Disusun Oleh :
Ahmad Syaiful Zuhri ( 06 522 210 )
Oleh:
Menyetujui,
Pembimbing Kerja Praktek
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
2
KATA PENGANTAR
3
8. Rekan-rekan kerja praktek di PT. Pura Nusa Persada dari berbagai
perguruan tinggi yang telah berjuang bersama menyelesaikan laporannya.
9. Teman-teman mahasiswa Teknik Industri Universitas Islam
Indonesia yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.
Bak kata pepatah Tiada gading yang tak retak kami menyadari bahwa laporan
Kerja Praktek ini masih kurang sempurna sehingga kami mengharapkan kritik dan
saran dari semua pembaca demi lengkapnya laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
5
4.3.........................................................................................................................Anali
sa Penanganan Bahan Baku ...........................................................................34
4.4.........................................................................................................................Anali
sa Pengendalian Kualitas ..............................................................................35
4.5.........................................................................................................................Anali
sa Penjadwalan Mesin dan Tenaga Kerja ......................................................36
4.6.........................................................................................................................Anali
sa Material Handling .....................................................................................37
LAMPIRAN
6
BAB I
PROFIL PERUSAHAAN
1
2
Produk untuk ekspor : Kraft Linner, Medium Linner, Test Linner, Kraft Putih, dll
Pelanggan : Australia, Bangladesh, Hongkong, Iran, Kenya, Malaysia,
Nigeria, Saudi Arabia, Singapore, Somalia, Srilangka,
Taiwan, Thailand, UEA, Vietnam, Egypt, Germany,
Zimbabwe, Uganda, Vietnam, Syria, Swedia, Sudan, Papua,
Pakistan, Indonesia, Nigeria, India, Korea, Philiphines.
Pada tahun 2004 didirikan unit Koagen/ PLTU/ Unit Power Plant di daerah
Jati.
Pada tahun 2005, Pura mendirikan Unit Smart Tecnology yang bergerak
dalam pembuatan Smart Card dan Label untuk identifikasi produk dan
personel.
Saat ini PT Pura Group terdiri dari beberapa perusahaan, antara lain :
- PT Pura Barutama Kudus
- PT Pura Nusa Persada
- PT Pura Manika Stone Art
- PT Purawisata Barutama
- PT Purawidya Graha
- PT Pura Produktama Primaindo
6. Manajer Pengadaan
8
BAB II
PROSES PRODUKSI
9
10
2. Afval Lokal
3. bahan baku afval didapatkan dari dalam kota berasal dari
pengepul-pengepul kertas bekas dari daerah kudus, pati, semarang dan daerah
sekitar lingkungan perusahaan. Afval lokal meliputi :
a. Kategori Putih
1. Selekti / HVS : berupa afval sisiran atau lembaran kertas HVS polos
yang keluar dari pabrik atau percetakan pada umumnya afval ini tipis.
2. Art paper : afval putih, bias tipis atau tebal yang ada countingannya
atau lapisan pada salah satu sisi atau bolak-balik.
3. Buku tulis polos : afval sisiran atau lembaran buku tulis polos yang
keluar atau sisa dari percetakan atau pabrik.
4. BC putih : afval putih tebal yang biasanya dipakai untuk bahan kertas
buku gambar.
5. Sigma : afval sisiran HVS tetapi yang sudah ada cetakan sedikit di
bagian pinggirnya.
6. Ivory : afval polos tapi agak tebal dimana bagian atas dan bawahnya
berwarna putih sedangkan bagian tengahnya berwarna kuning.
7. Buku tulis : afval buku tulis bekas yang sudah ada tulisannya.
8. SWL (shorted white ledger) : afval HVS yang sudah ada cetakannya.
9. CD polar : afval buram, baik berupa sisiran maupun lembaran yang
masih polos dan baru keluar dari percetakan atau pabrik.
10. Roster : afval sisiran HVS yang ada cetakan bergaris dibagian pinggir.
11. CPO (computer printout) : afval HVS bias berupa sisiran atau
lembaran yang ada cetakan printer atau computer.
4.
b. Kategori Marga
1. Duplex percetakan : Afval tebal minimal 2 lapis berwarna abu-abu
atau putih baik sisiran atau lembaran yang keluar dari percetakan atau
pabrik.
2. Warna Percetakan : Afval sisiran / lembaran kertas berwarna bisa
tebal atau tipis yang keluar dari pabrik / percetakan.
3. CD Cetak / Koran : Afval kertas buram yang sudah ada cetakannya.
11
4. Taco coklat : afval yang hamper seperti ivory biasanya berasal dari :
kelupasan bungkus rokok yang berwarna semu coklat.
5. Chip Board Cones (paper tube) : Afval tebal bekal roll penggulung
kertas kain.
6. Colour Ledger / majalah : Afval majalah bekas.
7. Duplex toko : afval yang keluar dari pertokoan.
8. Marga campur : Afval campuran dari berbagai kertas yang belum
disortir berdasarkan jenisnya.
9. Boncos : Afval yang sudah lapuk dan berjamur.
10. Kraft Coat : afval coklat yang ada coutingan putih dibagian atasnya.
5.
c. Kategori Coklatan
1. Afval Sack Kraft / Sack Semen : Afval bekas sak semen.
2. Afval Kraft : afval bolak-balik warnanya coklat semua dan berasal
dari pulp serat panjang (serabut kertas >2 mm)
3. Afval Box : Tebal, lokal.
6.
