Disusun Oleh :
Kelompok : 1
Nama : 1. Citra Dwi Lestari (201510410311055)
2. Salsabila Az Zahra (201510410311057)
3. Widyanti Arisya (201510410311074)
4. M. Andriyanto Firdaus (201510410311079)
5. Venty Renita Pradevi (201510410311088)
6. Mutia Rinanda Junanti (201510410311102)
Kelas : Farmasi B
Segala Puji bagi Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-Nya serta dorongan
dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan baik
dan seksama.
Dengan selesainya laporan resmi praktikum ini, maka tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
laporan ini, khususnya kepada :
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna dan tidak
luput dari kekurangan-kekurangan, baik dari segi materi maupun teknis penulisan. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan
untuk penyempurnaanya. Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat
untuk rekan-rekan yang membaca.
Kelompok 1
A. Tujuan Praktikum
B. Dasar Teori
Di dalam tubuh terjadi beraneka ragam reaksi kimia yang merupakan bagian dari
proses metabolisme. Reaksi-reaksi tersebut harus berlangsung dengan laju yang
memadai, sesuai dengan kebutuhan. Sementara kecepatan reaksi itu sendiri dipengaruhi
antara lain oleh suhu reaksi dan kadar reaktan. Namun, kedua faktor ini seringkali tak
dapat ditingkatkan secara bermakna pada makhluk hidup sehingga harus ada cara lain
untuk menambah kecepatan reaksi yakni dengan melibatkan katalisator khusus yang
dikenal sebagai enzim.
Definisi Enzim
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.
Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh
enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel
akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Reaksi-reaksi enzimatik
dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/nutrient dalam keadaan terlarut yang
dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi kimia yang digunakan untuk biosintesis,
perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. (Poedjiadi, 2006)
Baik atau buruknya kinerja enzim tercermin dari besar kecilnya kecepatan reaksi
kimia yang dikatalisis. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kineja enzim ini. Kecepatan
reaksi enzimatis dipengaruhi faktor-faktor : suhu, pH, ada tidaknya inhibitor, ada atau
tidaknya senyawa perusak enzim, kadar enzim dan kadar substrat.
Sifat-Sifat Enzim
Enzim mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a) Termolabil, mudah rusak, bila dipanasi lebih dari suhu 60 C, karena enzim
tersusun dari protein yang mempunyai sifat thermolabil.
b) Merupakan senyawa protein sehingga sifat protein tetap melekat pada enzim.
c) Dibutuhkan dalam jumlah sedikit, sebagai biokatalisator, reaksinya sangat cepat
dan dapat digunakan berulang-ulang.
d) Bekerjanya ada yang di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim), contoh
ektoenzim: amilase, maltase, lipase
e) Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada juga yang
mengkatalisis reaksi dua arah, contoh : lipase, mengkatalisis pembentukan dan
penguraian lemak.
Lemak + H2O Asam lemak + Gliserol
f) Bekerjanya spesifik; enzim bersifat spesifik, karena bagian yang aktif (permukaan
tempat melekatnya substrat) hanya setangkup dengan permukaan substrat
tertentu.
g) Umumnya enzim tak dapat bekerja tanpa adanya suatu zat non protein tambahan
yang disebut kofaktor.
Pengaruh Modifier
Modifier adalah zat yang dapat mempengaruhi kinerja enzim yaitu aktivator dan
inhibitor. Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan enzim dengan
substratnya. Contoh aktivator adalah ion klorida yang berperan dalam aktivitas amilase
dalam substratnya. Contohnya HgCl2. Inhibitor dibagi menjadi 3, yaitu :
a) Inhibitor kompetitif
b) Inhibitor nonkompetitif
Inhibitor tidak bersaing dengan substrat untuk menempati tempat pengikatan yang
sama dengan enzim. Inhibitor dapat berikatan dengan enzim dengan atau tanpa
keberadaan substrat, dan peningkatan konsentrasi substrat tidak dapat mencegah
pengikatan inhibitor. Inhibitor non kompetitif dan substrat dapat berikatan dengan enzim
pada waktu yang sama karena tidak berikatan dengan sisi aktif. Inhibitor non kompetitif
merupakan senyawa yang membentuk ikatan kovalen yang kuat dengan enzim sehingga
tidak dapat digantikan dengan penambahan substrat secara berlebihan. Dengan demikian,
inhibitor non kompetitif bersifat irreversibel.
c) Inhibitor unkompetitif
Inhibitor tidak dapat berikatan dengan enzim bebas tetapi hanya kompleks E15.
Kompleks E15 yang terbentuk secara enzimatik tidak aktif.
Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat kimia
tertentu. Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat pada
sisi aktif enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi persaingan
untuk mendapatkan sisi aktif. Persaingan tersebut terjadi karena inhibitor biasanya
mempunyai kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Pada konsentrasi substrat yang
rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi tersebut berbalik bila
konsentrasi substrat naik.
