Anda di halaman 1dari 9

1

Ekofisiologi Tumbuhan : Korelasi Antara


Stomata dan Pencemaran Udara
Amelia Firdaus, Fajri N. Herwintya, Gina Fachniar, Harfianto N. Sakti, Kiki Novitasari,
Violisa Linanda dan Farid K. Muzaki
Departemen Biologi, Fakultas Ilmu Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: rm_faridkm@bio.its.ac.id

Abstrak Ekofisiologi adalah kondisi fisiologi suatu kurang yang mana hal tersebut mempengaruhi takson suatu
organisme yang dipengaruhi dan diatur dalam menanggapi species.[2]
perubahan lingkungan dan faktor batas-batas lingkungan di Bahan kimia tertentu dapat menutup stomata.[4]
mana organisme tersebut dapat berfungsi dan populasinya Pembukaan stomata juga memungkinkan masuknya polusi
dapat dipertahankan. Pembukaan stomata juga
udara melalui daun tanaman.[5] Hubungan antara
memungkinkan masuknya polusi udara melalui daun
tanaman. Ritme sirkadian di aperture stomata
perubahan fotosintesis dan transpirasi setelah paparan O 3
didokumentasikan dan berkorelasi dengan penataan ulang (ozon) kronis mengakibatkan kerusakan aspek fungsional
ritme sirkadian dari sitoskeleton sel penjaga. Metode yang pada proses karboksilasi dan konduktansi stomata yang
digunakan pada praktikum ini adalah deskriptif kuantitatif menyebabkan penurunan lebih besar pada proses
dengan membandingkan rata rata densitas stomata pada fotosintesis dan transpirasi.[6]
saat membuka, menutup maupun abnormal. Hasil dari Rankin & Jensen (1993) mendefinisikan ekofisiologi
pengamatan in adalah terjadi perbedaan rata-rata densitas sebagai "bagaimana fisiologi sebuah organisme dipengaruhi
stomata baik pada stomata terbuka, tertutup maupun dan diatur dalam menanggapi perubahan lingkungan dan
abnormal. Pada lokasi di sekitar lingkungan ITS memiliki faktor batas-batas lingkungan di mana organisme tersebut
densits stomata terbuka lebih bedar dibndingkan di lokasi dapat berfungsi dan populasinya dapat dipertahankan".[1]
luar lingkungan ITS. Sedangkan densitas stomata tertutup
Contoh peristiwa ekofisiologi terlihat pada keadaan hutan
dan abnormal pada lokasi di sekitar lingkungan ITS memiliki
rata-rata lebih kecil yang adaptif yang berasal dari sisa tunas pohon yang proses
ekofisiologinya terhadap lingkungan mungkin tidak selalu
Kata Kunci densitas, ekofisiologi, jam biologis, stomata sesuai dengan buah-buahan yang dihasilkan dan sering
kontra-produktif untuk hasil yang konsisten dari kualitas
Abstract Ecophysiology is a physiological state of an buah yang baik.[3] Kemudian adanya efek dari ciri
organism that is affected and regulated in response to ekofisiologis pada kelangsungan hidup tanaman yang
environmental changes and factors limits of the environment hampir tidak berbeda antara yang di uji pada kondisi yang
in which these organisms can function and its population can bercahaya terang dan tergenang air yang memiliki pola
be maintained. Stomatal opening also allows the entry of air keseluruhan yang serupa seperti tanaman yang di uji pada
pollution through the leaves of the plant. Circadian rhythms kondisi gelap dan tergenang air yang hanya memiliki
in stomatal aperture documented and correlated with perbedaan kekuatan efek.[2]
circadian rhythm rearrangement of the cytoskeleton of the cell Mekanisme yang memprediksi hal-hal seperti transisi
guards. The method used in this lab is descriptive quantitative
by comparing the average - average density of stomata at the
harian disebut jam biologis, atau lebih ilmiah, jam
time of opening, closing or abnormal. The results of the sirkadian, yang dalam bahasa latin, "circa diem", yang
observation is there is a difference in the average density of berarti sekitar satu hari.[7] Jam biologis merupakan
stomata both on stomata open, closed or abnormal. At toleransi terhadap kondisi lingkungan yang relatif konstan
locations around the neighborhood ITS has a more open pada rentang proses fisiologis dengan perbedaan yang
stomata densits Bedar dibndingkan in locations outside of the kontras terhadap ketergantungan pada proses biokimia.
ITS. While the density of stomata are closed and abnormal at Ritme sirkadian berlangsung tanpa adanya isyarat waktu
the location around the ITS environment has on average eksternal tetapi menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.
smaller. [8] Pergerakan stomata memiliki ritmik jam biologis.[9]
Ritme sirkadian di aperture stomata didokumentasikan dan
Key Wordcircadian clock, density, ecophysiology, berkorelasi dengan penataan ulang ritme sirkadian dari
stomata sitoskeleton sel penjaga. Ritme sirkadian dari asimilasi CO 2
pada tanaman CAM (Crassulacean Acid Metabolism) telah
I. PENDAHULUAN dipelajari dengan sangat baik, dan mekanisme

