Histopatologi Full
Histopatologi Full
PRAKTIKUM HISTOPATOLOGI
Disusun oleh:
Kelompok 6
Kelas Perikanan B
2011
BAB I
PENDAHULUAN
oleh bahan toksik terhadap organ ikan berbeda pada tiap-tiap organ dan dengan
melakukan praktikum ini praktikan dapat mengetahui kerusakan yang terjadi
pada organ seperti usus, insang, hati dan ginjal. Selain itu kita juga dapat
mengetahui tahapan-tahapan kerusakan organ tersebut sebelum polutan tersebut
mematikan organisme (ikan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Analisis Histologi dan Histopatologi
2.1.1.Analisis Histologi
Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan
logos yang berarti ilmu.Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan
struktur
dari
hewan
secara
terperinci
dan
hubungan
antara
struktur
yang diambil kemudian diproses dengan fiksasi yang akan menjaga agar preparat
tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Zat yang paling
umum digunakan adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air).
Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai larutan untuk fiksasi alternatif
meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas
warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan
asli, namun tampak pada hasil akhir preparat.Artefak ini terbentuk karena kurang
sempurnanya pembuatan preparat.
Sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol
(alkohol)
bertingkat
untuk
(dehidrasi).Selanjutnya
sampel
menghilangkan
dipindahkan
ke
air
dalam
dalam
toluena
jaringan
untuk
mesenkima: sel yang mengisi ruangan antarorgan, misal sel lemak, otot,
dan tendon sel darah: terdiri dari sel darah merah dan darah putih, baik di
sel di atas.
Jaringan dari tumbuhan, jamur, dan mikroorganisme juga dapat dipeljari
secara histologis, namun strukturnya berbeda dari klasifikasi di atas.
yang
dipergunakan untuk :
Memberantasataumencegahhama-hamadanpenyakit-penyakityang
merusaktanaman,bagian-bagiantanaman atau hasil-hasil pertanian.
Memberantasrerumputan atautanamanpengganggu/gulma.
Mematikandaundanmencegahpertumbuhanyangtidakdiingin
kan.
Mengaturataumerangsangpertumbuhantanamanataubagian-bagian
tanaman,tidaktermasukpupuk.
Memberantas ataumencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaandanternak.
Memberantasataumencegahhama-
hamaair.
Memberantasataumencegahbinatang-binatangdanjasad-jasadrenik
dalamrumahtangga,bangunandanalat-alatpengangkutan.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang
yang
dapat
menyebabkanpenyakitpadamanusiadanbinatangyangperludilindun
gi dengan penggunaan pada tanaman,tanahdanair.
Dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman,
yang
dimaksud
dengan
Pestisida
adalah
zat
pengatur
perlindungan
banyak
tanaman.
memberikan
Pestisidamerupakan
manfaat
sehingga
banyakdibutuhkanmasyarakatpadabidangpertanian(pangan,perkebunan,
perikanan, peternakan), penyimpananhasilpertanian,kehutanan(tanaman hutan
dan pengawetan hasil hutan), rumah tangga
lingkungan,pemukiman,bangunan,
dan
pengangkutan
penyehatan
dan
lain-lain.
Disampingmanfaatyangdiberikan,pestisidajugasekaligusmemilkipotensi
untukdapatmenimbulkandampakyangtidakdiinginkan.
2.1.2.2 Jenis Pestisida Menurut Jasad Sasaran
Ditinjaudarijenisjasadyangmenjadisasaranpenggunaanpestisidadapat
dibedakanmenjadibeberapajenisantaralain:
1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti
tungauataukutu.AkarisidaseringjugadisebutMitesida.Fungsinyauntuk
membunuhtungauataukutu.
2.
Algasida,berasaldarikataalga,bahasalatinnyaberartigangganglaut,
berfungsiuntukmembunuhalge.
3. Alvisida,berasaldarikataavis,bahasalatinnyaberartiburung,fungsinya sebagai
pembunuh ataupenolakburung.
4. Bakterisida,Berasaldarikatyalatinbacterium,ataukataYunanibakron,
berfungsiuntukmembunuhbakteri.
5.
