Anda di halaman 1dari 20

1

MAKALAH BIOLOGI LAUT

MARINE FISH DI ZONA INTERTIDAL

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
PERIKANAN B

Hasbi Ilmawan 230110130059


Rifqi G P 230110130080
Bella Maulidya 230110130096
Novitasari siregar 230110130108
Gulam Banthani 230110130111
Taufiq Hidayat 230110130128
Shintia Dyah Purwita 230110130161

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berkat
rahmat dan hidayahNyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Biologi Laut.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Biologi Laut. Makalah biologi laut ini membahas tentang marine fish di zona
intertidal beserta sistematika dan adaptasi fisiologi maupun adaptasi tingkah
laku. Kita tahu bahwa zona intertidal merupakan zona dimana pasang surut
terjadi sehingga makhluk hidup yang tinggal di zona tersebut memiliki keunikan
tersendiri.

Dalam penulisannya, Makalah parasit dan penyakit ikan ini masih jauh
dari kata sempurna. Maka dari itu, penyusun sangat mengharapkan adanya saran
dan kritik yang membangun demi meningkatkan kualitas penulisan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi
pembaca.

Jatinangor, Februari 2015

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................... 1
1.3 Manfaat..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................3
2.1 Sistematika................................................................................ 3
2.1.1 Famili Blenniidae..................................................................4
2.1.2 Famili Gobiidae....................................................................7
2.1.3 Famili Cottidae.....................................................................8
2.1.4 Famili Cyclopteridae.............................................................9
2.1.5 Famili Scopelidae................................................................10
2.2 Adaptasi Fisiologis Ikan di Zona Intertidal.....................................12
2.3 Adaptasi Behavioral Ikan di Zona Intertidal...................................13
BAB III PENUTUP............................................................................... 15
3.1 Kesimpulan.............................................................................. 15
3.2 Saran...................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 16

2
DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halama
n
1. Ophioblennius steindachneri 5
2. Taksonomi Ikan Black-faced Blenny 6
3. Gobius paganellus 7
4. Taurulus bubalis 8
5. Aptocyclus ventricosus 10
6. Ikan Lomek (Harpodon nehereus) 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan


gelombang tiap saat. Daerah ini juga sangat terpengaruh dengan dinamika fisik
lautan yakni pasang surut. Menurut Nybaken (1992) zona intertidal merupakan
daerah yang paling sempit diantara zona laut lainnya. Zona intertidal di mulai
dari pasang tertinggi sampai pada surut terendah. Zona ini hanya terdapat pada
daerah pulau atau daratan yang luas dengan pantai yang landai. Semakin landai
pantainnya maka zona intertidalnya semakin luas, sebaliknya semakin terjal
pantainya maka zona intertidalnya akan semakin sempit.
Zona intertidal adalah daerah yang langsung berbatasan dengan daratan.
Radiasi matahari, variasi temperature dan salinitas mempunyai pengaruh yang
lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota
yang hidup di daerah ini antara lain : ganggang yang hidup sebagai bentos,
teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut. Pada tiap zona intertidal
terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara satu daerah dengan daerah
lainnya. Jenis substrat daerah intertidal ada yang berpasir adapula yang berbatu.
Hal lain yang dapat dilihat yakni pembagian zona juga dapat dilihat dari pasang
surutnya dan organismenya.
Oleh sebab itu, mempelajari zona intertidal adalah penting karena
kekayaan dan keragaman faktor lingkungan serta kemudahan untuk mencapai
zona intertidal tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui ikan apa saja yang hidup di Zona Intertidal;
2. Untuk mengetahui adaptasi fisiologis yang menunjang kelangsungan hidup
ikan intertidal;
3. Untuk mengetahui adaptasi tingkah laku yang membuat ikan intertidal
tetap bertahan hidup.

