Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

PADA PASIEN PROLANIS DI PUSKESMAS KERTASARI


KABUPATEN BANDUNG

drg. Hj Primanti L, M.KM1, Rusli, S.KM., M.Epid3, Triana Fitri Annisa, S.KM3
123 Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Dharma Husada Bandung
Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung

ABSTRAK

Salah satu penyakit degeneratif perlu diwaspadai adalah hipertensi. Data WHO 2012 mencatat kasus
hipertensi sebanyak 839 juta jiwa. Berdasarkan kasus tersebut penyebab hipertensi dipengaruhi oleh
beberapa faktor risiko diantaranya usia, jenis kelamin dan berat badan berlebih (kegemukan).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan terhadap kejadian
hipertensi pada pasien Prolanis di Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung. Jenis penelitian berupa
survey case control dengan pendekatan retrospektive. Jumlah sampel sebanyak 70 kelompok kasus
dan 70 kelompok kontrol. Pengumpulan data yang digunakan yaitu data sekunder dengan cara peneliti
melihat data prolanis di Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung. Analsis yang digunakan yaitu
univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan faktor
risiko usia (p-value 0,004 dan OR 3,08), jenis kelamin (p-value=0,001 dan OR=3,4), faktor risiko
kegemukan dengan kejadian hipertensi (p-value=0,002 dan OR=3,1). Saran sebaiknya pihak
puskesmas dapat memberikan informasi dalam bentuk penyuluhan tentang hipertensi kepada
masyarakat, mulai dari pengertian, faktor risiko dan bahaya terjadinya komplikasi penyakit
hipertensi agar masyarakat memahami tujuan dan maanfaat mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi secara dini.
One of should be aware of degenerative diseases are hypertension. WHO data 2012 recorded cases of
hypertension as many as 839 million people. Based on these cases the cause of hypertension is
affected by several risk factors including age, gender and overweight (obesity). Based on these cases
the cause of hypertension is affected by several risk factors including age, gender and overweight
(obesity). This study aims to determine the risk factors related to the incidence of hypertension in
patients Prolanis at Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung. This type of research in the form of
case control survey with retrospektive approach. The total sample of 70 cases and 70 controls. The
collection of data used is secondary data in a way researchers looked at data prolanis at Puskesmas
Kertasari Kabupaten Bandung. That the analysis used univariate and bivariate with chi square test.
The results showed that there is a relationship of risk factors of age (p-value 0.004 and OR 3.2),
gender (p-value = 0.002 and OR = 3.1), a risk factor for obesity with hypertension (p-value = 0.001
and OR = 3.2). Suggestions should the clinic to provide information in the form of education about
hypertension to the public, ranging from the definition, risk factors and dangers of disease
complications of hypertension so that people understand the purpose and benefits of preventing
disease recurrence early

