori pendidikan
- peran wawancara singkat dan umpan balik
- penerapan dalam praktik
1
Keuntungan simulasi 3
1.2.
Tujuan
Tujuan dari simulasi dalam pendidikan kedokteran antara lain untuk:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
- Simulasi adalah teknologi lanjut yang menciptakan kembali pengalaman klinis seperti
yang ditemukan dalam kenyataan. Simulator pasien yang selanjutnya dikontrol
komputer. Simulasi tidak hanya berpusat pada teknologi secara eksklusif atau performa
psikomotor; tetapi meliputi perspektif yang luas, penggabungan domain kognitif dan
afektif. Simulasi meliputi range teknik yang luas dan mendekati dapat dipakai para
mahasiswa pada semua tingkat senioritas, dari pemula sampai pakar 2.
- Simulasi merupakan alat pembelajaran yang sangat berperan, sering digunakan untuk
mendukung pengajaran di pusat keterampilan klinis. Simulasi tidak hanya bergantung
kepada keadaan yang dibuat tetapi pada terlibatnya mahasiswa. Pada pendidikan
pelayanan kesehatan simulasi dianggap sebagai alat untuk menciptakan klinis yang
sebenarnya tanpa membahayakan pelayanan pasien. Dalam menciptakan simulasi
dibutuhkan semua domain pembelajaran (kognitif, afektif dan psikomotor) yang
dipertimbangkan dalam rekonstruksi 3.
- Modalitas simulasi terdiri atas dua macam yaitu modalitas teknik rendah dan teknik
tinggi. Modalitas simulasi teknik rendah tidak dikendalikan dengan komputer dan
dipakai sebagai contoh berbagai tujuan pendidikan. Modalitas ini menggambarkan alatalat simulasi tradisional yang sudah digunakan beberapa tahun dalam pendidikan
kedokteran. Model simulasi teknik rendah digunakan untuk pelatihan keterampilan
klinis dasar. Modalitas simulasi teknik tinggi dikendalikan dengan komputer,
menggunakan teknologi hardware dan software tingkat lanjut untuk meningkatkan
kenyataan pengalaman simulasi dan meningkatkan validitas alat-alat pelatihan anatomi
dan fisiologi 1.
4
2.2.Klasifikasi simulator
Tabel 2.1. Klasifikasi simulator *
No
Jenis simulator
Contoh
1.
Part-task trainers
2.
Computer-based systems
3.
4.
- Venepuncture trainer
- IV Cannulation
-Simple manipulation
- Endoscopy trainer
- Ultrasound trainer
-Complex manipulation
Integrated simulators:
- Instructor-driven simulators
-Model-driven simulators
5.
Simulated patients
6.
Simulated environment
- Sim Man
- METI (Medical Education
Technologies Inc adult and paediatric
simulators)
______________________________________________________________________
*Dikutip dari Kneebone, Maran dan Glavin tanpa modifikasi
5
Arti/kegunaan:
2.2.1.Part-task trainers
Part-task trainers sering digunakan untuk mengajar dan belajar keterampilan
psikomotor, prosedural dan teknis. Biasanya untuk mengembangkan penguasaan
keterampilan-keterampilan tersebut dalam pendidikan.
2.2.2.Computer-based systems
Sistem berbasis komputer ini bermakna mengembangkan simulasi berbasis
komputer. Mahasiswa diberikan materi-materi yang berhubungan dengan ilmu
dasar yang dapat ditingkatkan dan dapat berkembang pada tahap selanjutnya.
Program tersebut memastikan mahasiswa menerima umpan balik yang sesuai untuk
meningkatkan pembelajarannya. Sejumlah program yang sudah diproduksi
meliputi model fisiologi. Beberapa memberikan umpan balik dalam kemampuan
memberi keputusan dan performa pemakainya. Contohnya MicroSim Laerdal dapat
digunakan untuk meningkatkan kurikulum pelayanan kegawatdaruratan.
2.2.3.Virtual reality and haptic systems
Virtual Reality didefinisikan sebagai sistem yang memungkinkan satu atau lebih
pengguna untuk bergerak dan bereaksi terhadap lingkungan komputer simulasi 1.
