Anda di halaman 1dari 12

I.

Pengenalan Jenis-jenis Citra

II. Tujuan
Mengenal jenis-jenis citra penginderaan jauah dan melatih kemapuan
mengenali jenis-jenis citra tersebut

III. Alat dan Bahan


Berbagai macam citra tercetak (hard copy) antara lain:
1. Citra Foto udara Pankromatik berwarna
2. Citra Foto udara Pankromatik Hitam Putih
3. Citra Satelit Quickbird
4. Citra Satelit Ikonos
5. Citra Satelit Landsat 7 ETM+

IV. Dasar Teori


Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya
(Hornby, 1974). Citra adalah gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa
gambaran pada foto) yang dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik, optik
mekanik, atau elektronik.
Citra adalah gambaran obyek yang dihasilkan oleh pantulan atau pembiasan
sinar yang difokuskan oleh sebuah lensa atau sebuah cermin (Simonett et al,
1983).

Sensor dalam Pengideraan Jauh

Citra dihasilkan melalui proses perekaman dengan bantuan sensor. Sensor


ada dua: Sensor fotografik dan sensor non-fotografik. Sensor non fotografik
masih dapat dirinci menjadi sensor peminadi (pelarik/penyiam atau scanner)
dan sensor radar/gelombang mikro.

Sensor Fotografik

Sensor ini menangkap kenampakan obyek melalui perekaman besarnya


pantulan sinar (gelombang elektromagnetik) dari obyek yang masuk melalui
susuan lensa pada kamera dn kemudian mengenai lapisan film yang peka
cahaya. Variasi warna yang muncul pada gambar yang dihasilkan terganting
pada :

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 1


1. Sistem lensa, diafragma, dan filter yang digunakan untuk menerima
cahaya
2. Jenis dan kepekaan film
3. Spektrum panjang gelombang yang diizinkan masuk ke dalam
sistem kamera.
Kamera dengan film hanya mampu bekerja dalam rentang 0,4 m-0,9 m
(perluaannya sampai spektrum inframerah dekat).
Proses fotografik :
a. Sinar yang diizinkan masuk tersebut secara serentak menerpa film
b. Sinar yang meninggalkan jejak kekuatan energi paparan pada tingkat
pembakaran yang ada pada film tersebut
c. Film kemudian diproses secara kimiawi di laboratorium, dan dicetak
menjadi foto udara berwarna maupun hitam putih, tergantung pada
jenis film dan pencetakan yang digunakan.

Sensor Non-Fotografik

Sensor non-fotografik berupa scanner menerima pantulan dari satu wilayah


sangat sempit pada permukaan bumi (instanteous field of view/IFOV = medan
pandang sesaat) yang masuk ke dalam sistem lensa, dan kemudian mendeteksi
besarnya pantulan tersebut dengan detektor peka cahaya.

Penyiaman (scanning)

1. ACROSS TRACK

Sistem kensa menyilang arah geka wahana. Jadi selama wahana


maju ke depan, sistem lensa bergerak ke kanan atau ke kiri
(Whiskbroom)

2. ALONG TRACK
Pemindai ini berupa CCD (Charge Coupled Device) yaitu sederet
detektor yang berjumlah ribuan keping per spektrum panjang

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 2


gelombang. Gerak dari oemindai ini menyapu sepanjang gerak wahana
yang membawanya (Pushbroom).
3. AREA ARRAY
Tersusun atas dua dimensi CCD berbentuk matrks. Sehingga sensor
dapat difungsikan secara diam dan menangkap informasi spektral obyek
tanpa melakukan gerakan sepanjang orbit atau menyilang ke arah orbit.

Data hasil pemindaian disimpan secara digital, yaitu disimpan dalam kode
biner dengan tingkat kecerahan 0-63. 0-127, 0-255, atau bahkan 0-2047.
Angka-angka digital yang mewakili variasi nilai pantulan ini kemudian dibaca
oleh program komputer, dan setiap titik obyek dengan nilai digital tertentu
diubah menjadi sel-sel penyusun gambar pada layar monitor yang disebut
pixel.

Multispektral dan Multiband

Sensor yang dioperasikan dengan spektrum yang sangat sempit namun


dalam jumlah banyak (lebih dari 1 spektrum) maka citra ini disebut citra
multispektral. Sistem fotografik sebenarnya juga mampu menghasilkan foto
pada berbgai saluran, namun membutuhkan beberapa lensa sekaligus pada
kameranya. Foto semacam ini disebut foto multiband.

