Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERILAKU KERJA KONTRAPRODUKTIF PADA

PEGAWAI NEGERI SIPIL DI PENGADILAN AGAMA


SUNGAI PENUH

Iin Syofia Yandra1, Ice Kamela2, Surya Dharma2.


1
Department of Management, Faculty of Economic, Bung Hatta University
2
Lecturer of Management Department, Faculty of Economic, Bung Hatta University
E-mail : iins.yandra@yahoo.com, icekamela@yahoo.com, dan
Priyatama_surya@yahoo.com

Abstract
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku kerja kontra produktif
pada pegawai Negeri Sipil di pengadilan Agama Sungai Penuh. Objek penelitian ini
dilakukan pada PNS Pengadilan Agama Kota Sungai Penuh yang berlokasi di Provinsi Jambi
Kota Sungai Penuh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai PNS Pengadilan
Agama Kota Sungai Penuh yang berlokasi di Provinsi Jambi Kota Sungai Penuh berjumlah
41 orang. Penelitian ini bersifat analisis deskriptif. Hasil penilitian ini menunjukan bahwa
mayoritas Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan Agama Kota Sungai Penuh memiliki tingkat
kecenderungan perilaku kerja kontra produktif yang cukup tinggi.

Kata kunci:Perilaku Kerja Kontraproduktif

BEHAVIOR ANALYSIS OF WORK COUNTERPRODUCTIVE


CIVIL SERVANTS IN THE COURT OF RELIGION
SUNGAI PENUH CITY
Abstract

This study was conducted to determine how counterproductive work behavior on court clerks
Civil Religion Sungai Penuh City. The object of research is done on the PNS Sungai Penuh
City. Religious Courts located in Jambi Province River City Full. The population in this study
were all employees of the Religious Courts civil servants Sungai Penuh City located in Jambi
Province Sungai Penuh City numbered 41 people. This research is descriptive analysis. The
results of this research show that the majority of the Civil Service of the Religious Court
Sungai Penuh City has the tendency of counterproductive work behavior is quite high.

Keywords: Work Behavior counterproductive

1
1. PENDAHULUAN yang baik sangat bergantung pada sumber
1.1 Latar Belakang daya manusia yang ada dalam organisasi
Sumber daya manusia merupakan tersebut.
sumber daya yang penting dalam suatu Pengadilan Agama Sungai Penuh
organisasi maupun masyarakat. Tujuan suatu mempunyai tugas pokok dan fungsi
organisasi tidak akan tercapai tanpa menerima, memeriksa, memutus dan
dukungan sumber daya yang handal, menyelesaikan perkara yang diajukan
meskipun didukung dengan sarana dan kepadanya antara orang-orang yang
prasarana yang memadai. Pengembangan beragama Islam sesuai Pasal 49 Undang-
sumber daya manusia mengandung tugas Undang Nomor 7 Tahun 1989. Pengadilan
untuk mendayagunakan sumber daya Agama Sungai Penuh yang mewilayahi 22
manusia yang dimiliki oleh suatu lembaga Kecamatan dalam Kota Madya Sungai Penuh
secara optimal, sehingga sumber daya dan Kabupaten Kerinci, harus menjaga agar
manusia dapat bekerja secara maksimal peradilan diselenggarakan dengan seksama
untuk bersama-sama mencapai tujuan yang dan sewajarnya.
sesuai dengan visi dan misi organisasi atau Namun, apabila dilihat dari hasil
instansi. penyelesaian perkara perbulan pada tahun
Instansipemerintahmempunyaiberbagai 2014, maka Pengadilan Agama Sungai
macamtempatpelayananmasyarakat,salahsatu Penuh masih tergolong berkinerja rendah.
nyaadalah pengadilan agama.Pengadilan Kinerja yang
Agama merupakan salah satu pelaksana rendahmerupakanakibatdariperilakukontrapr
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari oduktif pegawai
keadilan yang beragama Islam mengenai negeri sipil (PNS) di instansi tempat individu
perkara perdata tertentu yang diatur dalam tersebut bekerja. Hal itu apabila tidak segera
Undang-undang Nomor 50 tahun 2009. diatasi maka akan berdampak negatif
Pengadilan Agama Sungai terhadap tujuan atau kualitas hasil
Penuhmerupakan satu-satunya penyelasaian perkara pada Pengadilan
instansipemerintah yang bergerak di bidang Agama Sungai Penuh pada masa yang akan
peradilan agama di Kota Sungai Penuh dan datang.
Kabupaten Kerinci, sehingga pengadilan Jika dikaitkan dengan fenomena yang
tersebut harus dapat mengelola organisasi terjadi di Pengadilan Agama KotaSungai
atau instansi dengan sebaik-baiknya. Penuh, maka dapat diketahui bahwa masih
Pengadilan Agama Sungai Penuh ini harus banyak terdapat permasalahan tentang
menyadari bahwa perkembangan organisasi penyelesaian perkara setiap bulannya yang

