Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA DAN KEDUDUKAN

MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
YOLA IVONNY HARIANTO (1512441005)
FRAFTI REJEKI S. (1512441006)
DWINDA HEGEL T. (1512441007)
SRI SUCI HARDIANTI A. (1512441008)
HANGGER CITRA ARYO K. (1512441009)
SULBIANA (1512441010)

PENDIDIKAN FISIKA ICP


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2017
A. SEJARAH PERKEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
Definisi Media Pembelajaran, Media berasal dari kata Medium yang
berasal dari bahasa latin Medius yang berarti tengah atau sedang.
Pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi
(pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan (Latuheru, 1988:9).
Sedangkan menurut Briggs (1977), media pembelajaran adalah sarana fisik untuk
menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.
Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk
memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu
kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh
bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang
menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut
berjudul Orbis Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama
kali pada tahun 1657. Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa
tak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui
penginderaan.
Dari sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang
dapat memberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi
siswa melalui semua indera, terutama indera pandang dengar. Kalau kita amati
lebih cermat lagi, pada mulanya media pembelajaran hanyalah dianggap sebagai
alat untuk membantu guru dalam kegiatan mengajar (Teaching Aids). Alat bantu
mengajar yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual seperti gambar,
model, grafis atau benda nyata lain. Alat-alat bantu itu dimaksudkan untuk
memberikan pengalaman lebih konkrit, memotivasi serta mempertinggi daya
serap atau retensi belajar dan daya ingat siswa dalam belajar. Namun karena
terlalu memusatkan perhatian pada alat Bantu visual kurang memperhatikan aspek
disain, pengembangan pembelajaran (instruction) produksi dan evaluasinya. Jadi,
dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual
untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita
kenal dengan audio visual atau audio visual aids (AVA). Bermacam peralatan
dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan ajaran kepada siswa
melalui penglihatan dan pendengaran untuk menghindari verbalisme yang masih
mengkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata.
Sekitar pertengahan abad 20 usaha pemanfaatan alat visual mulai dilengkapi
dengan peralatan audio, maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran.
Usaha-usaha untuk membentuk pembelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus
dilakukan. Dalam usaha itu, Edgar Dale membuat klasifikasi 12 tingkatan
pengalaman belajar dari yang paling kongkrit sampai yang paling abstrak.
Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama Kerucut Pengalaman (Cone
of Experience).

Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau
media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan
mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui
pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya.
Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya
mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan
diperoleh siswa. Edgar Dale memandang bahwa nilai media pembelajaran
diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman.
Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu,
sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang
paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa. Pada
akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio
visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai
alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalam
dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu
guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya,
waktu itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran,
belum mendapat perhatian khusus. Baru pada tahun 1960-an, para ahli mulai
memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu
teori Behaviorisme BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat
mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media
pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya teaching
machine (mesin pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran
terprogram).
Pada tahun 1965-70, pendekatan sistem (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan
sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian intregal dalam proses
pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru,
melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah
merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi
hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk
membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan
belajar mengajar. Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan atau
informasi belajar.
Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori
tingkah-laku (behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai mempengaruhi
penggunaan media dalam pembelajaran. Dalam teorinya, mendidik adalah
mengubah tingkah-laku siswa. Teori ini membantu dan mendorong diciptakannya
media yang dapat mengubah tingkah-laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970 , pendekatan system (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan
pembelajaran. Pendekatan system ini mendorong digunakannya media sebagai
bagian integral dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus
direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa.
Ada dua ciri pendekatan sistem pengajaran, yaitu sebagai berikut:
Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar. Proses
belajar-mengajat adalah sesuatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa
berinteraksi satu sama lain.
Penggunaan metode khusus untk mendesain sistem pengajaran yang terdiri
atas prosedur sistemik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian
keseluruhan proses belajar-mengajar
Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan
karakteristik siswa diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan yang dicapai. Pada dasarnya pendidik dan ahli visual menyambut baik
perubahan ini. Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai
dipakai berbagai format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar
bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda, sebagian ada yang lebih cepat belajar
melalui media visual, sebagian audio, media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari
sinilah lahir konsep media pembelajaran.

