Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan ekonomi dimulai dari pemenuhan kebutuhan untuk menciptakan nilai
kepuasan Menurut teori Smith, para pelaku bisnis atau pemilik modal yang mencoba mengejar
kepentingan pribadinya akan mencari keuntungan sebesar-besarnya, pegawai berusaha
mencari gaji setinggi-tingginya, sementara konsumen berusaha membeli barang semurahmurahnya. Demi kepentingan perusahaan dalam melakukan investasi dan menciptakan
pertumbuhan maka perusahaan perlu memastikan bahwa manajemen bertindak yang terbaik
untuk kepentingan perusahaan. Kepastian seperti itu diberikan oleh sistem tata kelola
perusahaan (corporate governance,untuk mencapai Tujuan perusahaan untuk going concern,
suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan.
Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang berisi kinerja perusahaan Apabila Suatu
perusahaan memiliki kinerja yang baik akan menghasilkan suatu keuntungan namun
sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian hal ini membuat ketidak percayaan investor
pada perusahaan dan manajemen pengelola . Hal ini tentu akan beerdampak pada going
concern perusahaan. Maka top manajer perlu melakukan pengambilan keputusan anatara

melaporkan hal yang sebenarnya atau melakukan suatu modifikasi agar tetap mendapat
kepercayaan baik ari investor maupun public
Hal ini

mendasari Skandal keuangan yang terjadi di Dunia Beberapa skandal keuangan

seperti Kasus Enron, Pada tahun 2001, dunia akuntansi dikagetkan oleh suatu peristiwa
jatuhnya Enron, salah satu perusahaan terbesar di USA. Perusahaan yang bergerak di bidang
penyediaan energi dengan aset multi-milyar US Dollar, mempekerjakan sekitar 21.000 staf,
dan memiliki kantor cabang lebih dari 40 negara di seluruh dunia. Enron memanipulasi
jumlah keuntungannya, menyangkal adanya transaksi bisnis yang kotor, dan menutup-nutupi
hutang-hutangnya, sehingga tidak muncul dalam laporan keuangan perusahaan. Semakin
dalam penipuan tersebut tidak terungkap, para investor dan kreditur mundur, memaksa Enron
memasuki babak akhir dalam bisnisnya dan mengalami suatu kebangkrutan di pertengahan
kasus Phar Mor Inc. sebagai kasus fraud yang me-legenda dikalangan auditor keuangan.
Eksekutif

di

Phar

Mor

secara

sengaja

melakukan

fraud

untuk

mendapatkan

keuntungan financial yang masuk ke saku pribadi individu di jajaran top manajemen
perusahaan.Phar Mor Inc, termasuk perusahaan retail terbesar di Amerika Serikat yang
dinyatakan bangkrupt pada bulan Agustus 1992 berdasarkan undang-undangan U.S.
Bangkruptcy Code.Dalam melakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat 2 laporan
ganda. Satu laporan inventory, sedangkan laporan lain adalah laporan bulanan keuangan
(monthly financial report). Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar
Mor sengaja merekrut staf dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Cooper & Lybrand. Staf-staf
tersebut yang kemudian dipromosikan menjadi Vice President bidang financial dan kontroler,
yang dikemudian hari ternyata terbukti turut terlibat aktif dalam fraud tersebut.

Dalam kasus Phar Mor, salah satu syarat agar internal audit bisa berfungsi, yaitu
fungsi control environment telah diberangus. Control environmentsangat ditentukan oleh
attituted dari manajemen. Idealnya, manajemen harus mendukung penuh aktivitas internal
audit dan mendeklarasikan dukungan itu kesemua jajaran operasional perusahaan. Top
manajemen Phar Mor, tidak menunjukkan attitude yang baik. Manajemen kemudian malah
merekrut staf auditor dari KAP Cooper & Librand untuk turut dimainkan dalam fraud. fraud
terbesar dalam sejarah.Bernard Madoff, pendiri dan presiden sebuah perusahaan investasi di
New York, ditangkap tanggal 11 Desember 2008 oleh FBI. Dia dituntut karena melakukan
fraud jenis Ponzi Schemes senilai 50 milyar dolar AS.Pada tahun 2008 Lehman Brothers
Holdings, Inc. adalah perusahan jasa keuangan global yang didirikan tahun 1850. Perusahaan
ini bergerak di bidang bank investasi, perdagangan saham dan obligasi, riset pasar, manajemen
investasi, ekuitas pribadi, dan layanan perbankan personal. Pada 15 September 2008, Lehman
Brothers menyatakan bangkrut.
kredit

subprime

mortgage

Kebangkrutan Lehman ini merupakan dampak dari krisis


yang

melanda

perekonomian

Amerika

Serikat.

Lehman Brothers memiliki kewajiban utang terhadap bank sejumlah USD 613 miliar, USD
155 miliar utang obligasi, sementara aset yang dimiliki hanya sejumlah USD 639 miliar.
Lehman brothers sangat banyak menerbitkan surat utang yg dijual keseluruh dunia,termasuk
bank-bank

besar dunia. Terkuaknya Skandal Lehman Brothers. berakibat jatuhnya

perekonomian Amerika serikat da juga berdampak pada seluruh dunia.