Kata Kunci : Hipertensi, Jenis Kelamin, KegemukanPasien,Usia

STIKes Dharma Husada Bandung 1


PENDAHULUAN sebesar 443 pasien hipertensi. Hasil
Indikator keberhasilan pembangunan suatu wawancara peneliti terhadap petugas di
bangsa terlihat dalam peningkatan taraf hidup Puskesmas Kertasari menyatakan bahwa
dan usia harapan hidup (UHH), namun prolanis merupakan salah satu upaya
peningkatan UHH ini sekaligus sebagai modifikasi gaya hidup yang merupakan hal
tantangan dalam pembangunan kesehatan penting dilakukan untuk menurunkan tekanan
karena terjadi transisi epidemologik akibat darah yang dilihat dari usia, jenis kelamin dan
meningkatnya angka kesakitan oleh penyakit mengurangi berat badan (IMT) (Laporan
degeneratif. Penyakit tidak menular (PTM) Tahunan Puskesmas Kertasari Tahun 2015).
menjadi penyebab utama kematian secara Pentingnya pengetahuan tentang penyakit
global. Salah satu penyakit degeneratif perlu tidak menular dilatar belakangi dengan
diwaspadai adalah hipertensi. Hipertensi masih kecenderungan semakin meningkatnya
menjadi masalah kesehatan karena merupakan prevalensi penyakit tidak menular dalam
penyakit the silent killer karena tidak terdapat masyarakat, termasuk kalangan masyarakat
tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang
luar, yang akan menyebabkan komplikasi pada berkembang menuju masyarakat industri
organ target (Bustan, 2015) membawa kecenderungan baru dalam pola
World Health Organization (WHO) mencatat penyakit di masyarakat. Perubahan pola
pada tahun 2012 sedikitnya sejumlah 839 juta struktur masyarakat agraris ke masyarakat
kasus Hipertensi, dan diperkirakan menjadi industri memberikan andil terhadap perubahan
1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% pola fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi
dari total penduduk dunia, dimana yang dapat memicu peningkatan penyakit
penderitanya lebih banyak pada wanita 30% menular ke penyakit tidak menular disebut
dibanding pria 29%. Sekitar 80% kenaikan transisi epidemiologi (Palmer, 2007)
kasus hipertensi terjadi terutama di negara- Beberapa faktor risiko yang dapat
negara berkembang (Triyanto, 2015).. menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi
Berdasarkan hasil riskesdas 2013 prevalensi yaitu dibedakan menjadi dua kelompok yang
hipertensi pada usia 18 tahun (pernah terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat
diagnosis nakes) adalah 10,5% (Nasional diubah seperti usia , jenis kelamin, dan
9,5%). Sedangkan prevalensi hipertensi keturunan, sedangkan faktor risiko yang dapat
berdasarkan hasil pengukuran pada usia 18 diubah yaitu kegemukan, stres, merokok, olah
tahun sebesar 29,4 persen. Prevalensi raga, konsumsi alkohol, konsumsi garam
hipertensi pada perempuan cenderung lebih berlebihan dan kolesterol. Fenomena ini
tinggi dari pada laki-laki (Riskesdas, 2013) disebabkan karena perubahan gaya hidup
Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Jawa masyarakat secara global, seperti semakin
Barat tahun 2014 ditemukan 1.266.583 orang mudahnya mendapatkan makanan siap saji
kasus hipertensi (4% terhadap jumlah membuat konsumsi sayuran segar dan serat
penduduk 15tahun), berikut persentase berkurang, kemudian konsumsi garam
terdapat 11 kab/kota dengan kajadian diatas (Depkes RI, 2006).
rata-rata Jawa Barat (4%) yaitu: Kab Di Indonesia, sejak tahun 2010 PT. Askes
Kuningan (22,7%), Kab Garut (9,75%), kota (persero) sebagai penyedia jasa asuransi
Sukabumi (9,5%), Kota Cirebon 9%, Kab kesehatan di Indonesia menerapkan program
Sumedang (8,4%), Kota Bogor (6,4%), Kab pengendalian terhadap penyakit kronis
Karawang (5,6%) dan Kab Bandung (5,1%) (Prolanis). Program pengendalian penyakit
(Profil Dinkes Jabar, 2014). kronis merupakan suatu program yang
Data di Kabupaten Bandung menunjukan dikembangkan PT Askes (Persero) dalam
hipertensi menjadi urutan kedua pada tabel pengelolaan penyakit kronis (hipertensi) yang
pola penyakit rawat jalan di puskesmas semua dilaksanakan secara terintegrasi, melibatkan
golongan umur dengan jumlah kasus yaitu peserta, fasilitas kesehatan (baik fasilitas
sebanyak 145.816 (9,25%) (Profil Kabupaten kesehatan tingkat 1 maupun rumah sakit),
Bandung, 2015). apotek dan laboratorium kesehatan (Info
Berdasarkan data laporan tahunan Puskesmas Askes, 2010).Tujuan prolanis adalah agar
Kertasari diperolah data tahun 2015 terhitung peserta jaminan kesehatan penderita DM tipe 2
sebanyak 1.027 pasien hipertensi, dan dan hipertensi dapat mencapai kualitas hidup
mengalami peningkatan dari tahun 2014 yang optimalserta melakukan pemeliharaan

