Anda di halaman 1dari 3

PAPARAN MENGENAI SUMBER-SUMBER PERIKATAN SESUAI

HUKUM DAN MELAWAN HUKUM

Perikatan diartikan sebagai sesuatu yang mengikat orang yang satu terhadap orang
yang lain. Namun,sebagaimana telah dimaklumi bahwa buku III BW tidak hanya mengatur
mengenai verbintenissenrechttetapi terdapat juga istilah lain yaitu overeenkomst.
Untuk menentukan istilah apa yang paling tepat untuk digunakan
dalam mengartikan istilah perikatan, maka perlu kiranya mengetahui makna
terdalam arti istilah masing-masing. Verbintenis berasal dari kata kerja
verbinden yang artinya mengikat. Jadi dalam hal ini istilah verbintenis
menunjuk kepada adanya ikatan atau hubungan, maka hal ini dapat
dikatakan sesuai dengan definisi verbintenis sebagai suatu hubungan hukum.
Atas pertimbangan tersebut di atas maka istilah verbintenis lebih tepat
diartikan sebagai istilah perikatan. Sedangkan untuk istilah overeenkomst
berasal dari dari kata kerja overeenkomen yang artinya setuju atau
sepakat. Jadi overeenkomst mengandung kata sepakat sesuai dengan asas
konsensualisme yang dianut oleh BW. Oleh karena itu, istilah terjemahannya
pun harus dapat mencerminkan asas kata sepakat tersebut. Berdasarkan uraian
di atas maka istilah overeenkomst lebih tepat digunakan untuk mengartikan
istilah persetujuan.
Diketahui bahwa sumber pokok dari perikatan
adalah perjanjian dan undang-undang, dan sumber dari undang-undang dapat
dibagi lagi menjadi undang-undang & perbuatan manusia dan undang-undang
saja. Sedangkan sumber dari undang-undang dan perbuatan manusia dibagi
lagi menjadi perbuatan yang melawan hukum dan perbuatan yang menurut
hukum.

1. Perbuatan menurut hukum.


Contoh : zaakwarneming (1354).

Jika seseorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu,
mewakili urusan orang lain, dengan atau tanpa pengetahuan orang itu, maka ia
secara diam-diam mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan
urusan itu, hingga orang yang ia wakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri
urusan itu.
Ia memikul segala kewajiban yang harus dipikulnya, seandainya ia dikuasakan
dengan suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas.

Zaakwarneming ialah perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum meskipun tidak
dikehendaki oleh orang tersebut. Contoh : mengurusi kepentingan orang lain tanpa diminta
oleh orang tersebut yakni bila terdapat kasus kecelakaan yang mengakibatkan seseorang luka
parah dan harus dioperasi secepatnya maka dokter harus mengoperasinya tanpa meminta ijin
kepada orang tersebut atau keluarganya.
read more
Teori Zaakwarneming ini diambil dari hukum perdata mengenai perbuatan sukarela yang
diatur di dalam pasal 1354. Teori ini menyatakan, apabila seseorang secara sukarela
membantu menyelesaikan pekerjaan atau urusan orang lain baik diketahui maupun tidak
diketahui maka sudah semestinya mendapatkan penghargaan atau upahnya.

Contoh : pasal 1359 BW

Tiap pembayaran mengandalkan adanya suatu utang; apa yang telah dibayar
tanpa diwajibkan untuk itu, dapat dituntut kembali.
Terhadap perikatan-perikatan bebas (natuurlijke verbintenissen), yang secara
sukarela telah dipenuhi, tak dapat dilakukan penuntutan kembali.

Pembayaran tidak terutang atau dalam bahasa Belandanya onverschuldigde betaling


terjadi bilamana seorang melakukan pembayaran kepada pihak lain tanpa adanya hutang.
Pembayaran yang dimaksud adalah setiap pemenuhan prestasi. Contoh dalam kehidupan
sehari-hari dapat saya deskripsikan sebagai berikut :
A seorang mahasiswa memiliki hutang kepada B. Suatu hari utang tersebut telah
dibayar lunas oleh A. Namun karena A orangnya pelupa maka, beberapa hari kemudian ia
membayar lagi kepada B. B menerima saja pembayaran yang kedua itu. Anggap saja sebagai
rezeki. Nah, pembayaran utang yang kedua itu merupakan pembayaran tidak terutang.
Contoh kasus lain adalah Sukijo membeli sepeda motor dan sudah dibayar lunas dan
akan diantar dealer pada sore hari. Lalu pihak dealer mengirim motor itu dan menurunkan di
kampung sebelah yang kebetulan ada juga yang bernama Sukijo. Petugas dealer meminta
tandatangan tanda terima dari pak Sukijo dari kampung sebelah untuk kemudian langsung
pergi. Sukijo kampung sebelah menerima saja hal itu. Dia menganggapnya sebagai rezeki.
Nah Sukijo yang sebenarnya membeli motor protes kepada dealer karena motornya belum
juga sampai. Pihak dealer lalu menyadari kesalahan itu dan berniat meminta kembali motor
yang telah diberikan kepada Sukijo kampung sebelah kepada Sukijo pembeli motor. Namun
permintaan itu ditolak oleh Sukijo kampung sebelah dengan alsan sudah terjadi pemberian.

2. Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad)


Dalam konteks perdata diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata atau Burgerlijk Wetboek (BW), dalam Buku III BW, pada bagian Tentang
perikatan-perikatan yang dilahirkan demi Undang-Undang, yang berbunyi:

Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.

Menurut Rosa Agustina, dalam bukunya Perbuatan Melawan Hukum, terbitan


Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia (2003), hal. 117, dalam menentukan suatu
perbuatan dapat dikualifisir sebagai melawan hukum, diperlukan 4 syarat:

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku


2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain
3. Bertentangan dengan kesusilaan
4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

Mencermati perluasan dari unsur melanggar hukum dari Pasal 1365 BW


tersebut di atas, dalam praktek, Pasal 1365 BW sering disebut sebagai pasal
keranjang sampah. Demikian menurut Rosa Agustina.

Sedangkan, dalam konteks hukum pidana, menurut pendapat dari Satochid


Kartanegara, melawan hukum (Wederrechtelijk) dalam hukum pidana dibedakan
menjadi:
1. Wederrechtelijk formil, yaitu apabila sesuatu perbuatan dilarang dan diancam
dengan hukuman oleh undang-undang.
2. Wederrechtelijk Materiil, yaitu sesuatu perbuatan mungkin wederrechtelijk,
walaupun tidak dengan tegas dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-
undang. Melainkan juga asas-asas umum yang terdapat di dalam lapangan hukum
(algemen beginsel).

Mengenai perbedaan perbuatan melawan hukum dalam konteks Hukum


Pidana dengan dalam konteks Hukum Perdata adalah lebih dititikberatkan pada
perbedaan sifat Hukum Pidana yang bersifat publik dan Hukum Perdata yang
bersifat privat. Untuk itu, sebagai referensi, saya akan mengutip pendapat
dari Munir Fuady dalam bukunya Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan
Kontemporer), terbitan PT. Citra Aditya Bakti (Bandung: 2005), hal. 22, yang
menyatakan:

Hanya saja yang membedakan antara perbuatan (melawan hukum) pidana dengan
perbuatan melawan hukum (perdata) adalah bahwa sesuai dengan sifatnya sebagai
hukum publik, maka dengan perbuatan pidana, ada kepentingan umum yang
dilanggar (disamping mungkin juga kepentingan individu), sedangkan dengan
perbuatan melawan hukum (perdata) maka yang dilanggar hanya kepentingan
pribadi saja.

Sumber :
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5142a15699512/perbuatan-melawan-hukum-
dalam-hukum-perdata-dan-hukum-pidana
http://nasrulloh-one.blogspot.com/2009/03/hukum-perikatan.html
http://dwiratnasari770.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-definisi-perbuatan-hukum.html
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/bw3.htm
http://aprian-wibowo.blog.ugm.ac.id/2012/06/22/mari-belajar-hukum-perdata-pembayaran-
tak-terutang-onverschuldigde-betaling/

Anda mungkin juga menyukai