Fungsida,berasaldarikatalatinfungus,ataukataYunanispongosyang
artinyajamur, berfungsiuntukmembunuhjamurataucendawan.Dapat bersifat
fungitoksik(membunuh
cendawan)
atau
fungistatik
(menekan
pertumbuhancendawan).
2.1.2.3Manfaat dan Dampak Negatif Pestisida
1. ManfaatPenggunaanPestisida
Pengendalian
organismepengganggu
dengan
pestisida
banyak
digunakansecaraluasolehmasyarakat,karenamempunyaibanyak
kelebihandibandingkandengan carapengendalianyanglainyaitu:
a. Dapatdiaplikasikandenganmudah. Pestisidadapat diaplikasikandengan
menggunakan
alat
yang
relatif
sederhana(sprayer,duster,bakcelupdansebagainya),
bahkanadayangtanpamemerlukanalat(ditaburkan).
b. Dapatdiaplikasikanhampirdi
setiapwaktudansetiaptempat
Pestisidadapatdiaplikasikansetiapwaktu(pagi,siang,soreatau
malam)dandisetiap tempat,baikditempattertutupmaupun terbuka.
c. Hasilnyadapatdirasakandalamwaktusingkat.Hasilpenggunaanpestisidami
salnyadalambentukpenurunan
populasi
organismepengganggudapatdirasakandalamwaktu
beberapa
hal,
hasilnya
dapat
singkat,
dirasakan
dalam
hanya
beberapamenitsetelahaplikasi.
d. Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat. Hal ini
sangat diperlukan dalam mengendalikan daerah serangan yang luas dan
pengganggu). Misalkan
dengan menggunakan
alat
pengganggu
tersebut
adalah
biosida
yang
tidak
saja
dapat
hewan
peliharaan.Keracunanpadaternakmaupunhewanpeliharaandapatterjadi
secaralangsungkarenapenggunaanpestisidapadaternakdan
hewan
digunakan
pestisida
untuk
keperluanlain,misalnyapenggunaanrodentisidadenganumpan
untuk
mengendalikantikussawah,yangkarenakelalainpetani
umpantersebutdimakanolehayam,itikdanternaklainnyaatau
padapenyemprotanpadagulmayangmenjadipakanternak.
c. Keracunanpadaikandanbiotalainnya.Penggunaanpestisidapadapadisawah
ataulingkunganperairan
lainnyadapatmengakibatkankematianpadaikanyangdipelihara
disawahataudi kolammaupunikanliar.Karacunanikandan biota air lainnya
tidak
senantiasa
menyebabkan
mangakibatkanperubahantingkahlakudan
kelainan
bentuk,
pertumbuhanyang
yang
selanjutnya
burung,
Keracunan
dapat
lebah,seranggapenyerbukdansatwaliarlainnya.
misalnya
akibat
penyemprotanpestisidadariudaraataupun
penggunapestisida
untuk
perlakuan
dimakan
benih
terjadi
yang
secara
langsung
diperlukan
oleh
burung,
maupuntidaklangsungterutamamelaluirantaimakanan.
e. Keracunanterhadap
makanan.Beberapapestisidasepertiinsektisidayanglangsungdigunakan
pada
tanamandapatmengakibatkankerusakanpadatanaman
yang
kerusakan
pada
tanaman
yang
ditanampadawaktuaplikasimaupunpadatanamanberikutnya
yangditanamsetelahtanamanpertamadipanen.Halyangdisebutterakhirini,s
angatperludiperhatikanterutama
apabilaherbisidadipergunakanuntukmengendalikangulmadari
golongan
tertentu
fisiologis
yang
secara
taksonomi
atau
mempunyaihubunganyangdekatdengantanamanyangditanam
berikutnya.Terlebihlagiapabilaherbisidayangdigunakanrelatifdanjarak
waktutanamrelatifsingkat.
f. Kenaikanpopulasipengganggutidakmengalamihambatanoleh
musuh
alamitersebut.Akibatlebihlanjutdarikeadaantersebut
adalahbahwapopulasi organismepengganggumeningkat.