1
1.3 Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
berbagai jenis ikan yang hidup di zona intertidal dan keragaman faktor
lingkungan di zona intertidal.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistematika
Ikan intertidal adalah kelompok ikan yang hidupnya berada di
wilayah intertidal. Ikan kelompok ini biasanya hidup di wilayah bebatuan
seperti kolam batu atau di balik batu, atau keluar-masuk dari zona ini
sesuai keadaan pasang dan surutnya air laut. Zona intertidal dari pantai
berbatu dapat berisi lekukan yang memerangkap kolam air asin, yang
disebut kolam batu.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Lingkungan Zona
Intertidal, Menurut Prajitno (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi lingkungan zona intertidal antara lain :

2
a. Pasang surut
Pasang surut yaitu naik turunnya permukaan air laut secara
periodik selama interval waktu tertentu. Pasang surut merupakan faktor
lingkungan paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona
intertidal. Tanpa adanya pasang surut secara periodik zona ini tidak
berarti dan faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Penyebab
terjadinya pasang surut dan kisaran berbeda sangat kompleks dan
berhubungan dengan interaksi tenaga penggerak pasang surut, matahari,
bulan, rotasi bumi, dan geomorfologi samudra.

b. Suhu
Suhu mempengaruhi zona intertidal selama harian/musiman.
Kisaran ini dapat melebihi batas toleransi.

c. Perubahan salinitas
Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisme terjadi
di zona intertidal melalui dua cara. Pertama, karena zona intertidal
terbuka pada saat pasang turun kemudian digenangi air atau aliran air
akibat hujan lebat, salinitas yang turun. Kedua, ada hubungannya dengan
genangan pasang surut, yaitu daerah yang menamoung air laut ketika
pasang turun.

d. Gelombang
Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau
sedimentsi. Besarnya erosi tergantung pada besarnya energi dihempaskan
oleh gelombang.
Gelombang/ombak dibagi menjadi 2 macam yaitu ombak terjun
dan ombak landai. Ombak terjun biasanya terlihat di pantai yang lautnya
terjal, ombak ini menggulung tinggi kemudian jatuh dengan bunyi yang
keras dan bergemuruh. Sedangkan ombak landai terbentuk di pantai yang
dasar lautnya di landai, sehingga bergulung ke pantai agak jauh sebelum
pecah.

4
e. Faktor-faktor lain
Adanya substrat yang berbeda-beda yaitu pasir, batu dan lumpur
menyebabkan perbedaan fauna dan struktur komunitas dari daerah
intertidal.
Mungkin faktor tunggal yang paling penting yang memodifikasi
ketinggian di zona tertentu dipantau dari sifat organisme hidup terhadap
tingkat penjagaan terhadap aksi gelombang. Sebagaimana telah
disebutkan di atas ada berbagai faktor pasang surut seperti waktu makan
terbatas untuk organisme pemakan suspensi, pengeringan dan suhu
ekstrim yang cenderung untuk membatasi distribusi ke atas yaitu ke
litoral. Selain itu gelombang beroperasi di arah sebaliknya dan cenderung
untuk melembabkan tingkat atas baik oleh gelombang splash atau
semprot dengan demikian akan bertambah periode perandaman yang
efektif memungkinkan suatu distribusi perluasan organisme intertidal ke
atas (Nyabakken, 1992).
Kebanyakan ikan intertidal memiliki tubuh yang pipih
memanjang, dan bertubuh kecil. Berikut adalah beberapa contoh dari
ikan intertidal.

2.1.1 Famili Blenniidae


Ikan kelompok ini ditemukan di perairan beriklim utara. Mereka
bersembunyi di bawah batu dan di celah-celah di kolam batu saat air pasang
keluar. Mereka memakan rumput laut hijau dan invertebrata seperti teritip.
Mereka bisa merangkak di tanah kering, menggunakan sirip mereka yang
berpasangan.

5
Gambar 1. Ophioblennius steindachneri
(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Ophioblennius_steindachneri.jpg)

Panjangnya sekitar 16 cm, kulit mulus tanpa sisik, dan ditutupi dengan
lendir lembut. Lendir ini mencegah pengeringan jika mereka terdampar di
sebuah pantai setelah pasang. Selama kulit mereka tetap lembab, mereka bisa
bernapas keluar dari air. Mereka kadang-kadang disebut "katak laut" karena
mereka berjemur di bawah sinar matahari di luar gulma air, dan seperti katak,
melompat ke tempat yang aman ketika terganggu. Mereka bisa mengubah warna
mereka untuk mencocokkan lingkungan mereka. Betina bertelur di celah-celah
atau di bawah batu dan individu jantan akan menjaga mereka sampai mereka
menetas. Di musim dingin, mereka keluar dari kolam batu mereka dan
bermigrasi ke laut dangkal. Umumnya memiliki gigi yang kuat, dan akan
menggigit manusia jika merasa terancam.
Contoh dari spesies ini adalah Ophioblennius steindachneri (Gambar 1).
Berikut ini merupakan klasifikasi dari spesies tersebut.