STIKes Dharma Husada Bandung 2


kesehatan secara mandiri, sehingga dapat program pemberantasan PTM dan Program
terhindar dari risiko komplikasi (PT. Askes, penggelolaan penyakit kronis yaitu hipertensi
2010). dan Diabetes. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
Strategi pelayanan kesehatan pasien hipertensi, masyarakat yang telah menjadi peserta
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan jaminan kesehatan dan kegiatan ini didanai
primer (dokter keluarga) menjadi ujung oleh BPJS Kesehatan. Program Prolanis inilah
tombak pelaksanaan prolanis. Dokter keluarga yang menjadi satu bentuk keluaran di
(dokkel) berperan sebagai gate keeper bagi Puskesmas. Oleh karena itu peneliti tertarik
pasien hipertensi agar tidak terjadi komplikasi untuk melakukan penelitian tentang faktor-
yang disebabkan oleh penyakit hipertensi. faktor risiko yang berhubungan dengan
Pelayanan yang diberikan oleh dokter keluarga kejadian hipertensi pada pasien Prolanis di
prolanis sesuai dengan ketentuan yang berlaku Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung.
yang telah ditetapkan oleh Badan Pengelola
Jaminan Kesehatan (BPJS) sebagai pengelola METODOLOGI PENELITIAN
jaminan kesehatan. (Panduan praktis Prolanis, Rancangan Penelitian
2014). Jenis penelitian
Pasien hipertensi peserta program jaminan Jenis penelitian menggunakan survey case
kesehatan nasional (JKN), diketahui sebagaian control, yaitu suatu penelitian (survei) analitik
besar pasien hipertensi terbantu dengan yang menyangkut bagaimana faktor risiko
kepesertaan mereka dalam program jaminan dipelajari, dengan cara membandingkan 1:1
kesehatan tersebut. Dengan JKN, penderita antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.
hipertensi mendapatkan manfaat pembiayaan Pada penelitian dilakukan untuk mengetahui
untuk pengobatan hipertensi yang mereka faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan
derita, baik pada faskes tingkat pertama, kejadian hipertensi pada pasien prolanis di
maupun saat penderita hipertensi memerlukan Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung .
penanganan lebih lanjut, dokter keluarga akan
memberikan rujukan ke rumah sakit dengan Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
pelayanan dokter spesialis. Pasien hipertensi Rancangan penelitian dalam pengumpulan
peserta JKN yang menjadi anggota prolanis data menggunakan retrospektive yaitu efek
mendapatkan manfaat lebih dari sekedar (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasi
pengobatan, mereka dapat bergabung dengan pada saat ini, kemudian faktor risiko
kegiatan klub risiko tinggi, senam edukasi diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu
maupun pemeriksaan kesehatan yang yang lalu (Notoatmodjo, 2010). Data yang
dilaksanakan secara rutin pada dokter keluarga digunakan dalam penelitian ini yaitu data
mitra BPJS Kesekatan (Panduan praktis mengenai faktor-faktor risiko yang
Prolanis, 2014). berhubungan dengan kejadian hipertensi pada
Upaya preventif di Puskesmas Kertasari pasien prolanis di Puskesmas Kertasari
sebagai tambahan di era JKN yaitu Prolanis Kabupaten Bandung .
(program pengelolaan penyakit kronis) adalah
sebuah program yang dirancang untuk Variabel Penelitian
memberikan pelayanan kesehatan secara Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang
komprehensif bagi masyarakat berupa menjadi titik perhatian suatu penelitian. Ada
kegiatan untuk memberikan pelayanan tentang dua macam variabel, yaitu variabel
gizi masyarakat yang dilihat dari IMT, serta independen dan variabel dependen (Arikunto,
pemberantasan program PTM (Panduan 2014). Ada dua macam variabel, yaitu
praktis Prolanis, 2014). variabel independen dan variabel dependen.
Adapun alasan peneliti melakukan penelitian Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu
menggunakan data prolanis, karena Negara sebagai berikut:
Indonesia sedang mengencarkan program Variabel Independen
gerakan masyarakat dan keluarga sehat, Variabel independen merupakan variabel yang
Gerakan ini akan dimulai dengan 3 fokus mempengaruhi atau yang menjadi sebab
kegiatan, yaitu meningkatkan aktifitas fisik, perubahannya atau timbulnya variabel
konsumsi sayur dan buah, serta deteksi dini dependen (Sugiyono, 2014). Variabel
penyakit tidak menular (PTM). Seiring dengan independen penelitian ini yaitu faktor usia,
Program Prolanis yang merupakan bagian jenis kelamin, kegemukan

STIKes Dharma Husada Bandung 3


Variabel Dependen Tabel 3.2 Nilai OR beberapa Faktor Risiko
Variabel dependen merupakan variabel yang Hipertensi
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel P1 Po OR n Ket
Variabel dependen kejadian hipertensi. Usia 27 77 2,0 70 Joseph, 2015
Jenis Kartikasari,
Hipotesis 12 53 2,0 65
kelamin 2012
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban Kartikasari,
sementara dari pernyataan suatu konsep Kegemukan 3 53 2,0 62
2012
(Nursalam, 2014). Hipertensi 12 38 2,0 67 Joseph, 2015
1 : Terdapat hubungan antara usia dengan
kejadian hipertensi pada pasien
Setelah diketahui nilai OR yang dibandingkan
Prolanis di Puskesmas Kertasari
dari hasil penelitian yang terlihat pada tabel
Kabupaten Bandung.
3.2 diketahui nilai OR terlihat rata-rata untuk
2 : Terdapat hubungan antara jenis
yaitu sebesar 2,0 maka rumus besar sampel
kelamin dengan kejadian hipertensi
untuk suatu penelitian studi kasus kontrol
pada pasien Prolanis di Puskesmas
dilihat unmatching, maka dilakukan
Kertasari Kabupaten Bandung.
berdasarkan rumus Murti (1995) adalah
3 : Terdapat hubungan antara kegemukan
sebagai berikut :
dengan kejadian hipertensi pada pasien
Prolanis di Puskesmas Kertasari ( . 0 + 1 . 1 )(1 + 1 )2
= 2
Kabupaten Bandung. (1 0 )2
(0,350,65 + 0,510,49)(2,8)2
Populasi dan Sampel Penelitian =
(0,51 0,35)2
Populasi 1,776
Populasi adalah wilayah generalisasi yang = = 69,37 ~ 70
0,0256
terdiri atas obyek atau subjek yang
Keterangan :
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
n = Jumlah sampel yang diketahui
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
Po = Porposi paparan populasi kontrol
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
P1 = Porposi paparan pada populasi kasus
pada penelitian ini adalah seluruh pasien di
qo = 1-Po
Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung
q1 = 1-P1