2.2 Alkil Benzene Sulfonat
Alkilbenzen sulfonat linier (LAS) adalah surfaktan yang paling banyak
digunakan di dunia, terutama dalam deterjen laundry dan produk pembersih.LAS
benar-benar dibiodegradasi aerobik.Hal ini dapat benar-benar dibiodegradasi
anaerobik juga, tetapi oksigen hanya jika tersedia awalnya, untuk memulai
proses.Di pabrik pengolahan limbah konvensional, lebih dari 99% dari LAS
dihapus. Dimana tanah dipupuk dengan limbah lumpur, LAS akan terurai dengan
cepat ke titik penghapusan lengkap.
LAS data toksisitas (EC50) untuk organisme air berkisar antara 1 dan 10 mg
per liter dalam tes jangka pendek. LAS adalah sekitar sama beracun untuk ikan
dan invertebrata, sedangkan toksisitas untuk ganggang bervariasi. LAS tidak
bioconcentrate
dalam
organisme
akuatik
karena
mereka
dengan
cepat
dimetabolisme.
2.3. Tinjauan Umum Kerusakan Jaringan/Organ akibat Bahan Toksik
2.3.1. Hiperplasia
Hiperplasia (atau "hypergenesis") adalah istilah umum yang mengacu pada
perkembangan sel-sel dalam suatu organ atau jaringan (misalnya terus-menerus
membagi sel).Hyperplasia merupakan penambahan ukuran organ/ jaringan yang
terjadi akibat rangsang tertentu, apabila rangsang hilang dapat normal kembali.
Hiperplasia dapat mengakibatkan pembesaran organ, pembentukan tumor
jinak, atau mungkin hanya terlihat pada analisis histologis dengan mikroskop.
Hiperplasia berbeda dari hipertrofi dalam bahwa perubahan adaptif hipertrofi sel
adalah peningkatan ukuran sel, sedangkan hiperplasia meliputi peningkatan
jumlah sel.
Gambar 1. Hyperplasia
(sumber : http://www.uams.edu)
Hiperplasia dianggap fisiologis (normal) respon terhadap rangsangan
tertentu, dan sel-sel pertumbuhan yang hiperplastik tetap tunduk pada regulasi
normal mekanisme kontrol.Hal ini berlawanan dengan neoplasia (proses kanker
dan beberapa tumor jinak), di mana sel-sel yang abnormal secara genetika
berkembang biak dalam cara non-fisiologis.
2.3.2. Hipoplasia
Hipoplasia merupakan efek kegagalan/pengurangan proses pertumbuhan
berupa penyusutan ukuran (morfologi) organ/ jaringan setelah proses pemaparan
gangguan. Hypoplasia adalah pengembangan suatu jaringan atau organ.Meskipun
istilah ini tidak selalu digunakan secara tepat, dengan benar mengacu pada suatu
yang tidak memadai atau di bawah jumlah normal sel. Hypoplasia mirip dengan
aplasia, tetapi tidak terlalu parah.Secara teknis berlawanan dengan hiperplasia
(pengembangan/pertambahan sel).Hipoplasia adalah suatu kondisi bawaan,
sementara hiperplasia umumnya mengacu pada pertumbuhan sel yang berlebihan
di kemudian hari.
2.3.3. Necrosis
Nekrosis (dari bahasa Yunani , "mati") adalah kematian dini sel dan
jaringan hidup.Nekrosis ini disebabkan oleh faktor eksternal, seperti infeksi, racun
atau trauma.Hal ini berbeda dengan apoptosis, yang merupakan penyebab alami
selular
kematian.Walaupun
apoptosis
sering
memberikan
efek
yang
biasanya
dimulai
dengan
pembengkakan
sel,
kromatin
2.3.4. Atrofia
A. Pengertian Atrofia
Kata berasal dari bahasa Yunani Jatropha atrofi yang berarti "tanpa
nutrisi." Dalam istilah biologis merupakan penurunan signifikan dalam ukuran sel
dan organ di mana hal ini terjadi, karena hilangnya massa sel. Atrofik
menunjukkan penurunan fungsi sel tetapi tidak mati. Athropy merupakan suatu
keadaaan yang tidak wajar dimana jumlah dan volume sel berada di bawah normal
dan garis luar sel menjadi tidak dapat dibedakan bahkan sering kali nucleus
menjadi kecil bahkan hilang sama sekali sehingga dapat mengakibatkan kematian
sel (Takashima dan Hibiya, 1995).
