Anda di halaman 1dari 8

Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi udara.

Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari
lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme,
misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang mengalami infeksi saluran
pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk fermentasi. Mikroorganisme
yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada bahan padat, misalnya debu atau
terdapat dalam droplet air (Volk dan Whleer, 1984).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri termogenesis
menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah
pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia (Lay,
1992).Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas lingkungan
misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana aktivitas kehidupan
relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contoh lain udara di sekitar rumah,
pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat pembuangan sampah maka
jumlah mikroba relatif banyak (Pelczar, 1988).
Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan
melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang
dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang digunkan untuk
membersihkan udara yaitu (Volk dan Wheeler, 1984) :
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya
3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup dan
tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas
organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada
partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri di udara.
Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya
hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara (Volk dan Wheeler, 1984).
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga
organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad penyebab
penyakit melalui udara. Beberapa diantara infeksi bakteri biasa yang disebarkan oleh
udara adalah infeksistreptococus tonsil dan tenggorokan, difteria, batuk rejam dan
meningitis epidermik.Tuberculosis mempunyai arti penting dari segi transpor udara,
karena mikroorganisme dapat hidup lama di luar tubuh. Organisme initahan terhadap
kekeringan dan mungkin tetap bertahan berbulan-bulan dalam ludah kering dan
pertikel debu (Volk dan Wheeler, 1984).
Sanitasi merupakan persyaratan yang mutlak bagi industri pangan sebab
sanitasi berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya
awet produk serta nama baik atau citra perusahaan (Betty dan Een, 2011).
Praktikum kali ini dilakukan dengan menggunakan media tumbuh
mikroorganisme yaituPlate Count Agar (PCA) yang merupakan media umum
mikroorganisme, Nutrient Agar (NA) untuk media hidup bakteri dan Potato Dextrose
Agar (PDA) media khusus untuk khamir maupun kapang.
5.1 Uji Sanitasi Udara
Pengujian mikroorganisme dalam udara dilakukan di ruangan yang telah
ditentukan. Tempat yang dipilih untuk menguji sanitasi udara tersebut antara lain
laboratorium pendidikan I dan II, koridor lantai 1, mushola, perpustakaan, dan yang
terakhir adalah kamar mandi. Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan media
agar NA dan PDA yang telah membeku dalam cawan petri pada tempat-tempat yang
telah disebutkan sebelumnya. Cawan petri tersebut diletakkan dalam keadaan terbuka
selama 30 menit, tujuannya adalah agar mikroorganisme di udara dapat menempel
dan menjadikan media agar tersebut menjadi tempat tumbuhnya, sehingga jumlah
mikroorganisme baik bakteri, kapang, dan khamir dapat diketahui. Selanjutnya
dilakukan inkubasi untuk menumbuhkan mikroorganisme sesuai dengan kondisi yang
cocok, yaitu pada suhu 30oC .
Hasil yang diperoleh setelah dilakukan inkubasi selama dua hari dapat dilihat
pada tabel hasil pengamatan. Hasil tersebut dinyatakan dalam bentuk jumlah koloni
dan densitas atau kepadatan mikroba yang terdapat di udara. Jumlah koloni dapat
dihitung dengan bantuan alat colony counter ataupun secara manual, sedangkan untuk
menghitung densitas dapat digunakan rumus :
Densitas = jumlah koloni x 60/30 x luas cawan
Dari tabel tersebut dilihat bahwa urutan jumlah koloni bakteri yang tumbuh
pada medium NA dengan jumlah terbesar dan terkecil adalah pada NA yang disimpan
di kamar mandi dengan 125 koloni, dan di laboratorium pendidikan I dengan 1
koloni.
Jumlah koloni kapang dan khamir yang terbanyak dan yang paling sedikit