Dari berbagai skandal akuntansi yang terjadi bahwa Kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh
sekelompok orang amat sangat merugikan kepentingan banyak orang dan juga terhadap
dirinya sendiri.Maka untuk itu perlu dilakukan suatu bentuk pengendalian

Akibat yang ditimbulkan dari Fraud begitu besar pengaruhnya baik terhadap perusahaan iu
sendiri, investor, dan masyarakat, maka untuk itu dibutuhkan suatu perencanaan berupa
pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Untuk melakukan perenaaan dalam penceganan
dan pendeteksian maka erlu dilakukan penelitian pengaruh yang menciptakan terjadinya
Fraud itu sendiri.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud Penelitian ini Melakukan pengujian mengenai factor factor yang dapat mempengaruhi
terjadinya Fraud dengan variable Going concern,prilaku organisasi, teori keagenan, lemahnya
internal control.
1.3 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi, dalam mendeteksi adanya
kecurangan (fraud) Sehinggal dapat membuat perencanaan pengendalian yang lebih baik.
Melalui variable opini going concern, lemahna internal control perilaku organisasi, dan
agency theory
Bab 2 tinjauan pustaka :
Ramsay (2000) Baiman (1990)
1.4 Kerangka
pemikiran
(Calhoun
dan Luizzo,1992)
Loebbecke et al. (1989)Arens,
(Calhoun
dan Luizzo,1992)
1.4.1 Kerangka
pemikiran
Johnson et al. (1991) (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2001:seksi
341) (Spence & Zeckhauser,
1971). (Alchian & Demsetz,
1972; Jensen & Meckling,
1976; Fama, 1980)

Teori
Kapitalisme
Adam Smith
Teori motivasi Victor Vroom

Kelangsungan hidup perusahaan( going


concern), (x1) , (Perilaku organisasi), x2 ,
(Theory Agency), (x3), Pengendalian
internal (x4)

Penelitian sebelumnya :
Wesley Kenneth Wilhelm , Laura

Ebert, Shaker A. Zahra1,


aksena, Pankaj, Arry pratama
rudiyawan. Linda
Kusumaning wedari

Variable independen
(x):

Pengaruh Going concern, Perilaku


organisasi, agency theory,
pengendalian internal atas
terjadinya Fraud

Kelangsungan hidup
perusahaan( going
concern), (x1) ,
(perilaku organisasi),
x2 , (Theory Agency),
(x3), Pengendalian

X
1
X
2
X
3
X
4

Variabel Dependen (y):


Fraud

hipotesis

Hasil penulisan diharapkan : menjelaskan


bagaimana pengaruh kelangsungan hidup
perusahaan, perilaku organisasi, agency
teori, dan pengendalian internal terhadap
Terjadinya fraud

1.4.2 Hipotesis
Adapun

Dengan mendeteksi
factor factor opini
going concern,
lemahnya internal
control, perilaku
organisasi, agensi teori
dapat melakukan
perencanaan yang
lebih baik untuk

penelitian

ini

adalah

terdapat

pengaruh

kelangsungan

hidup

perusahaan,perilaku organisasi, teori keagenan( agency theory),pengendalian internal atas


terjadinya Fraud

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Harapan

Kerja dan Motivasi, Vroom mendefinisikan masalah sentral motivasi


sebagai "penjelasan dari pilihan yang dibuat oleh organisme di antara tanggapan sukarela
berbeda" (p.9). Untuk memahami bagaimana pilihan dibuat, ia mendefinisikan tiga konsep
valensi, harapan dan kekuatan, dan menjelaskan bagaimana bekerja sama untuk menentukan
bagaimana orang akan memutuskan untuk bertindak, mengingat rute kemungkinan perilaku
yang

mengarah

ke

hasil

yang

mungkin.

Valensi adalah istilah yang merujuk pada preferensi untuk satu hasil atas yang lain.Suatu
hasil dikatakan positif valent ketika seseorang lebih memilih mencapai itu untuk tidak
mencapai itu, ketika dia memilih untuk tidak mencapai hasil, maka ia memiliki valensi
negatif; dan ketika ia tidak peduli terhadap apakah suatu hasil dicapai atau tidak, ia memiliki
valensi nol. Valensi dari suatu hasil, Vroom menunjukkan, secara langsung berhubungan
dengan nilai bagi orang yang bersangkutan. Jika seorang manajer terutama menginginkan
promosi, misalnya, dan berpikir bahwa berhasil menyelesaikan suatu proyek tertentu akan
mendapatkan promosi itu, maka ia akan melampirkan valensi positif untuk menyelesaikan
proyek tersebut, dan termotivasi untuk melakukannya dengan nilai yang dirasakan dari pahala.

perilaku seseorang, bagaimanapun, tidak hanya dipengaruhi oleh preferensi mereka untuk satu
hasil atas yang lain, tetapi juga oleh bagaimana mungkin mereka percaya hasil ini untuk
menjadi. Vroom mendefinisikan harapan sebagai "keyakinan sesaat mengenai kemungkinan
bahwa suatu aksi tertentu akan diikuti dengan hasil tertentu" Harapan dapat diberi nilai dari
nol (kepercayaan bahwa hasilnya tidak akan mengikuti pada dari tindakan) untuk satu
(kepercayaan bahwa hasilnya pasti akan mengikuti pada dari tindakan). Jika seseorang

menginginkan secangkir kopi, misalnya, dan tahu bahwa ada mesin minuman di ruang staf,
orang akan berjalan lurus di sana. Tindakan berjalan di sana memiliki nilai harapan yang
tinggi dalam hal mendapatkan kopi, sedangkan tindakan berjalan ke, katakanlah, ruang pasca
memiliki nilai harapan rendah, sebagai orang tidak percaya bahwa ia akan menemukan kopi di
sana.

