Anggota Kelompok :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Toksikologi yang
berjudul Toksisitas Antibiotika Golongan Quinolon dan Golongan
Aminoglikosida.
Dalam penyusunan makalah ini penulis melibatkan beberapa pihak yang berperan
dalam memberikan dukungan baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar, serta teman-
teman yang membantu dalam memperoleh materi dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari walaupun dengan segala usaha telah penulis lakukan namun
dengan terwujudnya makalah ini belumlah dapat dikatakan sempurna, tetapi masih
sangat sederhana dan perlu mendapat perbaikan. Untuk itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 1
DAFTAR ISI...................................................................................................... 2
TOKSISITAS AMINOGLIKOSIDA........................................................................3
A. Latar Belakang Aminoglikosida.............................................................3
B. Efek-efek yang Tidak Diinginkan...........................................................3
1. Efek Samping Aminoglikosida............................................................4
2. Efek Toksik......................................................................................... 4
TOKSISITAS KUINOLON................................................................................... 7
A. Latar Belakang Kuinolon.......................................................................7
B. Mekanisme Kerja Obat..........................................................................7
C. Spektrum Antibakteri............................................................................7
D. Efek Samping........................................................................................ 7
E. Toksisitas Quinolon............................................................................. 10
F. Warning Quinolon............................................................................... 11
G. Contoh jurnal Uji Toksisitas Ciprofloxacin (Uji Toksisitas
Perkembangan Ciprofloxacin Dan Studi Histologi Terhadap Mencit Putih)
12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
2
TOKSISITAS AMINOGLIKOSIDA
3
e. Neomisin pada anak-anak harus dibatasi, dosis 100 mg/kg BB. Jangan
lebih dari 3 minggu.
2. Efek Toksik
Reaksi toksik dapat terjadi pada SSP berupa
4
rambut luar koklea, yangmengakibatkan kehilangan pendengaran
permanen.Gangguan pendengaran mempengaruhi keseimbangan tubuh
sehingga muncul tanda-tandavertigo.
5
TOKSISITAS KUINOLON
D. Spektrum Antibakteri
Kuinolon aktif terhadap beberapa kuman Gram-Negatif antara lain : E. Coli,
Proteus, Klebsiella, dan Enterobacter. Kuinolon ini bekerja dengan menghambat
subunit A dari Enzim DNA graise Kuman, Akibatnya reflikasi DNA terhenti.
Flurokuinolon lama ( Siproflaksin, Ofoflaksin, Norfloksasin ) mempunyai daya
antibakteri yang sangat kuat terhadap E. Coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus,
H. Influenzae, Providencia, Serratia, Salmonelle, N. Meningitis, n. Gonorrhoeae,
B. Catarrhalis dan Yersinia Entericolitia, tetapi terhadap kuman Gram-Positif
daya antibakteinya kurang baik.
Flurokuinolon Baru ( Moksifloksasin, Levofloksasin ) mempunyai daya
antibakteri yang baik terhadap kuman Gram Positif dan kuman Gram-Negatif,
serta kuman atipik ( Mycoplasma, chlamdya ), Uji klinik menunjukan bahwa
flurikuinolon baru ini efektif untuk bakterial bronkitis kronis.
E. Efek Samping
Beberapa Efek samping yang dihubungkan dengan penggunaan obat ini adalah :
1. Saluran Cerna
6
Efek samping ini paling sering timbul akibat penggunaan golongan
kuinolon, dan bermanifestasi dalam bentuk mual, dan rasa tidak enak
diperut.
2. Susunan Saraf Pusat
Yang paling sering terjadi adalah Sakit kepala dan Pusing. Bentuk yang
jarang timbul ialah Halusinasi. Kejang dan delirium
3. Disglikemia
Dapat Menimbulkan hiper atau hipoglikemia. Akibatnya akan memperparah
penyakit diabetes Melitus.
4. Persendian dan otot
Berikut efek samping quinolon yang pernah dilaporkan berhubungan
dengan otot dan sendi:
a. Arthralgias (sakit pada sendi) khususnys tendon Achilles, pergelangan
kaki, lutut, paha, siku, bahu, pergelangan tangan, dan leher. Arthralgias
yang terjadi dapat berkembang menjadi osteoarthritis dengan atau tanpa
terjadinya pengurangan tulang muda. Arthralgias dapat terjadi selama
proses penggunaan quinolone, bahkan pada awal penggunaannya dan
terus meningkat intensitasnya sampai setahun datau satu setengah tahun
kemudian;
b. Sakit pada bagian tubuh lainnya yang bukan merupakan persendian
juga dapat terjadi menyusul sakit pada persendian. Misalnya pada leher
punggung, kepala, dada, groin, testes, termasuk sakit pada seluruh otot
di tubuh (myalgias), yang menyebabkan kekakuan dan pembengkakan.