Phylum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Blenniidae
Genus : Ophioblennius
Species : Ophioblennius steindachneri

Blenny berwajah hitam (Tripterygion delaisi) merupakan ikan air


dangkal yang hidup di antara bebatuan. Ikan teritorial ini bersifat diurnal

6
(paling aktif di siang hari). Ikan ini adalah karnivora yang memakan
invertebrata kecil. Ikan ini bereproduksi dari bulan April sampai Juli.
Ikan ini tergolong blenny triplefin (keluarga Tripterygiidae), memiliki sirip
punggung yang dibagi menjadi tiga bagian. Segmen pertama dari sirip punggung
tepat di belakang kepala dan memiliki tiga duri, bagian kedua dari sirip dorsal
memiliki 14-18 duri, dan bagian ketiga memiliki 10-14. Sirip ekor bulat. The
Black Faced Blenny memiliki tubuh ramping panjang yang tumbuh sampai 3
inci (8 cm) panjang.

Gambar 2. Taksonomi Ikan Black-faced Blenny


(Sumber: http://www.enchantedlearning.com/subjects/fish/printouts/index.shtml)

7
Individu jantan memiliki wajah hitam, badan kuning, dan sirip kuning
berbingkai biru cerah. Betina berwarna campuran cokelat dan abu-abu yang
menutupi dirinya dalam lingkungan berbatu-nya.

2.1.2 Famili Gobiidae


Goby rock adalah ikan kecil dengan panjang sekitar 12 cm, ditemukan di
perairan beriklim utara. Ikan ini berwarna hitam dengan bercak putih, dan
bersembunyi di bawah batu dan di antara rumput laut. Ikan ini tinggal sementara
di kolam batu saat air pasang keluar. Goby batu betina bertelur di bawah batu
dan kerang dan kemudian meninggalkan telurnya. Individu jantanlah yang
menjaga telur sampai menetas.

Gambar 3. Gobius paganellus


(Sumber:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/49/Gobius_paganellus
.jpg/300px-Gobius_paganellus.jpg)

Contoh dari spesies ini adalah Gobius paganellus (Gambar 3). Berikut ini
merupakan klasifikasi dari spesies tersebut.

Phylum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Gobiidae
Genus : Gobius
Species : Gobius paganellus

8
Adapun ikan yang terkenal di Indonesia dari kelompok ini adalah ikan
gobi/tembakul (Periophthalmodon schlosseri).

2.1.3 Famili Cottidae


Kalajengking laut yang cenderung gemuk, kecil dengan panjang sekitar
29 cm, merupakan penghuni sementara yang lain dalam kolam berbatu. Mereka
memiliki mata hitam besar, mulut besar, dan empat duri (dua di setiap sisi) pada
tutup insang-yang menonjol. Mereka juga memiliki organ seperti jari pada setiap
sisi mulut mereka yang membantu mereka menangkap mangsa.

Gambar 4. Taurulus bubalis


(Sumber:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/52/Long_Spined_Scor
pion_Fish.jpg/220px-Long_Spined_Scorpion_Fish.jpg)

Karena kepalanya yang luas, mereka juga disebut "bullheads". Mereka


memiliki berbagai warna samar yang efektif mulai dari warna coklat dengan
bercak cream, oranye dan merah dengan bercak putih. Mereka juga bisa
mengubah warna tubuh mereka untuk mencocokkan lingkungan mereka. Mereka
ditemukan di sekitar pantai Eropa Utara di perairan dangkal berbatu
bersembunyi di antara rumput laut. Mereka juga ditemukan di kolam batu dan
kadang-kadang di perairan dengan kedalaman 30m diatas permukaan.
Kalajengking laut akan bertelur di antara rumput laut atau melekat pada celah-
celah batu. Telur akan menetas setelah dua atau tiga minggu, kemudian menuju
beberapa tahap untuk tumbuh menjadi dewasa.

