Teori Ir - Sutami
Teori Ir - Sutami
PENGEMBANGAN WILAYAH
MOHAMMAD ANSHORI
P0205216003
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan wilayah berkenaan dengan dimensi spasial (ruang) dari kegiatan
yang tidak homogen, oleh karena lokasi memiliki potensi dan nilai relatif terhadap lokasi
lainnya, maka kegiatan yang bertujuan ekonomi maupun sosial akan tersebar sesuai
mengaitkan kegiatan ekonomi sektor ekonomi sektor industri dengan sektor pertanian,
atau pengkaitan beberapa jenis industri akan sulit tercapai tanpa memperhatikan aspek
ruang, karena masing-masing terpisah oleh jarak geografis. Oleh karena itu, arti
pembangunan juga perlu diberi perspektif baru sebagai upaya pengorganiasaian ruang.
Untuk tujuan ini maka pendekatan pengembangan wilayah yang mmenyangkut aspek
Pertama, akan didasari pengenalan pengenalan yang lebih baik atas penduduk dan
budaya pada berbagai wilayah, serta pengenalan atas potensu unit daerah. Sehingga
untuk memudahkan pembangunan daerah yang sesuai dengan potensi, kapasitas serta
problem khusus daerah tersebut. Denagn pengembangan wilayah ini dapat diharapkan
adalah bahwa pembangunan nasional yang terlalu bersifat sektoral dan tidak
dalam ruang ekonomi. Tindakan mengabaikan dimensi tata ruang, ditambah dengan
hanya menekankan pemikiran jangka pendek, akan memberikan kontribusi terhadap
BAB II
PEMBAHASAN
di Jakarta, 13 November 1980 pada umur 52 tahun) adalah seorang insinyur sipil yang
pernah menjabat Menteri Pekerjaan Umum Indonesia. Ia sudah menjadi Menteri sejak
Menteri Negara diperbantukan pada Menteri Koordinator Pekerjaan Umum dan Tenaga
untuk urusan penilaian konstruksi hingga tahun 1978 pada Kabinet Pembangunan II masa
pemerintahan Presiden Soeharto selama 13,5 tahun. Ir. Sutami adalah Menteri Pekerjaan
Umum "terlama" dengan masa jabatan selama 12 tahun pada 6 kabinet dihitung sejak
menjabat Menteri Koordinator Kompartimen Pekerjaan Umum dan Tenaga pada Kabinet
MPR/DPR adalah lulusan Teknik Sipil ITB tahun 1956, sudah terkenal cerdas sejak
menempuh pendidikan dasar dan menengah di Solo, salah satunya di SMA Negeri 1
pusat proyek pembangunan Jembatan Ampera di Sungai Musi, Palembang. Dia juga
Menteri PU dan Tenaga Listrik pada 1973-1978 ini lahir pada 1928 dan tutup usia pada 13
Secara garis besar, teori perkembangan wilayah di bagi atas 4 (empat) kelompok
yaitu: Kelompok pertama adalah teori yang memberi penekanan kepada kemakmuran
dan faktor alam yang dinilai sangat mempengaruhi keberlanjutan sistem kegiatan produksi
di suatu daerah (sustainable production activity). Kelompok ini sering disebut sebagai
tingkat lokal sehingga kajian terfokus kepada governance yang bisa bertanggung jawab
pengembangan wilayah. Era transisi meberikan kontribusi lahirnya konsep hirarki kota-
Perkembangan wilayah tergantung dari sumber daya alam yang terdapat di daerah
tersebut, karena pada umumnya wilayah dengan pusat industri akan manarik masyarakat
untuk datang karena potensi lapangan pekerjaan terbuka luas. Contohnya adalah adanya
daerah sorowako yang dulunya terpencil berubah menjadi kota industri (kota yang tercipta
karena adanya industri) contoh lainnya adalah Kabupaten Asiki (papua) berkembang
yang tidak homogen, oleh karena lokasi memiliki potensi dan nilai relatif terhadap lokasi
lainnya, maka kegiatan yang bertujuan ekonomi maupun sosial akan tersebar sesuai
Begitu pula kesejahteraan penduduk akan tergantung pada sumber daya dan
kegiatan ekonomi sektor ekonomi sektor industri dengan sektor pertanian, atau pengkaitan
beberapa jenis industri akan sulit tercapai tanpa memperhatikan aspek ruang, karena
masing-masing terpisah oleh jarak geografis. Oleh karena itu, arti pembangunan juga perlu
diberi perspektif baru sebagai upaya pengorganiasaian ruang. Untuk tujuan ini maka
peranannya.
yang tidak dominan bisa bersifat heterogen. Pada umumnya wilayah homogen sangat
dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam dan permasalahan spesifik yang seragam.