1. Sensor Gelombang Mikro-Radar


Dapat dilakukan secara tegak maupun miring/menyamping. Namun
lebih banyak dilakukan menyamping karena sistem radar merupakan
sistem aktif yang mengirim sinyal gelombang dari suatu antena, dan
sekaligus menerima hamburan balik yang dicatat oleh sensor. Karena
pengiriman sinyal dilakukan menyamping (side-looking), maka pada
umumnya lereng yang menghadap sensor akan tampak cerah sedangkan
lereng yang membelakangi sensor tampak gelap. Hal ini mengakibatkan
citra yang dihasilkan cenderung mampu menyajukan kenampakan relief
dengan baik.

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 3


Sinyal yang kembali ke sensor dicatat amplitudo dan frekuensinya
sekaligus sejauh masih dalam lingkup lebar pancaran (karena ketika
gelombang dipancarkab oleh sensor, wahana sudah bergerak maju,
sehingga tidak seluruh pantulan yang betupa hamburan balik akan sampai
ke sensor. Sinyal kembali ini kemudian dibandingkan dengan sinyal
referensi yang dimiliki oleh sistem, dan juga diperhitungkan akibat
intervensi antara sinyak datang dan yang kembali ke sensor. Sinyal ini
disimpan secara fotopgrafis dan menghasilkan film sinyal.
Citra dengan format asli digital mempunyai ciri pengenal lain, yaitu
resolusi spasial. Resolusi spasial secara langsung terkait denfan kerincian
informasi spasial citra (seberapa rinci citra itu mampu menyajikan ukuran
obyek terkecil). Jadi setiap 1 pixel dalam layar monitor mampu mewakili
berapa luas dalam keadaan asli di lapangan.

2. Pengenalan Resolusi Spasial dan Pola Spektral


Citra dengan format asli digital mempunyai ciri pengenal lain, yaitu
resolusi spasial. Resolusi spasial secara langsung terkait dengan kerincian
informasi spasial citra (seberapa rinci citra itu mampu menyajikan ukuran
obyek terkecil). Jadi setiap 1 pixel dalam layar monitor mampu mewakili
berpa luas dalam keadaan asli di lapangan.

Pola Pantulan Spektral Objek

Pantulan spektral pada air jernih cenderung memberikan pantulan


yang lebih rendah daripada air keruh pada semua wilyah panjang
gelombang. Air jernih cenderung memberikan pantulan yang lebih rendah
daripada air keruh pada semua wilyah panjang gelombang. Vegetasi
kembali memberikan pantulan rendah di saluran inframerah tengah I dan
inframerah II karena pengaruh kandungan lengas (kelembaban) yang
tinggi. Tanah bertekstur rekatif kasar (pasiran) atauapunrelatif lembab
memebrikan pantulan yang cenderung meningkat dari spektrum biru ke
inframerah dekat, kemudian sedikit turun pada spektrum inframerah dekat
I dan II karena oengaruh serapan oleh lengas tanah. Tanah bertekstur

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 4


relatif halus ataupun berwarnana merah di lapangan dan sangat tipis
cendrung memberikan pantulan yang terus meningkat sering dengan
meningkatnya panjang gelombang.

V. Cara Kerja
1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan baik macam-macam citra
maupun foto udara.
2. Mengidentifikasi kenampakan yang ada pada citra-citra tersebut, baik
kenampakan alam maupun kenampakan budaya.
3. Mengisikan pada tabel berbagai kenampakan pada citra yang telah dikenali.

VI. Hasil Praktikum


1. Tabel identifikasi kenampakan foto udara pankromatik berwarna (terlampir)
2. Tabel identifikasi kenampakan foto udara pankromatik hitam putih (terlampir)
3. Tabel identifikasi kenampakan citra satelit Quickbird (terlampir)
4. Tabel identifikasi kenampakan citra satelit Ikonos (terlampir)
5. Tabel identifikasi kenampakan citra satelit Landsat 7 ETM+ (terlampir).