B. KEDUDUKAN MEDIA PEMBELAJARAN

1. Kedudukan Media Pembelajaran Berdasarkan Karakteristiknya


Kemajuan di bidang teknologi pendidikan, maupun teknologi pembelajaran,
menuntut digunakannya berbagai media pembelajaran serta peralatan-peralatan
yang semakin canggih. Boleh dikatakan bahwa dunia pendidikan dewasa ini hidup
dalam dunia media, di mana kegiatan pembelajaran telah bergerak menuju
dikuranginya sistem penyampaian bahan pembelajaran secara konvensional yang
lebih mengedepankan metode ceramah, dan diganti dengan sistem penyampaian
bahan pembelajaran modern yang lebih mengedepankan peran siswa dan
pemanfaatan multimedia.
Setiap jenis media memiliki karakteristik masing-masing dan menampilkan
fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses belajar peserta didik. Agar
peran media belajar tersebut menunjukkan pada suatu jenis media tertentu, maka
pada media-media belajar itu perlu diklasifikasikan menurut suatu metode tertentu
sesuai dengan karakteristik dan fungsinya terhadap pembelajaran.
Pengelompokkan itu penting untuk memudahkan para pendidik dalam memahami
sifat media dan dalam menentukan media yang cocok untuk pembelajaran atau
topik pembelajaran tertentu.
Menurut Scharmm, kita dapat melihat media menurut karakteristik
ekonomisnya, lingkup sasarannya yang dapat diliput, dan kemudahan kontrol
pemakai. Jadi antara klasifikasi media, karakteristik media dan pemilihan media
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi
pembelajaran.
2. Kedudukan Media Pembelajaran di Dunia Pendidikan
Belajar melalui stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik
untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali dan
menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Belajar melalui stimulus verbal
membuahkan hasil yang lebih apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang
berurut-urutan. Belajar dengan menggunakan indera ganda(pandang dan dengar)
akan memberikan keuntungan bagi siswa.
Dengan menggabungkan beberapa media akan memberikan pengalaman
yang mencerminkan suatu pengalaman belajar dalam kehidupan sehari-hari. Suatu
pengalaman belajar akan diperoleh karena adanya penggabungan aneka media itu-
hingga menjadi satu kesatuan kerja yang meghasilkan suatu informasi yang
memiliki nilai komunikasi yang sangat tinggi; artinya informasi bahkan tidak
hanya dilihat sebagai hasil cetakan, melainkan juga dapat didengar, membentuk
simulasi dan animasi yang dapat membangkitkan minat dan memiliki nilai seni
grafis yang tinggi dalam penyajian.
Kita sekarang berada dalam suatu era informasi, yang ditandai dengan
tersedianya informasi yang makin banyak dan bervariasi., tersebarnya informasi
yang makin meluas dan seketika, serta tersajinya informasi dalam berbagai bentuk
dalam waktu singkat. Media telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan,
walaupun dalam derajat yang berbeda-beda.Di negara-negara yang telah maju
media telah mempengaruhi kehidupan hampir sepanjang waktu. Bahkan seorang
arsitek Amerika terkemuka, Buckminster Fuller dalam Haney & Ulmer
menyatakan bahwa media adalah orang tua ketiga(guru adalah orang tua kedua).
Di indonesia kecenderungan ke arah itu sudah mulai tampak, dengan telah
diudarakannya oleh pihak swasta Televisi Pendidikan mulai tahun 1991, yang
disiarkan ke seluruh pelosok tanah air.
Dengan konsepsi yang makin mantap, kedudukan media dlm dunia
pendidikan tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa
informasi atau pesan pembelajaran guru yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dengan demikian seorang guru dapat memusatkan tugsnya pada aspek-aspek lain
seperti pada kegiatan bimbingan dan penyuluhan individual dalam kegiatan
pembelajaran.
3. Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen yang
saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Pembelajaran dikatakan sebagai suatu system karena didalamnya mengandung
komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan, komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan tujuan
intruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan intruksional umum. Dalam
kurikulum 2006, perumusan indicator selalu merujuk pada kompetensi dasar dan
kompetensi dasar selalu merujuk pada standar kompetensi. Usaha untuk
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh pengguna alat bantu
pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik komponen penggunanya. Setelah
itu, guru menentukan alat dan melaksanakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
menjadi bahan masukan dan umpan balik kegiatan yang telah dilaksanakan.
Apabila ternyata hasil belajar siswa rendah, maka kita mengidentifikasi bagian-
bagian apa yang menyebabkannya. Khususnya dalam penggunaan media maka
perlu melihat efektivitas apakah yang menjadi faktor penyebabnya.