Konsep ketiga yang menguraikan Vroom adalah gaya. Dia berpendapat bahwa perilaku
seseorang adalah hasil dari suatu bidang kekuatan, masing-masing memiliki arah dan
besarnya. Matematika nilai ditugaskan kepada valensi dan harapan untuk tindakan yang
dikombinasikan untuk menghasilkan gaya hipotesis mereka, dan tindakan yang menghasilkan
tingkat tertinggi gaya diasumsikan menjadi orang bahwa orang tersebut akan memilih. tingkat
tertinggi gaya akan dihasilkan oleh tindakan dengan tingkat tinggi baik valensi dan
harapan. Jika salah satu valensi atau harapan adalah nol, tidak akan ada kekuatan untuk
mengadopsi

Model

tindakan,

Vroom

karena

adalah

apapun

diringkas

[Sigma]

dikalikan

dengan

dalam

(E

nol

adalah

nol.

sebuah

persamaan:

V)

dimana M adalah kekuatan motivasi yang dihasilkan dari jumlah harapan dan valensi, E
adalah ukuran harapan mencerminkan probabilitas hasil tingkat tertentu pertama dan V
merupakan

valensi

bagi

individu

dari

suatu

hasil

tertentu.

Implikasi utama bagi para manajer adalah bahwa, karena motivasi terkait erat dengan hadiah,

mereka harus bertujuan untuk mendorong kinerja kerja yang tinggi dengan menyesuaikan
imbalan untuk hal-hal yang karyawan nilai yang paling - dan penelitian akan dibutuhkan di
sini untuk mengetahui apa ini mungkin untuk setiap individu. Insentif dan imbalan harus
secara eksplisit dikaitkan dengan tindakan yang sejalan dengan strategi organisasi dan yang
akan

memberikan

kontribusi

bagi

keberhasilan

organisasi.

Model ini adalah model normatif, dan bukan model deskriptif. Ini berarti bahwa ia hanya bisa
memprediksi bagaimana orang harus membuat keputusan untuk bertindak, bukan bagaimana
mereka benar-benar melakukan membuat keputusan tersebut. Dalam kenyataannya, hanya
sedikit orang yang baik-cukup informasi pada semua pilihan yang mungkin dan semua hasil
yang mungkin untuk membuat penilaian yang seimbang tentang perilaku akan lebih baik bagi
mereka untuk mengadopsi.Sebagai sebuah teori menjelaskan pendekatan umum perilaku
individu,

bagaimanapun,

telah

memperoleh

banyak

dukungan.

Pada tahun 1968, teori harapan Vroom itu diperpanjang oleh LW Porter dan EE Lawler dalam
buku mereka, Sikap dan Kinerja Manajerial (Homewood: Richard D Irwin, 1968). Model
mereka menekankan bahwa kinerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain motivasi,
seperti kemampuan individu, sifat, dan persepsi peran.Mereka juga mengaitkan konsep
kepuasan ke dalam model mereka, mempertahankan bahwa kinerja yang tinggi menyebabkan
penghargaan yang tinggi, yang pada gilirannya menyebabkan tingkat kepuasan yang tinggi.

Penelitian selanjutnya telah difokuskan pada menunjukkan bahwa model harapan dapat
digunakan cukup akurat untuk memprediksi pilihan pekerjaan, tingkat kepuasan kerja, dan

tingkat usaha kerja. Sebuah kajian ekstensif penelitian terbaru mengenai teori harapan dapat
ditemukan pada teman-teman lama, wajah-wajah baru: motivasi penelitian pada 1990-an oleh
Maureen L. Ambrose dan Carol T. Kulik (Journal of Management, Mei-Juni 1999). Mereka
melaporkan giliran baru yang diambil oleh para peneliti seperti Chen dan Miller (1994), yang
menerapkan teori harapan pada organisasi daripada tingkat individu, dan melihat bagaimana
keputusan strategis dibuat ketika terlibat dalam serangan terhadap pesaing. Orang lain telah
berusaha untuk berbaur teori harapan dengan teori lain, seperti pengambilan keputusan atau
penetapan

Vroom

tujuan.

Yetton

Model

Kepemimpinan

Pengambilan

Keputusan

Model kedua utama Vroom, seperti dikembangkan dengan Philip Yetton, menunjukkan
bagaimana gaya kepemimpinan yang berbeda dapat efektif dimanfaatkan dalam memecahkan
berbagai jenis masalah. Dalam disertasi doktornya, Vroom telah memeriksa efek positif bahwa
partisipasi dalam pengambilan keputusan bisa saja pada sikap dan motivasi. Pada saat yang
sama ia telah mengamati bahwa karakteristik kepribadian dapat mengurangi atau
meningkatkan

dampak

partisipasi.