Metabolisme sel yang sempurna tidak hanya tergantung pada kontribusi
yang efektif nutrisi, tetapi juga penggunaan yang benar dari mereka, ini hanya
mungkin bila sel-sel hidup dalam lingkungan yang sesuai untuk struktur
morfologis dan fungsional. Struktur morfologis sel dikondisikan oleh lingkungan
di mana mereka hidup, itulah mengapa beberapa bentuk sel-sel dalam tubuh kita
bereaksi terhadap masalah hidup adaptasi untuk kondisi-kondisi eksternal
diferensiasi sel didefinisikan dengan baik merupakan manifestasi luar dari suatu
adaptasi, yang terkumpul selama jutaan generasi.
Semua variasi dari karakter morfologi sel, dapat mempengaruhi sel-sel
tunggal atau kelompok mereka, maka modifikasi dari jaringan penuh. Semua
stimulus yang dapat bekerja pada sebuah rangsangan sel benar-benar fungsional
ketika mereka melampaui batas-batas fisiologis dapat melukai sel untuk
membalikkan proses kehidupan, atau menyebabkan perubahan yang signifikan
regresif.
B. Jenis Atrofia
Penampilan mikroskopik tiga jenis utama atrofi: atrofi sederhana, atrofi
numerik dan degeneratif atrofi. Sederhana atrofi adalah penurunan volume
komponen seluler yang mengarah pada penyusutan atau menyusut dari jaringan
dan organ.Atrophia lebih umum, lebih terdiferensiasi mempengaruhi sel. Hal ini
dapat diamati selama berkepanjangan cepat di hampir semua jaringan tubuh dan
terutama di jaringan otot.
Atrophia
numerik
terjadi
ketika
hilangnya
unsur-unsur
selular
C. Pseudohypertrophy
Dalam beberapa kasus di mana sel-sel spesifik organ dalam keadaan atrofi,
disertai dengan peningkatan volume interstisial jaringan.Pada otot lumpuh oleh
cedera pada
sistem saraf
dapat dilihat,
kadang-kadang
sebuah kotak
BAB III
METODOTOGI PRAKTIKUM
: Jumat
Tanggal
: 11 Oktober 2011
Jam
Tempat
data
dari
sampel
pengamatan
jaringan
histopatologi
menggunakan
dilakukan
mikroskop
dengan
kemudian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil pengamatan preparat histologi organ ginjal (ren), hati (liver), usus
(intestinum), dan insang dari ikan mas :
a. . Usus (Intestinum)
PARAMETER
KONTROL
PATOLOGIS
Warna
Merah cerah
Ukuran
Normal
Lebih kecil
Tidak ada
Terdapat nekrosis
Karakter khusus
Tidak ada
Tidak ada
b. Hati (Liver)
PARAMETER
KONTROL
PATOLOGIS
Warna
Ukuran
Normal
Terjadi pembengkakan
Terdapat nekrosis
Tidak ada
Terdapat
rongga
yang
c. Insang
PARAMETER
KONTROL
PATOLOGIS
Warna
Merah cerah
Ukuran
Normal
Terjadi
Tidak ada
(hipoplansia) lamella
Tidak ada
Lamela rapih
KONTROL
Merah cerah
Normal
Tidak ada nekrosis
Sel tersusun rapih
PATOLOGIS
Merah gelap
Terjadi pembengkakan
Terjadi pembengkakan
Terjadi rongga antar sel
pembengkakan
d. Ginjal (Ren)
PARAMETER
Warna
Ukuran
Tanda hitam / nekrosis
Karakter khusus lainnya
Hati 7,5
Ungu pekat
Lebih besar
Terdapat banyak nekrosis
Rongga tidak terlalu banyak
Hati 13
Ungu Sangat gelap
Agak besar
Terdapat banyak nekrosis
Rongga akibat sel yang mati
sangat banyak
4.2.
4.2.1
Pembahasan
Usus (Intestinum)
Pada pengamatan preparat usus ikan mas dengan kontrol, tidak didapatkan
4.2.2
Hati (Liver)
Hasil pengamatan pada hati yang normal/control pada gambar di bawah ini
pada jaringan hati ikan mas, belum adanya perubahan baik warna, ukuran,
maupun gejala adanya nekrosis.Warna terlihat merah cerah dan bening, ukuran
hati masih normal dan tidak adanya nekrosis.Struktur sel masih teratur dan tidak
rusak atau tidak ada rongga yang d akibatkan kematian sel.
Pada pengamatan preparat hati patologis, terjadi perubahan struktur
jaringan hati. Perubahan struktur jaringan sel hati yang disebabkan oleh zat kimia
yang bersifat racun antara lain perlemakan hati, nekrosis dan sirosis (Lu, 1995).
Gambar tersebut memperlihatkan kerusakan sel hati ikan mas.Kerusakan berat sel
hati adalah kematian sel atau sering disebut nekrosis.
Rongga
di
atas
mununjukan
adanya
kerusakan
jaringan
yang
mengakibatkan adanya sel-sel mati (nekrosis) dan tidak ada penggantian sel
sehingga terbentuknya rongga di dalam jaringan tersebut.
Necrosis menggambarkan keadaan dimana terjadi penurunan aktivitas
jaringan yang ditandai dengan hilangnya beberapa bagian sel satu demi satu dari
satu jaringan sehingga dalam waktu yang tidak lama akan mengalami kematian.
Necrosis dapat terjadi karena denaturasi protein plasma, dan pemecahan oraganel
sel. Dapat juga disebabkan karena terinfeksi bakterial sehingga menyebabkan
terakumulasinya sel darah putih.
Pada sel hati patologis, terjadi hiperplansia yang mengakibatkan sinusoid
menyempit sehingga aliran darah terganggu dan terdapat banyak nekrosis yang
menyebabkan rongga pada jaringan hati tersebut.
4.2.3
Insang
Pada hasil pengamatan kontrol pada jaringan insang ikan mas gambar di
bawah ini, belum terjadi perubahan. Susunan lamela teratur dan rapih, warna
masih terlihat merah terang dan bening, ukuran normal.Ukuran lamela sama besar
dan tidak terlihat kerusakan disetiap lamela. Struktur jaringan pada insang ikan
mas dengan kontrol terlihat pada gambar dibawah ini.
4.2.4
Ginjal (Ren)
Pada hasil pengamatan kontrol pada preparat ginjal normal di bawah ini
belum terjadi perubahan.Seperti warna masih terlihat jelas, ukuran normal, tidak
terdapat noktan/necrosis dan ren (ginjal) masih terlihat normal.
b
Gambar 4. (a)Ginjal normal dan (b) ginjal patologis
4.2.5
Perbandingan Hepar
Pada konsentrasi hepar 7,5 dapat terlihat pada gambar di bawah ini bahwa
warna yang di hasilkan lebih pekat disbanding pada konsentrasi hati 13, karena
pada konsentrasi hati 7,5 belum terdapat banyak sekali kematian sel sehingga
jarak antara sel masih belum nampak jelas terlihat namun pada hati konsentrasi 13
dapat terlihat jelas bahwa terdapat rongga-rongga akibat kematian sel yang
menyebabkan semakin parahnya kerusakan jaringan.
Ukuran hati dengan konsentrasi 7,5 pun lebih besar karena terjadi iritasi
awal sebelum adanya kerusakan sel atau kematian sel sehingga menyebabkan
hiperplansia di konsentrasi 7,5 lebih nyata terlihat seperti gambar di bawah ini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang kelompok kami lakukan, diperoleh
keimpulan bahwa :
-
pemaparan
bahan
toksik
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Siregar.
1995.
Fisiologi
Ginjal.
Edisi
Ketiga.
Bagian
Ilmu
Emerg
Med44
(6):
6057.
doi:10.1016/j.annemergmed.2004.03.016. PMID15573036
Atkins J, Wingo C, Sodeman W (1957). "Probable cause of necrotic spider bite in
the Midwest".Science126 (3263): 73. doi:10.1126/science.126.3263.73.
PMID13442644
http://activate.lww.com/semdweb/internetsomd/ASP/1527483.asp. Diakses pada
tanggal 15 November 2011, pukul 19.30 WIB.
http://archive.rubicon-foundation.org/4477. Retrieved 2008-07-25. Diakses pada
tanggal 15 November 2011, pukul 19.30 WIB.
http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=117476&lokasi=lokal.
Diakses pada tanggal 15 November 2011, pukul 19.30 WIB.