9
Contoh dari spesies ini adalah Taurulus bubalis (Gambar 4). Berikut ini
merupakan klasifikasi dari spesies tersebut.

Phylum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cottidae
Genus : Taurulus
Species : Taurulus bubalis

2.1.4 Famili Cyclopteridae


Lumpsuckers ditemukan di perairan beriklim utara. Mereka hidup di
dasar laut, dan akan hidup di kolam berbatu di akhir musim dingin dan awal
musim semi ketika mereka bertelur. Tubuh lumpsucker memiliki sisik yang
sedikit dan ditutupi dengan benjolan kecil. Mereka memiliki kaki penghisap
(disk) di bawah tubuh mereka yang mereka gunakan untuk berdiam pada
permukaan. Mereka biasanya berwarna biru keabu-abuan, dan secara efektif
disamarkan agar terlihat seperti batu. Mereka gemuk, hampir bulat, perenang
yang buruk, dan mencapai panjang hingga 50 cm. Setelah lumpsucker betina
bertelur, ikan jantan akan mengambil alih, menjepit dirinya pada batu untuk
menjaga telur. Ketika mereka menetas, lumpsuckers terlihat seperti berudu kecil.
Mereka tetap berada di air dan batu dangkal kolam renang, bersembunyi di
antara rumput laut dan batu, sampai mereka tumbuh dewasa.

10
Gambar 5. Aptocyclus ventricosus
(Sumber:
(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f3/Smooth_lumpsuck
er.jpg/220px-Smooth_lumpsucker.jpg)

Contoh dari spesies ini adalah Aptocyclus ventricosus (Gambar 5).


Berikut ini merupakan klasifikasi dari spesies tersebut.

Phylum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cyclopteridae
Genus : Aptocyclus
Species : Aptocyclus ventricosus

2.1.5 Famili Scopelidae


Saanin ( 1984 ) mengklasifikasikan Ikan Lomek ke dalam :
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Myctophoide
Famili : Scopelidae
Genus : Harpodon
Species : Harpodon neherous
Ikan Lomek (Harpodon neherous) memiliki bentuk tubuh yang
memanjang, berkepala simetris, tidak bersisik, memiliki alat pernafasan

11
tambahan. Bagian depan badannya terdapat penampang yang membulat sedang
bagian tengahmya dan belakang berbentuk pipih. Alat pernafasan tambahan
terdapat di bagian kepala di dalam rongga yang di bentuk oleh dua pelat tulang
kapak. Insangnya berukuran kecil dan terdapat di bagian kepala bagian belakang
( Saanin,1984 ).

Gambar 6. Ikan Lomek (Harpodon nehereus)


(Sumber: http://fishwrecked.com/files/imagecache/forum_preview/westline)

Afandi dan Raharjo (1992), menyatakan ikan lomek (Harpodon


nehereus) merupakan ikan yang hidup didaerah pasang surut (intertidal). Hampir
semua ikan intertidal berukuran kecil karena keadaan lingkungan yang
cenderung tidak stabil (bergolak). Bentuk tubuh pipih memanjang, sebagian
besar mempunyai gelembung renang dan sangat berasosiasi dengan substrat.
Banyak dari ikan ini beradaptasi dengan habitat didaerah subtidal.
Ikan Lomek termasuk ke dalam kelompok Gnathostomata. Bentuk
tubuhnya bilateral simetris, compressed, sedangkan bentuk kepalanya tumpul.
Ikan ini tidak bersisik, ukuran mulut lebar dan berbentuk nonprotactile.
Nybakken ( 1998 ) mengatakan Ikan lomek mempunyai bentuk badan
memanjang agak pipih, ujung moncong pendek membulat, sirip ekor
mempunyai 3 bagian yaitu atas, bawah dan tengah sebagai kelanjutan dari garis
sisik. Gigi kedua rahangnya mempunyai bentuk yang bermacam-macam yaitu
lengkung pipih, besar maupun kecil. Warna badan kecokelatan sampai putih
keabu-abuan, panjang mencapai 40 cm. Nelson (1984), ikan lomek mempunyai

12
jari-jari sirip punngung 9-14, ikan lomek termasuk ikan pemakan segala,
terutama ikan-ikan kecil seperti teri, udang dan ikan kecil lainnya. Kemudian
ikan lomek menyebar atau hidup bergerombol, terdapat di sepanjang perairan
pantai dan daerah estuaria atau daerah dekat dengan muara sungai.