P
molekulernya dipahami secara rinci. [8] Ketika terdapat
erbedaan toleransi lingkungan antara suatu spesies cahaya secara kontinyu, stomata dapat mempertahankan
sedemikian dapat disebabkan oleh ekspresi ritme sirkadian mereka dalam beberapa waktu untuk
diferensial ciri-ciri ekofisiologis terkait dengan membuka atau menutup pada siklus 24-jam.[9]
interaksi spesies tersebut dengan lingkungannya dalam arti Risiko kerusakan daun pada tanaman yang relatif bersifat
luas.[2] Siklus pertumbuhan suatu spesies yang didasarkan mikroskopis, maka parameter yang digunakan untuk
pada keadaan ekofisiologisnya mempengaruhi keadaan pengamatan kerusakan stomata pada daun pun tidak begitu
pada hasil yang maksimal sampai kondisi lingkungan dapat diketahui.[4] Aperture stomata mengontrol jumlah masuk
diadaptasi dengan lebih baik. [3] Ciri-ciri ekofisiologis karbon dan air keluar daun, dan merespon perubahan
mungkin muncul secara terbatas dengan variasi sifat yang
2

dalam banyak parameter lingkungan, seperti cahaya, suhu, 7) Diamati banyak stomata yang terbuka, tertutup
dan konsentrasi karbon dioksida.[6] Ketika stomata hampir dan abnormal lalu dihitung densitasnya dan dirata-
tertutup, beberapa bahan kimia menyebabkan penutupan rata [11]
stomata lebih rapat sehingga memicu kerusakan stomata. Pengambilan sampel dilakukan 3 kali replikasi. Perparat
[4] Kerusakan langsung ke sel-sel stomata menyebabkan stomata diamati di bawah mikroskop compound dengan
penurunan proses fotosintesis.[6] Pengurangan laju perbesaran 400x, dilakaukan peghitungan densitas stomata
fotosintesis karena pembukaan stomata yang kecil pun (densitas stomata membuka, densitas stomata tertutup dan
harus diimbangi dengan peningkatan laju fotosintesis untuk stomata yang abnormal), dilakukan pembuatan sketsa dan
mengimbangi keadaan cadangan air di dalam tanaman. [4] penggambaran [12]
Perhitungan fotosintesis dipengaruhi oleh masukan dari
perubahan konduktansi stomata karena konduktansi Perhitungan densitas stomata dilakukan dengan rumus :
mengatur konsentrasi karbon dioksida (CO2), yang
mendorong komponen biokimia fotosintesis.[6]
Tanaman angsana (Pterocarpus indicus) mempunyai Kerapatan stomata=
kemampuan lebih baik dalam menyerap timbal di udara.
Tanaman angsana merupakan tumbuhan peneduh jalan
yang ditanam di jalan raya, tumbuhan ini mudah untuk Dengan luas bidang pandang :
dikembangbiakan yaitu dengan cara stek batang, selain
mudah dikembangbiakan angsana juga mudah tumbuh dan
sangat cepat untuk menghasilkan biomasa. . Tanaman
angsana cukup resisten dengan kondisi di sekitar daerah
dengan pencemaran udara tinggi, dimana nantinya jumlah d= = = = 0,5
stomatanya dipengaruhi oleh polusi yang menempel pada
daunnya. Walau tidak memiliki daun lebar tetapi angsana
memiliki daun majemuk disertai kanopi yang cukup rimbun r= = = 0,25
sehingga dapat menyerap logam Pb yang berada di sekitar [13]
akibat adanya polusi udara. Besarnya jumlah pencemaran
pada daun tanaman angsana akan menyebabkan kerusakan Penelitian ekofisiologi ini bersifat deskriptif
pada stomatanya, yaitu ukuran dan kondisi stomatanya. kuantitatif dengan membandingkan rata-rata densitas
Banyaknya zat polusi sebagai bahan pencemar udara stomata terbuka, tertutup dan abnormal di wilayah ITS
berpengaruh terhadap stomata daun angsana, semakin Surabaya dan wilayah luar ITS tepatnya di TPS Keputih
banyak akumulasi zat polusi, ukuran stomatanya semakin Surabaya.
kecil dan kondisi fisiologi dan fisik stomata serta epidermis
di sekitarnya menjadi rusak.[10]
Praktikum ini bertujan untuk mengetahui dan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
memahami prinsip dasar ekofisiologi serta mampu
memahami pengaruh pencemaran udara terhadap struktur
dan mekanisme buka-tutup stomata. A. Deskripsi Lokasi
Pada praktikum ekofisiologi tumbuhan dilakukan
pengambilan sampel daun di daerah ITS yaitu lokasi yang
diduga tidak mengalami pencemaran. Lingkungan alami
II.METODOLOGI adalah lingkungan yang belum kemasukan zat pencemar
dan ekosistemnya seimbang. Pada lingkungan ITS terdapat
Praktikum ini dilakukan dengam mengambil sampel beberapa lokasi yang digunakan untuk mengambil sampel
stomata pada daun pohon angsana (Pterocarpus indicus) di daun angsana (Pterocarpus indicus), yaitu belakang dr.
dua lokasi yaitu belakang dr. Angka dengan koordinat garis Angka ITS, Perumahan Dosen Blok-G, Perumahan Dosen
lintang 77 1650:11S dan garis bujur 11 27 4718.02T serta Blok-X, dan Taman Benzena.
di lokasi TPS keputih dengan koordinat garis lintang
7771746.04S dan garis bujur 11274751.86T. a. Belakang Dr. Angka ITS : Lokasi pengambilan
Sampel stomata diambil pada permukaan abaxial, stomata pada daun angsana (Pterocarpus indicus)
dikarenakan permukaan abaksial merupakan permukaan berada di belakang Plaza Dr. Angka BAAK ITS.
yang banyak terdapat stomata. Permukaan abaksial terdapat
Stomata diambil di bagian abaksial daun angsana.
banyak stomata dikarenakan posisisnya yang tidak
langsung terpapar cahaya sehingga dapat menghindari Lokasi pengambilan di dokter angka ini sangat
fotorespirasi. Cara pembuatan preparat stomata adalah rindang dan sedikit sekali terpapar polusi. Pada
dengan metode replika/cetakan, yaitu sebagai berikut : lokasi ini memiliki kordinat garis lintang 77
1) Diambil sampel daun angsana 1650:11S dan garis bujur 1127 4718.02T
2) Permukaan bawah daun (abaxial) diolesi cat kuku,
dibiarkan kering kira-kira 5 menit
3) Setelah kering cat kuku dikelupas dengan solatip
4) Letakkan di atas gelas benda (jangan terbalik), lalu
ditutup gelas penutup
5) Agar tidak lepas susut-sudut gelas penutup
ditetesi cat kuku diberi label
6) Preparat yang sudah dibuat diamati di
laboratorium menggunakan mikroskop
3

