NIM : TEO.19.417
Lingkaran Hermeneutik
a. Lingkaran Hermeneutik
Lingkaran hermeneutik adalah pra paham yang dipertemukan dengan apa yang
difirmankan Kitab Suci. Lingkaran Hermeneutik inilah inti seluruh proses “memahami” Alkitab.
Pra paham harus bersifat terbuka dan tidak boleh tertutup, dalam menanyakan apa maksud
Alkitab orang mempertaruhkan pra pahamnya. Maka dalam proses memahami alkitab jika pra
paham tidak tepat dapat diperbaiki, dikoreksi, dirubah, dibetulkan arah semula.
Dengan perbaikan pra paham maka orang akan semakin memahami Alkitab. Proses
perbaikan pra paham ini berbentuk lingkaran tegasnya sebuah spiral. Memahami Alkitab
mempengaruhi pra paham, dan pra paham yang diperbaiki mempengaruhi paham pada Alkitab
dan begitu seterusnya. Proses ini tidak pernah berhenti selama seseorang masih terus memahami
Alkitab. Oleh karena itu ilmu tafsir tidak pernah berhenti dan penafsiran selalu ada yang baru.
Semakin tepat pra paham maka semakin alkitab membuka dirinya, pra paham dikoreksi dengan
pengajuan pertanyaan.
Dalam lingkaran hermeneutik tidak luput dari yang namanya pra paham berdasarkan
tradisi Kristen. Pra paham tradisi Kristen memiliki fungsi hermeneutik yang positif sekali,
namun tidak boleh dianggap yang tidak diragukan namun harus selalu dipertaruhkan dengan
Alkitab. Alkitab ialah instantsi kritis yang berfungsi menilai, mengukur, menguji tradisi Kristen
tersebut. Konfrontasi alkitab dengan pra paham Kristen menerangi dan menyiangi pra paham
tradisional itu, sehingga seseorang akan semakin jelas memahami apa yang seharusnya ia imani.
Ini yang membuat mengapa ilmu tafsir modern dialami sebagai suatu serangan atas kepercayaan
Kristen.
Pra paham yang bersifat dogmatis juga harus dikonfrontasikan dengan Alkitab. Pra
paham inipun tidak boleh dijadikan prasangka meski pra sangka dogmatis sekalipun. Justru
itulah mengapa penting dan perlu untuk membaca Alkitab secara menyeluruh bagi semua orang
Kristen.
Sebuah bentuk “lingkaran hermeneutik” khusus adalah sebagai berikut : sebuah ayat
alkitab tersendiri harus ditempatkan secara keseluruhan. Hal ini karena pra paham keseluruhan
menentukan paham yang tepat dari nats yag tersendiri itu. Paham keseluruhan terus ditinjau
kembali, diperbaiki, dipertaruhkan dengan menafsirkan teks-teks bagian khusus.