2.2 Adaptasi Fisiologis Ikan di Zona Intertidal


Bentuk adaptasi adalah mencakup adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi
dan adaptasi tingkah laku. Adaptasi morfologi merupakan cara hidup untuk
menyesuaikan dirinya dengan mengembangkan struktur tubuh atau lat tubuh
kearah yang lebih sesuai dengan keadaan lingkungan dan keperluan hidup.
Adaptasi fisiologi adalah cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara penyelesaiaan proses-proses fisiologis dalam tubuhnya.
Organisme intertidal memiliki kemampuan adaptasi fisiologis dengan kondisi
lingkungan yang dapat berubah secara signifikan, tentu hal tersebut terjadi
secara alami untuk bertahan hidup. Berikut ini adalah beberapa adaptasi
fisiologis dari ikan-ikan di wilayah intertidal.

1. Fisiologi Pernapasan
Ikan-ikan di wilayah intertidal akan selalu mengikuti pola air laut yang
selalu pasang dan surut. Pada saat pasang, ikan intertidal akan bersaing berebut
oksigen dengan alga dan sea grass, sementara pada saat surut ikan akan
kekurangan oksigen dan air. Hal ini membuat ikan-ikan intertidal memiliki alat
bantu pernapasan agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Pada beberapa ikan
intertidal bahkan mampu bernafas melalui kulit dan lapisan lendir di mulutnya
dan menghabiskan waktu yang cukup lama di daratan. Lapisan lendir tersebut
harus tetap basah, sehingga ikan tersebut harus masuk ke dalam air kembali.
Contoh dari ikan yang bisa melakukan ini adalah ikan gobi (Periophthalmodon
schlosseri).

2. Kulit dan Beberapa Bagian Tubuh Ditutupi Lendir


Ikan dari kelompok Blenniidae memiliki lendir di permukaan tubuhnya.
Hal itu untuk menunjang kelangsungan hidupnya untuk tetap basah ketika surut
air laut terjadi. Pada ikan gobi (Periophthalmodon schlosseri), lendir yang ada di
mulut dan kulitnya digunakan untuk bernafas di daratan.

13
3. Gelembung Renang
Kebanyakan ikan intertidal memiliki gelembung renang yang dapat
membantunya dalam berenang ke atas untuk melakukan bertahan melawan arus
meski ia banyak menghabiskan waktu di bagian dasar perairan.

4. Toleransi Salinitas yang Tinggi


Zona intertidal adalah zona yang mengalami perubahan salinitas
dan suhu paling drastis, terutama di bagian yang dekat dengan muara.
Ikan-ikan intertidal memiliki toleransi dengan salinitas yang berubah-
ubah. Biasanya, lendir yang ada di tubuhnya berfungsi untuk
menyeimbangkan proses osmosis tubuhnya.

2.3 Adaptasi Behavioral Ikan di Zona Intertidal


Adaptasi behavioral adalah adaptasi tingkah laku, yaitu respon-
respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam bentuk perubahan
prilaku. Biasanya adaptasi tingkah laku adalah suatu kebiasaan khusus
dari beberapa organisme sesuai tempat hidupnya, sehingga setiap
organisme akan memiliki adaptasi yang berbeda di habitat yang berbeda
pula. Ikan-ikan di zona intertidal pun memiliki adaptasi tingkah laku
sedemikian rupa, sehingga ikan-ikan ini mampu hidup di lingkungan
yang sering berubah-ubah, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Mampu Hidup di Daratan


Wilayah intertidal yang selalu mengalami pasang-surut membuat ikan-ikan
di wilayah ini mampu hidup di daratan meski hanya sebentar saja. Hal ini
tentunya sebagai bentuk adaptasi mereka untuk berusaha kembali ke perairan
atau memang sengaja untuk mendapat cahaya matahari langsung. Ikan-ikan ini
memiliki otot sirip yang kuat, sehingga memiliki fungsi seperti kaki saat berada
di daratan. Contohnya yaitu ikan gobi (Periophthalmodon schlosseri).