Sistem virtual reality membangkitkan bayangan yang mewakili sasaran atau
lingkungan dengan pengguna yang mempengaruhi dan meresponi tindakantindakan itu. Sistem haptic memberikan sensasi kinestetik dan taktil. Kedua
pendekatan ini dikombinasi untuk memberikan pelatihan keterampilan dasar seperti
venepuncture, keterampilan khusus seperti prosedur endoskopi, laparoskopi dan
endovaskular. Beberapa sistem simulasi dapat juga membangkitkan data pengguna,
yang dapat disajikan sebagai umpan balik yang rinci pada catatan rekaman yang
sedang berlangsung 2. Simulasi virtual reality digunakan lebih banyak daripada
pelatihan umum
dan
repetisi
Pasien simulasi
membutuhkan pelatihan,
jadwal sesi pelatihan yang disesuaikan dengan program pelatihan mahasiswa dan
kebutuhannya. Pasien simulasi dibutuhkan untuk memberikan umpan balik kepada
mahasiswa atau berpartisipasi dalam penilaian skenario pelayanan kesehatan yang
kompleks sehingga membutuhkan pelatihan lebih dari satu sesi. Database dapat
digunakan untuk mengelola bank pasien simulasi secara efektif. Hal ini membutuhkan
investasi waktu, sumber daya dan biaya yang tinggi. Perkembangan naskah untuk
pelatihan pasien simulasi digunakan untuk mendukung tujuan pembelajaran yang lebih
luas. Bagaimanapun juga beberapa tanda-tanda fisik dan keadaan tidak dapat ditiru dan
beberapa pasien tidak dapat menggantikan pengalaman klinis secara langsung
1,2
. Jadi
pada pasien simulasi dengan penemuan fisik yang stabil, mahasiswa tidak dapat
mengenali penemuan fisik yang tidak normal 5.
2.2.6.Simulated environment
Perkembangan pusat keterampilan klinis dan simulasi memberikan derajat pengaturan
klinis yang bervariasi. Dalam kejadian-kejadian ini penerapan kebenaran kontekstual
memfasilitasi pemindahan ke dunia sebenarnya. Pengaturan klinis yang sebenarnya
merupakan tempat yang lebih baik untuk pembelajaran. Keuntungan dari fasilitas
pendidikan adalah akses untuk pendidikan tambahan dan sumber audio-visual 1,2
2.3.Penerapan berbagai teori pendidikan
2.3.1. Behaviourism
Dalam pelatihan simulasi, umpan balik digunakan secara luas untuk menghasilkan
perilaku baru. Simulasi juga mengizinkan pembelajaran berlebihan dalam arti
membentuk perilaku otomatis. Contohnya pendekatan beberapa ahli perilaku dalam
simulasi adalah keterampilan dan berlatih pelatihan resusitasi pada program S1 dan S2 2.
2.3.2. Cognitivism
Cognitivism dijelaskan oleh Piaget dan Bruner bahwa mahasiswa mengembangkan
ide baru, membangun, hipotesis dan memutuskan berdasarkan interaksi dengan
dunia dan pengetahuan sebelumnya sebagai proses mental internal. Pembelajaran
adalah mengasimilasi (pengalaman mencocokkan struktur yang ada dan
menambahkan
ke
badan
contoh)
atau
menampung
(pengalaman
tidak
mencocokkan struktur yang ada, yang harus diubah untuk digabungkan dengan
pengetahuan baru) ke dalam struktur kognitif yang memberikan arti dan pengaturan
pengetahuan. Dalam konteks simulasi, tutor dapat membantu memfasilitasi
pembelajaran mahasiswa dengan membentuk prekonsepsi mereka, menyajikan
konflik kognitif, menggambarkan perhatian pada ketidaksesuaian antara harapan
mahasiswa dengan pengalaman pada suatu peristiwa, bertanya dan keterlibatan
dalam dialog untuk menyiapkan mahasiswa menerima berbagai ide baru, mengajar
berbagai ide baru dan memperhatikan cara mereka adalah lebih baik daripada
struktur pengetahuan mahasiswa sebelumnya 2.