7. Jenis Afval Import
a. Kategori Putihan
1. HVS
2. SWL
b. Kategori Marga
1. Supermixed : campuran kertas yang berasal dari luar negeri.
2. BBC (Box Board Carton ) : sisiran duplex boxes dari luar negeri.
c. Kategori Coklatan
1. OCC (Old Curugated Container) : sama sepeti box yang masih berupa
lembaran yang berasal dari luar negeri.
2. NDLK (New Double lined Kraft) : Sisiran box dari pabrik.
3. DLKC ( Double Lined Kraft Cutting) : sisiran box dari pabrik.
4. Afval Kraft : Afval bolak-balik berwarna coklat semua dan berasal
dari pulp serat panjang.
5. Multiwall : kertas sack kraft dari luar negeri.
8.
12
9. Bahan Pembantu
10. Untuk meningkatkan mutu kertas maka untuk proses
pembuatan kertas perlu ditambahkan bahan-bahan pembantu. Pemakaian bahan
pembantu ini tergantung dari macam kertas yang akan diproduksi. Ada beberapa
bahan-bahan pembantu yang digunakan oleh PT. Pura Nusa Persada Unit PM 7/8,
yaitu :
1. Tapioca (Starch), berguna untuk menutup pori-pori kertas dan untuk
menambah kekuatan kertas. Sebagai contoh pada produk medium liner (ML)
dengan dosis 6-8 %, pada produk sack kraft dengan dosis 2,5-3%.
2. Dry Strength, digunakan untuk produk MWR dan MWX.
3. Sizing Agent
11. Ada dua jenis sizing agent yaitu:
a. Internal Sizing Agent, digunakan dengan tujuan agar kertas memiliki
daya tahan terhadap penetrasi air, dosis yang dipakai 1,8% ditambahkan
pada chest 17.
b. External Sizing Agent, digunakan SG 266 (liquid). Ditambahkan pada
alat size press. Hal ini bertujuan untuk melapisi permukaan lembar
kertas dan menambahkan kekuatan kertas. Dosis yang dipakai sebesar
0,7%. Bahan ini digunakan untuk memproduksi ML.
4. Koagulan, yang digunakan adalah tawas / aluminium sulfat, yang berfungsi
untuk menurunkan PH dan membantu kelarutan sizing agent pada proses
sizing.
5. Retention Aid, digunakan untuk meminimalisasi fiber yang lolos pada wire,
mengurangi drainase samapai 60% , meningkatkan daya ikat antar serat
sehingga kertas lebih tahan terhadap penetrasi air dan tidak terjadi flok pada
kertas, jenis retention aid yang digunakan adalah N 7529 dengan dosis
0,025%. Penambahan retention aid dilakukan sebelum masuk horizontal
screen.
6. Biocide, berguna untuk menghindari tumbuhnya bakteri pada kertas. Biocide
ditambahkan sebelum masuk headbox yaitu pada chest 17 dan di WWC pada
PM 8 serta pada chest 13 pada PM 7 dengan dosis 0,015% . jenis biocide
yang digunakan adalah BC 808 dan BC 807.
13
c. Penambahan Additif
18. Perbaikan sifat kertas dilakukan dengan jalan penambahan zat
additive. Adapun zat additif yang ditambahkan berfungsi sebagai bahan pengisi
(filter), bahan penguat (strength additives). Sizing agent, pewarna, bahan
penolong proses (processing aids), pencerah (optical brightener), dan
sebagainya.
19.
2.1.3. Sheet Forming
20. Sheet Forming adalah proses pembentukan lembaran kertas. Air
dan suspensi serat disaring diatas saringan yang berputar secara kontinyu untuk
membentuk jaringan serat basah yang diusahakan seseragam mungkin. Jaringan
serat basah inilah yang akan menjadi calon lembaran kertas. System sheet
forming terdiri dari stock approach flow system, head box, dan bagian wire.
1. Stock approach flow system
a. Proses pengaliran buburan kertas dengan tekanan, jumlah, dan komposisi
yang konstan untuk menjagakeseragaman kualitas kertas.
b. Pencampuran berbagai jenis stock yang berasal dari stock preparation.
2. Headbox
a. Headbox berfungsi untuk menyemprotkan buburan kertas pada mesin
kertas.
b. Buburan kertas dari pipa didistribusikan secara seragam dalam headbox
dengan mengalirkan melalui lubang-lubang kecil (umumnya disebut slice).
c. Pada headbox yang modern terdapat distributor dibagian belakang
headbox untuk mendistribusikan buburan kertas lebih merata.
3. Wire
a. Wire berfungsi untuk membentuk jaringan serat dari buburan kertas.
b. Pemisahan serat dari air (proses filtrasi). Air yang lolos dari proses filtrasi
ini disebut white water. white water akan dipakai kembali untuk
melarutkan dan mengencerkan stock yang pekat di stock approach flow
system.
c. Faktor yang berpengaruh pada proses filtrasi adalah sebagai berikut :
d. Ketebalan suspensi diatas wire
e. Adanya pemvakuman dibawah wire
15
28.
2.1.8. Finishing
29. Proses finishing meliputi :
a. Rewinder
30.Mesin yang terdiri dari press roll dan pisau-pisau pemotong atau slitter
untuk memotong lembaran kertas sesuai dengan ukuran yang dikehendaki.
b. Sheeter
31.Jika permintaan kertas berupa lembaran, maka lembaran kertas harus
dipotong dari rewinder (in roll). Mesin cutter berfungsi untuk memotong
lembaran kertas dari bentuk in roll menjadi bentuk lembaran dengan ukuran
tertentu. Jumlah mesin cutter yang ada sebanyak 3 mesin.
c. Penyortiran
32.Setelah kertas dipotong sesuai dengan permintaan konsumen,
kemudian diserahkan kebagian sortir untuk dilakukan pemisahan antara
lembaran-lembaran yang baik dengan yang cacat (misalnya kertas sobek,
terlipat, ukurannya tidak sesuai, warna kotor, gramatur berbeda, dan lain-lain).
Lembaran kertas yang sudah jadi, dilakukan penyortiran berdasarkan:
1. Gramatur
2. Kertas yang telah dipotong dilakukan penimbangan untuk mengetahui
gramaturnya. Adapun toleransi yang diberikan untuk pengukuran
gramatur sekitar 5%.
3. Warna
4. Kualitas
5. Menurut kualitasnya dibedakan menjadi 3 yaitu :
33. A1 : kertas berwarna bersih dari bintik-bintik hitam maupun
dari kotoran
34. A2 : warna agak kotor tapi kualitasnya terpenuhi
35. A3 : kotor, sobek, mlitut, blowing.
6. Hitungan tiap 100 lembar diberi pembatas.
d. Mesin polar
36.Kertas yang sudah disortir masuk ke mesin polar yang bertujuan untuk
merapikan kertas diantara 2 sisi supaya siku-siku.
e. Packing
17
seperti zat organic dan zat anorganik sebagai suspensi, koloid, maupun zat
terlarut. Dalam hal ini fraksi-fraksi serat, kontaminan dan bahan kimia yang
terkandung dalam proses sedapat mungkin diambil kembali untuk mengurangi
beban pengolahan limbah.
53.Air hasil pengolahan di unit krofta belum memenuhi syarat apabila
dibuang langsung kelingkungan, oleh karena itu air limbah tersebut diolah
kembali di unit pengolahan limbah. Sebagian air di unit krofta di pompa ke bak
equalisasi untuk menghomogenkan air limbah. Tipe bak aerasi yang digunakan
adalah konvensional.
54.Ada beberapa alat yang digunakan dalam unit pengolahan limbah,
antara lain:
a. Aerator dengan kapasitas 11 KWh yang berfungsi untuk mengaduk dan
membuat kondisi air limbah menjadi air.
b. Dua buah surface aerator @ 45 kWh, dan dua buah pompa sirkulasi untuk
menambah aerasi pada bak.
55.
56.
20
20
21
yang menghasilkan output berupa Kraft Putih (kertas box makan), yellow board (alas
pada Note Book),
21
22
75. dan Chip Board (Kertas Penggulung Benang) pada PM 7, sedangkan kertas
sack Kraft (kantong semen) dan Medium Liner (Corrugated fluts) pada PM 8.
76. Proses produksi di perusahaan ini dimulai dengan merencanakan target
produksi terus menerus, dimana fasilitas sistem produksinya telah diatur sesuai
dengan urutan dan produk yang dihasilkan sudah distandarisasi.
77. Rencana Produksi diajukan kebagian produksi untuk memenuhi
permintaan. Data kuantitas produk yang diperoleh dari bagian penjualan. Kemudian
dibuat detail perencanaan produksi meliputi kebutuhan bahan baku dan kapasitas
sumber daya.
78. Proses Produksi Kertas PT. Pura Nusa Persada Unit PM 7/8
79.
80. PENYEDIAAN BAHAN BAKU
81.
82. STOCK PREPARATION
83.
84. SHEET FORMING
85.
PRESS SECTION
86.
87.
88. DRYER SECTION
89.
SIZE PRESS
90.
91.
REEL SLITING MACHINE
92.
93.
FINISHING
94.
95. Gambar 3.2 Skema Proses Produksi PT Pura Nusa Persada Unit PM 7/8
96.
97. 3.2. Penanganan bahan Baku
98. Kebijakan penanganan bahan baku merupakan suatu kebijakan untuk
menentukan sumber kebutuhan bahan baku yang sesuai dengan tujuan perusahaan.
Kebiijakan penanganan bahan baku di PT. Pura Nusa Persada Unit PM 7/8 dilakukan
dengan memilih supplier dari dalam dan luar kota. Sumber bahan baku afval
23
didapatkan dari dalam kota berasal dari pengepul-pengepul kertas bekas dari daerah
kudus, pati, semarang dan daerah sekitar lingkungan perusahaan. Sedangkan bahan
baku pulp didapatkan dari mengimport dari Rusia, New Zealand dan Portugal.
Kebijakan penanganan bahan baku ini ditempuh agar kontinuitas kegiatan produksi
perusahaan tidak terganggu.
99. Import bahan baku pulp dilakukan karea bahan baku tersebut sulit
didapatkan di dalam negeri dengan kualitas yang baik. Bahan baku yang dibutuhkan
oleh perusahaan mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus ada pada bahan baku
tersebut yaitu panjang pendeknya serat. Untuk pulp panjang serat minimal 2 mm
untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan permintaan pasar.