Dalam Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan (1973), Vroom melihat lebih jauh ke isu
partisipasi dalam pengambilan keputusan oleh bawahan. Dia dan Yetton mengembangkan
seperangkat aturan yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat dan bentuk partisipasi
dalam proses pengambilan keputusan yang akan mendukung solusi yang terbaik dalam situasi
pemecahan masalah yang berbeda.manajer baru mungkin berpikir bahwa mereka harus

membuat keputusan sendiri, tetapi Vroom jelas percaya bahwa ini tidak terjadi. Dia
menguraikan jenis pengambilan keputusan yang terlibat dalam kedua masalah kelompok yang
mempengaruhi workgroup manajer, dan dalam masalah individu yang hanya mempengaruhi
manajer. Daftar berikut dari Kepemimpinan dan Pengambilan Keputusan (hal. 13)
menunjukkan

jenis

metode

keputusan

manajemen

untuk

masalah

grup:

* Keputusan Authority - yang dibuat oleh manajer saja tanpa melibatkan orang lain.A1 Manajer membuat keputusan sendiri dengan menggunakan informasi tersedia pada saat
itu. A2 - Manajer membuat keputusan sendiri tetapi memperoleh informasi dari bawahan atau
anggota

kelompok

lain

dulu.

* Konsultatif keputusan - yang dibuat oleh manajer setelah konsultasi dengan kelompok. C1 Manajer pendekatan orang lain secara individual untuk mendapatkan saran mereka, kemudian
membuat keputusan sendiri. C2 - Manajer membawa beberapa orang lain bersama-sama pada
saat yang sama sebagai kelompok dan kolektif memperoleh saran mereka, kemudian membuat
keputusan

sendiri.

* Group keputusan - yang dibuat oleh seluruh kelompok dalam konsensus. G2 - Manajer
membawa bersama beberapa orang lain pada waktu yang sama dan mereka membahas
masalah tersebut untuk sampai pada suatu keputusan konsensus di antara mereka.

Lima metode yang serupa yang ditetapkan untuk masalah individual. The Vroom / model
Yetton kemudian mengusulkan pohon keputusan berdasarkan tujuh aturan, dimana manajer

dapat digunakan untuk menentukan metode yang paling tepat untuk situasi tertentu.

Melalui suatu urutan pertanyaan yang masing-masing memerlukan ya / tidak jawaban yang
uang muka manajer sepanjang jalan pohon keputusan, masalahnya adalah akhirnya
didefinisikan sebagai salah satu dari 14 jenis. Vroom dan Yetton kemudian merekomendasikan
metode yang sesuai dari pengambilan keputusan (dari metode A1 - G2 di atas) untuk setiap
jenis

masalah.

Sejak beberapa jenis masalah bisa diselesaikan dengan lebih dari satu metode, lebih lanjut
cara memilih antara mereka yang diperlukan. Ketika Vroom merevisi model dengan Arthur
Jago pada tahun 1988, mereka berpendapat waktu itu merupakan salah satu faktor penting
untuk dipertimbangkan: orang-jam membawa beban keuangan, dan keputusan cepat yang
dibuat

mungkin

lebih

baik,

juga,

keputusan

mungkin

dibutuhkan

segera,

dan

partisipatif proses dapat memperlambat proses pengambilan keputusan

2.2 Perilaku organisasi


Peran manajemen
Peran antar personal. Semua manajer diharuskan melakukan tugas tugas trkait seremonial dan
bersifat imbolis. peran kepemimpinan mencangkup perekrutan, pelatihan, pemberian motivasi,
dan pendisplinan karyawan. Peran penghubung, hubungan dengan individu luar yang
memberikan informasi kepada manajer tersebut.
Peran Informasional

2.3 Agency Theory


Agency

theory

Pengembangan akuntansi kontemporer salah satunya adalah digunakannya Agency Theory


dalam menjustifikasi akuntansi positif. Menurut Baiman (1990), terdapat 3 model hubungan
agensi yaitu The Principal-Agent Model, The Transaction Cost Economics Model, The
Rochester Model. Ketiganya memiliki dua kerangka kesamaan dan dua perbedaan.
Kesamaannya, pertama, ketiganya memahami ketentuan dan penyebab hilangnya efisiensi
yang diciptakan oleh divergensi antara perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua,
ketiganya menganalisa dan memahami implikasi perbedaan proses pengendalian menghindari
hilangnya efisiensi pada masalah agensi. Sedangkan perbedaannya, pertama, menekankan
perbedaan sumber-sumber divergensi perilaku kerjasama dan kepentingan individu; kedua,
menekankan perbedaan aspek pada agenda riset pada umumnya; ketiga, pemodelan berhatihati yang mendasari konteks ekonomi yang menyebabkan timbulnyamasalah agensi; keempat,
derivasi optimalisasi hubungan kerja dan memahami bagaimana hubungan kerja yang
meringankan masalah agensi; kelima, komparasi hasil-hasil untuk melakukan observasi
praktik model yang dipakai dan menganalisanya.Artinya dalam kerangka umum model
hubungan agensi memperlihatkan bahwa manajer melakukan maksimasi expected utility agar
dapat mempengaruhi desain kontrak kerja mereka. Pemilik dan manajer secara bersama
dibatasi biaya atas masalah agensi, sehingga memerlukan insentif untuk mendesain kontrak
yang mengurangi secara efisien masalah agensi. Dua tokoh utama (principal dan agent) dalam
interaksi bisnis tersebut sebenarnya mengarah pada kepentingan yang sama, yaitu wealth
(kekayaan). Bentuk ekstrim (extreme ways) dari agency theory sendiri sebenarnya adalah

ketika hubungan agensi dijadikan mekanis-matematis untuk kepentingan legitimasi


kepentingan

Terdapat

mutualis

tiga

1.

Kontrol

2.

Biaya

3.

masalah

Menghindari

utama

dalam

pemegang
yang

insklusif.

hubungan

saham

kepada

menyertai

dan

agensi,

hubungan

meminimalisasi

biaya

yaitu

manajer
agensi
agensi

Hubungan agensi ini memotivasi setiap individu untuk memperoleh sasaran yang harmonis,
dan menjaga kepentingan masing-masing antara agen dan principal. Hubungan keagenan ini
merupakan hubungan timbal balik dalam mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing
pihak yang secara eksplisit dan sadar memasukkan beberapa penekanan seperti:
1. Kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada manajer dengan imbalan atau
kompensasi
2.

Budaya

keuangan
organisasi

yang

berlaku

dalam

perusahaan

3. Faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi, pasar tenaga kerja,
manajerial

dan

isu-isu

legal

4. Strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi global


teori keagenan didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan-perusahaan fiksi hukum yang
berfungsi sebagai penghubung untuk satu set hubungan kontrak antara individu-individu
kepentingan sendiri sehingga kepemilikan dan kontrol adalah terpisah (Alchian & Demsetz,
1972; Jensen & Meckling, 1976; Fama, 1980 ). pemisahan semacam ini muncul ketika satu
atau lebih pokok (s) melibatkan agen untuk melakukan beberapa layanan yang membutuhkan

agen untuk membuat keputusan atas nama pokok (s) (Spence & Zeckhauser, 1971).

Konflik antara para pelaku dan agen memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara di mana
dua kelompok pandangan risiko (Macey, 1991). Para pelaku atau pemegang saham
diasumsikan risiko netral (Jensen & Meckling, 1976), mengingat bahwa mereka dapat
memiliki efek portofolio terdiversifikasi, sehingga mengurangi risiko yang terkait dengan
memegang saham individu. Sebaliknya, agen atau manajer diasumsikan menolak risiko dan
tenaga kerja (Jensen & Meckling, 1976), karena mereka melakukan investasi didiversifikasi di
perusahaan tempat mereka bekerja, dalam bentuk modal manusia mereka. Selanjutnya, konflik
bisa muncul bila kedua belah pihak maximizers utilitas, sehingga agen untuk perilaku tidak
selalu dalam kepentingan terbaik pemegang saham (Jensen & Meckling, 1976; Fama &
Jensen,

1983;

Schotter

&

Weigelt,

1992).

Tapi, manajer menghadapi biaya pribadi yang tinggi jika mereka tertangkap melakukan
penipuan (Macey, 1991). Jika perilaku kepentingan sendiri terdeteksi, pada akhirnya akan
tercermin dalam reputasi manajer. Hal ini akan mempengaruhi tingkat upah yang ditentukan
oleh pasar tenaga kerja manajerial (Fama, 1980). Pasar untuk tenaga kerja manajerial
merupakan mekanisme tata eksternal perusahaan (Williamson, 1984).

2.4 Going Concern Teori


Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya (Going
Concern)
Auditor bertanggung jawab mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Auditor dapat

mengidentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang menunjukkan


adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan
keuangan yang sedang diaudit (Ikatan Akuntan Indonesia, 2001:seksi 341). Contoh kondisi
dan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Tren negatif, sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang terjadi, kekurangan
modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.
(2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh, kegagalan
dalam memenuhi kewajiban utang atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran
dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit
biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan
baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
(3) Masalah intern, sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan
yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek tertentu, komitmen jangka panjang
yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
(4) Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan,
keluarnya

undang-undang

atau

masalah-masalah

lain

yang

kemungkinan

membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi


atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok utama, kerugian akibat
bencana besar, seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau
diasuransikan, namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa
dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 341 (Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2001)
menyatakan apabila auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor
memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian. Apabila auditor menyangsikan kemampuan
satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas,
maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki
rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana tersebut tidak efektif
mengurangi dampak negatif suatu kondisi atau peristiwa maka auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat. Apabila rencana manajemen dimungkinkan efektif untuk dilaksanakan,
maka auditor harus mempertimbangkan kecukupan pengungkapan mengenai sifat, dampak
kondisi, dan peristiwa yang semula menyebabkan ia yakin adanya kesangsian mengenai
kelangsungan hidup satuan usaha. Dalam hal ini opininya adalah wajar tanpa pengecualian
dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya.