Mekanisme kerja inhibitor irreversible adalah berikatan kovalen dengan sisi aktif
enzim sehingga sulit untuk putus/lepas dan substrat tidak dapat masuk ke sisi aktif
enzimnya. Sedangkan yang reversible ikatannya lemah, seperti ikatan hidrogen, mudah
diputus. Inhibitor reversible yang kompetitif memiliki prinsip saling berkompetisi dengan
substrat untuk dapat menempel/berikatan dengan sisi aktif enzim sehingga substrat akan
kalah jika konsentrasi substrat sedikit. Solusinya adalah penambahan konsentrasi substrat
sehingga tidak banyak inhibitor yang dapat berikatan dengan sisi aktif enzim. Inhibitor
reversible yang bersifat non kompetitif memiliki prinsip tidak saling berkompetisi dengan
substrat, namun inhibitor ini dapat mengubah sisi aktif enzim dan menempel atau
berikatan dengan enzim pada sisi lainnya, bukan pada sisi aktif enzimnya. Perubahan sisi
aktif enzim yang disebabkan oleh inhibitor jenis ini menyebabkan substrat tidak dapat
berikatan dengan enzim dan tidak dapat membuat produk baru, dalam hal ini salivary
amylase tidak dapat menghidrolisis amilum yang ada. Jika ada inhibitor reversible non
kompetitif ini di dalam larutan maka penambahan substrat pun tidak dapat berguna untuk
membalikkan keadaan.
Amilum sebagai polisakarida terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar
tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun,
batang dan biji-bijian. Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya
adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin.
Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan
glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase. Dalam saliva
dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap
amilum yang terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi
maltosa. Pada praktikum kali ini kami menggunakan amilum solani atau pati kentang.
C. Alat dan Bahan
Alat
1 Bejana erlenmeyer
2 Pipet
3 Gelas ukur
4 Beakerglass
5 Tabung reaksi (6 buah)
6 Tisu
7 Alumunium foil
8 Label
9 Spektrofotometer
10 Stopwatch
Reagensia
1 Larutan enzim E (1 ml saliva diencerkan diencerkan dengan 10 ml air suling )
2 Larutan NaCl 0,9 %
3 Larutan dapar (buffer) dengan pH 7
4 Larutan substrat S ( larutan Amilum Solani 5% )
5 Larutan KI-I2
6 Larutan HCl 0.05 N
7 Aquadest
PELAKSANAAN
1 Masing-masing kelompok melakukan percobaan sesuai ketentuan dosen
2 Siapkan 5 tabung reaksi bersih, beri masing-masing tanda 0 ; 5 ; 10; 15 ; 20
3 Siapakan bejana Erlenmeyer dan pipet volumetric
4 Ambil berturut-turut 15 ml larutan dapar dengan pH 7, 15 ml larutan S, 6 ml larutan
NaCl 0,9 % dan 6 ml aquades, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Goyangkan
Erlenmeyer beberapa detik dengan gerakan memutar agar isinya tercampur rata.
5 Isilah masing-masing tabung reaksi yang tersedia dengan 10 ml larutan 0,05 N
6 Ambil dengan pipet 1 ml campuran larutan dan tabu erlenmeyer dan masukkan ke dalam
tabung reaksi yang bertanda 0, campurlah isinya dengan beberapa kali membalikkan
tabung yang disumbat ibujari tangan.
7 Siapkan stopwatch.
8 Ambil dengan pipet 1 ml enzim dan tambahkan ke dalam campuran larutan yang berada
di dalam erlenmeyer. Jalankan stopwatch tepat pada saat enzim dimasukkan ke dalam
tercampur rata di dalam larutan. Setelah itu Erlenmeyer jangan digoyangkan lagi.
(Diamkan di atas meja)
9 Kira-kira setengah menit menjelang menit ke-5 ambillah dengan pipet 1ml larutan dari
labu erlenmeyer, dan tepat pada menit ke-5 masukkan cairan dan dalam pipet tersebut ke
dalam tabung reaksi bertanda 5, campurlah isinya dengan beberapa kali membalikkan
tabung yang disumbat ibujari tangan.
10 Lakukan kembali seperti prosedur tahap 9 sekitar menit ke- 10, 15, 20 memasukkan
cairan dan dalam pipet ke dalam tabung reaksi yang bertanda 10,15, dan
mencampurkan dengan membalik-balikkan tabung dengan atau 20.
11 Setelah semua selesai, tambahkan 2 tetes KI-I2 dan buret ke dalam masing-masing
tabung reaksi. Campur merata dengan membalikkan beberapa kali tabung reaksi yang
disumbat ibujari tangan.