100. Bahan baku yang dating kemudian ditaruh terlebih dahulu digudang
untuk di uji kandungan kotorannya, kandungan serat, dan kandungan airnya oleh
laboratorium. Besarnya tingkat kandungan kotoran dan kandungan air akan
mempengaruhi kesepakatan harga bahan baku antara perusahaan dengan supplier.
Biasanya tingkat kekotoran secara langsung dapat dilihat oleh pihak laborat yang telah
berpengalaman tanpa dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu. Biasanya dari
pengujian yang dilakukan tidak terdapat kertas yang tidak sesuai standar karena
supplier yang dipilih tetap dan tidak berpindah-pindah.
101.
102. 3.3. Pengendalian kualitas
103. Untuk tahap mengawasi dan menjaga kondisi proses dan kualitas dari
kertas yang dihasilkan, PT pura Nusa Persada Unit PM 7/8 mempunyai laboratorium
yang khusus menangani pemeriksaan / pengecekan selama proses pembuatan kertas
yang dilakukan. Laboratorium terdiri dari laboratorium basah dan laboratorium kering
untuk pengujian akhir kertas.
104. Pengendalian kualitas adalah proses kegiatan untuk memastikan
apakah kebijakan dalam hal kualitas sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.Pengendalian kualitas harus tetap dijaga agar produk yang dihasilkan dapat
memenuhi pasar dan tercipta kepercayaan terhadap perusahaan dari pihak konsumen.
105.
Maksud dan tujuan dari pengendalian kualitas adalah :
1. Agar barang hasil produksi mencapai standar kualitas yang telah ditetapkan
2. Meminimumkan biaya produksi
24
135.
136.
a.2. Standard Penerimaan Afval Import
137.
Kandungan kotoran bahan lain yang bukan kertas
1. Kategori putihan
a. HVS maksimal 1%
b. SWL maksimal 1%
2. Kategori Marga
a. Supermix maksimal 2 %
b. BBC maksimal 2 %
3. Kategori Cokelatan
a. OCC maksimal 5 %
b. NDLK maksimal 2 %
c. DLKC maksimal 2%
d. Afval kraft maksimal 2 %
e. Multiwall maksimal 2%
138. Kadar Air
139. Untuk standard import :
1. Maksimal 15% untuk kategori marga dan coklatan.
2. Maksimal 12% untuk kategori putihan
140.
b. Pengendalian kualitas pada waktu proses
141. Pengendalian pada tiap bagian proses produksi dikerjakan sendiri oleh
operator masing-masing bagian proses produksi dibawah pengawasan bagian produksi
dan pengendalian kualitas. Operator disini memiliki tugas untuk mengawasi kualitas
barang yang layak diproses lebih lanjut, Dalam hal ini tidak sedikit peran pula dari
26
anggota laborat yang melakukan pengambilan sampel dari tiap mesin untuk diuji
kelayakan konsistensi dan gramatur pada kertas yang diinginkan konsumen. Tingkat
kecacatan biasanya terjadi pada saat pencampuran bahan baku kertas.
142. Oleh karena itu dilakukan beberapa pengujian pada laboratorium
(laboratorium basah) yang bertugas untuk menjaga mutu bubur kertas dari Hydra
pulper sampai Head box sebelum masuk ke mesin menjadi lembaran kertas. Untuk
menjaga mutu dari bubur kertas pada proses stock preparation, staf dari laboratorium
basah akan melakukan pemeriksaan yang meliputi :
1. Pemeriksaan PH
143. Pengukuran PH dilakukan dengan menggunakan kertas
indikator PH. Pengujian dilakukan dengan mengambil sampel bubur kertas
kemudian mengecek langsung dengan kertas tersebut atau dengan alat pengukur
PH. Adapun PH yang ideal di chest atau Headbox adalah antar 6-8.
144.
2. Pemeriksaan konsistensi
145. Pemeriksaan konsistensi dilakukan untuk mengetahui berat
kering serat yang terdapat dalam bubur kertas dan merupakan salah satu
parameter penting dalam proses pembuatan kertas.
146. Konsistensi bubur kertas berhubungan dengan penentuan
gramature dari kertas yang akan dibuat. Pengujian konsistensi dilakukan dengan
cara :
a. Mengambil sampel bubur kertas
b. Menimbang bubur kertas (stock) dalam jumlah tertentu
c. Mengencerkan dengan air samapai volume 1000 ml dan diaduk sampai rata.
d. Memasukkan kedalam handsheet former untuk dijadikan lembaran kertas
e. Keringkan dengan pemanas atau setrika sampai kering, lalu timbang jingga
diperoleh berat yang konstan.
147.
148.
149.
27
gsm
163. YB 164.
(Yellow Board) Gramatur, kadar air, tebal, daya serap air, Top/back HW,
ketahanan retak.
165. Tabel 3.2 Pengujian Untuk Produk Kertas
PM 7
166.
PM 8
182.
183.
184.
185.
Prosedur Pengujian
1. Gramature
29
186.
Cara uji:
a. Ambil sampel kertas dengan ukuran tertentu (10x10 cm)
b. Timbang dan kemudian catat hasilnya
c. Perhitungan :
187.
10000
GSM (Gram per Square meter) = rata-rata hasil timbang x luas sampel
ab
Kadar air = a x 100 %
3. Ketebalan (Thickness) mm
190.
Cara uji:
a. Mengambil sampel kertas dengan ukuran (10x10 cm)
191.
Cara uji:
c. Membaca skala kiri dan kanan kemudian dibagi dua dan hasilnya
dikalikan dengan factor yang ada pada tabel.
6. Ketahanan tarik (tensile), Daya Regang (Stretch), dan TEA (Tensile energy
Absobtion)
195.
Cara uji :
a. Mengambil sampel dengan ukuran 15x240 mm dan masukkan kedalam
alat uji ketahanan tarik dengan jarak jepitan 180 mm.
b. Menekan tombol penggerak untuk memutuskan lembaran dan catat
kasilnya
196. Satuan tensile = Kgf/15mm
31
205.
206. 3.4. Penjadwalan Mesin Dan Tenaga Kerja
207. Pada dasarnya penjadwalan untuk mesin dan tenaga kerja didasarkan
pada permintaan order / pesanan. Permintaan dalam jumlah banyak merupakan
kendala tersendiri dalam rangka mengefektifkan kerja mesin yang ada diperusahaan
tersebut. Karena pada waktu order banyak, maka mesin dan tenaga kerja akan bekerja
secara penuh, bahkan dimungkinkan untuk hiring tenaga kerja tambahan. Hal ini
merupakan kendala yang dihadapi oleh perusahaan. Mesin beroperasi selama 24jam
nonstop. Mesin-mesin yang digunakan selama proses produksi berlangsung pada PM
7 dan PM 8 dapat dilihat pada gambar 3.1 dan gambar 3.2.
208. Salah satu faktor yang ikut menentukan kelancaran produksi adalah
penugasan tenaga kerja yang seefisien mungkin. Dalam melaksanakan proses
produksinya perusahaan ini memerlukan tenaga kerja yang relative besar. Sehingga
dibuat personal scheduling untuk mengoptimalkan produksi.
209. PT. Pura Nusa Persada Unit PM 7 dan 8 beroperasi selama 24 jam dan
pembagian kerja diatur dengan ketentuan senagai berikut :
a. Kantor / staf
210. 6 hari kerja, yang terbagi dalam :
211. Senin s/d kamis : 07.30 -15.30 WIB (istirahat 1 jam)
212. Jumat : 07.30-16.00 WIB (istirahat 1 jam)
213. Sabtu : 07.30-12.30 WIB (tanpa istirahat)
214. 5 hari kerja yang terbagi dalam :
215. Senin s/d kamis : 07.30-16.30 WIB (istirahat 1jam)
216. Jumat : 07.30-17.00 WIB (istirahat 1 jam)
217.
b. Bagian produksi (6 hari perminggu)
218. Jam kerja diatur menjadi 3 sift :
219. Pagi (shift 1) : 06.30-14.30 WIB
220. Siang (shift II) : 14.30-22.30 WIB
221. Malam (Shift III) : 22.30-06.30 WIB
222.
224. Penyusunan tata letak fasilitas (lay out) yang baik dapat diartikan
sebagai penyusunan yang teratur dan efisien semua fasilitas pabrik dan operator yang
ada diperusahaan. Fasilitas pabrik tidak hanya mesin-mesin tapi juga service area,
termasuk tempat penerimaan barang, tempat maintenance, gudang dan sebagainya.
Disamping itu juga harus diperhatikan efisiensi dan keamanan dari operator.
225. Pengaturan tata letak yang baik dapat membantu kegiatan produksi,
dimana dengan penempatan fasilitas yang baik, maka material handling dan material
movement dapat diminimumkan sehingga dapat menurunkan biaya operasi. Secara
garis besar tujuan utama dari tata letak fasilitas adalah untuk mengatur lokasi kerja
dan penempatan fasilitas untuk menunjang produksi sesuai dengan karakteristik
produk yang diproduksi untuk meningkatkan produktivitas dan performansi.
226. Tata letak di PT Pura Nusa Persada Unit PM 7 dan 8 terutama dilantai
produksi disusun berdasarkan process layout, yaitu peletakan fasilitas-fasilitas
produksi berdasarkan fungsinya. Mesin-mesin diletakkan berurutan berdasarkan
urutan proses yang dilakukan dalam pembuatan kertas. Hal ini dikarenakan aliran
produksi bertipe flowshop dimana pengerjaan produk dilakukan secara berurutan atau
kontinyu.
227. Tata letak fasilitas pada lantai produksi (meliputi layout : lantai atas
dan bawah, ruang kepala produksi dan PPC, ruang engineering, ruang QC, ruang
HRD, dan ruang laboratorium).
228.
229. 3.6. Material Handling
230. Material handling merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut, dan
meletakkan barang-barang dalam proses didalam pabrik, dimana kegiatan dimulai
sejak bahan-bahan masuk atau diterima dipabrik samapai saat barang jadi akan
dikeluarkan di pabrik.
231. Beberapa alat material handling yang digunakan oleh PT Pura Nusa
Persada Unit PM 7 dan 8 dilantai produksi adalah 3 buah conveyor, 2 buah Cranes, 4
buah forklift truck. Sedangkan pada departemen finishing 4 buah hand truck.
232.
233. BAB IV
234. PEMBAHASAN
235.
