Anda di halaman 1dari 13

141

RESEP NOMOR 11

141
Pembacaan Resep :
142

Jakarta, 11/10/ 2010


R/ Glibenklamid 5 mg tab. No. X
S. 1.dd.I
R/ Glucophage 500 mg tab. No. XXX
S. 3.dd.I
R/ Citaz 50 mg tab. No. XX
S. 2.dd.I
R/ Cataflam 25 mg tab. No. XX
S. 2. dd.I

Pro : Ny. Husnariah Umur :


Poliklinik/Unit :
Dokter : Nandawati . K.
No. izin Praktek/kerja

Pada tanggal 11 bulan Oktober tahun 2010 Ny. Husnariah datang berobat
ke RS. Husada. Di RS Husada Ny. Husnariah diperiksa kesehatannya oleh dr.
Nandawati. Setelah diperiksa kesehatannya Ny. Husnariah diberi selembar kertas
143

resep untuk ditebus di Apotek. Resep tersebut berisi perintah kepada Apoteker
sebagai berikut(1):
Resep pertama :
1) Bahasa Latin : Recipe Glibenklamid 5 mg tabletta numero 10,
signa semel de die I.
2) Bahasa Indonesia : Ambillah tablet Glibenklamid 5 mg sebanyak 10
tablet, tandai aturan minum satu kali sehari satu tablet.
Resep kedua :
1) Bahasa Latin : Recipe Glucophage 500 mg tabletta numero 30,
signa ter de die I.
2) Bahasa Indonesia :Ambilah tablet Glucophage 500 mg sebanyak 15
tablet, tandai aturan minum tiga kali sehari satu tablet.
Resep ketiga :
1) Bahasa Latin : Recipe Citaz 50 mg tabletta numero 20, signa
bis de die I.
2) Bahasa Indonesia : Ambilah tablet Citaz 50 mg sebanyak 20 tablet,
tandai aturan minum dua kali sehari satu tablet.
Resep keempat :
1) Bahasa Latin : Recipe Cataflam 25 mg tabletta numero 20,
signa bis de die I.
2) Bahasa Indonesia : Ambilah tablet Cataflam 25 mg sebanyak 20
tablet, tandai aturan minum dua kali sehari satu tablet.

Seorang Apoteker di apotek jika mendapat sebuah resep dari pasien harus
memeriksa kelengkapan administratif resep. Berdasarkan peraturan kelengkapan
administratif resep, resep yang memenuhi persyaratan administratif adalah resep
yang memuat(1,2):

1. Inscriptio
a. Nama/alamat/ ada/ada/tidak ada
SIP dokter ada/ada
b. Nama ada
kota/tanggal resep ditulis
c. Tanda R/
144

2. Prescriptio Ada
a. Nama
obat/jumlah obat Ada
b. Cara
pembuatan bentuk sediaan
3. Signatura Ada
Aturan pakai
4. Subcriptio
a. Paraf dokter ada
b. Nama/umur/a ada/tidak ada/tidak ada
lamat pasien
Jika melihat syarat administratif resep yang lengkap di atas maka resep di
atas tidak memenuhi syarat karena:

1) Tidak ada nomor izin praktik dokter

2) Tidak ada umur dan alamat pasien

Penggunaan obat di dalam resep dari seorang dokter memuat dua nama
yaitu generik dan nama dagang (branded).

Maka sesuai dengan pengertian nama obat di atas(3,4):

Nama Obat Keterangan Nama Obat Komposisi Obat

Glibenklamid 5 mg Nama generic Glibenklamid 5 mg

Glucophage 500 mg nama dagang (branded) Metformin HCl 500 mg

Citaz 50 mg nama dagang (branded) Cilostazol 50 mg

Cataflam 25 mg nama dagang (branded) Kalium Diklofenak 25 mg

Kegunaan obat yang ditulis oleh dokter pada suatu resep bisa
mempunyai satu atau beberapa kegunaan, baik secara satu persatu ataupun secara
bersamaan (sinergis), maka kegunaan obat pada resep pertama di atas dapat dilihat
sebagai berikut(3,4):

NAMA OBAT KEGUNAAN

Glinbenklamid 5 mg Kontrol hiperglikemia pada diabete non - insulin


145

dependent yang tidak bisa diatasi dengan diet,


latihan dan penurunan berat badan.

Glucophage 500 mg Untuk terapi tambahan pada pasien diabetes


yang tidak tergantung insulin dan kelebihan
berat badan dimana kadar glukosa tidak bisa
dikontrol dengan diet saja. Dapat dipakai
sebagai obat tunggal atau dapat diberikan
sebagai obat kombinasi dengan sulfonilurea.
Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes
dengan ketergantungan terhadap insulin agar
dapat mengurangi dosis insulin yang
dibutuhkan.
Citaz 50 mg Mengobati gejala-gejala iskemi meliputi luka,
nyeri, kedinginan yang disebabkan penyumbatan
arteri kronis oklusif.