12 Kira-kira 5 menit setelah pemberian KI- I2, bacalah absorbance larutan yang ada dalam
masing-masing tabung reaksi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm
(blanko tanpa E dan S)
13 Dari nilai absorbance yang terbaca, hitunglah persen substrat yang tercerna pada menit
ke-0,5,10,15,20 dengan rumus.
Presentase substrat yang dicerna pada menit t =
( Presentase substrat semula ) ( presentase substrat yang tersisa pada menit t )
Jadi :
Presentase substrat yang dicerna pada menit t = 100% - Att/ Ato x 100%
Keterangan : ATt = Absorbance larutan pada menit ke t
ATo = Absorbance larutan pada menit ke 0
14 Runutlah nilai presentase substrat yang dicerna pada prdinat grafik menghubungkannya
dengan lama berlangsungnya reaksi (T) pada absisnya. Kurva yang terbentuk disebut
progress curve
D. Skema kerja
1 Siapkan 5 tabung reaksi bersih berisi masing masing tanda 05101520 dan bejana
erlenmayer
+ + +
3. Masukkan 10 ml HCl 0,05 N ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah di beri label
c
5. Siapkan stopwatch dipipet 1 ml larutan enzim dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Dihitung waktu dimulai saat enzim dimasukkan dicampur dengan membalikkan tabung
beberapa kali dengan ibu jari.
1
ml
+ +
HCL Ph NaC
6,5 L 2 dalam masing masing tabung reaksi (tunggu kurang lebih 5
9. Ditambahkan 2 tetes KI-I
menit). Baca absorban larutan pada tabung reaksi dengan menggunakan alat spektrofotometer
KI-
I2
E. Bagan Alir
Masing-masing
Masukkan 15 ml larutan dapar
tabung reaksi diisi
10 ml larutan HCL
pH 7,0 + 15 ml larutan S +
0,05 N (diberi tanda 6 ml larutan NaCl 0,9 % + 6
0,5,10,15, 20) ml aquades ke dalam
F. Hasil Pengamatan
No Reagensia Menit ke- Abs k*Abs Persentase
1 Dapar 15 ml 0 1,133 1,1331 -
2 substrat 15 ml 5 1,264 1,2496 -11,56%
3 NaCl 6 ml 10 0,587 0,5868 48,19%
4 Enzim 1 ml 15 0,353 0,3529 68,84%
Aquadest 6
5 20 0,203 0,2030 82,08%
ml
Persentase subtrat yang dicerna pada menit t = persentase subtrat semula persentase substrat
yang tersisa pada menit t
Jadi, persentase substrat yang dicerna pada menit t = 100% - ATt/ATo x 100%
Menit ke-0
100% - (1,133/1,133 x 100%) = 0%
Menit ke-5
100% - (1,264/1,133 x 100%) = -11,56%
Menit ke-10
Menit ke-15
Menit ke-20
100% - (0,203/1,175 x 100%) = 82,08%
Menit ke-10
Menit ke-15
Menit ke-20
100% - (0,096/1,583 x 100%) =93,94%
Kelompok 3
Menit ke-10
Menit ke-15
Menit ke-20
100% - (0,576/1,150x 100%) = 49,91%
Kelompok 4
Menit ke-10
Menit ke-15
Menit ke-20
100% - (1,451/1,350x 100%) =-7,48%
Kelompok 5
Menit ke-10
Menit ke-15
Menit ke-20
100% - (1,485/1,217x 100%) = -22,02%
Kelompok 6
Menit ke-10
Menit ke-15
Menit ke-20
100% - (1,087/1,436x 100%) = 24,30%
Kelompok 7
Menit ke-10
Menit ke-15
80% 82.08%
68.84%
60%
48.19%
40%
20%
0% 0.00%
Menit 0 Menit 5 Menit 10 Menit 15 Menit 20
-11.56%
-20%
I. Pembahasan
Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.
Molekul awal yang disebut substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain
yang disebut produk.
Pada praktikum ini akan diamati bagaimana pengaruh peningkatan kadar enzim
dan midifier pada reaksi enzimatik. Modifier adalah zat yang dapat mempengaruhi
kinerja enzim yaitu aktivator dan inhibitor. Aktivator merupakan molekul yang
mempermudah ikatan enzim dengan substratnya, sedangkan inhibitor merupakan molekul
yang menghambat ikatan enzim dengan substrat.
Pada praktikum ini pun digunakan saliva yang didalamnya terdapat enzim amilase
yang mempunyai pH optimum 6,5 - 7. Sebagai substrat digunakan larutan amilum solani
2% yang akan bereaksi dengan amilase. Enzim amilase akan menghidrolisis amilum dan
akan menghasilkan satuan-satuan molekul maltosa (60-70%) dan sisanya berupa dekstrin.