4.1 . Analisa Proses Produksi
236. Proses produksi kertas di PT. Pura Nusa Persada bersifat Continuous
Process of Production yang dimaksud disini adalah proses produksi yang terus
menerus dan memproduksi dalam jumlah yang sangat besar, mengandung pengertian
bahwa yang diproses tidak perlu berhenti guna disatukan dengan bahan lainnya,
karena :
a. Aliran proses dari bahan baku sampai dengan produk akhir mempunyai pola
yang pasti dan urutan pekerjaan yang tetap untuk semua produk.
b. Produk yang dihasilkan dalam jumlah besar, dengan variasi produk yang
sangat kecil.
c. Mesin-mesin yang digunakan adalah sebagian bersifat otomatis dan sebagian
lagi bersifat khusus, maka pengaruh dari individual operator sangat
menentukan terhadap produk yang dihasilkan.
d. Bahan baku dipindahkan dari satu proses ke proses yang lain menggunakan
alat angkut yang bersifat tetap, seperti pada proses pembuburan kertas
dipindahkan menggunakan conveyor dan bubur dialirkan melalui pipa
menuju proses selanjutnya.
237.
4.2 Analisa Sistem Produksi
238. Tujuan dari suatu perusahaan pada umumnya adalah bekerja untuk
mendapatkan keuntungan baik secara fisik maupun non fisik yang dialokasikan pada
nilai tambah yang diperoleh dengan menggunakan berbagai kegiatan produksi.
239. Oleh karena itu PT. Pura Nusa Persada dalam usahanya untuk menjaga
kelangsungan hidup (kontinuitas) perusahaan dan perkembangan hasil-hasil produksi
harus mempunyai system manajemen yang baik dan kegiatan proses produksi harus
dilakukan secara efektif dan efisien.
240. Hal ini menuntut adanya suatu rencana yang tepat dan baik agar dapat
menghindari dan menghilangkan penyimpangan-penyimpangan ataupun resiko yang
mungkin terjadi.
241.
34
35
bagian yang harus diperbaiki dan ditangani dengan hati-hati. Hal ini juga akan
memberikan dampak positif terhadap tenaga kerja yang bersangkutan dimana tiap
bagian bertanggung jawab dan diberi kepercayaan penuh agar proses berjalan lancar
dan sesuai dengan jadwal dan spesifikasi yang telah ditentukan.
249. Proses produksi harus berjalan sesuai dengan jadwal yang telah
direncanakan oleh pihak perusahaan dan pihak pemesan untuk menjaga kualitas
produk dan ketepatan waktu yang telah ditentukan. Hal ini juga menjaga agar produk-
produk yang dihasilkan sampai ketangan pelanggan / pemesan tepat pada waktunya
sehingga perusahaan tidak kehilangan pelanggan.
250.
4.3 Analisa Penanganan Bahan Baku
251. Pada aliran bahan baku yang dilakukan di PT. Pura Nusa Persada Unit
PM 7/8 adalah pola aliran berbentuk flow process dimana aliran bahan baku berbentuk
lurus sesuai tahapan produksinya. Hal ini dirasakan belum efisien,
ketidakefisienannya karena pola ini akan menimbulkan lebih banyak pemborosan,
seperti penanganan material yang tidak perlu, umpan balik kualitas yang terlambat,
lead time produksi makin panjang. Untuk itu diusulkan agar perusahaan menggunakan
pola aliran bahan baku formasi U shapped.
252. G Ds
253.
254.
255. ST Sp
256.
257.
258. SF F
259.
260.
261. Ps Gpj
262.
263. Gambar 4.1 Pola aliran bahan baku formasi U shapped
264. Keterangan :
265. G : Gudang Bhan Baku
266. ST : Stock Preparation
37
279.
4.7. Analisa Penjadwalan Mesin dan Tenaga Kerja
280. Pada PT. Pura Nusa Persada proses produksinya diselenggarakan
melalui beberapa tahapan proses (Multiple Stage). Karena dalam proses pembuatan
kertas beberapa stage dari mulai bahan baku (afval dan pulp) yang diolah sampai
menjadi produk jadi. Adapun untuk penjadwalan mesin dilakukan setiap harinya baik
ada order maupun tidak ada order yang masuk sehingga penjadwalan mesin pada PT.
Pura Nusa Persada cenderung tetap.
281. Penjadwalan mesin hendaknya disesuaikan dengan kemampuan operasi
mesin. Penjadwalan mesin yang baik adalah memanfaatkan penggunaan mesin secara
optimal bukan maksimal. Pemakaian maksimal cenderung membuat kerja mesin
menjadi berat. Sehingga akan cepat terjadi kerusakan yang akan membengkakkan
costdari perusahaan.
282. Produksi PT. Pura Nusa Persada dilakukan berdasarkan pesanan.
Akibat dari hal ini maka penjadwalan tenaga kerja tidak teratu. Jika terdapat order
yang banyak maka akan ditambah dengan jam lembur dan sebaliknya jika order
sedikit maka kerja operator tidak penuh. Ketidak teraturan ini diakibatkan oleh
pekerjaanyang berdasarkan job order.
283.
4.8. Analisa Pengaturan Tata Letak Fasilitas
284. Layout fasilitas produksi merupakan keseluruhan bentuk dan
penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi. PT. Pura Nusa
Persada menerapkan jenis layout aliran produksi (produksi line layout), disesuaikan
dengan jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini dan arena pengaturan
fasilitas produksi yang dimulai dari bahan baku sampai menjadi produk akhir. Dimana
mesin-mesin disusun menjadi satu kelompok mesin yang sama.
