Awalnya kementrian ini terdiri dari tiga seksi ,kemudian menjadi empat seksi
masing-masing untuk kaum Muslimin, Potestan, Katolik Roma, dan Hindu-Budha.
Kini strukturnya pun berkembang, terdiri dari lima Direktorat Jenderal ( Ditjen
Bimbingan Masyarakat Islam dan Bimbingan Haji, Ditjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam, Bimbingan masyarakat Katolik, Ditjen Bimbingan Protestan dan Ditjen
Bimbingan Hindu-Budha) juga dibantu oleh Inspektorat Jenderal, Sekertariat
Jenderal, Badan Penelitian dan Pembangunan (Balitbang) Agama serta Pusat
pendidikan dan Latihan (Pusdiklat ) Pegawai.
Pada kurun waktu ini , umat Islam begitu kompak , buktinya dengan
ditandatanganinya Kongres Umat Islam Indonesia pada tanggal 7-8
November di Yogyakarta. Selain itu , dalam menghadapi pasukan Belanda
yang kembali setelah diboncengi NICA, para Kiyai dan Tokoh Islam
mengeluarkan fatwa bahwa mempertahankan kemerdekaan merupakan
fardhu ain, sehingga munculah barisan Sabilillah dan Hizbullah. Hasil
terpenting dari kongres ini adalah terbentuknya suatu wadah perjuangan
politik Indonesia.
Selanjutnya dalam kabinet Hatta, ada enpat masalah krusial yang harus
dselesaikan , yaitu gerakan Darul Islam, konsekuensi Perjanjian Renville,
penyerahan kedaulatan melalui KMB dan penanganan pemberontakan PKI
pada 1948 di Madiun. Dalam kurun waktu 1950-1955 peranan parpol Islam
mengalami pasang surut .
Partai islam yang tersisa (NU, Perti dll) melakukan penyesuaian diri dengan
keinginan Soekarno yang didukung oleh ABRI dan PKI. Beberapa bentuk
penyesuaiannya seperti pemberian gelar Waly Al-Amr al-Dahruri bi al-
Syaukah kepada Soekarno oleh NU, dan Doktor Honoris Causa dari IAIN dengan
promotor K.H. Saifudin Zuhri (salah satu pimpinan NU). NU mendukung beberapa
manipol Usdek Soekarno, sehingga pasca dibubarkannya Masyumi, NU menjadi
Partai Islam terbesar pada waktu itu. Beberapa pihak menganggap NU sebagai
partai oportunis karena sikap proaktifnya. Anggapan ini kemudian dibantah oleh
petinggi-petinggi Nu, merka beralasan hal ini sebagai bentuk pengimbangan
terhadap kekuatan PKI. Namun tetap saja secara keseluruhan peranan partai Islam
mengalami Kemerosotan. Tak ada jabatan menteri penting yang dipercayakan
kepada tokoh Islam dalam masa Demokrasi Terpimpin ini. Satu-satunya kepentingan
Islam yang diluruskan adalah keputusan MPRS tahun 1960 yangmemberlakukan
pengajaran agama di Universitas dan perguruan tinggi. Legislasi Islam sebagai
ideologi negara dianggap mepmberi pengaruh negatif terhadap pemerintahan.
Revolusi Nasional meletus pada tanggal 17 Agustus 1945 dalam bentuk proklamasi
kemerdekaan. Dengan ini tercapailah kemerdekaan yang diidam-idamkan oleh rakyat Indonesia.
Proklamasi mematahkan belenggu penjajahan dan menciptakan hidup baru di berbagai bidang.
Terutama di bidang pendidikan sebagai desaigner karakter bangsa dirasa perlu mengubah sistem
pendidikan yang sesuai dengan suasana baru. Pada bulan Oktober 1945 para ulama di Jawa
memproklamasikan perang jihad fisabilillah terhadap Belanda / sekutu. Hal ini berarti
memberikan fakta kepastian hukum terhadap perjuangan umat Islam.
Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke
delapan masehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah
yang bernama Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M.
Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera
Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama islam yang bermahzab
SyafiI telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di
anggap sebagai awal masuknya agama islam ke Indonesia
B . TUJUAN
Tujuan di susunnya makalah ini antara lain ialah;
1. Mengingatkan kembali dimana islam pada zaman kemerdekaan begitu hebatnya sehingga dapat
merebut kejayaan yang direnggut oleh kaum orientalis, tak luput semua itu peran aktif orgaisasi
islam,
2. Memotivasi umat islam bahwa kita dapat meraih sesuatu hal yang sulit sekalipun, dengan
ikhtiyar yang di iringi denagn doa,
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa kemerdekaan, tepatnya pada 3 januari 1946 didirikannya depertemen Agama yang
mengurusi keperluan ummat Islam. Meskipun pada dasarnya depertemen Agama ini mengurusi
keperluan ummat beragama yang ada di Indonesia, namun melihat latar belakang pendiriannya
jelas untuk mengakomodasi kepentingan dan aspirasi ummta Islam sebagai mayoritas penduduk
negeri ini.
Usaha partai-parti Islam untuk menegakkan Islam sebagai Idiologi negara dalam konstituante
mengalami jalan buntu. Partai-partai Islam itu melakukan penyesuaian terhadap kebijakan
Soekarno, tetapi secara keseluruhan peranan-peranan partai-partai Islam mengalami
kemerosotan. Tidak ada jabatan menteri berposisi penting yang diserahkan kepada Islam
sebagaimana yang terjadi pada masa demokrasi parlementer.Satu-satunya kepentingan Islam
yang diluluskan adalah keputusan MPRS tahun 1960 yang memberlakukan pengajaran agama di
Universitas dan perguruan Tinggi.
Meskipun ummat Islam merupakan 87% penduduk Indonesia dalam kehidupan berbangsa
ini, ide negara Islam secara terus-menerus ditolak. Bahkan partai-partai Islam mulai dari masa
penjajahan hingga masa kemerdekaan selalu mengalami kekalahan, kecuali diawal pergerakan
nasional.
Bahkan sekarang dengan pembaharuan politik partai-partai berideologi Islam pun lenyap.
Kegiatan Islam semakin berkembang pada masa orde baru ini, diantaranya:
1. Bangunan-bangunan baru Islam (Masjid dan Mushallah)
2. Pembangunan Madrasah, Pesantren dan juga Universitas Islam.
3. Adanya kegiatan bulan Ramadhan (Pesantren kilat)
4. Aktivitas Sosial keagamaan.
5. Puisitasi Islam, drama, dan pegelaran seni Islam lainnya.
Sejak ditumpasnya G 30 S/PKI pada tanggal 1 oktober 1965 bangsa Indonesia telah
memasuki pase baru yang diberi nama Orde Baru. Perubahan Orde Lama menjadi Orde Baru
berlangsung melalui kerjasama erat antara pihak ABRI atau tentara dan gerakan-gerakan pemuda
yang disebut angkatan 1966. Sejak tahun 1966 para pemuda dam mahasiswa melakukan
demontrasi dijalan-jalan sebagian secara spontan sebagian lagi atas perencanaan pihak lain mula-
mula memprotes segala macam penyalahgunaan kekuasaan sampai protes terhadap Soekarno.
Sebagaimana dikemukakan diatas MPRS pada tahun 1966 telah bersidang. Pada waktu itu
sedang dilakukan upaya untuk membersihkan sisa-sisa mental G 30 S/ PKI. Dalam keputusannya
bidang pendidikan agama telah mengalami kemajuan. Dengan demikian sejak tahun 1966
pendidikan agama menjadi hak wajib mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Umum Negeri
di seluruh Indonesia.
Sejak tahun 1966 telah terjadi perubahan besar pada bangsa Indonesia, baik menyangkut
kehidupan sosial, agama maupun politik. Periode ini disebut zaman Orde Baru dan zaman
munculnya angkatan baru yang disebut angkatan 66. pemerintah Orde Baru bertekad sepenuhnya
untuk kembali kepada UUD 1945 dan melaksanakannya secara murni dan konsekuen.
Pemerintah dan rakyat membangun manusia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya.