Larutan NaCl 0,9% digunakan sebagai aktivator enzim amilase dalam saliva dan sebagai
larutan isotonis dapat menciptakan kondisi fisiologis yang sesuai dengan kondisi mulut.
Larutan buffer yang kami gunakan pada praktikum kali ini yaitu pH 7 sebagai pH
optimum dari enzim amilase sehingga kinerja enzim akan optimal. Digunakan aquadest
sebagai peningkat kadar enzim. Fungsi dari KI-I2 adalah memberikan warna pada zat
yang direaksikan sehingga bila berikatan dengan amilum akan menghasilkan warna biru
dan apabila berikatan dengan amilum yang telah bereaksi dengan enzim maka akan
menghasilkan warna coklat. Fungsi HCl adalah untuk memberikan suasana asam sebagai
kondisi fisiologis cairan lambung di dalam tubuh sehingga dapat mengetahui kinerja
enzim di dalam tubuh. Sedangkan fungsi HgCl2 adalah sebagai inhibitor non-kompetitif
irreversible yang mana ketika berikatan dengan enzim, zat tersebut dapat merusak sisi
aktif enzim yang akan berikatan dengan substrat, sehingga laju kerja terhambat atau
bahkan menurun dan enzim berhenti bekerja (rusak).
Perubahan warna yang terbentuk pada tabung reaksi begitu signifikan dari warna
sebelum ditambahkan indikator warna yaitu larutan KI-I2. Pemberian larutan KI-I2
memberikan warna biru untuk larutan yang mengandung amilum dan akan menghasilkan
warna coklat bila berikatan dengan larutan yang mengandung enzim. Secara kasat mata,
hal ini menunjukkan bahwa kadar amilum yang terdapat pada masing-masing tabung
reaksi berbeda. Namun, pengamatan secara kasat mata ini di buktikan lagi dengan
menggunakan spektofotometer UV dengan panjang gelombang 620 nm, sebagai
penghitungan kadar amilum yang terkandung di dalam masing-masing larutan uji.
Hasil praktikum kelompok 1 menunjukkan bahwa pada praktikum pengujian
peningkatan kadar enzim dan modifier pada reaksi enzimatik dengan pH 7 tanpa
menggunakan HgCl2 adalah pada menit ke 5, persentase substrat yang tercerna adalah
-11,56% Pada menit ke 10, persentase substrat yang tercerna adalah 48,19%. Pada menit
ke 15, persentase substrat yang tercerna adalah 68,84% Pada menit ke 20, persentase
substrat yang tercerna adalah 82,08%. Hal ini menunjukkan bahwa pada pH 7, data kami
cenderung didapatkan % substrat tercerna dengan nilai kenaikan konstan dari menit ke 5
hingga menit ke 20 yang menjelaskan bahwa substrat yang ada telah tercerna dengan
optimal oleh enzim. Pada menit ke 0 menuju menit ke 5 terjadi penurunan % substrat
yang tercerna, hal ini terjadi karena pada saat proses pemipetan zat ke dalam tabung
reaksi menit ke 5 praktikan tidak cukup teliti.
Dari hasil praktikum kelompok yang menggunakan tambahan HgCl2 yaitu
kelompok 4 dan kelompok 5. Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa pengguna
HgCl2 tidak dapat menunjukkan penurunan kerja enzim yang signifikan. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai absorbansi pada menit ke-0 sampai menit ke-20 nilai persen
substrat tercerna yang didapat tidak menunjukan penurunan konstan. Dan disebabkan
keberadaan NaCl yang bertindak sebagai aktivator enzim dan juga kadar NaCl lebih besar
daripada HgCl2, kerja NaCl dengan HgCl2 berlawanan menyebabkan HgCl2 tidak dapat
menghambat secara maksimal terhadap kinerja enzim. Pada dasarnya HgCl2 tersebut
menghambat kerja enzim, namun karena kadar yang terlalu kecil dibandingkan dengan
NaCl maka penghambatan itu tidak dapat menunjukkan perbedaan yang signifikan
dengan kerja enzim pada kontrol.
J. Kesimpulan
K. Saran
Jakarta.
PrijaniPrijanti, Ani Retno. 2000. Penuntun Praktikum Biokima. Jakarta : Widya Medika
PERTANYAAN
1. Secara teori , bagaimana pengaruh peningkatan kadar pada substrat terhadap laju
reaksi enzimatik ?
= Modifier adalah zat yang dapat mempengaruhi kinerja enzim yaitu aktivator dan
inhibitor. Terbagi menjadi aktivator dan inhibitor. Aktivator merupakan molekul yang
mempermudah ikatan enzim dengan substratnya sehingga mengaktifkan kerja enzim,
sedangkan inhibitor merupakan molekul yang menghambat ikatan enzim dengan
substrat.