285. Kelemahan layout ini adalah jika terjadi kerusakan dari satu mesin
akan mengakibatkan terhentinya proses produksi. Untuk mencegah hal tersebut maka
perlu dilakukan pengecekan mesin secara kontinyu. Layout yang dipakai hingga saat
ini dirasa telah efisien karena pekerjaan dari satu proses secara langsung dikerjakan
pada proses berikutnya, sehingga inventory barang setengah jadi menjadi kecil dan
total waktu produksi perunit menjadi pendek. Selain itu tujuan dari tata letak ini
adalah untuk mengurangi proses pemindahan bahan baku dan memudahkan
39
289. BAB V
290. TUGAS KHUSUS
291. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA
292. PT. PURA NUSA PERSADA
293.
294. 5.1. Pendahuluan
295.5.1.1. Tujuan Tugas Khusus
1. Menambah wawasan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Mampu menganalisis sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja pada PT. Pura Nusa Persada
296.
297.5.1.2. Latar Belakang
298. Industri dapat dipandang sebagai kegiatan untuk mengolah
suatu input melalui proses produksi sehingga dihasilkan output yang memiliki nilai
tambah. Kegiatan mengolah input tersebut tentunya tidak lepas dari peran sumber
daya manusia yang bertindak sebagai operator dalam menjalankan dan
mengendalikan proses produksi tersebut.
299. Dengan demikian tentunya kualitas kerja operator dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan, yang akhirnya akan
berpengaruh pula pada kualitas produk yang dihasilkan.
300. Kualitas kerja operator tersebut selain ditentukan oleh faktor
internal yang berasal dari diri operator sendiri (skill, intelegensi, dll), lingkungan
kerja operator, yang dalam hal ini adalah lingkungan perusahaan itu sendiri yang
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Tingginya
produktivitas kerja suatu perusahaan dapat berawal dari kepedulian tersebut
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
301. Namun kenyataannya menunjukkan bahwa banyak perusahaan
yang kurang memperhatikan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Peranan
yang penting dari keselamatan dan kesehatan kerja ini baru diingat setelah terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terjadinya kecelakaan kerja dan timbulnya
penyakit kerja.
302.
40
`
303.
41
42
304.5.1.3. Permasalahan
305. Dengan adanya keterkaitan antara kualitas kerja operator
dengan keselamatan dan kesehatan kerja, maka penulis ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di PT. Pura Nusa
Persada, sehingga menjadikannya sebagai topik khusus dalam laporan Kerja
Praktek ini. Permasalahan yang penulis ambil dalam laporan Kerja Praktek ini ialah
kurangnya kesadaran para tenaga kerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di PT. Pura Nusa Persada.
306. Hasil analisis yang dilakukan penulis diharapkan dapat
memberi masukan kepada perusahaan agar keselamatan dan kesehatan kerja yang
diterapkan benar-benar dapat meningkatkan kualitas kerja operator, yang akhirnya
dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
307.
308.5.1.4. Batasan Masalah
309. Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan kerja sangat luas.
Oleh karena itu untuk memudahkan proses pembelajaran, penulis membatasi
masalah yang akan diangkat, yaitu:
1. Pengamatan dilakukan terhadap Keselamatan Kerja Perusahaan PT. Pura Nusa
Persada yang meliputi faktor lingkungan, kecelakaan kerja dan penyakit kerja,
dan alat-alat pengaman atau pelindung diri yang ada di perusahaan.
2. Analisis faktor lingkungan dilakukan terhadap faktor fisik yang meliputi
kebisingan, penerangan, suhu, dan kelembapan.
3. Data-data yang diperlukan diambil pada saat jam kerja (jam 07.30 15.30).
Sehingga analisis berlaku untuk jam ini.
310.
311. 5.1.5. Metodologi
312. Dalam memperoleh data-data yang diperlukan untuk
menganalisis dan membahas Keselamatan Kerja dan Higene Perusahaan pada PT.
Pura Nusa Persada, penyusunan menggunakan beberapa metode, yaitu :
1. Metode observasi atau pengamatan dan pencatatan secara langsung terhadap
obyek.
2. Metode interview atau wawancara kepada pembimbing kerja dan pekerja di
lapangan.
43
352.
353.5.2.3 Kecelakaan kerja
354. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03
/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang
dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan
tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta
benda.
355. Secara umum, ada dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu
penyebab langsung (immediate causes) dan penyebab dasar (basic causes).
356.a. Penyebab Dasar
357. Faktor manusia/pribadi, antara lain karena :
1. kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis
2. kurangny/lemahnya pengetahuan dan ketrampilan/keahlian.
3. stress
4. motivasi yang tidak cukup/salah
358. Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena :
1. tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan
2. tidak cukup rekayasa (engineering)
3. tidak cukup pembelian/pengadaan barang
4. tidak cukup perawatan (maintenance)
5. tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan berang-barang/bahan-bahan.
6. tidak cukup standard-standard kerja
7. penyalahgunaan
359.b. Penyebab Langsung
360. Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak
standard) yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya
(Budiono, Sugeng, 2003) :
1. Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak
memenuhi syarat.