Tendinitis akut dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh yang tidak
dapat disembuhkan dengan terapi konvensional. Initnya adalah
quinolone dan golongannya sangat beracun bagi semua tendon dalam
tubuh;
c. Gejala serupa arthritis yang serupa rheumatoid arthritis dan penyakit
autoimmune lainnya juga dirasakan. Selain itu gejala serupa
osteoarthritis juga terjadi, yang ditandai dengan bunyi-bunyian pada
persendian. Dengan berlangsungnya proses intoksikasi, tulang muda
yang baik dari waktu ke waktu mengalami perlunakan dan penipisan,
yang menyerupai gejala klinis osteoarthritis. Tulang muda pada lutut
merupakan target utama quinolones;
d. Kekakuan yang permanen yang berujung pada ketidakmampuan untuk
menggerakkan kaki dan tangan sampai organ tubuh lainnyapun dapat
7
terjadi. Fleksibilitas atau kelenturan menjadi berkurang secara
bertahap. Munculnya sensasi aneh pada otot dan persendian. Otot
menjadi kejang, khususnya otot kaki dan pundak sampai ke leher;
e. Pernafasan yang singkat yang mengakibatkan terjadinya deficit dalam
pemasukan oksigen ke dalam tubuh menyebabkan terjadinya insomnia
dan gangguan dalam reaksi metabolism tubuh;
f. Kulit dan jaringan kolagen lainnya mengalami penyembuhan lambat.
Sayatan pada kulit sekitar persendian meninggalkan bekas merah muda
setelah beberapa bulan penyembuhan;
g. Tangan dan kaki yang dingin juga turut dirasakan sebagai akibat
konsumsi quinilone ini.keadaan ini menunjukkan gejala yang
dinamakan Raynaud's syndrome. Dalam kasus yang cukup berat, jari
dapat menjadi beku karena dinginnya. Hilangnya sensitifitas rasa
melalui tangan dan kaki.
h. Sakit di dada dan nyeri seperti jantung yang terbakar;
i. Hilangnya berat badan karena kerusakan otot, atrophy dan gangguan
fungsi ginjal.
8
F. Toksisitas Quinolon
1. Hepatotoksik
Trofafloksin adalah obat quinolon generasi keempat yang tidak dipasarkan
kembali karena efek hepatotoksik
2. Kardiotoksik
Beberapa golongan quinolon seperti sparfloksasin dan grepafloksasin tidak
dipasarkan kembali karena efek kardiotoksik. Obat ini mampu
memperpanjang interval QTc (corrected QT interval) akibatnya dapat
menutup kanal kalium sehingga terjadi akumulasi kalium dalam miosit.
Akibatnya akan terjadi aritmia ventrikel. Sehubungan dengan hal tersebut
maka pasien yang memiliki sejarah palpitasi atau denyut jantung yang tidak
menentu dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi quinolone.
3. Chondrocytes killer
Quinolone membawa akibat rusaknya jaringan-jaringan tulang muda pada
seluruh tubuh dengan membunuh chondrocytes, yang merupakan sel akar
9
dari jaringan-jaringan tulang muda. Parah tidaknya kerusakannya yang
terjadi ditentukan oleh keadaan dari jaringan tulang muda itu sendiri
sebelumnya. Makin tinggi dan makin lama penggunaan quinolone, maka
makin besar kerusakan yang terjadi. Diharapkan bagi penderita
osteoarthritis untuk mengkonsumsi quinolone, jika pasien masih seringkali
berolah raga atau melakukan tugas-tugas yang keras dan berat. Pada
umumnya kerusakan yang terjadi tidak dapat diperbaiki
(irreversibel).Quinolon juga dapat merusak kemampuan pembangunan atau
perbaikan kembali jaringan, khususnya kolagen yang menghubungkan
(connective-collagenous);
4. Fototoksik
Klinarfloksasin dan sparfloksasin merupakan obat golongan quinolon yang
tidak dipasarkan kembali karena efek fototoksik.
5. Ocular Complication
Obat golongan quinolon dapat mengendap dalam retina yang mampu
mengaburkan penglihatan dan mengurangi refleks mata.Masalah dalam
penglihatan yang pernah dilaporkan dapat berupa diplopia (double vision)
dan masalah fokus penglihatan lainnya, degenerasi retina, khususnya bagian
luar, mata menjadi kering, sampai kerugakan penglihatan;
G. Warning Quinolon
Golongan quinolon hingga sekarang tidak diindikasikan untuk anak-anak di
bawah 18 tahun dan ibu hamil karena golongan ini dapat menimbulkan
kerusakan sendi sehingga mengganggu pertumbuhan anak dan janin.
Quinolone juga tidak dianjurkan untuk mereka yang mengalami gangguan
autoimun atau adanya kecurigaan terjadinya autoimun, karena akan
memperburuk kondisi yang sudah ada tersebut. Contohnya penyakit autoimun
seperti multiple sclerosis, lupus erithematosus, rheumatoid arthritis, vessel
vasculitis yang kecil, dermatomyositis, polymyositis.