2
tidak optimal dibandingkan perkara yang tingkat penyelesaian perkara pada bulan Juli
diterima pada tahun 2014 seperti yang kembali mengalami penurunan yaitu hanya
terlihat pada tabel 1.1 berikut: 51,58 % perkara terselesaikan dari 27
perkara. Selanjutnya pada bulan Agustus
sampai bulan Oktober, persentase tingkat
penyelesaian perkara tidak ada yang
mencapai 50 %. Pada bulan selanjutnya,
pengadilan hanya mampu menyelesaikan
55,76 % perkara pada bulan November dan
63,63 % perkara pada bulan Desember.Hal
inimengindikasikanbahwaterdapatperilakuke
rjakontraproduktif di Pengadilan Agama
Sungai
Penuhsehinggamenyebabkankinerjapengadil
Pada tabel 1.1 terlihat realisasi kinerja an agama tersebutrendah di
di Pengadilan Agama Sungai Penuh masih setiapbulannyapadatahun 2014.
belum maksimal. Perkara yang diselesaikan BerdasarkanPeraturanPemerintahNom
pada bulan Januari yaitu sebanyak 16 or 42 tahun 2004
perkara (44,44%) dari 36 perkara yang tentangPembinaanJiwaKorpsdanKodeEtik
diterima. Pada bulan Februari, pengadilan PNS, ruanglingkupetoskerja PNS
mampu menyelesaikan 24 perkara dari 17 dapatdilihatdariduasisi,
perkara yang diterima pada bulan Februari yaituproduktivitaskerjadanprofesionalitasnya
ditambah dengan 20 perkara yang berlanjut , denganetoskerja yang baik, seorang PNS
dari bulan Januari. semestinyaakandapatmenjadi PNS yang
Selanjutnya pada bulan Maret sampai produktifdanprofesional,
Mei, perkara yang diselesaikan masih begitujugasebaliknya, maka PNS
dibawah dari jumlah perkara yang diterima. tersebutakanmenjadi PNS yang kurang/
Perkara yang diselesaikan dari bulan Maret tidakproduktifdankurang/ tidakprofesional.
sampai bulan Mei tidak ada yang mencapai Perilakukerjakontraproduktifseringkali
50 % jika dibandingkan dengan akumulasi munculdalamtiaporganisasibaikswastamaupu
perkara. Pada bulan Juni, akumulasi perkara norganisasipublik.Hal
yaitu sebanyak 63 perkara namun yang tersebuttentunyaberdampakpadapenurunanki
terselesaikan sebanyak 38 perkara atau hanya nerjaorganisasi.Perilakukerjakontraproduktif
60,31 % dari akumulasi perkara. Persentase seringterlihat di instansipemerintah (Rusdi,