Sampel 1 = (1,96)
2
Menurut Notoatmodjo (2010) sampel adalah 1 = (0,84) 80%
objek yang diteliti dan dianggap mewakili Berdasarkan rumus sampel dalam penelitian
seluruh populasi. Sampel pada penelitian ini ini diketahui dari rumus sampel tersebut yaitu
adalah penderita hipertensi yang berkunjung sebanyak 70 orang untuk kelompok kasus dan
ke puskesmas Kertasari Kab Bandung. Sampel 70 orang untuk kelompok kontrol 1:1. Sampel
adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik dalam penelitian berdasarkan kriteria inklusi
yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014). dan eksklusi sebagai berikut:
Sampel merupakan bagian populasi yang akan Kriteria Inklusi
diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik Kriteria inklusi adalah karakteristik umum
yang dimiliki oleh populasi. subyek penelitian dari suatu populasi yang
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian terjangkau dan akan diteliti (Nursalam 2014).
ini adalah jumlah sampel yang dilihat Inklusi untuk sampel Kasus yaitu :
berdasarkan data Prolanis yang ada di 1. Semua pasien hipertensi berdasarkan
Puskesmas Kertasari. Kemudian Perhitungan data Prolanis di Puskesmas Kertasari Kab.
besar sampel menggunakan formula studi Bandung
kasus kontrol jika diketahui nilai OR sebagai 2. Pasien hipertensi berusia 18 tahun
berikut :
3. Pasien hipertensi laki-laki dan
perempuan
Kriteria inklusi untuk kontrol yaitu :

STIKes Dharma Husada Bandung 4


1. Tidak terdiagnosa hipertensi pada data Keterangan :
prolanis P : presentase untuk setiap kategori
2. Pasien tidak hipertensi berusia 18 tahun f : jumlah setiap kategori
3. Pasien tidak hipertensi laki-laki dan N : jumlah total responden
perempuan b. Bivariat
Kriteria Ekslusi Analisa bivariat bertujuan untuk melihat atau
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan mengetahui hubungan antara variabel bebas
subyek yang mempengaruhi kriteria inklusi dengan variabel terikat. Pada penelitian ini
dari studi karena berbagai sebab (Nursalam analisa bivariat yaitu menganalisis faktor-
2008) faktor risiko yang berhubungan dengan
Kriteria eksklusi kasus dalam penelitian ini kejadian hipertensi pada pasien prolanis di
yaitu : Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung .
1. Pasien hipertensi yang memiliki penyakit Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
lain seperti jantung, diabetes, stroke. memakai uji Chi Square karena syarat uji
tersebut yaitu data yang didistribusikan
Kriteria ekslusi Untuk Kontrol numerik maka akan dilakukan uji Uji Chi-
1. Pasien tidak hipertensi baik dengan Square dengan kategori (Nominal) atau
penyakit penyerta atau tidak berbentuk angka (Numerik) dan ditentukan
nilai OR nya. (Sugiyono, 2014) dengan
Instrumen Penelitian penyajian data dalam bentuk tabel silang.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini Rumus Uji Chi-Square sebagai berikut
adalah data yang dilihat berdasarkan data (Arikunto, 2006):
prolanis meliputi, nama, usia pasien (18-35 (0 )2
2 =
tahun dan 36 tahun), jenis kelamin (laki-laki
dan perempuan), kegemukan (tidak gemuk Keterangan:
jika IMT<22,9 dan gemuk jika IMT23,0). x2 : Nilai Chi kuadrat
Hasil pemeriksaan meliputi hasil pengukuran fo : Frekuensi yang diobservasi
tekanan darah, berat badan, tinggi badan dan fh : frekuensi yang diharapkan
lingkar perut digunakan untuk menilai dimana :
kegemukan. Pada instrumen penelitian ini fe =
dilihat berdasarkan data Porolanis di
Puskesmas Kertasari.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data