2.3.3. Social constructivism
Menurut Vygotsky, social constructivism menekankan interaksi sosial sebagai arti
pembelajaran. Bahasa dan kebudayaan dianggap sebagai pusat perkembangan
intelektual manusia. Pengetahuan dibangun sebagai fenomena sosial. Tutor dapat
bekerja secara kolaboratif untuk mendukung perkembangan mahasiswa dan dalam
waktu bersamaan menghilangkan dukungan yang mendorong kebebasan. Sebagai
contoh, pada diskusi hal yang utama dan munculnya masalah, tutor menengahi
interaksi sosial. Constructivism membutuhkan lingkungan pembelajaran yang
aman, tidak terjadi keadaan memalukan yang berisiko pada pasien 2.
2.3.4. Situated learning and cognitive apprenticeship
Lave dan Wegner memperkenalkan istilah partisipasi perifer yang sah,
menggambarkan posisi mahasiswa dalam suatu komunitas praktik.
9
keterampilan
Melibatkan
mahasiswa
dalam
pelatihan
pelayanan
kesehatan
12
Tutor dan fasilitator dapat memberikan umpan balik yang fokus utamanya pada bekerja
keras untuk praktik profesional yang lebih baik, dan pasien simulasi yang dilatih dapat
juga memberikan perspektif yang khas pada pembelajaran 2.
2.4.4.Tujuan umpan balik
Umpan balik memastikan bahwa mahasiswa jelas tentang tujuan pembelajaran yang
diharapkan, dapat mempunyai area performa yang jelas, diberikan waktu dan tempat
untuk membuat hubungan dengan pihak terkait dan dapat menyimpulkan secara umum
pelatihan apa yang mungkin dibutuhkan untuk waktu yang akan datang. Umpan balik
juga timbul dari kesadaran diri mahasiswa. Hal ini dapat membuat praktik menjadi
lebih baik dan diperbaiki oleh dorongan perubahan perilaku. Umpan balik menjadi
komponen integral dari proses pembelajaran dan dapat disamakan dengan proses
berpikir reflektif yang dibutuhkan untuk keamanan praktik klinik 2.
2.4.5.Proses umpan balik 2
Dalam beberapa peristiwa simulasi, terdapat empat tahap proses umpan balik yaitu:
1.
Menyajikan peran:
Selama simulasi mahasiswa melakukan peran kesehatan profesional memelihara
pasien (simulator) dalam keadaan percaya diri. Memberikan waktu untuk
menyajikan peran adalah penting untuk menunjukkan respons emosional
mahasiswa.
14
Hal ini tidak akan mengurangi konsekuensi tindakan yang tidak tepat tetapi
membantu meningkatkan deep learning. Mahasiswa harus menyatakan dirinya
sebagai peserta didik yang belajar, bukan dokter atau profesional pelayanan
kesehatan yang bertanggung jawab untuk keamanan pasien. Perhatian terhadap
dampak emosional juga harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan
pengalaman pasien simulasi.
3.
4.
Perenungan:
Pada tahap akhir ini fasilitator mendorong mahasiwa untuk menghubungkan apa
yang terjadi pada simulator dengan pengalaman pembelajaran sebelumnya yang
sesuai dan memikirkan transfer pembelajaran ke tempat kerja menyimpulkan
pembelajaran mereka sehingga dapat diterima dalam konteks yang berbeda.
profesional
dengan
menggunakan
simulasi.
Terdapat
kategori
melakukan
demonstrasi,
kemudian
seluruh
mahasiswa
lainnya
mempraktikkannya.
2.5.3. Cara mengajar keterampilan untuk kelompok besar
- Menentukan dasar pembelajaran sebelumnya, keterampilan yang penting, konteks
yang akan diajarkan dan diterapkan.
- Tutor mendemonstrasikan dalam waktu sebenarnya tanpa penjelasan.
- Penjelasan dengan mengulang demonstrasi.
