Anda di halaman 1dari 4

ACARA I

PENGENALAN ALAT
I. TUJUAN
Mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan alat-alat ukur kayu

II. DASAR TEORI


Ilmu ukur kayu disebut juga ilmu ukur hutan. Henri S.Groves
(1960) mengartikan ilmu ukur hutan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari volume kayu (log), pohon dan tegakan serta mempelajari
hasil dan pertumbuhan hutan. Dalam perkembangannya ilmu ukur
kayu juga mengukur problem pengelolaan habitat, potensi rekreasi,
pengelolaan daerah aliran sungai, (DAS), perlindungan flora dan
fauna, keanekaragaman jenis dan aspek lain dari manfaat hutan.
Setelah perang dunia ke II penerapan teori statistik menggunakan
computer, maka ilmu ukur kayu juga mengikuti perkembangan
tersebut dan para ilmuwan ukur kayu juga mengikutinya dengan
mempelajari dasar-dasar matematika seperti kalculus, analisis system,
dan operasi riset. ( henzeneng,1960)
Ilmu ukur kayu merupakan salah satu kunci keberasilan
pengelolaan hutan. Kehutanan pada dasarnya mengelola aktivitas
tanah hutan yaitu flora dan fauna yang ada diatasnya serta manusia
yang memanfaatkan tanah hutan tersebut. Banyak problem yang harus
dipecahkan dalam kehutanan seperti misalnya untuk menjawab
masalah :
- Apakah dengan perlakuan silvikultur akan dapat
menghasilkan permudaan dan pertumbuhan yang baik
- Apakah spesies tertentu sesuai untuk reboisasi
- Apakah hasil hutan berupa kayu cukup secara ekonomis di
lakukan pembalakan/penebangan
- Apakah berpotensi untuk wisata
Untuk menjawab pertanyan di atas ahli kehutanan memerlukan
informasi yang akurat agar pengelolaan selanjutnya dapat berhasil
karena sesuai dengan data lapangan. Informasi itu dapat terjamin
keakuratannya jika berupa kuantitatif / dapat dihitung jumlahnya,
sehingga manfaat dari ilmu ukur kayu adalah menerapkan prinsip-
prinsip engukuan untuk mempeoleh informasi yang kuantitatif
selanjutnya dapat berguna dalam memutuskan kebijaksanaan dalam
tingkat manajerial.
Ilmu ukur kayu adalah tindakan pengamatan interprestasi yang
dianggap sebagai kemampuan manusia untuk mengmbangkan ilmu
pengetahuan. Interprestasi yang digunakan adalah kuantitative. Teknik
ini banyak digunakan karena menggunakan keuntungan jelas dan
bebas dari pengertian ganda.
Ada tiga istilah yang digunakan untuk menentukan ukuran suatu
obyek yang berkaitan dengan pengukuran yaitu:
1. Pengukuran
yaitu pengamatan yang dilakukan dengan pengukuran secara
langsung menggunakan alat ukur tertentu dan dilakukan terhadap
seluruh obyek yang diamati.
2. Penafsiran
yaitu pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat ukur
tertentu tetapi hanya dilakukan terhadap sebagian obyek yang diamati.
Obyek yang diamati disebut populasi sedang bagian dari obyek
yang diamati disebut sample. Jika sampelnya berupa kumpulan
pohon-pohon dapat berupa petak ukur (PU), bentuk PU biasanya
lingkaran, bujur sangkar, segi empat atau jalur.
Penafsiran dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
- Melalui metode bilangan bentuk
- Melalui tarif (tabel lokal)
- Melalui table tegakan
- Melalui table hasil
- Melalui table klas bentuk
Jika penfsiran dilakukan secara langsung maka estimasi bias
dilakukan langsung atau sebagian.
3. Peramalan
yaitu menentukan nilai obyek dengan mencoba mengukur keadaan
yang akan datang dengan data yang diperoleh pada masa lalu dalam
kurun
waktu tertentu.
Diameter adalah garis lurus yang melalui titik tengah suatu
lingkaran. Dibidang kehutanan pengukuran diameter umumnya pada
batang pohon, bagian pohon yang dipotong dan cabang. Pengukuran
diameter ini penting di kehutanan karena merupakan dimensi yang
dapat langsung diukur dan dari padanya kita dapat menentukan luas
penampang melintang pohon/luas bidang dasar serta volume pohon.
Diameter adalah sebuah dimensi dasar dari sebuah lingkaran,
diameter batang didefinisikan sebagai panjang garis antara dua buah
titik pada lingkaran di sekeliling batang yang melalui titik pusat
(sumbu) batang.
Diameter batang adalah dimensi pohon yang paling mudah
diperoleh/diukur terutama pada pohon bagian bawah. Tetapi oleh
karena bentuk batang yang pada umumnya semakin mengecil ke
ujung atas (taper), maka dari sebuah pohon akan dapat diperoleh tak
hingga banyaknya nilai diameter batang sesuai banyaknya titik dari
pangkal batang hingga ke ujung batang.
Alat untuk mengukur diameter.
1. Pita diameter
Pita diameter yang digunakan ada 3 yaitu pita ukur biasa, phiband
dan pita klas diameter.
Pita ukur yang biasa digunakan oleh juru ukur, penjahit dan
sebagainya ada yang centimeter atau inchi, penggunaanya
dilingkarkan pada pohon/batang yang akan diukur diameternya.
2. Kaliper
Kaliper sering digunakan untuk mengukur diameter yang tidak
lebih dari 60 cm, Biasanya hanya untuk mengukur pohon yang sudah
rebah.
Pengukuran tinggi pohon biasanya dilakukan secara tidak langsung
dengan menggunakan hypsometers. Kecuali pohon yang masih kecil
(tiang/pancang) yang tingginya kurang dari 4 meter diukur secara
langsung dengan gala. Hypsometers berasal dari kata hypso berarti
tinggi dam meter berarti alat untuk mengukur. Jadi Hyposometers
berarti alat untuk mengukur tinggi. Alat ini dipakai untuk mengukur
tinggi menggunakan prinsip-prinsip geometri atau segitiga sama kaki
dan prinsip-prinsip trigonometri atau sudut tangen dari segitiga.
Secara keseluruhan prinsip ini telah digunakan oleh Hummel (1951)
sedang Petrone (1963) dan Parde (1961) telah memperkenalkan
dengan istilah European Hyposometers. Dengan catatan bahwa prinsip
kerja seperti Altimeter dan Clinometer, juga menggunakan prinsip
kerja alat ukur tinggi.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat pengukur diameter pohon berdiri :
1. Kaliper
2. Diameter tape (phi band)
3. Pita meter
4. Spiegel relaskop
b. Alat penaksir tinggi pohon berdiri :
1. Christen hypsometer
2. Clinometer
3. Haga-altimeter
4. Abney level
5. Spiegel ralaskop

IV. CARA KERJA


a. Mempelajari alat-alat ukur yang disediakan
b. Mempelajari prinsip kerja dan cara penggunaannya
c. Mempraktekan prosdur kerja untuk masing-masing alat
d. Mempelajari kekurangan da kelebihan masing-masing alat ukur
kayu

Anda mungkin juga menyukai