Berdasarkan tekad dan semangat tersebut, kehidupan beragama dan pendidikan agama
khususnya, makin memperoleh tempat yang kuat dalam struktur organisasi pemerintahan dan
dalam masyarakat pada umumnya. Dalam sidang-sidang MPR yang menyusun GBHN sejak
tahun 1973 hingga sekrang, selalu ditegaskan bahwa pendidikan agama menjadi mata pelajaran
di sekolah-sekolah negeri dalam semua jenjang pendidikan, bahkan pendidikan agama sudah
dikembangkan sejak Taman Kanak-Kanak (Bab V pasal 9 ayat 1 PP Nomor 2 Tahun 1989).
Tidak diketahui secara persis apa yang dimaksud oleh sementara pihak yang melihat
maraknya kehidupan politik Islam dewasa ini sebagai suatu fenomena yang dapat diberi label
repolitisasi islam. Meskipun demikian, kalau menilik indikator utama yang digunakan sebagai
dasar penialian itu adalah munculnya sejumlah partai politik yang menggunakan simbol dan asas
Islam atau yang mempunyai pendukung utama komunitas Islam, maka tidak terlalu salah untuk
mengatakan bahwa yang dimaksud adalah fenomena munculnya kembali kekuatan politik Islam.
Hal yang demikian itu didalam perjalanannya selalu terbuka kemungkinan untuk "memolitikkan"
bagian-bagian yang menjadi dasar idiologi partai-partai tersebut.
Sekarang pada era reformasi, gejala demikian mungkin terulang kembali. Peran kelompok
Islam, baik tokoh Islam maupun mahasiswa Islam dalam mendorong gerakan reformasi sangat
besar. Namun, pada perkembangan selanjutnya, gerakan reformasi tidak selalu berada dalam
pengendalian kelompok Islam.
Berbagai problem tersebut harus mampu diatasi oleh partai-partai Islam pada era reformasi
dewasa ini. Adanya penggabungan secara menyeluruh mungkin tidak realistis, kecuali mungkin
diantara partai-partai Islam yang berasal dari rumpun yang sama. Alternative lain yang tersedia
adalah koalisi, sehingga hanya ada beberapa partai Islam saja yang ikut dalam pemilu
Setelah Indonesia merdeka dan mempunyai Departemen Agama, maka secara instantional
Departemen Agama diserahi kewajiban dan bertanggung jawab terhadap pembinaan dan
pengembangan pendidikan agama dalam lembaga-lembaga tersebut. Lembaga pendidikan agama
Islam ada yang berstatus negeri dan ada yang berstatus swasta.
Yang berstatus negeri misalnya seperti :
1) Madrasah Ibtidaiyah Negeri (Tingkat Dasar)
2) Madrasah Tsawiyah Negeri (Tingkat Menengah Pertama)
3) Madrasah Aliyah Negeri (tingkat Menengah Atas). Dahulunya berupa Sekolah Guru dan Hakim
Agama (SGHA) dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN)
4) Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang kemudian berubah menjadi IAIN (Institut
Agama Islam Negeri)
Melalui perjalanan panjang proses penyusunan sejak tahun 1945-1989 UU nomor 2 tahun 1989,
sebagai usaha untuk mengintegrasikan pendidikan Islam dan umum. Untuk mengembangkan
pendidikan Islam haruslah mempunyai lembaga-lembaga pendidikan, sehingga menjadi "lahan
subur tempat persemaian generasi baru. Artinya pendidikan Islam harus mampu :
Membedakan akar peserta didik dari semua kekangan dan belenggu
Membangkitkan indra dan perasaan anak didik sebagai sarana berfikir
Membekali ilmu pengetahuan
Di samping hal itu peluang untuk berkembangnya pendidikan Islam secara integrasi dalam
Sistem Pendidikan Nasional bisa dilihat dalam beberapa pasal.
a) Pasal 1 ayat 2, pendidikan nasional adalah pendidikan yang terakhir pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b) Pasal 4, tentang tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang bertakwa dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, pribadi
yang mantap dan mandiri.
c) pasal 10, pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang
diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, moral
dan ketrampilan.
d) Pasal 11 ayat 1, jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, keagamaan, kedinasan, akademik dan profesional.
e) Pasal 39 ayat 2, isi kurikulum setiap jenis dan jalur, serta jenjang pendidikan wajib memuat
pendidikan Pancasila, agama dan kewarganegaraan.
f) Pasal 47, ciri khas suatu pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat tetap diindahkan
PENUTUP
A. KESIMPULAN