Gambar 3. Lokasi Perumdos Blok X

d. Taman Benzene : Sampel diambil dari pohon


angsana (Pterocarpus indicus) yang ada di taman
Gambar 1. Lokasi Belakang Dr. Angka ITS
benzena departemen kimia ITS kampus sukolilo.
b. Perumdos Blok G : Lokasi pengambilan daun Lokasi ini diambil karena lokasi tersebut dianggap
angsana (Pterocarpus indicus) di Perumdos Blok- tidak terkena polusi udara karena banyaknyan
G, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. pepohonan dan hampir tidak ada kendaraan
Pohon Angsana tumbuh didekat saluran air, serta bermotor pada Taman Benzene. Titik koordinat
dengan lingkungan yang rindang dan sangat pada lokasi taman benzene yaitu 77 1700.65.1127
jarang dilalui oleh kendaraan bermotor. Lokasi ini 4739.8E
memiliki titik koordinat -7,288298.,112,794627.

Gambar 2. Lokasi Perumdos Blok G Gambar 4. Lokasi Taman Benzene

c. Perumdos Blok X : Pengambilan stomata Pada praktikum ini juga dilakukan pengambilan sampel
di Perumahan Dosen ITS blok X, yaitu didepan daun di daerah non ITS yaitu lokasi yang diduga
rumah nomor 5X terdapat pertigaan dan tempat mengalami pencemaran. Lingkungan yang diduga
motor . Keadaan dari lokasi Perumahan Dosen mengalami pencemaran yaitu lingkungan yang banyak
Blok X ini penuh dengan perumahan yang dilalui oleh kendaraan bermotor, limbah industri, dan
terdapat cukup banyak pepohonan, namun lokasi pembakaran sampah rumah tangga. Daerah non ITS yang
diambil sampel daun angsananya (Pterocarpus indicus)
ini sering dilewati kendaraan bermotor yaitu, Jalan Raya Kedung Baruk, TPS Keputih, Jalan
dikarenakan banyaknya perumahan. Pada lokasi Manyar Kertoarjo, dan Jalan Kenjeran.
ini meiliki titik koordinat
- 7.2890260,112.7964853 a. Jalan Raya Kedung Baruk : Lokasi
pengambilan daun Angsana (Pterocarpus indicus)
didepan pembangunan apartenen MERR Surabaya
dengan kondisi lokasi berada di pinggir jalan yang
banyak dilalui kendaraan bermotor, serta udara
yang tercemar karena proyek pembangunan di
lokasi tersebut. Lokasi ini memiliki koordinat
-7,307 152., 112, 778 631.
4

Gambar 5. Lokasi Jl. Raya Kedung Baruk


b. TPS Keputih : Lokasi pengambilan berada di TPS Gambar 7. Lokasi Jl. Manyar Kertoarjo
(Tempat Pembuangan Sampah) Keputih. Lokasi
ini berada di pinggir jalan yang sering dilewati d. Jalan Kenjeran : Sampel yang diambil dari
oleh penngendara bermotor. Pohon angsana yang pohon angsana (Pterocarpus indicus) yang ada di
daunnya akan diambil untuk penelitian stomata, jalan kenjeran tepatnya nomor 477, Gading.
berada di dekat tumpukan sampah non organik Tambaksari, berada diseberang jalan. Lokasi ini
selain itu lahan di daerah tersebut juga biasa diambil karena lokasi ini dianggap terkena polusi
dipakai untuk membakar sampah hingga udara, hal itu disebabkan karena banyaknya
mengeluarkan asap hitam. Pada lokasi ini kendaraan bermotor, sedikitnya pepohonan
7
memiliki koordinat garis lintang 771746.04S dan didareah tersebut, dan banyaknya pemukiman
garis bujur 11274751.86T. industri didaerah tersebut. Koordinat pada lokasi
ini yaitu 77 1453, 8404.1127 4648,8568E

Gambar 6. Lokasi TPS Keputih

c. JL. Manyar Kertoarjo (Depan Toko Gambar 8. Lokasi Jalan Kenjeran


Gramedia) : Lokasi pengambilan stomata berada
dipinggir Jalan Raya Manyar Kertoarjo tepat di
depan Toko Gramedia. Lokasi ini memiliki titik B. Data komunal dan Grafik
koordinat 716'46.8"S 11245'48.7"E. Pada Jalan
Manyar ini lingkungannya banyak sekali Stomata Terbuka
kendaraan bermotor yang melewati jalan tersebut
sehingga kemungkinan besar daerah tersebut
terpapar polusi udara, selain itu pada lokasi ini
sangat jarang ditemukan pepohonan.
5

Grafik 1. Stomata terbuka di lokasi lingkungan ITS Perbedaan densitas stomata terbuka pada lokasi di luar
ITS disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cahaya,
Stomata terbuka di beberapa lokasi di lingkungan ITS temperatur, kelembapan, CO2 dan jam biologis stomata . [14]
memiliki densitas yang berbeda-beda. Hal tersebut terbukti Selain itu paparan polusi juga menjadi faktor membuka dan
setelah dilakukan pengamatan stomata pada empat lokasi menutupnya stomata. [16] Densitas stomata terbuka yang
berbeda. Lokasi pertama berada di taman benzene dengan cukup rendah berada di lokasi Merr tepatnya di jalan Raya
densitas stomata terbuka sebesar 31,445 ; selanjutnya lokasi Kedung Baruk dan di sebrang jalan gramedia manyar
kedua berada di belakang dr. Angka dengan densitas kertoajo. Hal tersebut dikarenakan lokasi Merr dan sebrang
stomata terbuka seebsar 6,79; lokasi ketiga berada di jalan gramedia merupakan lokasi jalan raya yang sering
Komplek Perumahan Dosen Blok X dengan densitas dilalui oleh kendaraan bermotor yang mengahasilkan gas-
stomata 33,13 dan lokasi terakhir berada di Komplek gas polusi. Selain itu disekitar tempat pengambilan sampel
Perumahan Dosn Blok G dengan densitas stomata sebesar stomata Jalan Merr terdapat proyek pembangunan yang
35.985. cukup besar. Hal tersebut menyebabkan rendahnya densitas
Perbedaan densitas stomata terbuka tersebut dapat stomata yang terbuka. Menutupnya stomata dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cahaya, dipengaruhi oleh polusi udara yang disebabkan oleh
temperatur, kelembapan, CO2 dan jam biologis stomata . [15] kendaraan bermotor. [16] Semakin banyak polusi udara
Densitas stomata terbuka terendah berada di lokasi yang dihasilkan, maka semakin sedikit stomata yang
belakang dr. Angka hal tersebut dikarenakan lokasi dr. membuka bahkan dapat merusak struktur stomata karena
Angka merupakan lokasi yang disekitarnya terdapat polusi udara dapat mengganggu proses fotosintesis yang
berbagai tanaman yang cukup rindang dan pengambilan terjadi pada daun. [16] Pada lokasi di Jalan Kenjeran juga
sampel stomata dilakukan pada daun yang kurang terpapar terjadi hal yang sama dimana merupakan lokasi jalan raya
sinar matahari. Hal tersebut menyebabkan rendahnya yang sering dilalui oleh kendaraan bermotor yang
intensitas cahaya yang diterima. Menurut Fatonah (2013), mengahasilkan gas-gas polusi, sehingga polusi udara dapat
pada pagi hari stomata akan mulai membuka lebar karena menyebabkan semakin sedikit stomata yang membuka
intensitas cahaya dan temperatur yang optimum dan tidak bahkan dapat merusak struktur stomata. [16] Pada lokasi di
terlalu tinggi. Sedangkan pada tiga lokasi lain, yaitu taman TPS Keputih menunjukan densitas stomata terbuka yang
benzene, perumahan dosen blok X dan perumahan dosen tinggi. TPS keputih merupakan tempat pembuangan akhir
blok G memiliki densitas yang tidak terlalu berbeda dan yang berada di sekitar pemukiman. Tingginya densitas
lebih tinggi daripada densitas stomata terbuka di dr. Angka. stomata terbuka dapat disebabkan oleh zat metana. Metana
Hal tersebut dikarenakan disekitar ketiga daerah tersebut dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu
terdapat berbagai tanaman yang tidak cukup rindang menguraikan bahan organik pada kondisi tanpa udara
sehingga intensitas cahaya yang diterima cukup. Stomata (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat
akan mulai membuka lebar karena intensitas cahaya dan pembusukan biomassa dalam hal ini adalah sampah.
temperatur optimum dan tidak terlalu tinggi serta Metana mudah terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida
kelembaban yang cukup menyebabkan turgor sel penjaga (CO2) sebagai hasil sampingan. [17] Hal tersebut
meningkat.[16] berhubungan dengan faktor membukanya stomata yang
dipengaruhi CO2 , dimana CO2 dapat mempengaruhi
pembukaan stomata untuk melakukan proses fotosintesis.
[18]
Selain beberapa faktor diatas, jam biologis merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi membuka dan
menutupnya stomata. [18] Pengambilan sampel di luar
lingkungan ITS dilakukan sekitar pukul 09.00-11.00 WIB
dimana pada waktu tesebut merupakan waku optimum
stomata untuk membuka. [19] Setelah jam tersebut stomata
yang membuka akan mengalami penurunan sehingga
jumlah stomata yang terbuka akan berkurang. [19]

Stomata Tertutup

Grafik 2. Stomata terbuka di lokasi lingkungan diluar ITS

Stomata terbuka di beberapa lokasi di lingkungan luar


ITS juga memiliki densitas yang berbeda-beda. Hal tersebut
terbukti setelah dilakukan pengamatan stomata pada empat
lokasi berbeda. Lokasi pertama berada di Jalan Kenjeran
dengan densitas stomata terbuka sebesar 19.54, selanjutnya
lokasi kedua berada di TPS Keputih dengan densitas
stomata terbuka sebesar 53.5, lokasi ketiga berada di
Seberang Gramedia Manar Kertoajo dengan densitas
stomata 7.645 dan lokasi terakhir berada di Merr dengan
densitas stomata sebesar 4.245.
6

Grafik 3. Stomata tertutup di lokasi lingkungan ITS stomata 130.885 dan lokasi terakhir berada di Merr dengan
densitas stomata sebesar 75.585.
Stomata tertutup di beberapa lokasi di lingkungan ITS Perbedaan densitas stomata tertutup dapat disebabkan
memiliki densitas yang berbeda-beda. Hal tersebut terbukti oleh beberapa faktor, seperti cahaya, temperatur,
setelah dilakukan pengamatan stomata pada empat lokasi kelembapan, CO2 dan jam biologis stomata [14] serta gas
berbeda. Lokasi pertama berada di taman benzene dengan polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor dan juga asam
densitas stomata tertutup sebesar 31.435, selanjutnya absisat (ABA) pada tanaman itu sendiri. [18] Pada data
lokasi kedua berada di belakang dr. Angka dengan densitas diatas terlihat rata-rata densitas stomata tertutup cukup
stomata terbuka seebsar 49.235 , lokasi ketiga berada di tinggi pada lokasi Gramedia Manyar dan Jalan Merr. Hal
Komplek Perumahan Dosen Blok X dengan densitas tersebut dapat disebabkan oleh tingginya asap kendaraan
stomata 56.55 dan lokasi terakhir berada di Komplek yang dihasilkan pada daerah tersebut. Semakin banyak
Perumahan Dosn Blok G dengan densitas stomata sebesar polusi udara yang dihasilkan, maka semakin sedikit
22.93. stomata yang membuka bahkan dapat merusak struktur
Perbedaan densitas stomata tertutup dapat disebabkan stomata karena polusi udara dapat mengganggu proses
oleh beberapa faktor, seperti cahaya, temperatur, fotosintesis yang terjadi pada daun.[16] Polusi yang
kelembapan, CO2 dan jam biologis stomata. [14] Pada data dihasilkan kendaraan bermotor dapat berupa Senyawa-
diatas terlihat rata-rata densitas stomata tertutup cukup senyawa SO2, SO3, NO, NO2, CO, NH3, O3, asam
tinggi meskipun dalam jumlah yang berbeda. Jam biologis hidroklorit, senyawa flour dan unsurunsur radioaktif. [20]
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi Gas-gas tersebut diserap bersamaan dengan proses
membuka dan menutupnya stomata. [18] Pengambilan asimilasi CO2 yang dibutuhkan oleh stomata untuk
sampel di lingkungan ITS dilakukan sekitar pukul 07.00 fotosintesis. [15] Sedangkan pada lokasi di jalan kenjeran
dimana pada waktu tesebut bukan merupakan waku dan keputih memiliki rata-rata densitas stomata tertutup
optimum, sedangkan waktu optimum stomata untuk yang sama.
membuka adalah pukul 09.00-11.00 WIB. [19] Sehingga Menutupnya stomata dapat dipengaruhi oleh jam
rata-rata densitas stomata tertutup tinggi dikarenakan tidak biologis stomata. [18] Pengambilan sampel di lingkungan
pada waktu waktu optimum stomata untuk membuka. [19] luar ITS dilakukan sekitar pukul 09.00 dimana pada waktu
Hal ini juga berhubungan terhadap faktor cahaya yang tesebut bukan merupakan waku optimum membukanya
mempengaruhi. Karena pengambilan sempel dilakukan stomata, tetapi setelah waktu tersebut stomata yang
pagi hari, intensitas cahaya masih kurang untuk membuka membuka akan mengalami peurunan. [19] Menurut
stomata. Menurut Yang et al (2005), stomata membuka Fatonah et al (2013), apabila sudah memasuki sekitar jam
pori-pori mereka di siang hari dan menutup di malam hari 11.00-12.00 intensitas cahaya dan suhu sangat tinggi dan
(dalam kasus beberapa succulents, terjadi sebaliknya). kelembaban sangat rendah. Dengan semakin meningkatnya
Selain kedua faktor diatas, CO2 juga dapat menginiasiasi transpirasi, maka akan terjadi kehilangan air. Kehilangan
pergerakan stomata. Pada pagi hari pengambilan stomata air ini menyebabkan tekanan turgor sel penjaga menurun
aktivitas makhluk hidup belum tinggi sehingga pertukaran sehingga menyebabkan ABA akan masuk sebagai dan
gas O2 dan CO2 pun belum tinggi yang menyebabkan stomata akan menutup. Penutupan ini bertujuan untuk
konsentrasi CO2 masih kurang, sehingga hanya sedikit CO 2 mengurangi kehilangan air yang berlebihan. [15]
yang dapat menginisiasi pembukaan stomata. [18]
Stomata Abnormal

Grafik 4. Stomata tertutup di lokasi lingkungan diluar ITS


Grafik 5. Stomata abnormal di lokasi lingkungan ITS
Stomata tertutup di beberapa lokasi di lingkungan luar
ITS juga memiliki densitas yang berbeda-beda. Hal tersebut Stomata abnormal di beberapa lokasi di lingkungan ITS
terbukti setelah dilakukan pengamatan stomata pada empat memiliki densitas yang berbeda-beda. Hal tersebut terbukti
lokasi berbeda. Lokasi pertama berada di Jalan Kenjeran setelah dilakukan pengamatan stomata pada empat lokasi
dengan densitas stomata terbuka sebesar 43.32, selanjutnya berbeda. Lokasi pertama berada di taman benzene dengan
lokasi kedua berada di TPS Keputih dengan densitas densitas stomata abnormal sebesar 8.495, selanjutnya lokasi
stomata terbuka sebesar , loka48.39, lokasi ketiga berada di kedua berada di belakang dr. Angka dengan densitas
Seberang Gramedia Manyar Kertoajo dengan densitas stomata terbuka seebsar 5.09 , lokasi ketiga berada di
Komplek Perumahan Dosen Blok X dengan densitas
7

stomata sebesar 13.695 dan lokasi terakhir berada di tersebut menyebabkan banyaknya polusi usara pada daerah
Komplek Perumahan Dosn Blok G dengan densitas stomata tersebut. Faktor utama yang menyebabkan abnormalitas
sebesar 12.735. stomata adalah polusi udara terutama dari kendaraan
Pada lokasi di Komplek Perumahan Dosen Blok X dan bermotor. Polusi udara menyebabkan perubahan yang
Komplek Perumahan Dosen Blok G menunjukkan densitas sgnifikan pada struktur stomata. [21] Polusi yang dapat
abnormalitas tertinggi. Hal tersebut dikarenakan kedua mempengaruhi abnormalitas suatu tumbuhan tepatnya
lokasi itu lebih sering dilalui kendaraan bermotor dan juga stomata berupa Senyawa-senyawa SO2, NO, NO2, dan O3.
disekitarnya adalah pemukiman yang intensitas pohon dan [22] Senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan
tanamannya tidak begitu rindang dibandingkan di lokasi abnormalitas pada stomata berupa klorosis di dalam urat
Taman Benzene dan dr. Angka. Faktor utama yang daun yang disebabkan oleh SO2, terdapat spot berwarna
menyebabkan abnormalitas stomata adalah polusi udara hitam atau coklat tidak teratur yang disebabkan oleh
terutama dari kendaraan bermotor. Polusi udara senyawa NOx, dan terdapat bitnik putih, kuning atau coklat
menyebabkan perubahan yang sgnifikan pada struktur pada pinggir bibir stomata yang disebabkan oleh senyawa
stomata. [21] Polusi yang dapat mempengaruhi O3. Menurut Mansfield (1976) tanaman yang tumbuh di
abnormalitas suatu tumbuhan tepatnya stomata berupa lokasi yang tercemar, cenderung merangsang pengambilan
Senyawa-senyawa SO2, NO, NO2, dan O3. [22] Senyawa- gas lain ke dalam mesofil daun, pada saat proses asimilasi
senyawa tersebut dapat menyebabkan abnormalitas pada CO2 berlangsung.
stomata berupa klorosis di dalam urat daun yang Bentuk abnormalitas lain dari stomata akibat polusi
disebabkan oleh SO2, terdapat spot berwarna hitam atau dapat berupa stomata hanya memiliki sel penjaga tunggal,
coklat tidak teratur yang disebabkan oleh senyawa NOx, sel penjaga rusak atau tidak terebntuk, stomata dan sel
dan terdapat bitnik putih, kuning atau coklat pada pinggir epidemis menyatu, dan stomata yang berkelompok. [23]
bibir stomata yang disebabkan oleh senyawa O 3. Menurut Banyak spesies tanaman yang lebih sensitif terhadap
Mansfield (1976) tanaman yang tumbuh di lokasi yang senyawa-senyawa beracun seperti SO2 pada siang hari,
tercemar, cenderung merangsang pengambilan gas lain ke ketika stomata terbuka dibandingkan pada malam hari,
dalam mesofil daun, pada saat proses asimilasi CO 2 salah satunya adalah tanaman angsana. [24]
berlangsung.
Bentuk abnormalitas lain daristomata akibat polusi dapat
berupa stomata hanya memiliki sel penjaga tunggal, sel
penjaga rusak atau tidak terebntuk, stomata dan sel
epidemis menyatu, dan stomata yang berkelompok. [23]

Grafik 7. Stomata terbuka

Pada pengamatan stomata terbuka dihasilkan bahwa


rata-rata densitas stomata terbuka di lokasi lingkungan ITS
mencapai 26,8375 sehingga lebih besar dari rata-rata
densitas stomata terbuka di lingkungan luar ITS sebesar
Grafik 6. Stomata abnormal di lokasi lingkungan diluar ITS
21,2325. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor utama yaitu
polusi udara dimana di lingkungan ITS memiliki tingkat
Stomata abnormal di beberapa lokasi di lingkungan luar pencemaran udara lebih rendah dibandingkan di
ITS juga memiliki densitas yang berbeda-beda. Hal tersebut lingkungan luar ITS yang berada di jalan raya, sering
terbukti setelah dilakukan pengamatan stomata pada empat terpapar polusi udara akibat kedaraan bermotor, pabrik dan
lokasi berbeda. Lokasi pertama berada di Jalan Kenjeran pembangunan serta lebih sedikitnya pepohonan-pepohonan
dengan densitas stomata abnormal sebesar 18.705, yang ada. Seperti yang dikatakan oleh Pourkhabbaz et al
selanjutnya lokasi kedua berada di TPS Keputih dengan (2010), semakin banyak polusi udara yang dihasilkan,
densitas stomata terbuka sebesar 17.88, lokasi ketiga berada maka semakin sedikit stomata yang membuka bahkan dapat
di Seberang Gramedia Manyar Kertoajo dengan densitas merusak struktur stomata karena polusi udara dapat
stomata 9,345 dan lokasi terakhir berada di Merr dengan mengganggu proses fotosintesis yang terjadi pada daun.
densitas stomata sebesar 43,32. Dari ketiga pengamatan stomata, diketahui bahwa polusi
Pada lokasi di Jalan Merr tepatnya di Jalan Raya Kedung udara merupakan faktor utama yang menunjukkan
Baruk menunjukkan densitas abnormalitas tertinggi. Hal perubahan-perubahan yang signifikan pada stomata. Tetapi
tersebut dikarenakan lokasi itu merupakan jalan raya yang juga terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi
sering dilalui kendaraan bermotor bahkan truk-truk besar. membuka, menutup ataupun abnormalitas stomata seperti
Selain itu, tempat pengambilan sampel stomata Jalan Merr seperti cahaya, temperatur, kelembapan, CO 2 dan jam
terdapat proyek pembangunan yang cukup besar. Hal biologis stomata [14] serta gas polusi yang dihasilkan
8

kendaraan bermotor dan juga asam absisat (ABA) pada yang ada. Seperti yang dikatakan oleh Pourkhabbaz et al
tanaman itu sendiri. [18] (2010), semakin banyak polusi udara yang dihasilkan,
maka semakin sedikit stomata yang membuka bahkan dapat
merusak struktur stomata (abnormal).

Gambar 1. Stomata Abnormal Gambar 2. Stomata Terbuka


Grafik 8. Stomata tertutup

Sama halnya dengan pengamatan stomata terbuka, pada


pengamatan stomata tertutup dihasilkan bahwa rata-rata
densitas stomata terbuka di lokasi lingkungan ITS
mencapai 40,0375 yang lebih sedikit dibandingkan rata-
rata densitas stomata terbuka di lingkungan luar ITS
sebesar 74,545. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor utama
yaitu polusi udara dimana di lingkungan ITS memiliki
tingkat pencemaran udara lebih rendah dibandingkan di
lingkungan luar ITS yang berada di jalan raya, sering
terpapar polusi udara akibat kedaraan bermotor, pabrik dan
pembangunan serta lebih sedikitnya pepohonan-pepohonan
yang ada. Seperti yang dikatakan oleh Pourkhabbaz et al Gambar 3. Stomata Tertutup
(2010), semakin banyak polusi udara yang dihasilkan,
maka semakin sedikit stomata yang membuka bahkan dapat Stomata tumbuhan pada umumnya membuka
merusak struktur stomata karena polusi udara dapat pada saat hari terang, sehingga memungkinkan masuknya
mengganggu proses fotosintesis yang terjadi pada daun. CO2 yang diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari dan
penutupan berlangsung bertahap menjelang sore hari.
Cahaya yang masuk ke dalam tanaman merangsang
akumulasi ion kalium (K) mengakibatkan stomata
membuka. Perubahan tekanan turgor yang menyebabkan
pembukaan dan penutupan stomata terutama disebabkan
oleh pengambilan dan kehilangan ion kalium (K) secara
reversibel oleh sel penutup. Sel penutup memiliki kekhasan
dalam hal serat halus selulosa pada dinding selnya. Sifat
serat selulosa ini relatif tidak elastis , sehingga sel penutup
tidak memanjang melainkan melebar. Dengan demikian
saat membuka panjang stomata relatif tetap. Dinding
punggung tipis , tetapi dinding perutnya lebih tebal,
dinding atas dan bawah mengalami penebalan kutikula.
Umumnya sel penutup stomata mengandung kloroplas dan
berklorofil, sehingga dapat melaksanakan fotosintesis. [11]
Stomata yang mengalami abnormalitas ditandai
dengan hanya memiliki sel penjaga tunggal, sel penjaga
rusak atau tidak terebentuk, stomata dan sel epidemis
Grafik 9. Stomata abnormal menyatu, dan stomata yang berkelompok. [23]

Pada pengamatan stomata abnormal dihasilkan bahwa


IV. KESIMPULAN
rata-rata densitas stomata abnormal di lokasi lingkungan
ITS mencapai 10,00375 sehingga lebih kecil dari rata-rata
densitas stomata abnormal di lingkungan luar ITS sebesar Ekofisiologi adalah kondisi fisiologi suatu organisme
22,3125. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor utama yaitu yang dipengaruhi dan diatur dalam menanggapi perubahan
polusi udara dimana di lingkungan ITS memiliki tingkat lingkungan dan faktor batas-batas lingkungan di mana organisme
pencemaran udara lebih rendah dibandingkan di tersebut dapat berfungsi dan populasinya dapat dipertahankan.
lingkungan luar ITS yang berada di jalan raya yang sering Pada pengamatan ekofisiologi berupa pengamatan stomata
terpapar polusi udara akibat kedaraan bermotor, pabrik dan terjadi perbedaan rata-rata densitas stomata baik pada
pembangunan serta lebih sedikitnya pepohonan-pepohonan stomata terbuka, tertutup maupun abnormal. Pada lokasi di
9