3
2015).Hal tersebutmeliputitindakan yang
inidibuktikandenganseringterlihatnyaanggota berlebihansepertiagresidanpencurianatautind
instansipemerintahatau PNS yang akan yang
datangdanpulangkerjatidaktepatwaktu, lebihpasiflagisepertisecarasengajagagalmeng
danmengobrol di jam ikutiperintahataumelakukanpekerjaandengan
kerja.Budayatersebutseringdilakukanoleh tidakbenar.
PNS karenadianggapwajar,
2.1.2Dimensi
namunsebenarnyatindakan PNS
PerilakuKerjaKontraProduktif
tersebutsudahdikategorikansebagaiperilakuk
Menurut Spector dkk (2006)
erjakontraproduktif (Rusdi, 2015).
adalimadimensiperilakukerjakontraproduktif
1.2 Rumusan Masalah
yaituabuse against other
Dari identifikasi masalah yang telah
(tindakanpenyimpanganterhadap orang
diuraikan maka rumusanmasalah yang
lain),production deviance
munculadalahsebagaiberikut:
(penyimpanganproduksi), sabotage
bagaimanaperilakukerjakontraproduktifpada
(sabotase), theft (pencurian), withdrawal
pegawai negeri sipil di pengadilan agama
(penarikandiri).
sungapenuh?
Selainlimadimensiperilakukerjakontrap
2. TINJAUAN PUSTAKA
roduktif yang dikemukakanoleh Spector dkk
2.1 PerilakuKerjaKontraProduktif
(2006)
2.1.1
terdapatdimensiperilakukontraproduktif yang
DefenisiPerilakuKerjaKontraProdu cocokditerapkanpadaorganisasipublikmenuru
ktif t Bashir dkk (2012) yaitukickback/
MenurutSecketdanDeVoredalam corruption
Anderson (2005:145) (suap/menerimabayaransejumlahuang/
perilakukerjakontraproduktif(Counterproduc korupsi).
tive work behavior) Robinson danBennetdalam Greenberg
mencakupsegalabentukperilaku yang dan Baron (2003:423); dan Sacket dan De
dilakukandengansengajaolehanggotaorganisa Vore dalam Anderson dkk
si yang bertentangandengantujuanorganisasi. (2005)menyatakanbahwaterdapatempatdime
Perilakukerjakontraproduktifadalahperi nsidariperilakukerjakontraproduktif, antara
laku yang lainpenyimpanganproperti (property
ditujukanuntukmenggangguorganisasidanang deviance), penyimpanganproduksi
gotanya (Penney dan Spector, 2002).Hal (production deviance),

4
penyimpanganpolitik(political deviance), yang tidak pantas (inappropriate verbal
agresiindividu (personal aggression). action), dan tindakan fisik yang tidak pantas
2.1.3 FaktorPerilakuKontraProduktif (inappropriate phisycal action).
Sacket danDeVoredalam Anderson 2.2 Penelitian Terdahulu
dkk(2005:153) PenelitiansebelumnyadilakukanolehBa
menerangkanbahwaterdapatbeberapahal shir, dkk (2012) yang
yang menelititentangdimensiperilakukerjakontrapr
melatarbelakangikemunculanperilakukerjako oduktifpadaorganisasi sektor publik
ntraproduktifindividu.Faktor-faktor yang diPakistan. Bashir, dkk (2012)
dianggapmelatarbelakangiperilakukerjakontr menggunakandimensiperilakukerjakontaprod
aproduktifindividuyaitu faktorkepribadian uktif yang dibuatolehSpector, dkk (2006)
(personality), karakteristikpekerjaan (job yang
characteristic), karakteristikkelompokkerja terdiriataspenyimpanganataupelanggaranterh
(work group characteristic), dan adap yang lain, penyimpanganproduksi,
budayaorganisasi (organizational culture). sabotase, pencurian, danpenarikandiri.
2.1.4 Kategori Perilaku Kerja Menurut Berkowitz (2003)
Kontraproduktif stressdansituasitidakmenyenangkanberhubun
Berdasarkan dimensi-dimensi perilaku gandenganpenyimpanganataupelanggaranter
kerja kontraproduktif, Sacket dan DeVore kaitdenganemosinegatif. Penelitian yang
dalam Anderson dkk (2005:146) berpendapat dilakukan oleh Spector, dkk (2006) sejalan
bahwa terdapat sebelas kategori mengenai dengan penelitian yang dilakukan oleh
bentuk-bentuk perilaku kerja Laurenz dan Spector (2013) yang sama-sama
kontraproduktif, yaitu pencurian dan perilaku menemukan bahwa stress
lain yang terkait (theft and related behavior), dalamduniapekerjaanakanmeningkatkanperil
perusakan properti (destruction of property), akukerjakontraproduktif.
penyalahgunaan informasi (misuse of 3. METODE PENELITIAN
information), penyalahgunaan waktu dan 3.1 Objek Penelitian
sumber daya organisasi (misuse of time and Penelitian ini dilakukan pada PNS
resources), perilaku yang membahayakan Pengadilan Agama Kota Sungai Penuh yang
organisasi (unsafe behavior), kehadiran berlokasi di Provinsi Jambi Kota Sungai
rendah (poor attendance), kualitas kerja Penuh.
rendah (poor quality of work), penggunaan 2 Populasi
alkohol (alcohol use), penggunaan obat- Menurut Sekaran (2011:120) populasi
obatan terlarang (drug use), tindakan verbal mengacu kepada keseluruhan kelompok

