LAPORANBISKUIT
LAPORANBISKUIT
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan bagi manusia sangat penting peranannya baik dalam bentuk apa
pun. Kebutuhan akan pangan pun semakin hari semakin meningkat. Seiring
berkembangnya zaman maka pangan pun semakin beraneka ragam, baik jenis
maupun bahan bakunya, seperti makanan cemilan, khususnya yang bertekstur
renyah seperti biskuit. Biskuit pada dasarnya terbuat dari bahan baku utama yaitu
tepung terigu dengan campuran berbagai bahan lainnya.
B. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Biskuit merupakan salah satu kue kering yang populer dan digemari. Inti
pembuatan kue kering adalah pencampuran antara air dan tepung yang dijadikan
adonan, kemudian ditambah dengan bahan yang mengandung lemak agar renyah.
Jumlah dan jenis lemak yang dipakai tergantung pada jenis biskuit atau kue kering
yang akan dibuat (Muaris, 2007).
Kualitas biskuit selain ditentukan oleh nilai gizinya juga ditentukan dari
warna, aroma, cita rasa, dan kerenyahannya. Kerenyahan merupakan karakteristik
mutu yang sangat penting untuk diterimanya produk kering. Kerenyahan salah
satunya ditentukan oleh kandungan protein dalam bentuk gluten tepung yang
digunakan (Matz, 1978).
Tepung adalah suatu bahan pangan yang direduksi ukurannya dengan cara
digiling sehingga memiliki ukuran antara 150-300 m. Tepung memberikan
struktur dasar pada quick bran. Biskuit memerlukan tepung dari
golongan soft dan weak dengan kandungan protein yang rendah. Biasanya pada
pembuatan biskuit digunakan tepung terigu dengan kadar protein 7-8 % (soft).
Namun dengan perkembangan teknologi pengolahan pangan maka dibuatlah
tepung non gandum sebagai substitusi tepung terigu seperti tepung tapioka,
tepung ubi jalar, tepung kacang tunggak, tepung talas, dan lain-lain. Pemakaian
tepung ini selain manfaat dari komposisinya yang mengandung nutrisi juga untuk
meningkatkan potensi produk lokal. Di dalam pengolahan biskuit sendiri selain
dapat mempengaruhi tekstur produk akhir juga meningkatkan nilai gizi berupa
energi (Whistler, 1999). Jenis tepung gandum yang digunkan tergantung pada
produk yang akan dibuat (Fellows dan Hampton, 1992). Tepung dari soft
wheat yang cocok untuk pembuatan biskuit dapat bervariasi dalam kandungan
proteinnya yaitu dari 7-7.5 % (untuk cookies) hingga 10% atau lebih
(untuk crackers) (Smith, 1991).
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan biskuit jagung,
adalah :
- Tepung 75 gram
- Gula Halus 37,5 gram
- Margarine 30 gram
- Garam 0,375 gram
- Kuning Telur 11,25 gram
- Susu Skim 7,5 gram
- Soda Kue 0,75 gram
- Air
B. Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum pembuatan biskuit jagung, adalah :
- Timbangan
- Baskom
- Loyang
- Cetakan kue
- Oven
- Gelas ukur
C. Prosedur Praktikum
Mencampurkan gula, garam, dan margarine dengan mixer kecepatan tinggi
selama 5 menit
Menambahkan susu skim, soda kue, dan air, serta tepung jagung pada adonan
sebelumnya. Menggunakan mixer kecepatan tinggi selama 4 menit.