Dengan demikian konsep wilayah homogen sangat bermanfaat dalam penentuan sektor
basis perekonomian wilayah sesuai dengan potensi/daya dukung utama yang ada dan
pengembangan pola kebijakan yang tepat sesuai dengan permasalahan masing masing
wilayah;
2. Wilayah nodal, menekankan perbedaan dua komponen-komponen wilayah yang
terpisah berdasarkan fungsinya. konsep wilayah nodal diumpamakan sebagai suatu sel
wilayah memiliki keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain dan tidak terpisahkan;
4. Wilayah perencanaan adalah wilayah yang dibatasi berdasarkan kenyataan terdapatnya
sifat-sifat tertentu pada wilayah baik akibat sifat alamiah maupun non alamiah sehingga
dalam satu kesatuan politis yang umumnya dipimpin oleh suatu sistem birokrasi atau
sistem kelembagaan dengan otonomi tertentu. wilayah yang dipilih tergantung dari
jenis analisis dan tujuan perencanaannya. Sering pula wilayah administratif ini sebagai
wilayah otonomi. Artinya suatu wilayah yang mempunyai suatu otoritas melakukan
sumberdaya di dalamnya.
D. Klasifikasi Wilayah
individu. Semua individu yang ada dalam populasi mendapat tempat dalam golongannya
Tujuan utama klasifikasi adalah tidak untuk menonjolkan sifat tertentu dari sejumlah
dikerjakan dalam klasifikasi dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Secara garis
besar, klasifikasi dapat diperbedakan ke dalam dua golongan, yaitu klasifikasi yang
bertujuan untuk mengetahui deferensiasi jenis dan klasifikasi yang bertujuan untuk
E. Prinsip Pewilayahan
1. Pewilayahan wilayah formal (homogen)
Berarti pengelompokan unit-unit lokal yang memiliki ciri-ciri serupa menurut kriteria
tertentu. Tipe dan jumlah kriteria yang digunakan cukup menentukan tingkat kesulitan
pewilayahan.
2. Pewilayahan wilayah fungsional
Berarti pengelompokan unit lokal yang memperlihatkan tingkat interdependensi yang
cukup besar. Tekanan perhatian pada aliran yang terkait dengan titik sentral (nodal)
bukan pada keseragaman wilayah. Beberapa cara yang dapat digunakan antara lain (1)
analisa aliran (flow analysis), baik kegiatan sosial, ekonomi maupun fisik; baik berupa
barang maupun jasa, (2) analisa gravitasi, yang menekankan pada aspek kekuatan daya
beberapa topik, tentu saja berbeda dengan yang hanya mendasarkan pada satu topik
saja. Topik-topik yang dibicarakan di sini adalah termasuk dalam cakupan topik yang
lebih besar. Sebagai contoh dapat dikemukakan, suatu wilayah yang dihasilkan dari
delimitasi atau curah hujan saja akan menghasilkan wilayah dengan satu topik saja
(single topic region), sedangkan delimitasi regional yang mendasarkan pada gabungan
dari beberapa topic seperti data curah hujan, masa hawa, temperature, dan tekanan
disebut combined topic region. Contoh ini diharapkan dapat diekstrapolasi sendiri
mendasarkan pada topik-topik yang tidak berhubungan dengan erat. Sebagai contoh dapat
mendasarkan pada cara-cara klasik tersebut lebih banyak menimbulkan kesulitan daripada
kemudahannya. Hal ini semata-mata karena berhubungan dengan keluasaan masalah yang
harus dicakup. Untuk keperluan perencanaan, konsep-konsep seperti ini selalu dihindarkan
mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar desa dan
kota, antar sektor serta pembukaan dan percepatan dan pembangunan Kawasan Timur
Indonesia, daerah terpencil, daerah minus, daerah kritis, daerh perbatasan, dan daerh
terbelakang lainnya, yang disesuaikan tujuan dan prinsip dan penekatan dalam
pengembangan wilayah juga tidak terlepas dari tujuan dn prinsip pembangunan nasional.
wilayah.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan.
4. Meningkatkan keserasian hubungan antar pusat-pusat wilayah dengan hinterlandnya
Pada dua dasawarsa terakhir, perencanaan regional Indonesia semakin menunjukan aura
regional diharapkan dapat muncul sebagai salah satu alternatif paradigma pembangunan
ekonomi yang dianut oleh para pemegang kebijaksanaan ekonomi orde baru.
1. Sebagai growth center dimana pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal
wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spred effect) pertumbuhan
3. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi dari daerah-
Perencanaan dapat ditinjau pula dari sudut langkah-langkah yang harus terdapat
arti umum adalah menyangkut serangkaian tindakan yang ditujukan untuk memecahkan
persoalan di masa depan (Tarigan, R., 2009). Glasson menetapkan urutan langkah-langkah
sebagai berikut:
to the problem;
3. The identification of possible constraints;
4. Projection of the future situation;
5. The generation and evaluation of alternative courses of action and the production of a
preferred plan, which in generic form may include any policy statement or strategy as
Glasson tersebut masih perlu diperluas (Tarigan, R., 2009). Perencanaan wilayah di
1. Gambaran kondisi saat ini dan identifikasi persoalan (baik jangka pendek, menengah,
maupun panjang). Untuk dapat menggambarkan kondisi saat ini (existing condition)dan
permasalahan yang dihadapi diperlukan pengumpulan data terlebih dahulu (data primer
dan sekunder);
2. Penetapan visi, misi, dan tujuan umum;
3. Identifikasi pembatas dan kendala yang sudah ada saat ini maupun yang diperkirakan
Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang
praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis. Dengan kata lain,
dan model yang senantiasa berkembang yang telah diujiterapkan dan kemudian
dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan
terdapat beberapa landasan teori yang turut mewarnai keberadaannya. Pertama adalah
Walter Isard sebagai pelopor Ilmu Wilayah yang mengkaji terjadinya hubungan sebab-
akibat dari faktor-faktor utama pembentuk ruang wilayah, yakni faktor fisik, sosial-
ekonomi, dan budaya. Kedua adalah Hirschmann (era 1950-an) yang memunculkan
teori polarization effect dan trickling-down effect dengan argumen bahwa perkembangan
adalah Myrdal (era 1950-an) dengan teori yang menjelaskan hubungan antara wilayah
maju dan wilayah belakangnya dengan menggunakan istilah backwash and spread effect.