5
orang, kejadian, atau hal yang ingin peneliti tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
investigasi. Populasi dalam penelitian ini dipublikasikan dan yang tidak
adalah seluruh pegawai PNS Pengadilan dipublikasikan. Data sekunder dalam
Agama Kota Sungai Penuh yang berlokasi di penelitian ini, meliputi: data dari Pengadilan
Provinsi Jambi Kota Sungai Penuh Agama Kota Sungai Penuh tentang data
berjumlah 41 orang. Dimana untuk dapat jumlah pegawai, data perkara diterima dan
memperoleh hasil estimasi data yang akurat diselesaikan di Pengadilan Agama Kota
teknik yang digunakan dalam pengambilan Sungai Penuh.
sampel adalah metode sensus, dimana 4 Definisi Operasional Variabel
seluruh populasi dijadikan sampel. Variabel yang dipakai dalam penelitian
3 Jenis dan Sumber Data ini adalah perilaku kerja kontraproduktif.
a. Data Primer
Perilaku kerja kontraproduktif menurut
Menurut Sekaran (2011:61) data
Spector dkk (2006) secara luas diartikan
primer yaitu data penelitian yang diperoleh
sebagai perilaku sengaja yang
secara langsung dari sumber asli (tidak
membahayakan atau merugikan organisasi
melalui sumber perantara) dan data
dan anggotanya. Pengukuran perilaku kerja
dikumpulkan secara khusus untuk menjawab
kontraproduktif menggunakan skala
pertanyaan penelitian yang sesuai dengan
pengukuran yang penulis modifikasi dengan
keinginan. Data primer dalam penelitian ini
mengambil dimensi perilaku kerja
adalah data tentang profil sosial dan
kontraproduktif milik Sacket & DeVore
identifikasi responden, berisi data responden
dalam Anderson (2005) yaitu penyimpangan
yang berhubungandengan identitas
properti, penyimpangan produksi,
responden dan keadaan sosial, seperti:
penyimpangan politik, dan agresi individu.
gender, usia, status pernikahan, pendidikan
3.5MetodeAnalisaData
terakhir serta perilaku kerja kontraproduktif
Dalammelakukanpengujianstatistik,
pegawai.
makapenulismelakukanpengujian data yang
b. Data Sekunder
di
Sekaran (2011:61) menyatakan bahwa
gunakandalampenelitianinidenganmengguna
data sekunder adalah data yang merupakan
kantahapanpengujian yang meliputi:
sumber data penelitian yang diperoleh
a. Analisa Deskriptif
peneliti secara tidak langsung melalui
Analisa ini bermaksud untuk
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
menggambarkan karakteristik masing-
lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
masing variabel penelitian. Analisa ini tidak
catatan atau laporan historis yang telah
menghubung-hubungkan satu variabel