2. Hidup Berasosiasi dengan Substrat


Kebanyakan ikan intertidal justru hidup di dasar perairan. Bukan hanya
untuk melindungi dari arus permukaan yang memiliki kekuatan lebih besar,

14
namun juga untuk berkembang biak dan mencari makanan. Mereka akan hidup
di celah bebatuan atau dikolam batu yang memiliki air dengan jumlah sedikit
jika dalam keadaan surut.

5. Warna Kulit Sesuai Lingkungannya


Ikan-ikan intertidal cenderung memiliki warna kulit mirip bebatuan,
sehingga keberadaan mereka cenderung tersamarkan untuk bisa mendapatkan
mangsa. Adapun beberapa ikan intertidal yang mampu merubah warna kulitnya
sesuai keadaan di lingkungannya untuk berlindung dan mencari mangsa seperti
ikan-ikan dari kelompok cottidae.

3. Migrasi Ke Laut Dangkal (Sub Tidal) Saat Musim Dingin


Beberapa ikan intertidal yang hidup di iklim sub-tropis akan
melakukan migrasi jika musim dingin berlangsung. Suhu di perairan
intertidal cenderung mengalami penurunan yang drastis karena sangat
dangkal. Untuk menjaga suhunya tetap terjaga, ikan-ikan intertidal yang
terbiasa dengan suhu hangat ini akan berpindah ke zona laut dangkal
(sedikit ke arah sub-tidal). Wilayah sub-tidal cenderung memiliki
stratifikasi suhu. Selain itu, lautan akan menyerap panas yang
diradiasikan oleh matahari meski sedikit.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah beberapa simpulan yang dapat diambil dari pembahasan.
1. Ikan-ikan yang hidup di Zona Intertidal adalah ikan-ikan dari kelompok
Blenniidae, Gobiidae, Cottiidae, Cyclopteridae, dan Scopelidae.
2. Zona intertidal yang sering berubah-ubah membuat ikan-ikan intertidal
memiliki adaptasi fisiologis tersendiri, diantaranya adalah alat bantu
pernafasan, kulit tanpa sisik dan berlendir yang tetap menjaga ikan tetap
basah, mampu bernafas melalui kulit, fungsi gelembung renang, dan
toleransi terhadap perubahan salinitas.
3. Ikan-ikan intertidal juga memiliki tingkah laku khusus yang merupakan
pola adaptasinya di zona ini, diantaranya mampu berjalan di daratan, hidup
berasosiasi dengan substrat, warna kulit yang mirip dengan lingkungannya,
dan migrasi di musim dingin bagi ikan-ikan dari sub-tropis.

3.2 Saran

Ikan-ikan intertidal jarang ditemukan secara langsung jika berada


di pantai umum, karena cenderung pemalu dan merupakan perenang
cepat. Sayangnya ikan-ikan yang unik ini jarang sekali dikaji, sehingga
sangat sulit untuk mencari referensi yang sesuai dan mendalam.
Sebaiknya dilakukan penelitian yang terus diperbanyak dan difokuskan
pada ikan-ikan intertidal, terutama potensinya dalam nilai ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Castro, Peter and Michael E. Huber. Marine Biology. 2007. Higher Education:
Amerika.

Froese, Rainer and Pauly, Daniel, eds. (2013). "Gobius paganellus" in FishBase.
June 2013 version.

Miller P.J. Gobiidae. 1986. In: Whitehead P.J.P., Bauchot M. L., Hureau J.C.

16
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT.
Gramedia. Jakarta.
Nielsen J., Tortonese E. (eds.) Fishes of the North-eastern Atlantic and the
Mediterranean, Vol. 3. UNESCO: Paris.

16

Anda mungkin juga menyukai