hidup di medium PDA adalah yang disimpan di mushola dengan 60 koloni dan di
perpustakaan dengan 7 koloni. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa
mikroorganisme yang mendominasi dalam kontaminasi udara adalah bakteri, hal ini
dapat terlihat dari jumlahnya yang lebih banyak dibandingkan dengan yang tumbuh
di medium PDA.
Kamar mandi adalah tempat yang lembab, dan rawan untuk kotor. Kotoran
dari urine, feses, saliva, lender, keringat mengandung banyak mikroorganisme.
Dengan suasana lingkungan yang lembab, mikroorganisme akan berkembang biak
sangat cepat. Frekuensi orang memakai toilet juga sering, yang berarti semakin sering
cemaran mikroorganisme pada kamar mandi.
Pada mikroorganisme jenis kapang dan khamir, lebih banyak ditemui di
mushola yang notabene lebih bersih daripada kamar mandi. Pada mushola, kotoran
rambut adalah kotoran yang paling banyak ada di mushola. Hal ini disebabkan oleh
aktivitas orang di mushola yang melakukan ibadah sholat, mereka memakai dan
melepas mukena yang berakibat jatuhnya kotoran seperti ketombe ataupun rambut
rontok. Ketombe itu berasal dari kapang di rambut kita, dengan demikian ketombe
yang jatuh di mushola dapat berkembang biak menjadi lebih banyak. Banyak orang
juga menggunakan mushola untuk aktivitas berbaring maupun tidur, sehingga kotoran
dari rambut dapat tertinggal di mushola.
Media NA pada laboratorium pendidikan I memiliki jumlah koloni bakteri
paling sedikit, dan berbeda jauh dengan laboratorium pendidikan II. Walaupun sama
ruangannya dan aktivitas pada saat pengujian juga sama, aktivitas pribadi para
laboran berbeda. Pada laboratorium pendidikan I, laboran lebih tertib daripada
laboran di laboratorium pendidikan II. Mereka lebih sedikit berbicara sehingga
cemaran mikroorganisme dari mulut manusia menjadi berkurang. Intensitas bicara di
laboratorium pendidikan II yang tinggi, menyebabkan jumlah bakteri di udara pada
ruangan tersebut lebih banyak.
Densitas mikroorganisme udara menyatakan jumlah mikroba yang jatuh pada
permukaan agar per cm2 selama satu jam. Satuan densitas dinyatakan dalam g/cm2.
Perhitungan densitas sangat dipengaruhi oleh luas cawan dan lamanya kontak cawan
dengan udara tempat uji dilakukan. Luas cawan petri yang berbentuk lingkaran dapat
dihitung dengan mengukur diameter tiap cawan yang digunakan.
Hasil perhitungan densitas dari tiap medium, menghasilkan data bahwa
densitas (g/cm2) bakteri terbesar dari media NA yang disimpan kamar mandi dengan
4906,25 koloni per jam per cm2 dan densitas kapang serta khamir terbesar dari media
PDA yang disimpan pada mushola dengan 2355 koloni per jam per cm2.
Tingkat pencemaran udara di dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti laju ventilasi, padat orang dan sifat serta saraf kegiatan orang-
orang yang menempati ruangan tersebut. Mikroorganisme terhembuskan dalam
bentuk percikan dari hidung dan mulut selama bersin, batuk dan bahkan bercakap-
cakap titik-titik air terhembuskan dari saluran pernapasan mempunyai ukuran yang
beragam dari mikrometer sampai milimeter. Titik-titik air yang ukurannya jatuh
dalam kisaran mikrometer yang rendah akan tinggal dalam udara sampai beberapa
lama, tetapi yang berukuran besar segera jatuh ke lantai atau permukaan benda lain.
Debu dari permukaan ini sebentar-sebentar akan berada dalam udara selama
berlangsungnya kegiatan dalam ruangan tersebut (Pelczar, 1994).
Terdapat berbagai prediksi jenis mikroorganisme yang memungkinkan
menyebar diudara dan dapat mengkontaminasi bahan pangan, dari mulai yang bersifat
pendegradasi hingga patogen. Bakteri yang memungkinkan menjadi agen kontaminan
antara lain Pseudomonas, Xanthomonas, Gluconobacter, Halobacterium,
Halococcus, Alcaligenes, Acetobacter, danBrucella. Kapang yang kemungkinan
menjadi kontaminan adalah jenis Aspergillus Sp.
Beberapa cara yang digunakan untuk membersihkan udara yaitu:
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya
3. Dengan menggunakan radiasi sinar ultraviolet.
5.2 Uji Sanitasi Ruangan
Pada pengujian ini satu cawan yang sudah steril dengan ukuran 5-6 cm diisi
dengan media PCA yang kemudian dibekukan. Selanjutnya tutup cawan dibuka dan
dengan posisi terbalik ditekan permukaan agarnya pada empat tempat dan didekat
bunsen, yaitu meja yang belum dibersihkan, meja yang dibersihkan dengan air biasa,
meja yang dibersihkan dengan larutan disinfektan, dan lantai yang tidak dibersihkan