6
dengan variabel lainnya dan tidak variabel jika berada diatas 0,5 hal ini
membandingkan satu variabel dengan memberikan arti bahwa item-item dari
variabel lain. Untuk mendapatkan rata-rata variabel tersebut valid untuk di uji (Ghozali,
skor masing-masing indikator dan 2011). Namun jika factorloading per item
pertanyaan- pertanyaan yang terdapat dalam pertanyaan kurang dari 0,4 berarti item
kuesioner dipakai rumus berikut: pertanyaan tersebut tidak valid.
(5.S S) (4.S ) (3.N ) (2.TS ) (1.S TS)
Ra ta ra ta sko r
S S S N TS S TS
Uji Reliabilitas
Sedangkan mencari tingkat pencapaian Uji reliabilitas dilakukan terhadap
jawaban responden digunakan rumus pertanyaan yang telah valid. Rumus yang
berikut: dipakai untuk menguji reliabilitas dalam
Mean penelitian adalah Cronbach Alpha. jika nilai
TCR
5 Cronbach alpha tersebut berada diatas 0,60,
maka item-item atau variabel yang telah
Pengkategorian nilai pencapaian
valid tersebut dianggap memiliki tingkat
responden digunakan klasifikasi Sudjana
reliabilitas yang tinggi (Santoso, 2001).
(2005) sebagai berikut :
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
90% 100% = Sangat Tinggi
80%
- 89,99% = Tinggi 4.3.1 Uji Validitas
65%
- 79,99% = Sedang Uji validitas digunakan untuk
55%
- 64,99% = Rendah mengukur sah atau valid tidaknya suatu
0%
- 54,99% = Sangat rendah kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
b. Uji Instrumen Penelitian
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
Uji Validitas
oleh kuesioner tersebut. Dapat dilihat dari
Uji validitas digunakan untuk
nilai Kaiser Meyer Olkin Measure Of
mengukur sah atau valid tidaknya suatu
Sampling Adequency (KMO MSA) dari
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
variabel jika berada diatas 0,5 hal ini
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
memberikan arti bahwa item-item dari
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
variabel tersebut valid untuk di uji (Ghozali,
oleh kuesioner tersebut. Dapat dilihat dari
2011). Namun jikafactorloading per item
nilai Kaiser Meyer Olkin Measure Of
pertanyaan kurang dari 0,4 berarti item
Sampling Adequency (KMO MSA) dari
pertanyaan tersebut tidak valid.

7
Berdasarkan data diperoleh nilai Tabel 4.3
Hasil Uji Reliabilitas
Kaiser Meyer Olkin Measure Of Sampling
Cronbac Keteranga
Variabel
Adequency (KMO MSA) dari perilaku h Alpha n
kerja kontraproduktif sebesar 0,515> 0,5 hal Perilaku Kerja
ini memberikan arti bahwa secara Kontraprodukti 0,932 Reliabel
f
keseluruhan item-item dari perilaku kerja
kontraproduktif tersebut valid untuk di uji,
Berdasarkan tabel rangkuman hasil uji
dimana dari 40 butir item pernyataan untuk
reliabilitas diatas, nilai cronbach alpha untuk
perilaku kerja kontraproduktif 11 diantaranya
variabel perilaku kerja kontraproduktif
tidak valid, yaitu item pernyataan 2, 11, 14,
adalah besar dari 0.60 sehingga ini
16, 18, 21, 28, 29, 34, 37,39 disebabkan
menunjukkan variabel perilaku kerja
untuk item pernyataan 2, 11, 14, 16, 18, 21,
kontraproduktif tersebut dinyatakan reliabel
28, 34 memilikifactor loading ambigu > 0,40
atau handalseperti yang dikemukakan
sebanyak 2 factor loading, sementara untuk
(Santoso, 2001).
item pernyataan 29, 37 dan 39
4.4 Analisa Deskriptif
memilikifactor loading< 0,40 sebanyak
4.4.1 Analisa Deskriptif Berdasarkan
1factor loadinguntuk itu sebelas item
Tingkat Capaian Responden (TCR)
tersebut tidak diikutsertakan dalam
Penilaian deskripsi variabel penelitian
pengujian selanjutnya. Sedangkan untuk 29
diukur dengan menggunakan distribusi
item pernyataan tersisa dinyatakan valid
frekuensi jawaban responden pada setiap
karena memiliki factor loading> 0,40.
item pernyataan dengan melalui perhitungan
Dimana Item kuesioner perilaku kerja
tingkat capaian jawaban responden (TCR),
kontraproduktif yang valid dapat dijadikan
maka melalui kuesioner yang telah
acuan untuk penelitian selanjutnya.
disebarkan, diperoleh deskripsi data
4.3.2 Uji Reliabilitas mengenai perilaku kerja kontraproduktif
Uji reliabilitas dilakukan terhadap secara umum sebagai berikut :
pertanyaan yang telah valid. Rumus yang
Tabel 4.4.
dipakai untuk menguji reliabilitas dalam Hasil Distribusi Perilaku Kerja
penelitian adalah Cronbach Alpha. jika nilai Kontraproduktif
Item Total Rata TCR Ket
Cronbach alpha tersebut berada diatas 0,60, Indikator Skor
Rata rata 148 3,60 72,00 Cukup
maka item-item atau variabel yang telah penyimpangan tinggi
properti
valid tersebut dianggap memiliki tingkat Rata rata 148 3,62 72,40 Cukup
reliabilitas yang tinggi (Santoso, 2001). penyimpangan tinggi
produksi