Cataflam 25 mg Sebagai pengobatan jangka pendek


untuk kondisi akut sebagai berikut:
Nyeri inflamasi setelah trauma,
seperti terkilir.
Nyeri dan inflamasi setelah
operasi, seperti operasi gigi dan tulang.
Sebagai adjuvant pada nyeri inflamasi berat
dari infeksi telinga, hidung atau tenggorokan.

Tujuan penggunaan obat-obat pada resep di atas adalah:


1.
Glibenklamid tujuannya untuk menurunkan kadar glukosa darah pada diabetes
non-insulin dependen dan tidak pada diabetes insulin dependen(4).
2. Glucophage tujuannya untuk memperkuat kerja obat golongan sulfonilurea
dengan menurunkan kadar gula darah hanya sampai nilai normal serta
menstabilkannya(4).
3. Citaz tujuannya untuk mengurangi kemampuan platelet (partikel dalam darah
yang menyebabkan penggumpalan darah) untuk melekat(5).
4. Cataflam tujuanya untuk pengobatan jangka pendek terhadap nyeri dan
inflamasi(3).
146

Obat untuk mencapai reseptornya mempunyai suatu mekanisme kerja,


untuk obat-obat yang tertulis pada resep di atas mempunyai mekanisme kerja
sebagai berikut:

1. Glibenklamid 5 mg merupakan zat yang termasuk dalam golongan


sulfonilurea long acting. Mekanisme kerja sulfonilurea adalah merangsang
sekresi insulin pada pankreas sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas
masih dapat berproduksi(6).
2. Glucophage 500 mg (Metformin HCl ). Metformin HCl merupakan golongan
dari biguanid yang mekanisme kerjanya menghambat glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan(6).
3. Citaz 50 mg (Silostazol) bekerja dengan menghambat aktivitas siklik AMP
phosphodiesterase III (cAMP PDE III) dan menekan degradasi cAMP yang
menyebabkan peningkatan cAMP di platelet dan pembuluh-pembuluh darah,
sehingga akhirnya menimbulkan vasodilatasi dan penghambatan agregasi
platelet(5).
4. Cataflam (Kalium diklofenak). Kalium diklofenak merupakan zat golongan
NSAID dengan aktivitas antiinflamasi, analgesia dan antipiretik. Aktivitas K.
Diklofenak dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase (COX) sehingga
pembentukan prostaglandin terhambat(7).

Menurut saya obat-obat yang ada di dalam resep pertama sampai ketiga
perlu dihabiskan karena merupakan bagian dari regimen pengobatan DM tipe 2
dan perlu pengontrolan kadar gula darah agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan seperti penurunan kadar gula darah / hipoglikemi, karena penggunaan
antidiabetes yang terlalu melapaui normal akan menyebabkan hipoglikemi.

Jika diminum secara bersamaan, obat tidak terjadi interaksi secara


farmasetik, farmakokinetik, atau farmakodinamik.

Obat dalam resep tersebut merupakan bagian dari regimen dosis karena
harus digunakan secara degenerative atau secara terus menerus.
147

Suatu zat aktif biasanya mempunyai beberapa bentuk sediaan lain dan
mempunyai beberapa merk dagang, untuk bentuk sediaan lain obat-obat yang
tertulis pada resep di atas adalah sebagai berikut(3):

Sediaan yg
Nama obat dalam R/ Sediaan lain
diminta

Glibenklamid 5 mg Tablet Tidak ada


Glucophage 500 mg
Tablet Tidak ada
(Metformin HCl 500 mg)
Citaz 50 mg
Tablet Tidak ada
(Silostazol 50mg)
Cataflam 25 mg
Tablet salut Tidak ada
(Kalium Diklofenak 25 mg)

Secara umum obat mempunyai efek samping dan sebagian kecil obat
mempunyai adverse event. Efek samping dari obat yang diresepkan adalah (3,4):

1. Glibenklamid
Kadang-kadang terjadi gangguan saluran cerna seperti: mual, muntah, dan
nyeri epigastrik. Sakit kepala, demam, reaksi alergi pada kulit.

2. Glucophage (Metformin HCl)


Gangguan GI (biasanya hanya bersifat sementara), anoreksia, mual, muntah,
diare.

3. Citaz (Silostazol)
Demam, denyut jantung cepat atau tidak teratur, sakit kepala, mual atau
gangguan saluran pencernaan, mimisan, dll.