16
- Mempraktikkan di bawah supervisi dan umpan balik dari peer dan tutor.
- Praktik dengan tenang dan berhati-hati didorong pembelajaran mandiri dengan
penilaian peer dan umpan balik.
2.5.4. Memandu pelatihan berbasis simulasi yang efektif.
Salas et al memberikan blueprint sederhana tetapi efektif untuk pendekatan ini 1,3 :
- Mengerti mahasiswa akan kebutuhan yang dibutruhkan.
- Menanamkan ukuran performa teknis dan non teknis untuk individual dan tim.
- Memastikan umpan balik difasilitasi (misal: video) dan diberikan.
- Membuat skenario berdasarkan tujuan pembelajaran.
- Memandu praktik, termasuk kesalahan, dan memberikan sumber daya dan dukungan
untuk mencari perbaikan.
- Membuat sinergi antara content pakar (klinisi) dan proses pakar (ahli pendidikan).
- Mengevaluasi program pada semua tingkat hirarki Kirkpatrick.
2.5.5. Pembelajaran menggunakan skenario pasien
Perencanaan dan restrukturisasi diperlukan untuk pengembangan keberhasilan skenario
berbasis pasien. Skenario pasien dapat membentuk alat pengajaran yang berguna
dengan veriasi pengaturan pada semua tingkat simulasi yang kompleks. Dalam
pengajaran skenario pasien, khususnya pada penggunaan hi-fidelity simulators, umpan
balik sering berupa wawancara. Pengajaran skenario pasien terdapat dua unsur: aspek
klinis/teknis pelatihan dan keterampilan non teknis profesional. Framework yang
berguna sudah divalidasi untuk mendukung wawancara keterampilan non teknis seperti
framework the Anaesthetic Non Technical Skills (ANTS), dan lain-lain.
17
keadaan
kegawatdaruratan
kepada
seluruh
tim,
rekaman
video
Penilaian formatif melalui wawancara dan umpan balik merupakan bagian integral
penilaian simulasi berorientasi klinis. Dalam penilaian sumatif high stakes simulator
mungkin digunakan dalam format Objective Structured Clinical Examinations atau
penilaian keterampilan klinis terstruktur. Mahasiswa berotasi melalui sejumlah station,
menghadapi pasien simulasi, simulator tugas per bagian (misal lengan venapungsi),
hasil dan pemetaan pasien simulasi, manikin resusitasi, simulasi berbasis komputer dan
simulator seluruh pasien biasanya akan diuji keterampilan psikomotor dan komunikasi.
Reliabilitas dan validitas tingkat tinggi dapat dicapai dalam ujian ini, checklist dan
global scales menunjukkan reliabilitas yang hampir sama. Hi-fidelity simulator untuk
menguji tingkat lebih tinggi dari keahlian di antara klinisi, menguji keterampilan
pengetahuan, prosedural dan psikomotor, membuat keputusan, tim kerja, perilaku
komunikasi dan profesional. Pada peniaian high stakes proses ujian harus dinilai dengan
ketat untuk menjaga reliabilitas dan validitas. Puncak piramida Miller does dapat
dinilai melalui simulasi, tetapi dalam lingkungan praktik yang sebenarnya, misalnya
pasien simulasi yang sudah dilatih menyamar kemudian mengunjungi dokter praktik
dan menilai performa mereka.
2.5.9. Transferability
Kemampuan transfer dipengaruhi oleh pengajaran dan karakteristik mahasiswa
individual. Cara meningkatkan kemampuan transfer dipengaruhi oleh faktor-faktor di
bawah ini:
- Peran fasilitator atau tutor dalam masa pembelajaran yang meliputi simulasi adalah
penting untuk memastikan integrasi dan transfer melalui tindakan reflektif.
- Menempatkan pembelajaran dalam content.
- Mengadakan simulasi secara progresif dan lancar.
- Dalam masa pembelajaran dengan simulasi, komponen haptic simulator dapat
menambah nilai untuk ditransfer pada konteks pembelajaran.
