Disusun oleh:
KELOMPOK 4
YOLA IVONNY HARIANTO (1512441005)
FRAFTI REJEKI S. (1512441006)
DWINDA HEGEL T. (1512441007)
SRI SUCI HARDIANTI A. (1512441008)
HANGGER CITRA ARYO K. (1512441009)
SULBIANA (1512441010)
Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau
media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan
gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses
perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan
mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui
pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya.
Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya
mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan
diperoleh siswa. Edgar Dale memandang bahwa nilai media pembelajaran
diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman.
Ketika itu, para pendidik sangat terpikat dengan kerucut pengalaman itu,
sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang
paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa. Pada
akhir tahun 1950, teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat audio
visual. Dalam pandangan teori komunikasi, alat audio visual berfungsi sebagai
alat penyalur pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Begitupun dalam
dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu
guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya,
waktu itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran,
belum mendapat perhatian khusus. Baru pada tahun 1960-an, para ahli mulai
memperhatikan siswa sebagai komponen utama dalam pembelajaran. Pada saat itu
teori Behaviorisme BF. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat
mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media
pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya teaching
machine (mesin pengajaran) dan Programmed Instruction (pembelajaran
terprogram).
Pada tahun 1965-70, pendekatan sistem (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Pendekatan
sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian intregal dalam proses
pembelajaran. Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru,
melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah
merupakan bagian integral dalam proses pembelajaran. Media, yang tidak lagi
hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk
membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan
belajar mengajar. Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi
penggunaan alat bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan atau
informasi belajar.
Pada tahun 1960-1965 orang-orang mulai memperhatikan siswa sebagai
komponen yang penting dalam proses belajar mengajar. Pada saat itu teori
tingkah-laku (behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai mempengaruhi
penggunaan media dalam pembelajaran. Dalam teorinya, mendidik adalah
mengubah tingkah-laku siswa. Teori ini membantu dan mendorong diciptakannya
media yang dapat mengubah tingkah-laku siswa sebagai hasil proses
pembelajaran.
Pada tahun 1965-1970 , pendekatan system (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan
pembelajaran. Pendekatan system ini mendorong digunakannya media sebagai
bagian integral dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran harus
direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa.
Ada dua ciri pendekatan sistem pengajaran, yaitu sebagai berikut:
Pendekatan sistem pengajaran mengarah ke proses belajar mengajar. Proses
belajar-mengajat adalah sesuatu penataan yang memungkinkan guru dan siswa
berinteraksi satu sama lain.
Penggunaan metode khusus untk mendesain sistem pengajaran yang terdiri
atas prosedur sistemik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian
keseluruhan proses belajar-mengajar
Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan
karakteristik siswa diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan yang dicapai. Pada dasarnya pendidik dan ahli visual menyambut baik
perubahan ini. Sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, mulai
dipakai berbagai format media. Dari pengalaman mereka, guru mulai belajar
bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda, sebagian ada yang lebih cepat belajar
melalui media visual, sebagian audio, media cetak, dan sebagainya. Sehingga dari
sinilah lahir konsep media pembelajaran.
Proses
b. Isi
Isi atau materi pembelajaran merupakan komponen kedua dalam system
pembelajaran. Dalam konteks tertentu materi pelajaran merupakan inti dalam
proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai
proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama
pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Dalam kondisi semacam ini,
maka penguasaan materi pelajaran oleh guru mutlak diperlukan sebab peran dan
tugas guru sebagai sumber belajar. Namun demikian, dalam setting pembelajaran
yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi, tugas dan
tanggungjawab guru bukanlah sebagai sumber belajar. Dengan demikian, materi
pelajaran sebenarnya bisa diambil dari berbagai sumber.
c. Metode
Metode atau strategi adalah komponen yang juga sangat menentukan,
keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini.
Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat
diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-komponen
tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan. Oleh karena
itu, setiap guru perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi
dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
d. Media
Walaupun sebagai alat bantu akan tetapi media memiliki peran yang tidak
kalah penting. Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan
siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja dengan memanfaatkan hasil
teknologi. Oleh Karena itu, peran dan tugas guru bergeser dari peran sebagai-
sumber belajar menjadi peran sebagai pengelola sumber belajar. Melalui
penggunaan berbagai sumber tersebut diharapkan kualitas pembelajaran akan
semakin meningkat.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam system proses pembelajaran.
Evaluasi bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran, tetapi juga sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam
pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kekurangan dalam
pemanfaatan berbagai komponen system pembelajaran.
4. Kedudukan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar-Mengajar
Dalam proses belajar-mengajar media pembelajaran memiliki kedudukan
diantaranya sebagai berikut:
a. Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat pengajar menyampaikan
pelajaran
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam
kedudukannya seperti halnya diatas jelas telah memberikan manfaat besar
bagi anak didik. Disatu pihak akan memudahkan dalam memahami materi
pelajaran yang sedang diajarkan karena siswa secara langsung dapat
berinteraksi dengan objek yang menjadi bahan kajian. Sedangkan dipihak
lain, penggunaan media pengajaran dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat
disampaikan guru melalui komunikasi verbal, sehingga kesulitan siswa
memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi. Bahka dengan kehadiran
media diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari siswa.
b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut
dan dipecahkan oleh siswa dalam proses belajarnyadan pengajar bisa
menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa
Penggunaan media pengajaran dalam pembelajaran khususnya pada
materi pelajaran yang bersifat abstrak yang sukar dicerna dan dipahami oleh
setiap siswa terutama materi pelajaran yang rumit dan kompleks sangat perlu
dilakukan. Hal ini terkait dengan materi pelajaran yang di dalamnya
terdapat sejumlah konsep-konsep yang masih bersifat abstrak, misalnya
untuk-menjelaskan sistem peredaran darah pada manusia, proses terjadinya
hujan, proses terjadinya gerhana matahari, dan lain-lain. Di mana kadang-
kadang untuk menjelaskan dan menggambarkannya melalui kata-kata sangat
sulit, siswa pun sulit untuk memahaminya. Dengan media pengajaran seperti
itulah kemudian guru memberi waktu pada siswanya untuk memecahkan
masalah yang ia lihat berdasarkan teori yang ada. Oleh karena itu, media
berkedudukan sebagai sarana yang dipergunakan agar pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik, memperdekat dan memperlancar jalan kearah
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.