8
Rata rata 145 3,54 70,80 Cukup properti dengan rata-rata 3,60 serta TCR
penyimpangan tinggi
politik sebesar 72% dan juga masuk dalam kategori
Rata rata 139 3,39 67,80 Cukup
agresi tinggi cukup tinggi.
individu
Rerata 3,54 70,80 Cukup
tinggi Kemudian perilaku kerja
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat kontraproduktif yang ketiga yang sering
dilihat bahwa nilai rata-rata perilaku kerja dilakukan adalah penyimpangan politik
kontraproduktif secara keseluruhan adalah dengan rata-rata 3,54 serta TCR 70,80% dan
3,54 dengan TCR sebesar 70,80%. Dengan juga masuk dalam kategori cukup
demikian dapat diinterpretasikan menurut tinggi.Setelah itu yang menjadi perilaku
persepsi pegawai bahwa perilaku kerja kerja kontraproduktif yang terakhir adalah
kontraproduktif di Pengadilan Agama Sungai agresi individu dengan rata-rata 3,39 dan
Penuh termasuk kedalam kategori cukup TCR 67,80% dan juga masuk dalam kategori
tinggi. Hal ini mengindikasikan pegawai cukup tinggi.
PNS Pengadilan Agama Kota Sungai Penuh
4.4.2 Analisa Deskriptif Berdasarkan
cukup tinggi dalam melakukan perilaku kerja Karakteristik Responden
kontraproduktif berupa penyimpangan
Tabel 4.5
properti, penyimpangan produksi, Hasil Pengkategorian Perilaku Kerja
penyimpangan politik dan agresi individu.. Kontraproduktif
Keterangan Kategori Perilaku
Hal ini terlihat dari kategori pegawai yang Kerja
melakukan perilaku kerja kontraproduktif Kontraproduktif
Tidak Ya
dan tidak maka pada umumnya pegawai Kontraproduktif 12 29
berperilaku kerja kontraproduktif sebanyak
Gender
29 orang (70,7%) dan sisanya berperilaku laki-laki 10 15
Perempuan 2 14
kerja tidak kontraproduktif sebanyak 12 Usia
orang (29,3%). 28 - 37 tahun 0 5
38 - 47 tahun 1 6
48 - 57 tahun 11 17
Namun jika dilihat dari perbandingan > 57 tahun 0 1
Status Pernikahan
perilaku kerja kontraproduktif, maka yang Sudah Menikah 12 25
pertama paling sering dilakukan adalah pada Belum Menikah 0 4
Pendidikan
penyimpangan produksi dengan rata-rata SMA/D3 0 1
S1 10 24
3,62 dengan TCR sebesar 72,40% dan masuk
S2 2 4
dalam kategori cukup tinggi.Selanjutnya
Berdasarkan Tabel 4.5, diperoleh
perilaku kerja kontraproduktif yang kedua
kesimpulan mengenai karakteristik dari
yang sering dilakukan adalah penyimpangan