4. Cataflam (K. diklofenak)


Gangguan saluran pencernaan seperti:nyeri lambung, mual, muntah, diare.
Sistem saraf pusat: pusing, sakit kepala. Kulit: eksim, eritema. Gangguan
fungsi ginjal, dll.
148

Berkaitan dengan mekanisme kerja dan efek samping suatu obat maka ada
informasi / hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien yang berhubungan
dengan obat yang tertulis pada resep di atas:

1. Glibenklamid 5 mg, diminum 1 x sehari 1 tablet. Segera setelah makan pagi.


Penyimpanan obat pada suhu kamar (di bawah 30C) dan tempat kering.
2. Glucophage 500 mg (Metformin HCl), diminum 3 x sehari 1 tablet, bersamaan
dengan makan. Simpan pada suhu di bawah 30C, terlindung dari cahaya.
3. Citaz 50 mg (Silostazol), diminum 2 x sehari 1 tablet, jam sebelum atau 2
jam setelah makan. Penyimpanan obat pada tempat sejuk dan terlindung dari
cahaya.
4. Cataflam 25 mg (Kalium diklofenak), diminum 2 x sehari 1 tablet, sebelum
makan. Simpan di tempat sejuk (15 25 C ) dan kering, terlindung dari
cahaya.

Berkaitan dengan pelayanan terhadap resep yang diterima seorang


Apoteker di apotek harus memperhatikan:

1. Sesuaikan dosis yang diperintahkan dokter pada resep dengan


dosis lazim

a. Glibenklamid(3,6)
Dosis lazim : 5 mg sehari (dosis lanjut usia 2,5 mg)
Dosis maximum : 15 mg sehari (disesuaikan berdasarkan respon)
Dosis dalam R/ : 1 kali sehari 5 mg
Kesimpulan : Dosis sesuai karena masih masuk ke dalam dosis lazim.

b. Glucophage(4,5)
Dosis lazim :


Single dosage: 500 mg 3 kali sehari, 850 mg 2 kali sehari. Max:
2550 mg / hari.

Terapi kombinasi: 1 tab 500 mg atau -1 tab 850-mg per hari,
dapat ditingkatkan pada interval waktu.
Dosis dalam R/ : 3 kali sehari 500 mg
Kesimpulan : Dosis sesuai
149

c. Citaz (silostazol)(3)
Dosis lazim : 100 mg 2 kali sehari
Dosis dalam R/ : 2 kali sehari 50 mg
Kesimpulan : Dosis sesuai

d. Cataflam (K. diklofenak)(3,4)


Dosis lazim : 25 - 50 mg 3 kali sehari
Dosis dalam R/ : 2 kali sehari 25 mg
Kesimpulan : Dosis sesuai

2. Menyiapkan obat-obatan untuk keperluan resep tersebut di atas


Resep diterima, kemudian di analisa kesesuaian dosis masing-masing obat.
Ambil masing-masing obat antara lain Glibenklamid sebanyak 10 tablet,
Glucophage 500 mg sebanyak 30 tablet, Citaz 50 mg sebanyak 20 tablet, dan
Cataflam 25 mg sebanyak 20 tablet. Obat yang telah di siapkan kemudian di beri
etiket putih sesuai dengan petunjuk pemakaian yang tertera di resep. Obat
dikemas kemudian lakukan pengecekan ulang sebelum resep diserahkan ke pasien
terutama mengenai ketepatan obat yang diminta di dalam resep, jumlahnya aturan
minumnya. Kemudian serahkan obat disertai penjelasan mengenai khasiat dan
cara penggunaan obat juga anjurkan pasien untuk selalu mengontrol/mengecek
kadar gula darahnya. Minta alamat dan nomor telepon pasien sebagai data/arsip di
Apotek.

3. Etiket obat
Etiket obat yang digunakan pada resep ini berupa etiket putih.

INSTALASI FARMASI
INSTALASI FARMASI Rumah Sakit Sakit Husada
Rumah Sakit Husada Jl. Raya Mangga Besar 137-139
Jl. Raya Mangga Besar 137-139 Apoteker : Ainul Mardhiyyah. S.Si.,
Apoteker : Ainul Mardhiyyah. S.Si., Apt Apt
SIK No: 124/SIK/2009 SIK No: 124/SIK/2009

