Anda di halaman 1dari 14

FUNGSI PELAYANAN

FIRMAN DALAM
LITURGI
KELOMPOK 5
ANGGOTA KELOMPOK
FRANGKLINTEN WAROUW (202241250)
AUDY SARESE (202241254)
MIREYKEL MASENGI (202241272)
NADYA SYAHRANI (202241299)
VALERINA KAHIKING (202241351)
CLAUDIO TUMBELAKA
GWINETH INRI
I. ASAL USUL LITURGI
Praktek liturgis dari Israel dan Gereja mula-mula memainkan
peranan yang besar dalam pembentukan dan penyuntingan akhir
Alkitab. Kedalaman dari pengaruh itu jelas sekali, di antara hal-hal
lainnya, berdasarkan fakta bahwa ketika Gereja menentukan
kanon, penggunaan liturgis dari suatu bagian Alkitab yang telah

STRUKTUR ada merupakan satu kriteria yang paling penting. Dalam pasal ini
kita akan mendiskusikan beberapa aspek dari struktur liturgis

LITURGIS DARI Alkitab.


Pertama, kita akan membuat refleksi atas sumber liturgis dari

ALKITAB
banyak bagian Alkitab dan atas pengaruh dari suatu pandangan
liturgis pada komposisi dari unit-unit yang lebih besar seperti
kitab-kitab dari Alkitab. Kita kemudian akan bertanya bagaimana
dalam kaitan dengan hal ini hubungan antara Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru itu akan dilihat dan apakah hakikat dari kesatuan
Alkitab itu.
Kita akan memfokuskan pada "peringatan (dan penghayatan)" atau
"remembering" sebagai minat utama dari interaksi kita dengan Kitab Suci.
Kita juga akan melihat bahasa dari Alkitab suatu bahasa perlambang sama
seperti kita melihat simbol-simbol alkitabiah. Sebagai kesimpulan, kita akan
mendiskusikan Sabat dan hari hari raya gerejawi sebagai waktu-waktu yang
menjadikan peringatan itu sebagai sesuatu yang sentral.
II. KESATUAN ALKITAB
Alkitab adalah satu dan dia benar benar menyaksikan perbuatan Allah di
dalam
sejarah. Tetapi bagaimana tentang Perjanjian Baru? Lagi, di sini orang dapat melihat
suatu struktur konsentris." Inti dari padanya adalah Torah yang baru yaitu Injil,
sementara itu surat-surat (seperti Kitab Nabi-nabi dalam Tanakh) mengingatkan dan
mendesak gereja untuk hidup sesuai dengan Torah yang baru itu - untuk "mengingat"
Injil itu. Kemudian Wahyu dimengerti sebagai suatu "tulisan" (kethubim). Dengan
rujukan pada hubungan antara perjajian lama dan perjanjian baru, skema yang
popular dari nubuatan dan pengenapan atau yang sedang menjadi kenyataan. Tidak
dapat di terima. Kesatuan yang mencakup kedua "perjanjian" itu adalah jelas dari
banyaknya kutipan, peristilahan, dan konsep Perjanjian Lama yang meresap ke dalam
Perjanjian Baru. Seseorang dapat menyebut Perjanjian Baru sebagai penafsiran yang
terus- menerus atas Perjanjian Lama dengan suatu penekanan yang baru.
Sebagaimana akan kita lihat kemudian, justru tafsiran-tafsiran inilah yang memainkan
peranan yang besar dalam liturgi, khususnya liturgi perayaan.
III. PERINGATAN
Di dalam Alkitab, semua yang diciptakan, manusia khususnya, di panggil untuk memuji
Tuhan. Dalam terminologi alkitabiah ini ber arti perayaan mengenai perbuatan-perbuatan
Allah yang ajaib dan dahsyat. Secara terus-menerus, ketika perayaan ini di dilihat serta
dibicarakan, di sana ada rujukan pada peringatan atau pengingatan atau pengenangan
(anamnesis). Kata Ibrani untuk peringatan, yaitu zakar, sebenarnya mempunyai arti 'menjadi
sadar akan sesuatu' de ngan implikasi tambahan "memanggil", "memohon", "mendorong un-
tuk bertindak, dengan demikian, kata tersebut pada hakikatnya adalah dinamis Terminologi
"peringatan" menyatakan suatu hubung 24 an antara masa lampau dan masa kini, olehnya
masa lampau itu dijadikan berlaku lagi, sekarang dan di sini. Adalah penting untuk membuat
pembedaan antara suatu kegiatan dari intelek yang dengannya seseorang secara mental
kembali ke masa lampau dan proses berbalik yang dengannya masa lampau itu dihadirkan
kembali dan dibawa ke dalam masa kini, yakni ketika masa lampau itu menjadi aktif lagi dan
membarui kembali dorongan hati (impuls) untuk bertindak.
IV. SIMBOL-SIMBOL
ALKITABIAH
Baiklah, bila demikian gambaran-gambaran (image) apakah yang Alkitab
bicarakan?
Mengingat jumlah bahan yang ada terlalu banyak, kita hanya dapat menyebutkan
beberapa yang penting. Kategori yang paling penting dari gambaran-gambaran
alkitabiah itu adalah simbol- simbol. Pertama, saya akan menyajikan beberapa contoh
dari perbendaharaan gambar dan simbol alkitabiah yang dibuat oleh Lurker.36
Sebagai suatu pendekatan pendahuluan terhadap istilah "simbol", marilah kita
menyebutnya sebagai "suatu tanda yang kelihatan yang mengekspresikan suatu
pengalaman yang transenden". Suatu simbol dalam hakikatnya yang demikian tidak
memungkinkan adanya definisi. Simbol merepresentasikan suatu realitas yang
berbeda daripada yang dapat dilihat secara langsung, setidak-tidaknya berbeda
daripada realitas sebagaimana yang biasanya diinterpretasikan. Di dalam kerangka
Alkitab seluruh realitas bersifat simbolis dalam arti bahwa semua ciptaan menunjuk
kepada sang Pencipta.
LITURGI DALAM PELAYANAN
FIRMAN
I. IBADAH DALAM PANDANGAN GEREJA