9
responden yang diteliti yang dapat Kemudian dari 29 orang yang
dikategorikan dalam perilaku kerja melakukan perilaku kerja kontraproduktif
kontraproduktif yaitu sebanyak 29 orang dan yaitu sebanyak 17 orang berumur berkisar
sebanyak 12 orang tidak termasuk dalam antara 48 sampai 57 tahun. Hal ini
kategori perilaku kerja kontraproduktif. mengindikasikan bahwa perilaku kerja
Jumlah responden yaitu sebanyak 25 orang kontraproduktif pada
(61%) laki-laki dan 16 orang (39%) PNS Pengadilan Agama Sungai Penuh
perempuan. Namun dari 29 orang yang cenderung dilakukan oleh orang tua.Hal ini
melakukan perilaku kerja kontraproduktif, 15 disebabkan mereka mempunyai tingkat
orang bergender laki-laki dan 14 orang kemangkiran yang tidak dapat dihindarkan
bergender perempuan. Hal ini sejalan dengan lebih tinggi mungkin karena kesehatan yang
teori yang dikemukakan Robins (2003:48) lebih buruk sehubungan dengan penuaan dan
bahwa studi-studipsikologis telah lebih lamanya waktu pemulihan yang
menemukan bahwa wanita lebih bersedia diperlukan pekerja tua bila cidera (Robins,
untuk mematuhi wewenang, dan pria lebih 2003:47).
agresif dan lebih besar kemungkinannya
Sedangkan dilihat dari status
daripada wanita dalam memiliki
pernikahan responden, maka ditemukan
pengharapan untuk sukses, tetapi perbedaan
bahwa dari 29 orang yang melakukan
ini kecil adanya.
perilaku kerja kontraproduktif, 25 orang
dilakukan oleh pegawai yang sudah
menikah, sementara untuk yang belum
menikah sebanyak 4 orang seluruhnya
melakukan perilaku kerja kontraproduktif.
Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan Robins (2003:49) riset yang
konsisten menunjukkan bahwa karyawan
yang menikah lebih sedikit absensinya,
mengalami pergantian yang lebih rendah dan
lebih puas dengan pekerjaanya mereka
daripada rekan sekerjanya yang belum
menikah.

Sementara untuk pendidikan, pada


umumnya pegawai PNS Pengadilan Agama

10
Kota Sungai Penuh memiliki pendidikan S1 Perilaku kerja kontraproduktif
sebanyak 34 orang (82,9%). Namun dari 29 merupakan perilaku yang merugikan bagi
orang yang melakukan perilaku kerja organinasi/perusahaan. PNS sebagai salah
kontraproduktif 24 orang dilakukan oleh satu aparatur Negara yang membantu
pegawai yang memiliki pendidikan S1. menjalankan aktivitas pemerintahan sangat
Selebihnya dilakukan oleh 1 orang yang diharapkan untuk meberikan kinerja yang
memiliki pendidikan SMA/D3 dan 4 orang optimal dan terhindar dari segala macam
yang memiliki pendidikan S2. bentuk perilaku yang menghambat kinerja
perusahaan, dalam hal ini adalah kantor
KESIMPULAN
dinas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Setelah dilakukan penelitian tentang mayoritas PNS Pengadilan Agama Sungai
Analisis Perilaku Kerja Kontraproduktif Penuh memiliki kecenderungan perilaku
Pada Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan kontraproduktif yang tinggi ini terlihat dari
Agama Sungai Penuh, didapatkan pegawai yang melakukan perilaku kerja
kesimpulan bahwa : kontraproduktif dan tidak, dimana maka
pada umumnya pegawai berperilaku kerja
kontraproduktif sebanyak 29 orang (70,7%)
dan sisanya berperilaku kerja tidak
kontraproduktif sebanyak 12 orang (29,3%).

Jika dilihat dari nilai rata-rata perilaku


kerja kontraproduktif secara keseluruhan
adalah 3,54 dengan TCR sebesar 70,80%.
Dengan demikian dapat diinterpretasikan
menurut persepsi pegawai bahwa perilaku
kerja kontraproduktif di Pengadilan Agama
Sungai Penuh termasuk kedalam kategori
cukup tinggi.