Pengendalian internal teori


Internal control :
dewan direktur bertanggung
jawab untuk sistem perusahaanpengendalian internal. Ini harus menetapkan kebijakan
yang tepatpada pengendalian internal dan mencari jaminan reguler yang
akanmemungkinkan untuk memuaskan dirinya
sendiri bahwa sistemberfungsi efektif. Dewan lebih
lanjut harus memastikan bahwa sistempengendalian internal yang

efektif

dalam mengelola risiko dengan

cara yang telah disetujui

Menentukan kebutuhan kontrol


desain pengendalian yang

cocok

menerapkan kontrol ini


periksa yang sedang diterapkan dengan

benar

memelihara

dan memperbaharui kontrol

dimasukkannya hal-hal yang

disebutkan

di

atas dalam skemapenilaian yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen


Definisi

internal

control

menurut

COSO

Suatu proses yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan staff, untuk membuat
reasonable assurance mengenai:

Efektifitas dan efisiensi operasional

Reliabilitas pelaporan keuangan

Kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku

Menurut COSO framework, Internal control terdiri dari 5 komponen yang saling
terkait, yaitu:

Control Environment

Risk Assessment

Control Activities

Information and communication

Monitoring

Di tahun 2004, COSO mengeluarkan report Enterprise Risk Management Integrated


Framework, sebagai pengembangan COSO framework di atas. Dijelaskan ada 8 komponen
dalam Enterprise Risk Management, yaitu:

Internal Environment

Objective Setting

Event Identification

Risk Assessment

Risk Response

Control Activities

Information and Communication

Monitoring

Fraud Teori

Secara garis besar komponen dari SAS No. 99 adalah: Deskripsi dan karakteristikkarakteristik dari fraud.
Kecurigaan secara profesional (professional scepticism).
Diskusi di antara tim audit yang ditugaskan.
Mendapatkan informasi dan bukti audit.
Mengidentifikasi risiko-risiko.
Penilaian risiko-risiko yang telah diidentifikasikan.
Tanggapan terhadap penilaian risiko.
Mengevaluasi bukti dan informasi audit.
Mengkomunikasikan fraud yang mungkin terjadi.
Mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan fraud.

Kondisi kondisi penyebab Terjadinya Fraud menurut Arens :


1. Insentif/ tekanan Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan
Contoh Faktor Risiko :
Insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulais laporan keuangan adalah
menurunnya prospek keuangan perusahaan. Sebagai contoh, penurunan laba mungkin
mengancam kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana pembiayaan. Perusahaan

juga mungkin memanipulasi laba untuk memenuhi prakiraan atau tolak ukur para
analis seperti laba thaun sebelumnya, untuk memenuhi batasan akad utang, atau untuk
secara semu menaikan harga saham. Dalam beberapa kasus manajemen akan
memanipulasi laba hanya demi menjaga reputasi mereka.
2. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajmen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan
Contoh factor risiko :
MEskipun laporan keuangan semua perusahaan mungkin saja menjadi sasaran
manipulasi, risiko bagi perusahaan yang berkecimpung dalam industry yang
melibatkana pertimbangan dan estimasi yang signifikan jauh lebih besar. Sebagai
contih, penilaiian persediaan mengandung risiko salaha saji yang lebih beasr bagi
perusahaan yang persediaannya terseba dibanyka lokasi. Risiko salah saji persediaan
ini semakin meningkat jika persediaan itu menjadi semakin using. Perputaran personil
akuntansi atau kelemahan lain dalam proses akuntansi dan infornmasi apat
menciptakana kesempatan terjadinya salah saji banyak kasus pelaoran keuangan yang
curang disebabkan oleh tidak efektifnya pengawaswan komite audit dan dewan
direktur atas pelaporan keuangan
3. Sikap/rasionalisasi
Sikap manajemen puncak terhadap pelaporan keuangan merupakan factor risiko yang
sangat penting da;lam menilai kemungkinan laporan keuangan yang curang. Jika CEO
atau manajemen puncak lainya sangat tidak peduli pada proses laporan keuangan
sepert terus mengeluarkan perkiraan yang terlalu optimistic, atau terlalu cemas
mengenai pencapaian perkiraan laba yang dibuat analis, laporan keuangan yang curang
lebih mungkin terjadi. Karakter manajemen atas rangkaian nilai nilai etis juga
mungkin mempermudah analis merasionalisasi tindakan yang curang.

menurut Ramsay (2000), Fraud menyangkut kesalahan disengaja yang dapat diklasifikasi
kedalam dua tipe: (1) Fraudulent financial reporting yang meliputi: manipulasi, pemalsuan,
atau alteration catatan akuntansi atau dokumen pendukung dari laporan keuangan yang
disusun, tidak menyajikan dalam atau sengaja menghilangkan kejadian, transaksi, dan
informasi penting dari laporan keuangan, dan sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang
salah, dan (2) misappropriation of assets yang meliputi; penggelapan penerimaan kas,
pencurian aktiva, dan hal-hal yang menyebabkan suatu entitas membayar untuk barang atau
jasa yang diterimanya. Hampir senada dengan Ramsay, Penulis lain (Calhoun dan
Luizzo,1992) mengatakan bahwa irregulaties menyangkut kesalahan penyajian yang disengaja
atau menghilangkan suatu jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan. Ini
menyangkut fraudulent financial reporting (kecurangan pelaporan keuangan) yang
menyebabkan laporan keuangan salah saji, yang kadang-kadang disebut manajemen fraud,
dan misappropriation of assets, kadang-kadang disebut defalcations.
Karakteristik Terjadinya Kecurangan
Terjadinya kecurangan sebenarnya berbeda dengan kekeliruan. Menurut Loebbecke et al.
(1989), kecurangan lebih sulit untuk dideteksi karena biasanya melibatkan penyembunyian
(concealment). Penyembunyian itu terkait dengan catatan akuntansi dan dokumen yang
berhubungan, dan hal ini juga berhubungan dengan tanggapan pelaku kecurangan atas
permintaan auditor dalam melaksanakan audit. Jika auditor meminta bukti transaksi yang
mengandung kecurangan, dia akan menipu dengan memberi informasi palsu atau tidak
lengkap.Johnson et al. (1991) menyebutkan ada tiga taktik yang digunakan manajer untuk
mengelabui auditor. Taktik pertama adalah membuat deskripsi yang menyesatkan (seperti
mengatakan perusahaan yang sedang menurun sebagai perusahaan yang bertumbuh) agar