fe = freksuensi yang diharapkan
Analisa data yang merupakan proses
f k = jumlah frekuensi pada kolom
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
fb = jumlah frekuensi pada baris
lebih mudah dibaca dan di interpretasikan
T = jumlah keseluruhan baris atau
dengan menggunakan statistik, kemudian
kolom
diberikan interpretasi dan membandingkan
Hasil akhir uji statistik adalah untuk
hasil penelitian dengan teori yang ada. Analisa
mengetahui apakah keputusan uji Ho ditolak
data yang dilakukan dalam penelitian ini
atau Ho diterima. Syarat uji chi square adalah
adalah
tabel harus menggunakan 2x2, digunakan
a. Analisis Univariat tingkat kepercayaan 95%. Ketentuan
Menjelaskan atau mendeskripsikan pengujian dengan Chi Square adalah jika p
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada value alpha (0,05) maka ada hubungan yang
umumnya dalam analisis ini hanya signifikan antara kedua variabel, tetapi jika p
menghasilkan distribusi frekuensi dan value > alpha (0,05) maka tidak ada hubungan
persentase dari tiap variabel, (Notoatmodjo, yang signifikan antara keduanya
2010). Adapun analisis dalam penelitian ini (Notoatmodjo, 2010).
yaitu menggunakan rumus persentase Cara penentuan nilai OR
frekuensi sebagai berikut: Pada tabulasi silang 2x2 akan dicari nilai OR

= 100% (Odds Ratio) untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Selain itu juga akan

STIKes Dharma Husada Bandung 5


dilakukan uji statistik menggunakan uji Chi- square, kemudian hasilnya dianalisis kedalam
square untuk mengetahui kemaknaan bentuk tabel sebagai berikut :
hubungannya secara statistik. Uji Chi-square
dipilih sesuai dengan kegunaanya, yaitu untuk Analisis Univariat
menguji independensi diantara dua variabel, Analisa univariat dilakukan untuk melihat
menguji perbedaan proporsi atau persentase frekuensi kejadian dalam bentuk persentase
antara beberapa kelompok data dan juga ataupun proporsi yang disajikan dalam bentuk
digunakan untuk mengetahui hubungan antara tabel yaitu diketahui kelompok kasus sebanyak
variabel kategorik dengan variabel kategorik. 70 orang dan kelompok kontrol sebanyak 70.
Tabel 3.2 Tabel Silang kasus kontrol dari
faktor risiko Tabel 4.1 Gambaran Faktor Risiko Kejadian
Faktor Kasus Kontrol Jumlah Hipertensi di Puskesmas Kertasari Kabupaten
Risiko Bandung
Faktor a b a+b
risiko + Kasus Kontrol
Variabel
Faktor c d c+d f % f %
risiko - Kelompok Usia
Jumlah a+c b+d a + b + c + d (N) 18-35 tahun 15 21,4 32 45,7
36 tahun 55 78,6 38 54,3
Odds Ratio (OR) = ad Total 70 100 70 100
bc Jenis Kelamin
Interpretasi Odds Ratio: Laki-Laki 22 33,8 43 66,2
OR = 1 : tidak ada asosiasi antara faktor Perempuan 48 64,0 27 36,0
dengan penyakit (tidak ada hubungan) Total 70 100 70 100
OR > 1 : ada asosiasi positif antara faktor Kegemukan
risiko dengan penyakit (ada Tidak Gemuk 21 34,4 40 65,6
hubungan/mempertinggi risiko) Gemuk 49 62,0 30 38,0
OR < 1 : ada sosiasi negatif antara faktor Total 70 100 70 100
risiko dengan penyakit (tidak ada
hubungan/mengurangi risiko) Tabel 4.1 menunjukan bahwa paling banyak
Interval estiment OR ditetapkan pada tingkat usia responden pada kelompok kasus yaitu
kepercayaan sebesar 95% CI (confident 36 tahun sebesar 78,6% dan pada kelompok
interval) : kontrol sebesar 54,3%.
Batas Atas : 95% CI = OR Faktor risiko yang dilihat berdasarkan jenis
(1+Z/X) kelamin didapatkan pada kelompok kasus
Batas Bawah :05% CI = OR (1-Z/X) yaitu perempuan sebesar 64,0%, dan pada
kelompok kontrol yaitu laki-laki sebesar
HASIL PENELITIAN 66,2% .
Berikut dipaparkan hasil penelitian yang telah Sedangkan untuk faktor risiko kegemukan
dilakukan di Puskesmas Kertasari Kabupaten menunjukan sebagian besar responden berada
Bandung dengan jenis penelitian survey case pada kategori gemuk yaitu pada kelompok
control dan jumlah sampel sebanyak 70 orang kasus sebesar 65,6% dan pada kelompok
untuk kelompok kasus, dan 70 orang untuk kontrol yaitu tidak gemuk sebesar 62,0%.
kelompok kontrol. Pengumpulan instrumen
yang digunakan pada penelitian ini adalah data Bivariat
sekunder dengan cara peneliti melihat Tabel 4.2 Hubungan Usia Dengan Kejadian
berdasarkan data Program Pengelolaan Hipertensi di Puskesmas Kertasari Kabupaten
Penyakit Kronis (Prolanis). Analisis yang Bandung
dilakukan yaitu univariat yang memaparkan
distribusi frekuensi diantaranya kejadian Kelompok Usia
Kasus Kontrol OR 95% P
f % f % CI Value
hipertensi, usia, jenis kelamin, kegemukan dan >36 tahun 15 21,4 32 45,7 3,2 1,4- 0,004
untuk menentukan nilai hubunganya peneliti 18-35 tahun 55 78,6 38 54,3 6,4
Total 70 100 70 100
melakukan analisis menggunakan uji chi