2. Bahan, alat-alat/peralatan rusak
3. Terlalu sesak/sempit
4. Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai
5. Bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan
47
penyakit yang sama, ditambah ; penyakit yang disebabkan bahan kimia lainnya
termasuk bahan obat. Jenis penyakit akibat kerja tersebut adalah :
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan
oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis)
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogensianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
49
c) Dianggap pekerjaan yang sia-sia karena tidak ada pekerja yang mau
memakai alat pelindung diri (APD).
d) Pengadaan alat pelindung diri (APD) yang asal beli.
392. Macam-macamnya alat pelindung diri (APD) antara lain :
1. Alat pelindung kepala, antara lain :
a) Safety helment (hard hat) : melindungi dari bahaya kejatuhan,
terbentur, dan terpukul.
b) Hood : melindungi kepala dari bahan kimia, api, dan panas radiasi yang
tinggi.
c) Hair cap/ hair guard : melindungi kepala, khususnya rambut dari debu
dan melindungi kepala maupun rambut dari mesin yang berputar.
2. Alat pelindung telinga
a) Ear plug : melindungi 25 30 dB, terbuat dari karet, plastik keras,
plastik lunak, atau lilin.
b) Ear muff : melindungi 35 45 dB.
393.
3. Alat pelindung mata dan muka (face shield)
394. Melindungi mata dan muka dari :
a) Lemparan benda-benda kecil.
b) Lemparan benda-benda panas.
c) Pengaruh cahaya.
d) Pengaruh radiasi tertentu.
395. Googles, kaca mata untuk melindungi mata dari debu.
4. Alat pelindung pernafasan
a) Masker : menahan debu/ partikel agar tidak masuk saluran pernafasan.
b) Respirator : untuk melindungi dari debu halus, gas, asap, fume, dan
kabut.
5. Alat pelindung tangan
a) Gloves : sarung tangan biasa.
b) Gauntlets : sarung tangan yang dilapisi logam.
c) Mitts : empat jari dibungkus jadi satu kecuali ibu jari.
d) Sleeve : untuk pergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung
dengan sarung tangan.
54
penuh terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) para tenaga kerja,
rekanan, pelanggan serta tamu yang berhubungan dengan perusahaan ini. Dan
menjamin Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
sesuai peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku.
427. Selain yang telah disebutkan diatas, Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) juga sudah melakukan peninjauan
ulang baik di Pura Group maupun di unit-unit yang ada. Hal ini telah dibuktikan
dengan adanya inspeksi yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa bagian, antara
lain :
a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
b) Bahan-Bahan Berbahaya (B3).
c) Teknik dan Listrik.
d) Satuan Pemadam (Satdam) dan Sekuriti.
e) 6K atau 5R.
f) Bangunan atau K3 Konstruksi.
g) Taman.
428. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
yang ada di perusahaan ini sudah melakukan kegiatannya secara rutin yang
meliputi :
a) Pertemuan Reguler.
b) Pelatihan-pelatihan.
c) Sosialisasi tanda-tanda bahaya, jalur evakuasi, pemeriksaan APAR, dan
lain-lain.
d) Investigasi kecelakaan kerja dan upaya-upaya pencegahan penyakit
akibat kerja.
429. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) juga
membentuk kelompok-kelompok kerja dan kelompok-kelompok penanganan
bahaya.
430. Secara administrasi dan secara prakteknya Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) juga sudah melakukan penanganan-
penanganan awal yaitu mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan resiko
kerja serta menanggulangi lebih dini bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3), penyakit akibat kerja (PAK) serta termasuk masalah lingkungannya.
59
pada bulan Juli. Pemeriksaan terhadap alat-alat keamanan dan keselamatan juga
sudah dilakukan, sebagai contohnya adalah pemeriksaan rutin pada Alat
Pemadam Api Ringan (APAR), hydrant, termasuk lampu darurat saat listrik
padam serta alarm kebakaran. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan bukan hanya
pada tenaga kerja saja melainkan juga menyangkut pada manajer dan Top
manajer, sebagai contohnya di perusahaan ini dilakukan Training Of Trainer
(TOT).
438.
439. 5.4 Evaluasi
440. Berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan dengan cara
observasi, interview, dan studi literature yang dilakukan di PT. Pura Group,
khususnya pada unit-unit yang terkait selama lebih kurang 1 bulan, didapatkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Pengadaan alat-alat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) masih
terbentur biaya.
441. Hal ini dikarenakan masih banyaknya alat-alat yang masih
kurang karena banyaknya unit-unit yang membutuhkan sehingga
banyak dana yang harus dikeluarkan, ditambah pula dengan mahalnya
alat-alat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta kurangnya
perhatian dari perusahaan dikarenakan unsur biaya tadi. Hal ini
seharusnya bisa diatasi dengan sistem manajemen yang terpadu.
442. Dengan menganggarkan dana dari perusahaan dan tenaga kerja
itu sendiri karena hal mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
merupakan kepentingan bersama.
2. Kesadaran para pekerja akan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
masih kurang.
443. Ini merupakan tanggung jawab bersama untuk mencapai zero
accident jadi perlu dilakukan penyuluhan-penyuluhan, pelatihan, dan
yang terpenting adalah pendekatan kepada para tenaga kerja agar
mereka benar-benar tahu akan pentingnya keselamatan dan kesehatan
kerja (K3), seperti yang sudah dilakukan di salah satu unit.
3. Penataan ruang dan sistem penempatan alat masih kurang memenuhi
standar.
61
63
64