19
cara
pembelajaran yang lain, tetapi alat bantu yang kuat dan sangat berguna ketika
diintegrasikan sepenuhnya ke dalam kurikulum. Simulasi tidak dipandang terbatas pada
pelatihan tetapi meningkatkan semua aspek pendidikan profesional, khususnya
berhubungan dengan penalaran klinis dan keputusan profesional. Perencanaan
kebutuhan pembelajaran untuk mendukung perkembangan keterampilan adalah melalui
proses
penerimaan
yang
berhubungan
dengan
peningkatan
keaslian.
Dengan simulasi tidak dapat mengharapkan satu atau dua masa pengajaran dan
pembelajaran yang cukup untuk menghasilkan kompetensi atau keahlian.
20
diperhalus
dan
dapat
menyesuaikan
diri.
1,2
. Performa simulasi
Simulasi adalah sumber yang intensif dalam keuangan dan biaya tenaga kerja. Sesuai
dengan peningkatan profesional dan masyarakat pada keamanan pasien maka
perkembangan simulasi akan terus berlanjut menjadi bisnis yang luas setelah beberapa
tahun berikutnya 2.
2.9.Perkembangan staf pengajar
2.9.1.Pelatihan pelatih
Staf pengajar harus dilatih sebagai pelatih simulasi dan penilai melalui kursus
instruktur dan workshop penilai sebagai prasyarat program simulasi dalam pendidikan
kedokteran. Mereka harus mengembangkan keahliannya dalam ujian dan evaluasi
kompetensi klinis, performa dan karakteristik manusia. Kursus pelatih dapat
mengembangkan keahlian pendidik dalam multiple yang sesuai. Mengembangkan dan
menerapkan alat ujian inovatif dan evaluasi akan meningkatkan standar pendidikan
kedokteran 1.
2.9.2.Keahlian dalam ujian dan evaluasi
Pendidik perlu menggunakan simulasi untuk memperoleh pengetahuan dasar dan
pemahaman dalam prinsip dan metoda penilaian formatif dan sumatif. Selanjutnya
pendidik kedokteran penting ikut serta dalam badan psikometrik nasional dan
internasional untuk meningkatkan pemahaman penilaian domain, bersama-sama
mengembangkan alat penilaian baru dan meningkatkan tenaga pendidik untuk
mendapat sertifikasi.
2.9.3.Penelitian dan perkembangannya
Simulasi merupakan lingkungan yang banyak dapat dilakukan penelitian dan penilaian
dalam pendidikan kedokteran.
2.9.4.Validasi
Staf pengajar simulasi harus menunjukkan bukti nilai efektivitas, dalam BEME (Best
22
Evidence Medical Education) dengan mengikuti studi yang menyelidiki aspek validitas
seperti nilai prediktif, transferability dan sustainability dari keterampilan simulasi.
2.9.5. Pengukuran performa
Pendidik membutuhkan pengembangan dan validasi pengukuran performa profesional
kesehatan sebagai penilaian formatif dan sumatif.
2.9.6. Penelitian menggerakkan kurikulum dan perkembangannya
Pendidik kedokteran menggerakkan industri simulasi untuk mendapatkan kebutuhan
kurikulum 1.
2.10. 12 ciri-ciri simulasi medis dan praktik terbaik
Terdapat 12 ciri-ciri simulasi medis dan praktik terbaik yang harus diketahui dan
digunakan oleh dokter pendidik. Beberapa ciri simulasi medis dan praktik terbaik
terdapat di daftar, dimulai dengan 5 hal dari review historikal awal dan 7 hal dari
penelitian dan praktik terakhir 4.
Tabel 2.2. Beberapa ciri simulasi medis dan praktik terbaik *.
No
1.
Beberapa
ciri
simulasi
medis
praktik terbaik
Umpan balik
inti:
variasi,
sumber,
dampak
-Tim wawancara
2.
berhati-hati
- Learner-centered
- Hubungan dosis-respons yang jelas
23
No
3.
Beberapa
ciri
simulasi
medis
praktik terbaik
Integrasi kurikulum
4.
Ukuran hasil
balik,
keputusan
perorangan,
simpulan
penelitian.