VII. Pembahasan
Dari hasil praktikum kali ini, mahasiswa dikenalkan mengenai jenis-jenis
dan karakteristik dari citra. Citra satelit yang dikenalkan kepada mahasiswa,
yaitu antara lain : citra satelit Quickbird, citra satelit Ikonos, dan citra satelit
Landsat 7 ETM+. Selain itu juga, mahasiswa diharapkan mampu
menginterpretasi dan menganalisis kenampakan yang ada pada foto udara
pankromatik berwarna dan pankromatik hitam-putih serta beberapa citra yang
sudah ditentukan tersebut.
Dari tiap-tiap citra tersebut, mahasiswa bebas memilih objek/kenampakan
yang akan diinterpretasikan dalam bentuk tabel. Dari objek tersebut, dipilah
menjadi 2 kategori bentangan, yaitu bentangan alam dan bentangan budaya.
Bentangan alam merupakan kenampakan/ fenomena alami atau tanpa adanya
campur tangan manusia dalam proses pembentukan kenampakan tersebut,
misalnya hutan, sungai, gunung, laut, danau, dll. Sedangkan bentangan budaya
merupakan kenampakan/ fenomena yang ada dibumi yang sengaja dibuat oleh
manusia, misalnya pemukiman penduduk, parit, waduk, jembatan, dll.
Pada tabel yang pertama yakni menginterpretasi kenampakan pada foto
udara pankromatik berwarna. Bentangan alam yakni sungai dan hutan.

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 5


1. Sungai memiliki rona yang agak gelap dan berwarna biru keabu-abuan
karena spektrum dominan yang dipantulkan yakni warna biru. Sungai
berbentuk persegi panjang yang memanjang dan berkelok, berukuran besar,
bertekstur halus serta berpola teratur. Sungai pada foto udara tersebut tidak
memiliki bayangan karena kemungkinan sungai tersebut bersitus didaerah
dataran rendah/hilir. Kenampakan sungai berasosiasi dengan jembatan.
2. Hutan kebanyakan memiliki rona yang agak gelap dan berwarna hijau tua,
selain itu juga ada yang berwarna hijau muda. Objek hutan terlihat berwarna
hijau dikarenakan spektrum dominan yang dipantulkan yakni warna hijau.
Hutan berbentuk lonjong dengan ukuran yang besar, bertekstur kasar,
berpola tidak teratur dan memiliki bayangan. Hutan bersitus di dareah
dataran yang berasosiasi dengan lahan kosong dan pemukiman penduduk.
Sedangkan pada bentangan budaya pada foto udara berwarna yaitu berupa
jembatan dan pemukiman penduduk.
1. Jembatan memiliki rona yang relatif agak cerah dan berwrna abu-abu.
Jembatan berbentuk persegi panjang dengan ukurang yang agak besar,
bertekstur agak halus, berpola teratur dan memiliki bayangan. Jembatan
bersitus di daerah dataran yang berasosiasi dengan sungai dan
mobil/kendaraan yang melintas diatasnya.
2. Pemukiman penduduk memiliki rona yang agak cerah berwana putih
kebiruan karena warna pada spektrum tersebut didominasi oleh warna biru
daripada warna primer yang lainnya. Bentuk rumah/ pemukiman penduduk
yang tergambarkan adalah berbentuk persegi dengan ukuran yang kecil
dengan tekstur yang kasar, namun berpola yang teratur dan mempunyai
bayangan. Pemukiman ini bersitus didaerah dataran yang berasosiasi dengan
hutan dan jalan.
Pada tabel yang kedua menginterpretasi foto udara pankromatik hitam-putih
menjabarkan kenampakan pada bentang alam yang berupa sungai dan gunung.
1. Sungai yang tergambar pada peta memiliki rona yang agak terang dan
berwarna putih keabuan. Hal ini disebabkan karena sifat air yang banyak
menyerap dan meneruskan energi elektromagnetik serta memiliki pantulan
spektral yang rendah. Sungai yang tergambarkan berbentuk garis yang
berkelok dengan ukuran yang besar bertekstur yang halus, berpola teratur

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 6


dan tidak memiliki bayangan. Sungai bersitus di daerah dataran dan
berasosiasi di dekat area persawahan dan lahan kosong.
2. Gunung memiliki rona yang agak gelap dan berwarna hitam keabu-abuan.
Gunung berbentuk menyerupai kerucut yang berukuran besar, bertekstur
kasar dengan pola yang tidak teratur. Gunung memiliki bayangan dan
bersitus di daerah dataran yang berasosiasi dengan igir/ lembah.
Sedangkan pada bentang budaya pada foto udara hitam-putih yaitu berupa
lahan persawahan dan pemukiman penduduk.
1. Lahan persawahan memiliki rona yang agak terang dan berwarna abu-abu
kecoklatan yang berbentuk kotak-kotak dengan ukuran yang besar,
bertekstur agak halus, berpola teratur dan tidak memiliki bayangan. Lahan
persawahan bersitus didaerah dataran dan berasosiasi dengan sungai dan
pemukiman penduduk.
2. Pemukiman penduduk memiliki rona yang agak terang yang berwarna putih
keabu-abuan. Rumah/pemukiman penduduk berbentuk persegi yang
berukuran kecil dengan tekstur yang kasar, berpola teratur dan memiliki
bayangan. Pemukiman penduduk bersitus di daerah dataran dan berasosiasi
dengan lahan persawahan.
Foto udara berwarna dan hitam putih memiliki perbedaan yang sangat jelas.
Dari segi rona dan warnanya, foto udara berwarna memiliki rona hingga 200
tingkat dan warnanya mencapai 20.000 warna, sedangkan foto udara hitam-
putih memiliki rona lebuh sedikit dan warnanya hanya terbatas (hitam dan
putih). Selain itu, objek yang diamati dari foto udara berwarna lebih mudah
untuk dideteksi, diamati dan dianalisis daripada foto udara yang hitam-putih.
Citra Quickbird merupakan citra yang memiliki tingkat resolusi spasial yang
tertinggi dari citra-citra yang lain yakni berkisar 60 cm hingga 2,4 m. Citra
Quickbird memiliki kemiripan dari citra earlybird, citra Earlybird adalah citra
sebelum Quickbird. Kemiripan tersebut antara lain car perekaman, ukuran luas
perekaman, wilayah saluran yang dipakai dan lisensi pemanfaatan yang ketat.
Citra Quickbird memiliki jangkauan yang relatif sempit yakni berkisar kurang
dari 20 km. resolusi dari citra Quickbird yang beresolusi tinggi sering
memudukung manusia dalam hal pemantauan pola pemukiman, pengembangan

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 7


dan perluasan pembangunan suatu wilayah, selain itu juga terlihat jelas pada
kondisi vegetasi.
Citra Ikonos memiliki tingkat resolusi yang lebih kasar dari citra Quickbird
yakni resolusinya berkisar 1m untuk pankromatik hitam putih dan beresolusi
4m untuk multispektral. Citra Ikonos dapat digunakan untuk pemetaan
topografi dari skala kecil hingga menengah yang tidah hanya mampu
menghasilkan peta baru, namun juga dapat memperbarui peta toografi yang
sudah ada.

Citra Landsat 7 ETM+ memiliki band pankromatik yang mampu


menghasilkan citra pankromatik dengan resolusi 12,5 meter. Hal ini
memungkinkan untuk menghasilkan citra multispektral pankromatik yang
dipertajam (citra gabungan pankromatik dan multispektral dengan resolusi
spectral 7 band dan resolusi spasial 12,5 meter) tanpa merektifikasi citra yang
satu ke citra lainnya. Hal ini disebabkan citra pankromatik dan multispektral
direkam dengan sensor yang sama sehingga bisa diregister secara otomatis.
Secara radiometric, sensor ETM+ memiliki 256 angka digital (8 bit) yang
memungkinkan pengamatan terhadap perubahan kecil pada besaran
radiometric dan peka terhadap perubahan hubungan antar band. Landsat ETM+
bisa digunakan untuk penerapan daerah perkotaan, akan tetapi dengan resolusi
spektral yang tinggi akan lebih sesuai jika digunakan untuk membuat
karakteristik alami suatu bentang alam.

VIII. Kesimpulan
Dari praktikum yang kedua ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis-jenis citra yang dikenalkan kepada mahasiswa yakni foto udara
pankromatik berwarna dan hitam-putih, citra ikonos, citra quickbird, dan
citra landsat 7 ETM+.
2. Interpretasi citra dan foto udara meliputi rona, warna, bentuk, ukuran
tekstur, pola, bayangan, situs dan asosiasi
3. dalam proses interpretasi terdapat tiga hal yang terpenting yang perlu
dilakukan, yaitu deteksi, identifikasi dan analisis.

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 8


4. Citra dapat digunakan untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan
menganalisis berbagai fenomena di bumi dan dapat membantu berbagai
disiplin ilmu, mulai dari disiplin ilmu kehutanan, pertanian, geofisika, dll.

IX. Tugas
1. Sebutkan dan jelaskan berbagai informasi tepi citra!
2. Sebutkan dan jelaskan berbagai macam resolusi citra!

Jawaban

1. Informasi tepi adalah sesuatu yang memiliki makna atau manfaat yang berada
pada tepi foto udara. Adapun informasi pada photo udara yang perlu
diidentifikasi sebagai informasi atau data awal dalam pelaksanaan pekerjaan
photogrametri, dan yang termasuk didalamnya adalah :

a. Fiducial mark : merupakan 4 tanda titik bidang focus kamera udara yang
kegunaannya untuk menentukan titik utama photo udara.yang merupakan
titik pusat exposure dan proyeksi.

b. Titik utama (principal point) merupakan titik pusat exposure dan proyeksi,
dan merupakan titik perpotongan antara 4 titik fiducial mark.

c. Nivo merupakan alat pendatar kamera udara yang terbuat dari cairan yang
peka terhadap getaran dan kemiringan.

d. Jam merupakan alat penentu waktu saat pemotretan.

e. Fokus merupakan panjang lensa saat pemotretan objek, bisa diamati pada
informasi tepi photo udara.

f. Tinggi terbang merupakan ketinggian penerbangan saat pemotretan


dilakukan alat pencatatnya dinamakan altimeter yang dapat dibaca pada
informasi tepi photo udara.

g. Arah utara merupakan arah utara yang ditunjukkan pada photo udara yang
penentuannya mengacu pada waktu pemotretan dan arah bayangan photo.

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 9


h. Skala merupakan besaran pembanding antara jarak pada photo dan di
lapangan yang penentuannya dengan cara nilai fokus kamera saat
pemotretan (f) dibagi dengan tinggi terbang (H).

f
S=
Rumus penentuan skala : H

Keterangan : S : skala

f : panjang fokus lensa

H : tinggi

2. Macam-macam resolusi

a. Resolusi spasial yaitu ukuran terkecil obyke yang masih dapat dideteksi
oleh suatu sistem pencitraan. Semakin kecil ukuran obyek, semakin halus
atau tinggi resolusinya, dan sebaliknya. Contoh: Citra SPOT (resolusi 10 &
20 m) lebih tinggi dibanding citra Landsat TM (resolusi 30 m).
b. Resolusi spektral yaitu kemampuan suatu sistem optik-elektronik untuk
membedakan informasi (obyek) berdasarkan pantulan atau pancaran
spektralnya. Catatan: semakin banyak jumlah saluran, semakin tinggi
resolusi spektralnya.
c. Resolusi radiometrik yaitu kemampuan sensor dalam mencatat respons
spektral obyek. Respont spektral yang dinyatakan dalam satuan mWatt
cm2sr1um-1
d. Resolusi temporal kemampuan suatu sistem untk merekam ulang daerah
yang sama. Satuannya adalah jam / hari. Satelit GMS (2 hari sekali), Satelit
Landsat MSS dan TM (18 hari generasi 1 dan 16 hari generasi 2), SPOT (26
hari).

Jenis Citra Satelit berdasarkan tingkat resolusi sapasial, Kemampuan sensor


dalam merekam obyek terkecil pada tiap pikselnya ini disebut dengan resolusi

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 10


spasial. Berdasarkan tingkatan resolusinya citra satelit dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
a. Citra resolusi rendah, memiliki resolusi spasial antara 15 m s/d 30 m
Contoh Gambar : (Citra satelit Landsat-5 TM)

b. Citra resolusi sedang, memiliki resolusi spasial 2.5 m s/d 10 m


Contoh gambar : (Citra satelit SPOT)

Citra resolusi tinggi, memiliki resolusi spasial 0.6 m s/d 1 m


Contoh gambar : (Citra satelit Ikonos dan Quickbird)

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 11


X. Daftar Pustaka
Bimata, Tim. 2013. Modul Geografi untuk SMA/MA Kelas XII. Sukoharjo :
Willian Sense of Urgency.
Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Lillesand dan Kiefer. 1988. Penginderaan jauh dan Interpretasi Citra.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Purwanto. 2012. Penginderaan Jauh Teori dan Aplikasi. Malang: UM.
Rusydi, Alfi Nur. 2015. Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh. Malang: UM
.
http://afdalbaba.blogspot.com/2013/06/resolusi-citra-pada-penginderaan-
jarak.html (diunduh pada tanggal 21 Januari 2015).
https://belajargeomatika.wordpress.com/2011/06/15/interpretasi-foto-udara/
(diunduh pada tanggal 21 Januari 2015).
https://nurcahyanto88.wordpress.com/2011/03/30/sistem-satelit-landsat-7-etm/
(diunduh pada tanggal 21 Januari 2015).

XI. Lampiran

Pengenalan Jenis-Jenis Citra 12

Anda mungkin juga menyukai