STIKes Dharma Husada Bandung 6


Tabel 4.2 menunjukan nilai OR 3,08 artinya mendapat risiko hipertensi. Insiden hipertensi
responden yang berusia 36 tahun terkena makin meningkat dengan meningkatnya usia.
hipertensi berisiko lebih besar 3,08 kali Ini sering di sebabkan oleh perubahan alamiah
dibandingkan dengan usia 18-35 tahun, secara di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,
statistik didapatkan p-value 0,004 yang pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada
dinyatakan signifikan artinya ada hubungan usia lebih dari 35 tahun akan menaikan insiden
antara usia dengan kejadian hipertensi. penyakit arterikoroner dan kematian premature
(Triyanto, 2015).
Tabel 4.3 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Sejalan dengan hasil penelitian Ratnawati
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Kertasari (2016) yang menyatakan bahwa ada hubungan
Kabupaten Bandung yang signifikan antara usia dengan kejadian
hipertensi (p=0,12), karena usia sebagai salah
Kasus Kontrol OR 95% P satu sifat karakteristik tentang seseorang,
Jenis Kelamin CI Value
f % f % dalam studi epidemiologi merupakan variabel
Perempuan 22 33,8 43 22 3,4 1,7- 0,002
Laki-laki 48 64,0 27 48 6,9
yang cukup penting karena cukup banyak
Total 70 100 70 100 penyakit yang ditemukan dengan berbagai
variasi frekuensi yang disebabkan oleh usia.
Tabel 4.3 menunjukan OR 3,4 artinya Menurut Rifky (2006) yang menyatakan
responden perempuan terkena hipertensi tekanan darah cenderung meningkat dengan
berisiko lebih besar 3,4 kali dibandingkan bertambahnya usia yaitu dari 36 tahun.
dengan laki-laki. Secara statistik didapatkan p- Diperkuat oleh Rochjati (2013) yang
value 0,001 yang berarti signifikan artinya ada menyatakan bahwa pada usia >36 tahun atau
hubungan antara jenis kelamin dengan lebih rentan terjadinya penyakit dalam bentuk
kejadian hipertensi hipertensi, disebabkan karena terjadinya
perubahan jaringan tekanan darah yang
Tabel 4.3 Hubungan Kegemukan Dengan meningkat pada usia >36 tahun atau lebih
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Kertasari cenderung terjadainya hipertensi.
Kabupaten Bandung
Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian
Kasus Kontrol OR 95% P Hipertensi di Puskesmas Kertasari
Kegemukan
f % f % CI Value
Gemuk 21 34,4 40 21 3,1 1,5- 0,002 Kabupaten Bandung
Tidak gemuk 49 62,0 30 49 6,2 Berdasarkan hasil penelitian bahwa
Total 70 100 70 10
0 menunjukan OR 3,4 artinya responden
perempuan terkena hipertensi berisiko lebih
Tabel 4.3 menunjukan OR 3,1 artinya besar 3,4 kali dibandingkan dengan laki-laki.
responden yang memiliki berat badan lebih Secara statistik didapatkan p-value 0,001 yang
(gemuk) berisiko lebih besar 3,1 kali terkena berarti signifikan artinya ada hubungan antara
hipertensi dibandingkan pada responden yang jenis kelamin dengan kejadian hipertensi
tidak gemuk. Secara statistik didapatkan p- Hal tersebut bahwa kejadian hipertensi paling
value sebesar 0,002 yang berarti signifikan banyak pada kaum perempuan disebabkan dari
artinya ada hubungan antara kegemukan aktivitas sehari-hari yang dilakukan lebih
dengan kejadian hipertensi banyak dibanding laki-laki, perempuan lebih
banyak menghabiskan aktivitas sehari-hari
Pembahasan seperti perempuan bekerja dan setelah bekerja
Berdasarkan hasil pada penelitian ini mengurus pekerjaan rumah dan anak, dari
menunjukan nilai OR 3,08 artinya responden kesibukan sehari-hari yang dilakukan oleh
yang berusia 36 tahun terkena hipertensi perempuan cenderung tensi darah akan naik
berisiko lebih besar 3,08 kali dibandingkan seiring dengan kelainan heterogen yang
dengan usia 18-35 tahun, secara statistik berasal dari gen (keturunan) (Sanif, 2009).
didapatkan p-value 0,004 yang dinyatakan Sejalan dengan penelitian Winantri (2013)
signifikan artinya ada hubungan antara usia yang menunjukan hasil bahwa hipertensi yang
dengan kejadian hipertensi. dialami perempuan lebih banyak dibandingkan
Hal tersebut bahwa usia sangat berpengaruh laki-laki dan analisis membuktikan ada
terhadap hipertensi karena dengan hubungan yang signifikan (p=0,025). Tekanan
bertambahnya usia maka semakin tinggi darah pada perempuan akan mengalami