Proses

pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing saling


berkaitan erat dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian, akan
menjadi suatu sistem yang tidak sempurna, manakala suatu pembelajaran tidak
didukung oleh salah satu komponen tersebut.
a. Tujuan
Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem
pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa,
semuanya tergantung tujuan yang ingin dicapai. Jika diibaratkan, tujuan sama
dengan komponen jantung pada sistem tubuh manusia. Kegiatan pembelajaran
yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan, maka segala
sesuatu yang dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai
tujuan yang ditentukan. Dengan demikian dalam setting pembelajaran, tujuan
merupakan pengikat segala aktifitas guru dan siswa. Oleh sebab itu merumuskan
tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang
sebuah program pembelajaran, karena alasan yaitu sebagai berikut:

Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas


keberhasilan proses pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan
kegiatan belajar siswa.
Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai control dalam menentukan
batas-batas dan kualitas pembelajaran.

b. Isi
Isi atau materi pembelajaran merupakan komponen kedua dalam system
pembelajaran. Dalam konteks tertentu materi pelajaran merupakan inti dalam
proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai
proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama
pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Dalam kondisi semacam ini,
maka penguasaan materi pelajaran oleh guru mutlak diperlukan sebab peran dan
tugas guru sebagai sumber belajar. Namun demikian, dalam setting pembelajaran
yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, tugas dan
tanggungjawab guru bukanlah sebagai sumber belajar. Dengan demikian, materi
pelajaran sebenarnya bisa diambil dari berbagai sumber.
c. Metode
Metode atau strategi adalah komponen yang juga sangat menentukan,
keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini.
Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat
diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen
tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena
itu, setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi
dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
d. Media
Walaupun sebagai alat bantu akan tetapi media memiliki peran yang tidak
kalah penting. Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan
siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja dengan memanfaatkan hasil
teknologi. Oleh Karena itu, peran dan tugas guru bergeser dari peran sebagai-
sumber belajar menjadi peran sebagai pengelola sumber belajar. Melalui
penggunaan berbagai sumber tersebut diharapkan kualitas pembelajaran akan
semakin meningkat.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam system proses pembelajaran.
Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran, tetapi juga sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam
pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam
pemanfaatan berbagai komponen system pembelajaran.
4. Kedudukan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar
Dalam proses belajar-mengajar media pembelajaran memiliki kedudukan
diantaranya sebagai berikut:
a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat pengajar menyampaikan
pelajaran
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam
kedudukannya seperti halnya diatas jelas telah memberikan manfaat besar
bagi anak didik. Disatu pihak akan memudahkan dalam memahami materi
pelajaran yang sedang diajarkan karena siswa secara langsung dapat
berinteraksi dengan objek yang menjadi bahan kajian. Sedangkan dipihak
lain, penggunaan media pengajaran dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat
disampaikan guru melalui komunikasi verbal, sehingga kesulitan siswa
memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi. Bahka dengan kehadiran
media diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari siswa.
b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut
dan dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnyadan pengajar bisa
menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa
Penggunaan media pengajaran dalam pembelajaran khususnya pada
materi pelajaran yang bersifat abstrak yang sukar dicerna dan dipahami oleh
setiap siswa terutama materi pelajaran yang rumit dan kompleks sangat perlu
dilakukan. Hal ini terkait dengan materi pelajaran yang di dalamnya
terdapat sejumlah konsep-konsep yang masih bersifat abstrak, misalnya
untuk-menjelaskan sistem peredaran darah pada manusia, proses terjadinya
hujan, proses terjadinya gerhana matahari, dan lain-lain. Di mana kadang-
kadang untuk menjelaskan dan menggambarkannya melalui kata-kata sangat
sulit, siswa pun sulit untuk memahaminya. Dengan media pengajaran seperti
itulah kemudian guru memberi waktu pada siswanya untuk memecahkan
masalah yang ia lihat berdasarkan teori yang ada. Oleh karena itu, media
berkedudukan sebagai sarana yang dipergunakan agar pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik, memperdekat dan memperlancar jalan kearah
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Sumber belajar bagi siswa


Artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari
para siswa baik secara individual maupun kelompok.
d. Alat untuk mempertinggi proses interaksi guru sisw, dan interaksi siswa
dengan lingkungan sehingga mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar
Tiap-tiap siswa mempunyai kemampuan indera yang tidak sama, baik
pendengaran maupun penglihatan. Demikian juga kemampuan dalam
berbicara. Ada siswa yang lebih suka/senang membaca, ada yang lebih suka
mendengarkan dulu baru membaca, dan begitu pun sebaliknya. Dengan
kehadiran media pengajaran, kelemahan indera yang dimiliki tiap siswa
dapat diatasi. Misalnya, guru dapat memulai pelajaran dengan metode
ceramah kemudian dilanjutkan dengan memperlihatkan/ memberikan contoh
konkrit. Dengan cara seperti ini dapat memberikan stimulus terhadap indera
siswa. Dan dengan begitu akan terbangun pula interaksi guru dan siswa
dengan lingkungannya.
5. Kedudukan Media Pembelajaran Dalam Teknologi Pembelajaran
Dalam teknologi pembelajaran, media memiliki multi makna, baik dilihat
secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi
disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya.
Dalam teknologi pembelajaran pada dasarnya kedudukan Media Pembelajaran
dalam teknologi pembelajaran sepertihalnya apa yang dimaksud dalam Landasan
Teknologis, dalam landasan tersebut dijelaskan bahwa pemecahan masalahdalam
teknologi pendidikan-dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen sistem
pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan fungsinya. Komponen-komponen
dalam teknologi pembelajaran tersebut diantaranya adalah pesan, orang, bahan,
media, peralatan, tehnik, dan latar.
Media juga sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar,
dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan
tersebut, beberapadiantaranya adalah sebagai berikut:
a. Portofolio Elektronik
Portofolio elektronik atau sering disebut eportofolio merupakan suatu
kumpulan hasil karya pembelajar(siswa, pengajar maupun karyawan) yang
dikemas dalam berbagai bentuk/format elektronik(video, audio, situs web,
dokumen, dan lainnya). Mengingat bahwa eportofolio sebagaimana layaknya
portofolio dalam bentuk cetakan merupakan proses perekaman/pencatatan yang
terus-menerus(berkelanjutan) dari siswa, ia merefleksikan banyak hal yang tidak
dapat direkam dalam dokumen-dokumen resmi selama ini seperti transkrip atau
surat. Keunggulan sebuah eportfolio adalah ia dapat menampilkan
kemampuan/skillpemiliknya, pencapaian yang dimilikinya tidak saja yang berasal
dari pembelajaran formal namun juga yang berasal dari situasi informal seperti
pemikiran, aktifitas kurikuler, atau pengalaman bekerja. eportofolio juga
merupakan sebuah refleksi pengalaman belajar itu sendiri, suatu cara yang lebih
lengkap dalam menilai seorang mahasiswa.
b. Teknologi untuk Pembelajaran Tematik
Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran bermakna bagi siswa.
Pembelajaran tematik cenderung menekankan pada penerapan konsep belajar.
Oleh karena itu, guru harus merancang pengalaman belajar yang akan
mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar menunjukkan
kaitan unsur-unsur konseptual yang menjadikan proses pembelajaran lebih efektif.
(Defantri, 2009)
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada peserta didik.(Akhmad Sudrajat, 2007)
Dari beberapa sumber diatas dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran
Tematik berpusat pada siswa dan menekankan pengalaman belajar sehingga siswa
dapat memaknai pengetahuan. Dalam pembelajaran tematik sebuah materi