No. 004 Tgl. 11-10-2010 No. 004 Tgl. 11-10-2010


Ny. Husnariah Ny, Husnariah
1 kali sehari 1 tablet
pagi hari, segera setelah makan 3 kali sehari 1 tablet
Glibenklamid bersama dengan makan
Glucophage
INSTALASI FARMASI
Rumah Sakit Sakit Husada
Jl. Raya Mangga Besar 137- INSTALASI FARMASI
139 Rumah Sakit Sakit Husada
Apoteker : Ainul Mardhiyyah. S.Si., Jl. Raya Mangga Besar 137-139
Apt Apoteker : Ainul Mardhiyyah. S.Si., Apt
SIK No: 31/II/SIK/2010 SIK No: 124/SIK/2009

No. 04 Tgl. 11-10-2010 No. 004 Tgl. 11-10-2010


Ny. Husnariah Ny, Husnariah
2 kali sehari 1 tablet 2 kali sehari 1 tablet
sebelum makan segera sebelum makan
Citaz Cataflam
150

4. Copy R/

INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT HUSADA
Jl. Raya Mangga Besar 137-139
Telp. 021-6490090

APA : Ainul Mardhiyyah, S.Si.,Apt.


SIK : 124/SIK/2009
SIA : 500/230/SIA/2009

SALINAN RESEP
COPY RECEIPT

Nomor Resep : 0011004 Tanggal:11/10/2010


Dari dokter : dr. Nandawati Tanggal:11/10/2010
Nama Pasien : Ny. Husnariah Umur : -

R Glibenklamid 5 mg tab. no. X


S. 1.dd. I

det
R Glucophage 500 mg tab. no. XXX
S. 3.dd. I

det
151

R Citaz 50 mg tab. no. XX


S. 2.dd. I

det
R Cataflam 25 mg tab. no. XX
S. 2.dd. I

det

Jakarta, 11//2010
STEMPEL Pcc
APOTEK
Ainul Mardhiyyah, S.Si.,Apt.
Saran yang bisa diberikan oleh seorang Apoteker berkaitan dengan
kelengkapan pada sebuah resep adalah:

a. sebaiknya ketika kita memberikan obat ke pasien, kita informasikan bahwa


obat ini diminum sesudah atau sebelum makan atau kita tuliskan keterangan
tersebut pada etiket.

b. Pemberian obat Glibenklamid dan Glucophage sebagai terapi kombinasi


antidiabetik oral pada penderita diabetes non-insulin dengan maksud untuk
menurunkan kadar glukosa darah sampai nilai normal serta menstabilkannya
(mengontrol kadar gula).

c. Tujuan terapi kombinasi ini adalah:

1. Memperlambat perburukan sel beta langerhans


a. Menurunkan produksi glukosa di hepar
b. Meningkatkan aksi insulin dengan mengurangi resistensi insulin
dan meningkatkan sekresi insulin.
2. Untuk menghindari efek samping atau toksik karena
peningkatan dosis.
d. Pemberian obat Glibenklamid dan Glucophage sebagai terapi kombinasi bisa
diganti dengan obat Glucovance yang memiliki komposisi Glibenklamid dan
Glucophage, namun harus dengan persetujuan dari dokter.
152

e. Pemberian Citaz dimaksudkan untuk mengencerkan darah yang mengental,


sedangkan Cataflam dimaksudkan untuk mengurangi nyeri yang diderita
pasien.
f. obat Citaz (silostazol) selama dikonsumsi, pasien tidak dianjurkan untuk
merokok dan minum alkohol karena dapat menyebabkan peningkatan resiko
efek samping.
g. Untuk menunjang terapi ini, maka dianjurkan agar pasien melakukan
pengobatan non farmakologi antara lain dengan, terapi nutrisi (diet) untuk
mencapai berat badan yang ideal bagi kesehatan (rendah kalori, rendah
kolesterol), dan berolah raga, bermanfaat bagi kebanyakan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat (Teori dan Praktek).


Yogjakarta: Gajah Mada University Press, Hal. 10-20.

2. Syamsuni, H. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi.


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal. 11-16.

3. BPOM RI. 2008. Informasi Obat Nasional Indonesia 2008.


Jakarta: Sagung Seto. Hal: 490- 491.

4. Hardjasaputra, P., Listyawati, P., Tresni, K., Loeke, K., dkk. 2002.
DOI Data Obat Indonesia Edisi I0. Jakarta: Grafidian Media Press.
Hal: 350, 351, 366, 367, 1150, 1151.

5. Cilostazol (Oral Route). http://www.farmasiku.com. Diunduh pada


tanggal 26/11/2010 . Pukul 12.24 WIB

6. Anonim. 2009. British National Formulary (BNF-57). London:


BNF.Org. Hal: 376 - 378.

7. Barbara G. Wells, PharmD, FASHP, FCCP, BCCP, dkk. 2009.


Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition. The McGraw-Hill
Companies, Inc. Hal: 215 218.
153

Anda mungkin juga menyukai