Namun jika dilihat dari perbandingan


perilaku kerja kontraproduktif, maka yang
pertama paling sering dilakukan adalah pada
penyimpangan produksi. Selanjutnya
perilaku kerja kontraproduktif yang kedua
yang sering dilakukan adalah penyimpangan

11
properti. Kemudian perilaku kerja3. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih dapat
kontraproduktif yang ketiga yang sering menggali lebih dalam faktor-faktor serta
dilakukan adalah penyimpangan politik. variabel-variabel lain yang turut
Setelah itu yang menjadi perilaku kerja mempengaruhi kecenderungan perilaku
kontraproduktif yang terakhir adalah agresi kerja kotraproduktif yang tidak diteliti
individu. dalam penelitian ini

Keterbatasan Penelitian dan Saran DAFTAR PUSTAKA

Penelitian ini tentunya masih memiliki Anderson, Neil, Deniz S Ones, Handan K
keterbatasan penelitian dan saran yang dapat Sinangil dan C. Viswesvaran. 2005.
Handbook of Industrial, Work, and
dijadikan pertimbangan bagi peneliti Organizational Psychology. Vol 1.
berikutnya agar mendapatkan hasil yang London: Sage

lebih baik. Keterbatasan dan saran tersebut Bashir, Sajid,MisbahNasirl, SairaQayyum,


dan AmbreenBashir. 2012.
diantaranya: Dimensionality Of Counterproductive
Work Behaviours In Public Sector
1. Peneliti tidak mengontrol secara langsung Organizations Of Pakistan. Public
jawaban dari kuesioner penelitian yang Organiz Rev, 12:357-366.

disebar, hal itu mungkin menyebabkan Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior.


Jakarta: CV. Taruna Grafics.
terjadinya bias jawaban dari responden
terkait dengan perilaku kerja Ghozali, Imam. 2011. Dasar Dasar Statistik
Dalam Aplikasi SPSS 19.0. Badan
kontraprodutif. Maka saran untuk Penerbit Universitas Dipenegoro:
penelitian selanjutnya agar dapat Semarang.
mengontrol pada saat pengisian kuesioner Greenberg, J dan R.ABaron. 2003. Behavior
agar tidak terjadinya bias. in Organization. 8thEdition. New
Jersey: Pearson Education
2. Dalam penelitian ini karakteristik responden
tidak memasukkan golongan/pangkat Laurenz, Meier L dan Paul E. Spector. 2013.
Reciprocal Effects of Works Stressors
sehingga tidak dapat melihat PNS yang and Counterproductive Work
bergolongan apa yang melakukan perilaku Behavior: A Five-Wave Longitudinal
Study. Journal Of Applied
kerja kontraproduktif. Disarankan bagi Psychologi. 98(3):529.
peneliti selanjutnya agar dapat
Penney, Lisa M, dan Paul E.Spector. 2002.
memasukkan golongan PNS supaya Narcissism and counterproductive
terlihat PNS dengan golongan apa yang work behavior: Do bigger egos mean
bigger problems?. International
cenderung melakukan perilaku kerja Journal of Selection and Assesment,
kontraproduktif. 10(1/2): 126-134.

12
Peraturan Pemerintah Republik Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
IndonesiaNomor 42 Tahun 7 Tahun 1989 Tanggal 29 Desember
2004TentangPembinaan Jiwa Korps 1989 Tentang Peradilan Agama
Dan Kode EtikPegawai Negri Sipil.

Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi.


Jilid 1. Jakarta: Indeks Kelompok
Gramedia.

Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi.


Jilid 1. Jakarta: Indeks Kelompok
Gramedia.

Rusdi,Zainnur M. 2015. Analisis Komparatif


Perilaku Kerja Kontra ProduktifPada
Instansi Pemerintah Dan Instansi
Swasta Di Bandar Lampung. Jurnal
Sains Manajemen. Vol 1 (01).

Sacket, Paul R. 2002. The structure of


Counterproductive Work Beahviors:
Dimensionality and Relationships
with Facets of Job Performance.
International Journal of Selection
and Assessment, 10(1/2): 5-11.

Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS.


Edisi Kedua. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Sekaran, Uma, dan RogerBougie. 2011.


Research methods for business.
United Kingdom: John Wiley & Sons
Ltd.

Spector, Paul E, SuzyFox, Lisa M.Penney,


KariBruursema, AngelinaGoh, dan
StaceyKessler. 2006. The
Dimensionality Of
Counterproductivity: Are All
Counterproductive Behaviors Created
Equal?. Journal of Vocational
Behavior, 68: 446-460.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


50 Tahun 2009 TentangPerubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1989Tentang Peradilan Agama.

13
14

Anda mungkin juga menyukai