sekitar lingkungan ITS memiliki densits stomata terbuka [20] Meetham, A.R. Atmospheric Pollution ; Its Origin and Prevention. 3rd
Ed. New York : Perganon Press (1981)
lebih bedar dibndingkan di lokasi luar lingkungan ITS. [21] Laghari, S. K., Mudassir, A. Z., Ghulam, R. 2015. Impact Of Solid
Sedangkan densitas stomata tertutup dan abnormal pada Waste Burning Air Pollution On Some Physioanatomical Characteristics
lokasi di sekitar lingkungan ITS memiliki rata-rata lebih Of Some Plants. Pak Journal Botani, Vol 47, No 1 (2015) 225-232.
kecil. Hal tersebut disebabkan oleh polusi udara yang [22] Fitter, A.H. dan Hay, R.K.M. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press (1998)
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perubahan- [23] Hashemloian, B. D., Azra, A. A. Abnormal and cytoplasmic connection
perubahan yang signifikan pada stomata. Tetapi juga of guard cells of stomata of leafs of six species of the monocots.
terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi membuka, Journal of Plant Sciences, Vol 2, No 6 (2014) 334-338.
menutup ataupun abnormalitas stomata seperti seperti [24] Mansfield, T.A. Effect of Air Pollution on Plants. Cambridge, London :
Cambridge.University (1976)
cahaya, temperatur, kelembapan, CO2 dan jam biologis
stomata serta gas polusi yang dihasilkan kendaraan
bermotor dan juga asam absisat (ABA) pada tanaman itu
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rankin, J.C. and Jensen, F.B., Fish ecophysiology: the comparative
physiologists viewpoint. In: Rankin JC, Jensen FB eds. Fish
Ecophysiology. London : Chapman and Hall. (1993) 17-20.
[2] Mommer, Liesje,. P. M. Lenssen, John,. Huber, Heidrun,. J. W. Visser, Eric
And Hans De Kroon. Ecophysiological Determinants Of Plant
Performance Under Flooding: A Comparative Study Of Seven Plant
Families. Journal of Ecology. Vol. 94 (2006) 11171129.
[3] Wolstenholme, B. N. and A. W. Whiley. Ecophysiology Of The Avocado
(Persea americana Mill.) Tree As A Basis For Pre-Harvest
Management. Journal of Revista Chapingo Serie Horticultura. Vol. 5
(1999) 77-88.
[4] Shimshi, Daniel. Effect of Chemical Closure of Stomata on Transpiration
in Varied Soil and Atmospheric Environments. Journal of Plant
Physiology. Vol. 17 (1963) 709-712.
[5] Jr, Dugger. W. M., Taylor, 0. C., Cardiff, Eugene and C. Ray Thompson.
Stomatal Action in Plants as Related
to Damage From Photochemical Oxidants. Journal of Plant
Physiology. Vol. 8 (1961) 487-491.
[6] Lombardozzi, D., Levis, S., Bonan, G. and J. P. Sparks. Predicting
Photosynthesis And Transpiration Responses To Ozone: Decoupling
Modeled Photosynthesis And Stomatal Conductance. Journal of
Biogeosciences. Vol. 9 (2012) 31133130.
[7] Johansson, Mikael. The Circadian Clock in Annuals and Perennials
Coordination of Growth with Environmental Rhythms. Sweden :
Arkitektkopia (2010)
[8] McClung, C. Robertson. Circadian Rhythms In Plants. Journal of Plant
Physiology and Plant Molekuler Biology. Vol. 52 (2001) 62-139.
[9] Yang, Hui-Min., Zhang, Jian-Hua And Xiao-Yan Zhang. Regulation
Mechanisms of Stomatal Oscillation. Journal of Integrative Plant
Biology. Vol. 47, No.10 (2005) 1159-1172.
[10] Warianty., Suboro, Irawan dan Dasumiyati. Angsana atau (Pterocarpus
indicus) sebagai bioindicator untuk polusi disekitar terminal lebak
bulus. Jurnal Biologi, Vol 8, No 1 (2015)
[11] Haryanti, S., Tetrinica, M. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata
Daun Kedelai (Glycine max (L) merril). Bioma, Vol. 11, No. 1 (2009)
18-23.
[12] Mahode, A. A. Pedoman Tekiik Dasar Untuk Laboratorium Kesehatan.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC (2004)
[13] Lestari, E.G. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan
Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64.
Biodivesitas. Vol 7, No 1 (2006) 44-48.
[14] Vaten, A., Dominiquique, C. B. Mechanisms of stomatal development:
an evolutionary view. EvoDevo , Vol 3, No 11 (2012)
[15] Fatonah, S., Dwijowati, A., Desi, M., Dyah, I.Penentuan Waktu
Pembukaan Stomata Pada Gulma Melastoma malabathricum L. Di
Perkebunan Gambir Kampar, Riau. Biospecies, Vol. 6 No.2 (2013)
15-22.
[16] Pourkhabbaz, A., Andrea, O., Andrea, P., Nayerah, R., Rosemarie,
L.Inuence of Environmental Pollution on Leaf Properties of Urban
Plane Trees, Platanus orientalis L. Bull Environ Contam Toxicol, Vol
85 (2010) 251255
[17] Indarto, A. M.. Pengaruh kematangan sampah terhadap produksi gas
metana (CH4) Di TPA putri cempo Mojosongo. Tesis, Program Studi
Ilmu Lingkungan program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret,
(2017) diakses pada eprints.uns.ac.id, pada tanggal 23 Maret 2017,
Pukul 3.00 WIB.
[18] Yang, H., Zhang, J., and Xiao-Yan, Z. Regulation Mechanisms of
Stomatal Oscillation. Journal of Integrative Plant Biology Formerly
Acta Botanica Sinica, Vol 47, No 10 (2005) 1159-1172
[19] Anggraini, N., Eny, F., Sapto, I. Pengaruh Cekaman Kekeringan
Terhadap Perilaku Fisiologis Dan Pertumbuhan Bibit Black Locust
(Robinia pseudoacacia). Jurnal Ilmu Kehutanan, Vol 9, No.1 (2015)

Anda mungkin juga menyukai