STIKes Dharma Husada Bandung 7


peningkatan hingga usia 35 tahun tekanan dibandingkan dengan perempuan yang
darah tinggi lebih banyak ditemukan pada langsing dengan usia yang sama.
perempuan dari pada pria.
Keterbatasan Penelitian
Hubungan Kegemukan Dengan Kejadian Keterbatasan penelitian ini, penulis masih
Hipertensi di Puskesmas Kertasari terbatas dalam hal pengumpulan data yang
Kabupaten Bandung penliti gunakan yaitu hanya data sekunder
Berdasarkan hasil penelitian bahwa prolanis, sehingga hasil tidak dapat
menunjukan OR 3,1 artinya responden yang digeneralisir.
memiliki berat badan lebih (gemuk) berisiko
lebih besar 3,1 kali terkena hipertensi Simpulan
dibandingkan pada responden yang tidak Simpulan pada penelitian ini yaitu diketahui
gemuk. Secara statistik didapatkan p-value berdasarkan tujuan khusus mengetahui
sebesar 0,002 yang berarti signifikan artinya hubungan faktor usia, jenis kelamin,
ada hubungan antara kegemukan dengan kegemukan dengan kejadian hipertensi di
kejadian hipertensi. Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung
Hal ini disebabkan oleh banyaknya responden dapat disimpulkan sebagai berikut :
di Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung 1. Ada hubungan faktor risiko usia dengan
bahwa sebagian besar responden kurang kejadian hipertensi (p-value 0,004 dan
memperhatikan pola makan, karena OR 3,08) .
kegemukan erat kaitannya dengan pola makan 2. Ada hubungan faktor risiko jenis kelamin
yang tidak seimbang dan seseorang yang dengan kejadian hipertensi (p-
mengalami kegemukan lebih mudah terkena value=0,001 dan OR=3,4)
hipertensi karena memiliki berat badan tingkat 3. Ada hubungan faktor risiko kegemukan
IMT lebih dari normal (gemuk) >23,0, dengan kejadian hipertensi (p-
sehingga volume darah meningkat dan juga value=0,002 dan OR=3,1)
menyebabkan beban pada jantung meningkat
sehingga rentan terhadap penyakit hipertensi. Saran
Sejalan dengan penelitian sebelumnya yang 1. Bagi Puskesmas
dilakukan oleh Syahrini, dkk (2012) terdapat Sebaiknya pihak puskesmas dapat
hubungan antara obesitas dengan hipertensi memberikan informasi dalam bentuk
primer pada pasien di Puskesmas Tlogosari penyuluhan tentang hipertensi kepada
Kulon Kota Semarang dengan (p=0,003). Pada masyarakat, mulai dari pengertian,
penelitian sebelumnya juga yang telah faktor risiko dan bahaya terjadinya
dilakukan oleh Kamil, dkk (2012) bahwa komplikasi penyakit hipertensi agar
terdpat hubungan antara kategori-kategori dari masyarakat memahami tujuan dan
faktor-faktor terhadap status hipertensi pada maanfaat mencegah kekambuhan
pasien laki-laki di RSUD Abdoe Rahem penyakit hipertensi secara dini.
Situbondo Jawa Timur yang mengalami
obesitas dan memiliki keturunan hipertensi 2. Bagi Masyarakat
lebih cenderung terkena hipertensi tahap II. Diharapkan lebih meningkatkan gerakan
Menurut Yufita (2009) seseorang yang lebih masyarakat seperti cek rutin tekanan
banyak mengkonsumsi lemak dan protein darah, banyak konsumsi sayur dan buah,
tanpa memperhatikan serat. Kelebihan berat dan olah raga yang cukup, agar faktor
badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit risiko hipertensi dapat diatasi.
kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin 3. Penelitian Selanjutnya
besar massa tubuh, makin banyak darah yang Mengadakan penelitian lebih lanjut
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan mengenai permasalahan yang sama
makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume namun dengan variabel-variabel yang lain
darah yang beredar melalui pembuluh darah dalam hubungannya dengan kejadian
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan hipertensi.
lebih besar pada dinding arteri. Seseorang
yang kegemukan pada usia 20-35 tahun DAFTAR PUSTAKA
mempunyai risiko terserang hipertensi Agoes, 2011. Penyakit Diusia Tua. Jakarta.
EGC.