menyebabkan auditor menghasilkan ekspektasi yang tidak benar sehingga gagal mengenali
ketidakkonsistenan. Taktik kedua adalah menciptakan bingkai (frame) sehingga menimbulkan
hipotesis tidak adanya

ketidakberesan (nonirregularities hypothesis) untuk evaluasi

ketidakkonsisten yang terdeteksi. Taktik ketiga yaitu menghindari untuk memperlihatkan


ketidakpantasan dengan membuat serentetan manipulasi kecil (secara individual tidak
material) atas akun-akun tertentu dalam laporan keuangan sehingga membentuk rasionalisasi
atas jumlah saldo yang dihasilkan. Dengan ketiga taktik ini, manajemen klien akan hasil bila
auditor menggunakan cara sederhana melalui representasi tunggal dalam menginterpretasikan
ketidakkonsistenan yag terdeteksi. Hasil penelitian Jamal et al. (1995) menunjukkan bahwa
sebagian besar auditor (dalam penelitian ini menggunakan partner) tidak mampu mendeteksi
kecurangan dengan baik. Walaupun motivasi, pelatihan dan pengalamannya memadai, para
partner yang diuji dapat dikelabuioleh bingkai dari manajemen klien. Ketidakmampuan
auditor dalam pendeteksian kecurangan ini ada hubungan dengan keahliannya dibentuk oleh
pengalaman yang relevan dengan kecurangan. Kecurangan itu sendiri frekuensi terjadinya
jarang dan tidak semua auditor pernah mengalami kasus terjadinya kecurangan, sehingga
pengalaman auditor berkaitan dengan kecurangan tidak banyak. Loebbecke et al. (1989) yang
melakukan survei atas 1.050 partner audit KPMG Peat Marwick menemukan adanya 77 kasus
kecurangan yang pernah mereka alami. Jika dihitung dari jumlah audit sepanjang karir mereka
maka insiden ditemukannya kecurangan menjadi sangat kecil (sekitar 0,32 persen). Dengan
jarangnya mereka menghadapi management fraud sehingga jarang pula yang mempunyai
latar belakang yang pantas yang mengarah pada kemampuan mendeteksi kecurangan.
Teori agensi menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu prinsipal
atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan

melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal


maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan dan semata-mata termotivasi
oleh kepentingan pribadi. Hal ini dapat memicu terjadinya konflik keagenan. Untuk itu,
dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal
dan agen. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak
prinsipal (shareholders) dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola keuangan perusahaan
(Setiawan, 2006 dalam Praptitorini dan Januarti, 2007).
Auditor sebagai pihak ketiga yang independen dibutuhkan untuk melakukan pengawasan
terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal
melalui laporan keuangan. Auditor bertugas untuk memberikan opini atas kewajaran laporan
keuangan perusahaan dan mengungkapkan permasalahan going concern yang dihadapi
perusahaan apabila auditor meragukan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya.

BAB 3
TINJAUNA PUSTAKA SEBELUMNYA

3.1 The Fraud Management Lifecycle Theory:


A Holistic Approach to Fraud Management.
Wesley Kenneth Wilhelm
Penipuan dampak kerugian setiap
hatilah, mengatakan

bisnis. Peringatan Emptor,biarkan pembeli berhatisetengah cerita, Caveat Venditor, biarkan penjual berhati-

hatilah, mengatakan sisanya. Penipuan biaya

disampaikan kepada

melalui ketidaknyamananpelanggan meningkat, kesempatan


perlu tinggi, dan kegiatan

masyarakat
biaya, harga tidak

kriminal didanaioleh penipuan

Singkatnya, penipuan merajalela. Penelitian inimengembangkan suatu kerangka

keuntungan.

Teori

untuk Fraud Management Lifecycle, diperiksa siklussignifikan berbagai

tahap interaksi, dan dievaluasi siklus

hidup di lima industridengan signifikan

ekonomi kejahatan.Para Penipuan Manajemen SiklusHidup adalah dinamis,berkembang, dan a


daptif. Delapantahap yaitu: Pencegahan, Pencegahan, Deteksi, Mitigasi,Analisa, Kebijakan,
Penyidikan, dan Penuntutan. Penipuan manajemen yang efektif memerlukan keseimbangan
dalam aksi bersaing dan

saling

melengkapi dalamManajemen Penipuan

Siklus Hidup.