Apa yang dikatakan di atas mengenai hubungan antara teologi dan kehidupan gereja,
secara khusus berlaku untuk kehidupan beribadah. Gereja mengungkapkan imannya dalam
ibadah. Apa yang dipercayai oleh gereja mendapat bentuk yang nyata dalam kebaktiannya.
Oleh sebab itu perubahan dalam cara gereja percaya menyebabkan perubahan dalam cara
gereja beribadah. Hubungan ini sebenarnya berlaku juga secara tim- bal balik, sehingga
perubahan dalam kehidupan gerejawi memaksanya untuk merumuskan kembali ajarannya.
Hal ini, misalnya, terjadi ketika dalam gereja kuno pemahaman bahwa dalam roti dan
anggur Perjamuan Kudus, orang percaya menerima tubuh dan darah Kristus menjadi
semakin kuat. Sebagai akibatnya, Perjamuan dipercayai sebagai sarana untuk mendapat
bagian dalam keselamatan yang diperoleh Kristus pada kayu salib dan oleh sebab itu
perayaan Perjamuan menjadi puncak kebaktian. Sekaligus liturgi (tata kebaktian) untuk
merayakannya semakin diperluas.
II. IBADAH MENURUT PARA AHLI TEOLOGI
Dalam semua perubahan, Luther bertindak hati-hati sekali. Ia berpendapat
bahwa sebaiknya sesedikit mungkin diubah, supaya jemaat yang masih biasa
dengan misa lama, tidak mengalami kebaktian sebagai hal asing atau mulai
memahami Reformasi sebagai perubsan bentuk- bentuk lahiriah saja. Inti
Reformasi bagi Luther adalah ajarannya dan inilah yang harus ditampakkan
melalui pemberitaan
Firman Allah (Injil Kristus), yang merupakan pusat setiap kebaktian. Oleh karena
itu tata ibadah yang disusun oleh Luther (Deutsche Messe, misa Jerman) pada
umumnya mengikuti saja urutan misa Katolik. Rumusan-rumusan yang terlalu
mencerminkan ajaran Katolik yang ditolak Luther, disesuaikan. Bahwa Calvin
menghendaki pembaruan kebaktian yang lebih radi- kal menjadi tampak dari judul
liturgi yang diterbitkannya pada tahun 1542: La Forme des Prieres et Chantz
ecclesiastiques, auec la maniere d'admi nistrer les Sacremens, et consacrer le
Mariage selon la coustume de l'Eglise ancienne (Bentuk doa-doa dan lagu-lagu
gerejawi dengan cara melayan- kan sakramen-sakramen dan meneguhkan
pernikahan menurut kebiasa- an gereja kuno).
III. UNSUR LITURGI
Unsur introitus dari misa dapat dilihat dalam mazmur pembukaan yang
dinyanyikan pada awal ibadah. Votum atau tahbisan sebelum maz- mur ini
menggantikan tahbisan mezbah di misa Katolik, sedangkan doa pengakuan
dosa serta pemberitaan anugerah sesudahnya mencerminkan pengakuan
dosa yang diucapkan oleh imam waktu menuju ke mezbah (Confiteor, aku
mengaku). Kedua bagian terakhir ini merupakan tambahan Gereja Katolik
Roma Abad Pertengahan, yang tidak terdapat dalarn liturgi-liturgi kuno.
Dengan demikian unsur sakramen "pengakuan dosa" dimasukkan dalam
ibadah umum. Di samping pengakuan dosa secara pribadi di depan imam, ada
juga pengakuan dosa secara kolektif dalam ibadah, yang sama seperti
pengakuan dosa pribadi, diakhiri dengan absolutio, pengampunan dosa.
Menarik perhatian bahwa gereja-gereja Protestan, termasuk gereja-gereja
Calvinis, yang menolak pengakuan dosa sebagai sakramen, mempertahkan
unsur ini dari ibadah Katolik.
KESIMPULAN
Liturgi dalam pelayanan gereja sangatlah penting dimana penenpatan
pelayanan Firman sangatlah penting dengan maksud membawa jemaat pada
pengertian yang benar mengenai makna dalam peyalanan ibadah sehingga
makna ibadah bukan hanya dilakukan dalam peraturan dan tatanan dalam liturgy
melainkan pengenalan akan Firman Allah yang menjadi dasar dalam pelaksanaan
Liturgi gereja. Dan hal ini dilakukan oleh gereja sebagai upaya untuk menyatakan
kebenaran Firman Allah kepada jemaat dengan memahami liturgy yang benar
maka jemaat akan lebih memperdalam iman dan kepercayaan akan Allah maka
dengan itu ada upaya-upaya gereja untuk menjelaskan makna dari pada Liturgi
gereja dan dilakukan secara teratur.
TERIMAKASIH
TUHAN YESUS MEMBERKATI

Anda mungkin juga menyukai