Metoda:
penilaian
pengamat,
respons
Kebenaran simulasi
-Kesesuaian
-Simulasi
tujuan
multi-modal
dan
alat
menggunakan
Kemahiran
keterampilan
dan pemeliharaannya
7.
Penguasaan pembelajaran
24
No
8.
Beberapa
ciri
simulasi
medis
praktik terbaik
9.
Tim pelatihan
10.
Ujian high-stakes
11.
Pelatihan instruktur
12.
profesional
SBME = Simulation-based
medical education
____________________________________________________________________
* Dikutip dari Mc Gaghie W C, Issenberg S B tanpa modifikasi
25
perbaikannya.
Kurikulum residensi kedokteran kegawatdaruratan menggunakan high-fidelity
27
dapat
juga
digunakan
untuk
menilai
PBLI.
kurikulum
patient
safety
yang
sudah
dikembangkan
dan
kedokteran
kegawatdaruratan
menggunakan
high-fidelity
SBP
karena
simulasi
secara
realistis
menyamai
praktik
kedokteran
performa
yang
terjadi.
Rata-rata penerimaan data primer untuk proses perbaikan kualitas CSC adalah
melalui format kursus evaluasi dan umpan balik pengguna 9.
30
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kegunaan simulasi dalam pendidikan kedokteran
Simulasi adalah penting untuk pendidikan kedokteran terutama dalam kurikulum
berbasis kompetensi (KBK). Simulasi bisa menggunakan alat (simulator, video, manikin)
atau
manusia.
Simulasi
dengan
alat
biasanya
digunakan
dalam
kedokteran
10
. Bidang
simulasi medis membentuk cara yang mempersatukan para peneliti berinteraksi untuk
memudahkan transfer informasi dalam domain dengan cepat dan efektif. Melalui website
dan database dapat terjadi kolaborasi antara para peneliti untuk meneliti dengan sederhana
dan efektif 11. Simulasi dapat efektif dan efisien dalam pendidikan pelayanan kesehatan hitech dan berguna untuk menilai outcome, karena kermampuan simulasi menuju pada
karakteristik inti dari teknologi medis yang digunakan 12.
3.2. Rencana simulasi di FK UKRIDA
Di FK UKRIDA sudah dilakukan berbagai pelatihan dengan pasien simulasi dan
alat (manikin), distandarkan menurut skenario, checklist. Rencana ke depan akan dibuat
ruang simulasi bedah, ICU, NICU (Neonatal Care Intensive Care Unit) yang digunakan
untuk pelatihan mahasiswa sebelum kepaniteraan klinik.
31
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan:
Walaupun simulasi memiliki kelebihan, keterbatasan dan biaya yang tinggi tetapi tetap
digunakan dalam pendidikan kedokteran terutama pada Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) hingga saat ini.
4.2. Saran:
-
Dilakukan penelitian secara kontinu pada bidang simulasi medis yang terus menerus
berkembang dengan cepat.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Ziv A. Simulators and simulation based medical education. In: Dent JA, Harden RM
(eds). A practical guide for medical teachers. 3
rd
33
9. Deering LTC S, Sawyer MAJ T, Mikita LTC J, Maurer LTC D, Roth COL B J. The
central simulation committee (CSC): A Model for centralization and standardization of
simulation-based medical education in the U S Army healthcare system. Military
Medicine 2012; 177(7): pp. 829-35
10. Brindley P G, Jones D B, Grantcharov T, de Gara C. Canadian Association of
University Surgeons Annual Symposium. Surgical simulation: the solution to safe
training or a promise unfulfilled ? Canadian Medical Association 2012; 55 (4): pp.
200-206
11. Combs C D, Friend K, Mannion M, Alpino R J. Simulating the domain of medical
modeling and simulation: the medical modeling and simulation database. In:
Westwood J D et al (eds). Medicine meets virtual reality 2006; 14: pp. 105-107
12. Hofmann B. Why simulation can be efficient: on the preconditions of efficient learning
in complex technology based practices. BMC Medical Education 2009; pp. 1-6
34