3.2 A Monopoly Model Of Accounting Fraud


Laura Ebert
Model monopoli digunakan untuk menunjukkan mengapaseorang CEO akan terlibat dalam
penipuan akuntansi,perilaku berisiko tinggi
mengingat dampak

negatif parah, harus penipuan terkena.Sebuah model monopoli

pasar transaksi antara pembeli dari penipuan, CEO, danpenjual penipuan tersebut,
akuntan, menunjukkan motivasi di balik kesediaan CEOuntuk terlibat dalam penipuan. The
akuntan (penjual) menerima keuntungan monopolisementara CEO (pembeli) membayar harga
sama dengan
dirasakan manfaat marjinal bersih. CEO ingin akuntanpercaya bahwa bersih marjinal
manfaat sama

dengan harga padahal

sebenarnya bersih CEO jauh

sebenarnya manfaatmarjinal yang


lebih rendahdaripada

monopoli harga. Biaya yang menghasilkan CEO untuk penipuan relatif rendah karena CEO
kemampuan untuk mengubah sebagian besar biaya untukperusahaan.

3.3 The Antecedents and Consequences of Top Management Fraud


Shaker A. Zahra

Penipuan oleh manajemen puncak adalah sebuah topik yangtelah diaduk kepentingan
umum, perhatian, dan kontroversi.Pada

artikel ini, penulis menganalisis penipuan oleh para

eksekutif senior dari

segi sifat,

ruang

lingkup, pendahulunya,dan konsekuensi. Mereka menggambar di bidang psikologi,sosiologi, e


konomi, dan kriminologi untuk
mengidentifikasimasyarakat-, industri, dan pendahulunya perusahaan-tingkatpenipuan manaje
men dan perbedaan
individu yangmeningkatkan atau menetralisir kemungkinan dan derajatpenipuan tersebut. Para
penulis juga mengkaji konsekuensidari penipuan manajemen pada berbagai kelompokstakehol
der seperti masyarakat pemegang saham,debtholders, manajer, masyarakat lokal, dan
3.4

THE

RELATIONSHIP

BETWEEN

ENVIRONMENTAL

FACTORS

AND

MANAGEMENT FRAUD: AN EMPIRICAL ANALYSIS.


Saksena, Pankaj
Manajemen penipuan merupakan

masalah

ditetapkan oleh badan-badan pemerintahan yang

penting,

sepertiyang

signifikan dan perusahaan akuntansi utama. Ada implikasipenting bagi prof


esi dan pasar
modal dari kasus penipuanmanajemen. Studi ini ditentukan kasus penipua
n manajemen

dengan

menggunakan SEC diberlakukannya dan kemajuanpemahaman


kita tentang faktor lingkungan internal daneksternal yang dapat mengakib
atkan kasus
penipuan manajemen.

3.5 OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN MODEL PREDIKSI


KEBANGKRUTAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN,
LEVERAGE, DAN REPUTASI AUDITOR

ARRY PRATAMA RUDYAWAN


Model prediksi kebangkrutan (Altman) secara empiris terbukti mampu memprediksi ketepatan
pemberian opini audit going concern sehingga model ini dapat dijadikan acuan bagi auditor
dalam memutuskan status going concern (kelangsungan hidup) perusahaan. Reputasi auditor
yang diproksikan dengan ukuran KAP tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan sehingga
untuk penelitian berikutnya dapat mempertimbangkan proksi lain yang diduga berpengaruh
pada penerbitan opini audit going concern dengan lebih tepat dan didasari oleh landasan teori
yang relevan, seperti menggunakan jumlah klien yang diaudit sebagai proksi dari reputasi

auditor. Penelitian berikutnya juga dapat memperpanjang rentang waktu penelitian sehingga
dapat melihat kecenderungan penerbitan opini audit going concern dalam jangka panjang.

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Objek penelitian
Adapun objek penelitian ini adalah Opini going concern, Internal control, Perilaku
organisasi, Teori keagenan
4.2 Metode Penelitian
4.2.1 Tipe penelitian
Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian sebab akibat.
4.2.2 Variabel penelitian
Prosedur dan teknik pengumpulan data

Teknik penelitian yang akan digunakan penulis bersifat studi komparatif, sedangkan metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang berusaha
mengumpulkan data yang sesuai keadaan yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnya
sehingga dapat memberikan perbandingan yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti yang
kemudian

dapat

ditarik

suatu

kesimpulan.

Dalam menyusun skripsi ini, sumber data yang digunakan penulis adalah data sekunder, yaitu
data-data yang diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku, dan sumber lainnya
yang berhubungan dengan penelitian ini yang akan membantu penulis dalam mengolah dan
menginterpretasikan data-data keuangan perusahaan yang diperoleh. Penulis dalam
mengumpulkan data sekunder meliputi teori-teori tentang Analisis Laporan Keuangan yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas, yaitu tentang Analisis Sumber dan Penggunaan
Modal

Kerja

dan

Rasio

Likuiditas.

Adapun teknik pengumpulan data serta informasi yang dilakukan oleh penulis dalam
penyusunan
1.

skripsi
Penelitian

ini

yaitu

dengan

Kepustakaan

cara
(Library

sebagai

berikut:
Research)

Yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis
dari literatur, catatan-catatan kuliah, bahan tulisan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah
yang diteliti sehingga dapat dijadikan data sekunder. Tujuan dari penelitian kepustakaan ini
adalah untuk mendapatkan landasan teori dan berbagai pengertian mengenai masalah yang
diteliti.

Anda mungkin juga menyukai