Berikut Efek samping quinolone terhadap respon serupa autoimmun:
1. Mata kering, mulut kering, sinus kering, telinga kering dan kulit juga mulai
mengering;
2. Fungsi usus yang menjadi tidak wajar, khususnya dalam mencerna makanan
dan memprosesnya;
3. Sensitivitas terhadap parfum, produk-produk kesehatan dan kimia;
4. Kehilangan rasa dan penciuman;
5. Gejala merasakan kembali sakit yang sudah sembuh;
10
6. Gejala serua fibromyalgia, multiple sclerosis, lupus erythematosus,
rheumatoid arthritis, reactive arthritis, vasculitis, AIDS dan penyakit
lainnya;
7. Kulit memerah, khususnya sekitar daerah periger seperti tangan, kaki, mata
kaki;
8. Rasa gatal di sekujur tubuh.
11
mempengaruhi kemampuan penglihatan anak mencit. Fungsi penglihatan
berhubungan erat dengan retina. Retina mengandung selapis sel fotoreseptor
(sel kerucut dan sel batang) yang peka terhadap berkas cahaya yang melalui
lensa. Saraf yang keluar dari retina adalah saraf (sensoris) aferen yang
menghantar impuls cahaya dari fotoreseptor melalui nervus optikus ke otak
untuk interpretasi visual (Eroschenko, 2000). Bagaimana mekanisme
Ciprofloxacin dapat menyebabkan tertundanya kemampuan melihat dari anak
mencit belum sepenuhnya diketahui.
Terhadap uji pendengaran, dosis tidak mempengaruhi pendengaran anak
mencit, kecuali pada usia yang ke-13 hari. Hal ini diduga karena tidak terdapat
reseptor si Ciprofloxacin pada organ telinga. Reseptor yang terlibat untuk
pendengaran merupakan mekano reseptor terspesialisasi yang disebut sel
rambut (Ward et al., 2009). Sel rambut merupakan sel reseptor auditori.
Rangsangan auditori (suara) dibawa pergi dari sel reseptor melalui nervus
koklearis ke otak untuk diinterpretasi (Eroschenko, 2000).
Pada uji penciuman, seluruh dosis tidak mempengaruhi kemampuan
penciuman anak mencit. Hal ini ditandai dengan menghindarnya anak mencit
ketika hidungnya didekatkan pada sebuah batang kapas (cotton bud) yang telah
dicelupkan ke dalam cologne.
Menurut Dharnidharka et.al. (1998) siprofloksasin dapat menyebabkan
gagal ginjal akut yang ditandai dengan adanya nekrosis tubular akut (acute
tubular necrosis, ATN). Nekrosis tubular akut (NTA) adalah kematian sel
tubular yang disebabkan oleh sel tubular kurang mendapatkan oksigen
(ischemic ATN) atau 16 ketika sel mendapat pengaruh dari toksikan obat atau
molekul (nephrotoxic ATN) (Stevens et.al., 2002). NTA biasanya disertai
dengan rupturnya membran basalis dan oklusi lumen tubular.
Telah dilaporkan terjadinya kasus artropati pada anak tikus dengan
pemberian dosis tinggi siprofloksasin selama lebih dari 15 hari
(Mohanasundaram dan Shantha, 2000). Artropati juga dilaporkan terjadi pada
pemberian golongan kuinolon pada anak anjing yang berusia 12 minggu
(Akelsen dan Hol, 2006). Pada studi retrospektif yang dilakukan terhadap
penggunaan siprofloksasin pada anak dilaporkan terjadinya artropati reversibel
akut (Karande dan Nilima, 1996). Obat golongan florokuinolon ini juga dapat
menyebabkan terjadinya fototoksisitas (Lietman, 1995), menginduksi
12
terjadinya hepatitis (Jones dan Smith, 1997), nefrotoksisitas dan gangguan
pada saluran cerna (Lipsky dan Baker, 1999), serta 3 terjadinya peningkatan
enzim transaminase (Ball et al., 1999).
2. Kesimpulan Uji Toksisitas dari Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Pada pemberian dosis lazim, Ciprofloxacin telah bersifat teratogen
terhadap fetus mencit.
b. Ciprofloxacin tidak mempengaruhi tingkah laku anak mencit pada semua
dosis kecuali terhadap kemampuan melihat.
c. Pemberian siprofloksasin pada semua dosis terhadap induk mencit
selama masa laktasi dapat menyebabkan perubahan struktur histologi
organ ginjal anak mencit. 17
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahardja, Drs. Kirana. 2007. Obat-obat penting ( khasiat, penggunaan, dan efek-efek
sampingnya). PT. Alex media komputindo : Jakarta.
http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-10-Antibiotik,-Si-Peluru-Ajaib-
(Bagian-Pertama).shtml
14