Memanggang adonan yang telah dicetak pada suhu 125C selama 15 menit
Biskuit
BAB IV
A. Hasil
Kelompok
Panelis
1 2 3 4 5 6
1 2 3 3 3 3
2 1 3 3 3 3
3 1 3 4 3 3
4 3 2 4 2 3
5 1 3 3 3 4
6 2 3 3 3 3
7 2 3 4 3 3
8 2 2 4 2 2
9 2 3 4 3 3
10 2 3 4 3 3
11 2 3 4 3 3
12 2 3 4 3 2
13 3 3 3 3 3
14 2 2 4 2 2
15 2 3 3 3 3
Rata-rata 2 3 4 3 3
Keterangan :
1 : tidak renyah
2 : agak renyah
3 : renyah
4 : sangat renyah
1 2 3 3 3 2
2 2 2 3 2 2
3 3 2 3 2 3
4 2 3 3 3 3
5 2 3 3 3 3
6 2 3 3 3 3
7 3 2 3 2 3
8 2 3 3 3 3
9 3 2 3 2 2
10 2 3 3 3 3
11 3 3 3 3 3
12 3 3 3 3 2
13 3 3 3 3 2
14 3 2 2 2 2
15 3 2 3 2 2
Rata-rata 2 3 3 3 2
Keterangan :
1 : tidak harum
2 : agak harum
3 : harum
4 : sangat harum
Penggunaan susu bubuk lebih baik daripada susu cair pada pembuatan kue
kering. Susu dapat memperbaiki warna, aroma, dan menahan penyerapan air,
selain sebagai penambah nilai gizi biskuit yang dihasilkan. Fungsi dari susu itu
sendiri adalah memperbaiki citarasa, dimana aroma merupakan bagian dari
citarasa. Selain itu pada susu mengandung gula (laktosa) yang akan memberikan
aroma pada saat susu ditambahkan pada adonan dan mengalami pemanggangan.
Harumnya biskuit disebabkan adanya penambahan mentega, telur, dan susu skim
pada adonan. Telur selain berfungsi untuk mengembangkan adonan, juga memiliki
fungsi sebagai pembentuk aroma.
Renyahnya tekstur biskuit yang didapatkan berasal dari adanya bahan telur
dan pengembang yang ditambahkan selama proses pembuatan. Telur mampu
menghasilkan tekstur yang renyah, karena telur memiliki fungsi sebagai
pengempuk maupun pengeras dalam pembuatan biskuit, selain itu telur mampu
mengikat udara yang membuat adonan lebih mengembang sehingga adonan terisi,
sedangkan untuk bahan pengembang atau soda kue mampu memberikan tekstur
yang renyah karena mampu menghasilkan gas CO 2 pada adonan, selama proses
pencampuran adonan timbul gas CO2 pada bahan akibat adanya proses gelatinisasi
pada adonan. Kemudian saat mengalami pemanggangan gas CO 2 yang terbentuk
pada bahan akan menguap ke udara sehingga menyebabkan ruang-ruang pada
biskuit yang sebelumnya terisi adonan kini menjadi kosong atau terbentuk porus-
porus yang menyebabkan biskuit menjadi renyah pada saat dimakan.
Setiap produk pangan memiliki jenis atau atribut tekstur yang berbeda-beda
sifat yang dimiliki oleh produk ekstruder khususnya snack adalah renyah dan
memiliki sifat crunchiness (sifat garing) serta mempunyai sifat mengembang,
sehingga akan menimbulkan sifat crisp (renyah). Volume pengembangan adalah
parameter kualitas yang utama yang mempengaruhi kerenyahan dan sifat
crunchiness (Ali et al., 1996).
Perbedaan ukuran pada bahan baku, akan mempengaruhi hasil dari biskuit.
Pengembangan produk tergantung pada komposisi bahan, dan kadar air bahan dan
suhu proses. Soda kue yang merupakan leavening sistem atau NaHCO3 (sodium
bifospat) akan menghasilkan gas CO2 yang membantu membuat mengembang
saat dipanaskan. Soda kue mampu menghasilkan gas CO2 pada adonan, selama
proses pencampuran adonan timbul gas CO2 pada bahan akibat adanya proses
gelatinisasi pada adonan. Kemudian saat mengalami pemanggangan gas CO 2 yang
terbentuk pada bahan akan menguap ke udara sehingga menyebabkan ruang-ruang
pada biskuit sehingga volume biskuit akan bertambah. Semakin banyak soda kue
yang diberikan maka volume biskuit akan mengembang lebih besar dan diikuti
tekstur yang renyah dan sebaliknya. Pengembangan biskuit juga diikuti oleh saat
proses pemanggangan wadah sebagai tempat adonan biskuit diberikan jarak atau
renggang antar adonan supaya biskuit dapat mengembang dengan sempurna.
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Matz, S. A. dan T. D. Matz. 1978. Cookies and Crackers Technology. The AVI
Publishing Co., Inc, Texas.
Whiteley, P.R. 1971. Foods. 7th Edition. Applied Sci. Publ., London.
Oleh:
Kelompok 5