dan lantai yang dibersikan dengan desinfektan. Selanjutnya diinkubasi pada suhu
30oC selama 2 hari. Hitung unit koloninya dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Unit koloni/100 cm2 = jumlah rata-rata koloni/cawan x 100/luas cawan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa urutan unit koloni dari terbesar hingga
terkecil adalah pada PCA yang diberi perlakuan lantai dan meja yang tidak
dibersihkan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pembersih lantai, desinfektan maupun
alcohol akan mengurangi jumlah mikroba yang ada. Berdasarkan data diatas jumlah
koloni pada meja yang dibersihkan dengan air lebih sedikit dibandingkan dengan
meja yang dibersihkan dengan desinfektan. Seharusnya jumlah mikroorganisme pada
meja yang telah dibersihkan dengan desinfektan memiliki jumlah yang lebih sedikit
karena desinfektan memiliki kandungan alkohol yang dapat membunuh
mikroorganisme pathogen. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur
disebabkan oleh meja yang digunakan tiap kelompok berbeda, sehingga tingkat
kebersihan meja tersebut berbeda-beda.
Perlakuan selanjutnya yang diamati adalah lantai yang tidak dibersihkan dan
lantai yang dibersihkan dengan desinfektan. Jumlah mikroorganisme pada lantai yang
tidak dibersihkan memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
mikrooganisme pada lantai yang dibersihkan dengan desinfektan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mikroorganisme pada lantai yang tidak dibersihkan memiliki
jumlah mikroorganisme yang banyak dibandingkan dengan lantai yang dibersihkan.
Hal ini disebabkan karena desinfektan memiliki kandungan alkohol yang dapat
membunuh mikroorganisme pathogen. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang
dipakai untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme melalui suatu mekanisme
kerja tertentu. Desinfektan ditujukan untuk mikroorganisme yang terdapat pada
benda-benda mati seperti: gedung, kandang, feses, dan peralatan. Mekanisme
penghancuran mikroorganisme oleh desinfektan dilakukan dengan jalan merusak
struktur dinding sel, mengubah permeabilitas membran sel (Joklik et al., 1984;
Chatim dan Suhato, 1994), mengadakan perubahan molekul-molekul protein dan
asam nukleat, menghambat kerja enzim atau dapat pula dengan cara menghambat
sintesa asam nukleat dan protein. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja
desinfektan antara lain konsentrasi dan jenis bahan (Pelczar dan Chan, 1998).
Pada lantai yang dibersihkan dengan air tidak ditemukan sama sekali unit
koloni. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa tidak ada mikroorganisme pada air
yang digunakan. Karena air keran, umumnya mengandung mikroorganisme. Tetapi
bisa saja, lantai yang dijadikan tempat pengujian memang bersih dari mikroorganisme
manapun.
VI. KESIMPULAN
Jumlah bakteri terbanyak adalah pada media NA yang disimpan di kamar
mandi dengan 125 koloni, dan jumlah bakteri terkecil adalah pada media NA
di laboratorium pendidikan I dengan 1 koloni.
Densitas (g/cm2) bakteri terbesar dari media NA yang disimpan kamar mandi
dengan 4906,25 koloni per jam per cm2 dan densitas kapang serta khamir
terbesar dari media PDA yang disimpan pada mushola dengan 2355 koloni
per jam per cm2
Jumlah unit koloni yang paling banyak terdapat pada lantai yang dibersihkan
dengan desinfektan yaitu sebesar 981,25 unit koloni/ 100 cm2 dan yang paling
sedikit pada lantai yang dibersihkan dengan air yaitu 0 unit koloni/ 100 cm2
Jumlah bakteri pada udara lebih besar dibandingkan jumlah kapang maupun
khamir.
DAFTAR PUSTAKA

Betty dan Een. 2011. Sanitasi Dan Keamanan Pangan. Jurusan Teknologi Industri
Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Jatinangor

Chatim, A. dan Suhato. 1994. Sterelisasi dan Desinfeksi Dalam: Mikrobiologi


Kedokteran. Edisi Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta. 39-51.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gobel, B. Risco, dkk., 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek. Makassar :


Universitas Hasanuddin.

Joklik, W. K., H. P. Willent, and D.B. Amos. 1984. Zinsser Microbiology. 18th Ed.
Appeleton Century Crafts. New York. 233-243.

Lay, Bibiana, W., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Pt Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Pelczar, Michael W., 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi 1, UI Press, Jakarta.

Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai