Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan
kesehatan dan kemudahan kepada kami dalam menyelesaikan makalah yang berjudul
Disfungsi Ereksi
Makalah ini kami susun untuk membantu mahasiswa mempermudah dan memperdalam
pengetahuannya dalam bidang penyakit disfungsi ereksi dan bagaimana pengobatan terapi
terhadap penyakit ini.
Namun, kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih kurang sempurna
dan terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun dari segi materi yang kami
tuliskan.Oleh karena itu,segala pendapat,kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan,untuk lebih menyempurnakan tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
2.1 Pengertian....................................................................................
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
2.2 Etiologi
Banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya DE ini. Walaupun secara garis
besar faktor penyebabnya dibagi menjadi penyebab fisik (organik), psikologis
(psikogenik), tetapi belum tentu salah satu faktor tersebut menjadi penyebab tunggal DE.
Faktor fisik menyebabkan sekitar 60-80% kasus DE. Yang termasuk penyebab fisik
adalah
1 penyakit kronik (misalnya aterosklerosis, diabetes dan penyakit jantung)
2 obat-obatan, contoh antihipertensi (terutama diuretik thiazid dan penghambat beta),
antiaritmia (digoksin), antidepresan dan antipsikotik (terutama neuroleptik),
antiandrogen, antihistamin II (simetidin), (alkohol atau heroin), obat penenang, litium
3 pembedahan/ operasi misal operasi daerah pelvis dan prostatektomi radikal
4 trauma (misal spinal cord injury)
5 radioterapi pelvis.
6 Inflamasi prostat (prostatitis)
7 Penyakit parah (anemia, tuberkulosis, pneumonia, dll)
8 Gangguan hormonal
9 Multiple sclerosis dan penyakit saraf lainnya
Di antara sekian banyak penyebab fisik, gangguan vaskular adalah penyebab yang
paling umum dijumpai. Faktor psikologis dapat menyebabkan cacat fisik ringan menjadi
DE. Banyak pria merasa gagal sebagai lelaki ketika daya seksual mereka
melemah.Kegagalan awal mempertahankan ereksi menimbulkan kecemasan dan stress
yang pada gilirannya justru memperburuk DE. Hal tersbut menjadi lingkaran setan.
Beberapa masalah psikologis yang dapat menyebabkan DE antara lain:
1 Kurangnya kepercayaan diri
2 Gangguan hubungan personal
3 Kurangnya hasrat seksual
4 Cemas, depresi, stress, kepenatan, kehilangan, kemarahan
5 Konflik rumah tangga
Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia,
sedangkan masalah psikologis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Pada pria
muda, faktor psikologis ini menjadi penyebab tersering dari DE intermiten Semakin
2.3 Patofisiologi
Ereksi terjadi melalui 2 mekanisme:
1 Pertama, adalah reflex ereksi oleh sentuhan pada penis (ujung batang dan sekitarnya).
2 Kedua, ereksi psikogenik karena rangsangan erotis. Keduanya menstimulir sekresi nitric
oxide yang memicu relaksasi otot polos batang penis (corpora cavernosa), sehingga
aliran darah ke area tersebut meningkat dan terjadilah ereksi. Disamping itu, produksi
testosteron (dari testis) yang memadai dan fungsi hipofise (pituitary gland) yang bagus,
diperlukan untuk ereksi.