dikemas dengan tema yang sesuai. Teknologi Pembelajaran Tematik dilakukan
dengan menggunakan berbagai variasi metode. Misalnya percobaan, bermain
peran, tanya jawab, demonstrasi, atau sekedar bercakap-cakap. Memperhatikan
lingkungan yang terdekat dengan siswa: Pemilihan tema dalam pembelajaran
tematik sebaiknya disusun dengan aturan dan lingkungan yang terdekat dengan
siswa.
c. Pembelajaran Jarak Jauh
Berinteraksi secara langsung, tepisah jarak dan waktu tetapi masih dapat
melakukan proses belajar dengan cara memanfaatkan cara pembelajaran jarak
jauh. Pembelajaran jarak jauh juga dapat membantu anak didik untuk mengakses
pendidikan kapan saja tidak hanya saat di sekolah maupun saat bertemu dengan
pengajar. Dalam sistem pendidikan jarak jauh, interaksi merupakan faktor penting
sebagai sarana penunjang aktivitas pembelajaran. Interaksi memungkinkan anak
didik mengatasi masalah yang dihadapi dalam upaya memahami materi. Interaksi
juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan
pengukuhan(reinforcement) terhadap hasil belajar yang dicapai oleh anak. Selain
itu, interaksi dapat digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki
kesalahan(remedial) pada waktu mengikuti proses pembelajaranInteraksi dapat
juga digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan materi yang perlu dipelajari
secara mendalam oleh anak(elaborasi).
6. Kedudukan Media untuk Mengundang Partisipasi Aktif Siswa
Peran media pembelajaran sangat penting didalam proses pembelajaran
dikelas untuk memudahkan anak didalam menerima informasi lewat pesan yang
disampaikan guru ketika menyampaikan materi. Seorang peserta didik akan dapat
memperoleh pemahaman atau pengetahuan dengan cara mengelola rangsangan
dari luar yang ditanggapi oleh inderanya, baik indera penglihatan, pendengaran,
maupun indera lainnya. Semakin tanggap seseorang tentang obyek orang atau
kejadian-semakin baik pula proses pengetahuan atau pemahaman yang
dialami.Pada konteks inilah, media memainkan perannya dengan membantu dan
memfasilitasi peserta didik lebih mudah memahami dan mengelola apa yang
diterimanya. Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
secara tepat dapat membantu menjadikan pengalaman belajar lebih jelas.
Kedudukan media pada tahap ini dapat merangsang terjadinya diskusi
diantara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, membantu siswa
menemukan gagasan untuk mengawali kegiatan mengarang, bercerita, dan
kegiatan kerja kelompok, sebagai sumber kegiatan belajar mandiri untuk
melengkapi atau memperkaya pengetahuan yang dipelajari di kelas, serta
mengundang keterlibatan kognitif dan emosional siswa secara spontan.
7. Kedudukan Media Pada Tahap Tindak Lanjut
Kedudukan media pada tahap ini untuk mempermudah program remediasi
dan pengayaan, sebagai contoh membuat kliping, mengumpulkan gambar
binatang dari kelompok sejenis, membuat laporan hasil pengamatan, mencari
informasi atau berita tentang seorang tokoh yang disenangi anak-anak.
REFERENSI
Mgs. Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran (implementasi Konsep,
Kareklteristik, dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum). Yogyakarta : Sukses Offset.
Riyana, Ceci.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDI
DIKAN/197512302001121-CEPI_RIYANA/08_Media_Pembelajaran.pdf.
diakses pada 28 Februari 2017.
Sadiman, Arif S. 2010. Pengertian, Pengembangan, Pemanfaatan Media
Pendidikan. Jakarta: RajawaliPers.
Yusufhadi miarso dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan (Pengertian dan
Penerapan di Indonesia). Jakarta:Pustekkom dikbud dan Rajawali Cetakan
ke-2

Anda mungkin juga menyukai