STIKes Dharma Husada Bandung 8


Arikunto, 2014. Metode Penelitian Tindakan Puspitorini, 2009. Hipertensi Cara Mudah
Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara. Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012. Jogjakarta : Image Press.
Diakses dari http://repository.unhas.ac.id. Purwaka Yuda, 2011. Hubungan LatihanOlah
Diunduh pada tanggal 12 Desember 2015. Raga dan Hipertensi. Kementrian
Bustan, 2015. Epidemiologi Penyakit Tidak Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga
Menular. Cetakan 3. Rineka Cipta, . Penjaminan Mutu Pendidikan Nusa
Jakarta. Tenggara Barat. Diakses dari
Depkes RI, 2006. Pedoman Teknis Penemuan http://lpmpntb.org/serba_serbi.php?/33/H
dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. UBUNGAN_LATIHAN_OLAHRAGA_
Depkes, Jakarta DAN_HIPERTENSI. diunduh pada
Faisal, 2011. Faktor Risiko Hipertensi pada tanggal 20 Maret 2017
Wanita Pekerja dengan Peran Ganda Rifky, 2006. Cara Mudah Memahami dan
Hasrin, 2012. Faktor Risiko Kejadian Menghindari Hipertensi Jantung dan
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Stroke. EGC. Jakarta
Kabupaten Bantul Tahun 2011. Diakses dari Ratnawati. FAKTOR-FAKTOR YANG
http://download.portalgaruda.org. BERHUBUNGAN DENGAN
Diunduh pada tanggal 12 Desember 2015. KEJADIAN HIPERTENSI PADA
Kurniadi, 2014. Stop Diabetes, Hipertesi, KELOMPOK LANJUT USIA DI
Kolestrol Tinggi, Jantung Koroner. WILAYAH KERJA UPT
Yogyakarta: Istana Media. PUSKESMAS PETANG I
Laptah, 2014. Laporan Tahunan Puskesmas KABUPATEN BADUNG TAHUN
Kertasari Kabupaten Bandung 2014-2015. 2016
Notoatmodjo, 2010. Ilmu Kesehatan Rilie, 2015. Hubungan Antara Faktor Risiko
Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi
___________ , 2012. Pendidikan dan Pada Masyarakat Di Kelurahan Motoboi
Perilaku Kesehatan.Jakarta. Rhineka Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan
Cipta Kota Kotamobagu. Diunduh dari
Nursalam, 2014. Konsep Penerapan Metode http://fkm.unsrat.ac.id. Diakses pada
Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi ke-3 tanggal 12 Desember 2015.
Jakarta: Salemba Medika. Riskesdas, 2007. Riset Kesehatan Dasar
Nursalam, 2015. Konsep Penerapan Metode Mengenai Hipertensi dan Faktor
Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi ke-5 Risikonya dalam Kajian. Epidemiologi.
Jakarta: Salemba Medika. Bagian Epidemiologi FKM.
Palmer, 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar
Erlangga Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam
PJNHK, 2008. Faktor Resiko dan Kajian
Penatalaksanaanya. Diunduh dari Sugiharto, 2007. Faktor-faktor Risiko
http://www.pjnhk.go.id. Diunduh pada Hipertensi Grade II pada Masyarakat.
tanggal 12 Desember 2015. Universitas Diponegoro Semarang.
Prang, 2014. Faktor-Faktor Yang Disertasi. Diunduh dari
Berhubungan Dengan Kejadian http://fkm.unsrat.ac.id. Diakses pada
Hipertensi Pada Pasien Di Wilayah Kerja tanggal 12 Desember 2015.
Puskesmas Airmadidi Kabupaten Sugiyono, 2014. Metode Penelitian
Minahasa Utara. Diakses dari Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
http://fkm.unsrat.ac.id. Diunduh pada Alfabeta.
tanggal 12 Desember 2015. Sulistiyowati, 2010. Hubungan Konsumsi
Profil Dinkes Jabar, 2014. Jumlah Kasus Makanan Dengan Kejadian Hipertensi
Kejadian Hipertensi Tahun 2015. Pada Lansia Di Puskesmasranomuut Kota
Profil Dinkes Kabupaten Bandung, 2015. Pola Manado.
Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas Susilo, 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi.
Semua Golongan Umur. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

STIKes Dharma Husada Bandung 9

Anda mungkin juga menyukai