Ereksi merupakan hasil dari suatu interaksi yang kompleks dari faktor psikologik,
neuroendokrin dan mekanisme vaskular yang bekerja pada jaringan ereksi penis. Organ
erektil penis terdiri dari sepasang korpora kavernosa dan korpus spongiosum yang
ditengahnya berjalan urethra dan ujungnya melebar membentuk glans penis. Korpus
spongiosum ini terletak di bawah kedua korpora kavernosa. Ketiga organ erektil ini
masing-masing diliputi oleh tunika albuginea, suatu lapisan jaringan kolagen yang padat,
dan secara keseluruhan ketiga silinder erektil ini di luar tunika albuginea diliputi oleh
suatu selaput kolagen yang kurang padat yang disebut fasia Buck. Di bagian anterior
kedua korpora kavernosa terletak berdampingan dan menempel satu sama lain di bagian
medialnya sepanjang 3/4 panjang korpora tersebut. Pada bagian posterior yaitu pada
radix krura korpora kavernosa terpisah dan menempel pada permukaan bawah kedua
ramus iskiopubis. Korpora kavernosa ini menonjol dari arkus pubis dan membentuk pars
pendularis penis. Permukaan medial dari kedua korpora kavernosa menjadi satu
membentuk suatu septum inkomplit yang dapat dilalui darah. Radix penis
bulbospongiosum diliputi oleh otot bulbokavernosus sedangkan korpora kavernosa
diliputi oleh otot iskhiokavernosus.
Penis dipersarafi oleh sistem persarafan otonom (parasimpatik dan simpatik) serta
persarafan somatik (sensoris dan motoris). Serabut saraf parasimpatik yang menuju ke
penis berasal dari neuron pada kolumna intermediolateral segmen kolumna vertebralis
S2-S4. Saraf simpatik berasal dari kolumna vertebralis segmen T4L2 dan turun melalui
pleksus preaortik ke pleksus hipogastrik, dan bergabung dengan cabang saraf
parasimpatik membentuk nervus kavernosus, selanjutnya memasuki penis pada
pangkalnya dan mempersarafi otot-otot polos trabekel. Saraf sensoris pada penis yang
berasal dari reseptor sensoris pada kulit dan glans penis bersatu membentuk nervus
dorsalis penis yang bergabung dengan saraf perineal lain membentuk nervus pudendus.
Kedua sistem persarafan ini (sentral/psikogenik dan periferal/ refleksogenik) secara
tersendiri maupun secara bersama-sama dapat menimbulkan ereksi.
Sumber pendarahan ke penis berasal dari arteri pudenda interna yang kemudian
menjadi arteri penis komunis dan kemudian bercabang tiga menjadi arteri kavernosa
(arteri penis profundus), arteri dorsalis penis dan arteri bulbouretralis. Arteri kavernosa
memasuki korpora kavernosa dan membagi diri menjadi arteriol-arteriol helisin yang
bentuknya seperti spiral bila penis dalam keadaan lemas. Dalam keadaan tersebut arteriol
helisin pada korpora berkontraksi dan menahan aliran darah arteri ke dalam rongga
lakunar. Sebaliknya dalam keadaan ereksi, arteriol helisin tersebut berelaksasi sehingga
aliran darah arteri bertambah cepat dan mengisi rongga-rongga lakunar. Keadaan
relaksasi atau kontraksi dari otot-otot polos trabekel dan arteriol menentukan penis dalam
keadaan ereksi atau lemas. Selama ini dikenal adrenalin dan asetilkolin sebagai
Penanganan disfungsi ereksi dengan farmakologi dan bedah dibagi menjadi 3 lini terapi,
yaitu:
1 Terapi lini pertama
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Disfungsi Ereksi adalah salah satu penyakit sexsual pada pria yaitu,
ketidakmampuan untuk mencapai atau menjaga ereksi tetap pada waktu penentrasi.
3.2 Saran
Saran kami yaitu jagalah baik-baik alat reproduksi anda terutama pada pria, jangan
terlalu keseringan menggunakan obat-obatan dan hindarilah yang namanya gangguan
psikologis contohnya,stress,pusing dll.
Boolell M, Gepi-Attee S, Gingel JC, Allen MJ. Sildenafil : a novel effective oral therapy for
male erectile dysfucntion. Br J Urol 1996;78:257-61.
Feldman HA, Goldstein I, Hatzichrictou DG, Krane RJ, McKinley JB. Impotence and its
medical and psychosocial correlates : results of the Massachusetts male aging study. J Urol
1994;151:54-61.
http://srirahayumanjja.blogspot.com/2013/04/makalah-impotensi_28.html