dengan teori pusat pertumbuhan. Terakhir adalah Douglass (era 70-an) yang
pengembangan wilayah.
transisi) memberikan kontribusi lahirnya konsep hirarki kota-kota dan hirarki prasarana
jalan melalui Orde Kota. Selanjutnya adalah Ruslan Diwiryo (era 1980-an) yang
memperkenalkan konsep Pola dan Struktur ruang yang bahkan menjadi inspirasi utama
bagi lahirnya UU No.24/1992 tentang Penataan Ruang. Pada periode 1980-an ini pula,
lahir Strategi Nasional Pembangunan Perkotaan (SNPP) sebagai upaya untuk mewujudkan
sitem kota-kota nasional yang efisien dalam konteks pengembangan wilayah nasional.
Dalam perjalanannya SNPP ini pula menjadi cikal-bakal lahirnya konsep Program
Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) sebagai upaya sistematis dan menyeluruh
untuk mewujudkan fungsi dan peran kota yang diarahkan dalam SNPP.Pada era 90-an,
misal antara KTI dan KBI, antar kawasan dalam wilayah pulau, maupun antara kawasan
perkotaan dan perdesaan. Perkembangan terakhir pada awal abad millennium, bahkan,
berkembang pada masa kini pada umumnya didasari atas adanya masalah-masalah
ketidakseimbangan demografi dalam suatu daerah, tingginya biaya, turunnya taraf hidup
masyarakat, ketertinggalan pembangunan suatu daerah dengan daerah lainnya, dan adanya
sesungguhnya merupakan program yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan,
yang didasarkan atas sumber daya yang ada dan kontribusinya pada pembangunan suatu
bersangkutan.
Bagi wilayah yang memiliki SDM yang cukup banyak namun lahan dan SDA
terbatas maka labor surplus strategy cukup relevan untuk diterapkan. Tujuan utama
strategi ini adalah menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya dan
Strategi ini mengupayakan berbagai SDA yang mengalami surplus yang dapat
diekspor ke wilayah lain baik dalam bentuk bahan mentah maupun bahan setengah
jadi. Hasil dari ekspor SDA ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengimpor
produk yang jumlahnya sangat terbatas di wilayah tersebut, misalnya barang modal,
Yang dimaksud kondisi eksternal adalah masalah globalisasi, otonomi daerah dan
yang kuat dan pengembangan sistem manajemen yang baik, yang dapat ditempuh
oleh wilayah yang memiliki keterbatasan dalam hal modal dan manajemen tersebut.
Wilayah dengan potensi-potensi pantai dan pemandangan yang indah, seni budaya
yang menarik dan unik, dapat mengembangkan wilayahnya dengan cara membangun
Konsep ini menekankan pada pilihan komoditas unggulan suatu wilayah sebagai motor
penggerak pembangunan, baik di tingkat domestik maupun internasional.
wilayah konsep ini. Pelaku pembangunan ekonomi tersebut dapat dipilah menjadi lima
samping kelima pelaku tersebut, juga terdapat pelaku pembangunan ekonomi lain yaitu
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk
menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi
pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan yang berdimensi lokasi dalam ruang dan
berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah. Pengertian pembangunan dalam sejarah
dan strateginya telah mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang
kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar (basic need
(suistainable development).
Merujuk pada pendapat Sutami, potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh sebuah
wilayah sangat berpotensi bagi pengembangan wilayah tersebut. Sutami menitik beratkan
faktor utama yang menjadi pemicu pengembangan suatu wilayah adalah sumber daya
alam. Dengan tersedianya sumber daya alam maka akses menuju daerah tersebut tentunya
mengalami kemajuan. Bukan itu saja , selain infrastruktur sarana dan pra sarana tentukan
dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki SDA sama sekali. Tetapi, bukan
berarti daerah tersebut tidak akan bisa maju. Pengembangan suatu wilayah bukan saja
ditentukan oleh faktor SDA saja tetapi masih banyak faktor pertimbangan lain seperti
dibangun sebuah infrastruktur untuk dapat mengakses daerah sekitar sumber tersebut.
Tetapi kita tentunya tetap memperhitungkan aspek ekonomi dan nilai kegunaannya
kedepan. Sehingga apa yang telah dikerjakan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya.