Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Gradien Vol.7 No.

1 Januari 2011 : 612-621

Simulasi Hidrodinamika 2D Resolusi Tinggi


Menggunakan Syarat Batas TMD (Tide Model Driver)
Di Perairan Ulee Lheue, Banda Aceh
2
Muhammad Nazir1, Ichsan Setiawan1 dan Irwandi

1
Jurusan Ilmu Kelautan, Koordinatorat Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala, Indonesia
2
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Syiah Kuala, Indonesia

Diterima 12 September 2010; Disetujui 02 Oktober 2010

Abstrak - Telah dilakukan penelitian simulasi hidrodinamika 2D resolusi tinggi menggunakan syarat batas TMD
(Tide Model Driver) di perairan Ulee Lheue, Banda Aceh pada awal April hingga pertengahan Juni 2008. Penelitian
ini bertujuan untuk melakukan sebuah simulasi arus akibat pasang surut pada perairan pantai Ulee Lheue dengan
koordinat 950 15 30 BT - 950 18 00 BT dan 050 33 00 LU - 050 35 00 LU menggunakan persamaan
hidrodinamika 2D horizontal. Diskritisasi persamaan hidrodinamika penelitian ini dilakukan menggunakan metode
eksplisit beda hingga. Verifikasi pasang surut dibandingkan dengan pengukuran lapangan dengan selang waktu t
30 detik tgl 3 Juni 2008 dan dibandingkan dengan data Dishidros TNI AL. Sedangkan verifikasi arus pasang surut
hanya dilakukan dengan membandingkan antara hasil simulasi dan hasil simulasi berdasarkan komponen harmonik
pasang surut Rizal (2004) pada bulan April 2008. Hasil penelitian menunjukkan pola pasang surut yang konsisten
antara grafik hasil model dengan data lapangan dengan persentase error sebesar 9,1 %. Arus pasang surut bergerak
dengan arah yang saling bertolak belakang pada saat surut menuju pasang dan saat pasang menuju surut. Kecepatan
arus maksimum terjadi saat pasang menuju surut pada kondisi spring tide (0,038 m/s) sedangkan kecepatan arus
minimum terjadi saat pasang pada kondisi neap tide (0,007 m/s).

Kata kunci : Hidrodinamika 2D, pasang surut, arus pasang surut

1. Pendahuluan perubahan dinamika air laut. Hasil prediksi arus laut


dapat dimanfaatkan untuk mengefektifkan transportasi
Perairan Pantai Ulee Lheue yang terletak pada bagian
dengan menentukan jadwal keberangkatan transportasi
barat laut Kota Banda Aceh dengan letak geografis
laut yang tepat. Selain itu, pola arus laut sangat
050 33 36 LU dan 950 16 36 BT merupakan salah
berperan pada prediksi tumpahan minyak atau benda
satu daerah lintas perairan pada Provinsi Nanggroe
lainnya bila terjadi kecelakaan laut. Namun, ketiadaan
Aceh Darussalam [6]. Sebelum terjadi musibah Gempa
data pola arus pasang surut perairan Ulee Lheue,
dan Tsunami 26 Desember 2004, pantai Ulee Lheue
Banda Aceh menyebabkan beberapa proses kegiatan
merupakan salah satu daerah pariwisata yang letaknya
yang berhubungan dengan pembangunan pelabuhan
sangat dekat dengan pusat Kota Banda Aceh sehingga
maupun transportasi tidak dapat dilakukan secara
sangat berpotensi untuk dikembangkan. Ditambah lagi
optimal sehingga penelitian kajian tentang dinamika
daerah pantai ini dilengkapi dengan fasilitas pelabuhan
air laut yang diakibatkan oleh arus pasang surut laut di
yang cukup ideal guna mendukung pelaksanaan
perairan Ulee Lheue diperlukan.
pembangunan di NAD. Pada penelitian ini
disimulasikan dinamika laut Aceh, khususnya perairan
Ulee Lheue yang disebabkan oleh arus pasang surut.

Fenomena arus laut memiliki peranan penting terhadap


dinamika laut yang sangat berpengaruh pada

619
Muhamad Nazir dkk/ Jurnal Gradien Vol. 7 No. 1 Januari 2011 : 612-621

2. Metode Penelitian stabilitas CFL (CouranFriedrichsLewy) yang


ditunjukan dalam rumusan [7]:
a. Persamaan Hidrodinamika ct
Sirkulasi yang disebabkan oleh pasang surut di 1 , c (gh)
( 2x )
perairan digambarkan oleh hukum kekekalan
momentum dan massa air. Dalam koordinat kartesian dengan: x lebar grid (m), t interval waktu (s)
dua dimensi, persamaan pengatur dapat dituliskan dan g percepatan gravitasi (m/s 2).
y
sebagai berikut [7]:
vi , j 1
Persamaan momentum arah x:
u u u bx 2u 2u (1
u v fv g Ah
t x y x h x 2 y 2
ui, j i, j
y u i 1, j
Persamaan momentum arah y:
v v v by 2v 2v
u v fu g Ah (2
t x y x h x 2 y 2
vi , j
Persamaan kontinuitas:
x
(u h) (v h) x
0 (3
t x y Gambar 1. Skema Diskritisasi ui , j , vi , j dan i , j
dimana u dan v menyatakan kecepatan arus yang
dirata-ratakan terhadap kedalaman yang didefinisikan
Menggunakan metode beda hingga eksplisit dan
sebagai:
mengikuti skema Gambar 1, persamaan hidrodinamika
didiskritisasi sebagai berikut [7]:
1 1
u udz , v vdz (4
h h0 h h0 Persamaan momentum arah x:
t n n t *n n
dan adalah elevasi muka laut, h adalah uin, j 1 uin, j ui , j ui 1, j uin1, j v i , j ui , j 1 uin, j 1
kedalaman total yang didefinisikan sebagai: 2x 2y
h h0 (5
gt n 1
2
n 2

t r uin, j uin, j v *i , j (9
dengan h0 adalah kedalaman air rata-rata. n
i 1, j in, j 1 tfv *i , j

x Hxi , j
bx dan by adalah stress gesekan dasar yang
ui 1, j ui 1, j 4ui , j ui , j 1 ui , j 1
tAh
didefinisikan: x 2

bx ru u 2 v 2 (6 dengan:

by rv u v 2 2
(7
n

v *i , j vin, j vin1, j vin, j 1 vin1, j 1 / 4
dengan Densitas air laut (=1,025 kg/m ), 3
r Cf
Hxi , j
1
2

hi , j in, j hi 1, j in1, j
Persamaan momentum arah y:
koefisien gesekan dasar, f Coriolis ( 2 sin ), t n t
Lintang geografis (rad), kecepatan sudut rotasi

vin, j 1 vin, j u i, j vin1, j vin1, j vin, j vin, j 1 vin, j 1
2x 2y
bumi (=7,29 x 10-3 rad/dt), t waktu (s), x, y
koordinat kartesian arah barat - timur dan utara gt n 1 n 1

n 2

t r vin, j u *i, j vin, j
2


i , j 1 i , j n
tfu *i, j
(10
selatan dan Ah Viskositas eddy horizontal (m /s). 2
x Hyi, j
Solusi numerik persamaan hidrodinamika diselesaikan vi 1, j vi 1, j 4vi, j vi, j 1 vi, j 1
tAh
dengan menggunakan metode eksplisit beda pusat
y 2
untuk turunan terhadap ruang dan beda maju untuk
turunan terhadap waktu. Sedangkan kestabilan
dengan:
numerik pada metode ini ditentukan oleh kriteria
n

u *i , j uin, j uin1, j uin, j 1 uin1, j 1 / 4

618
Muhamad Nazir dkk/ Jurnal Gradien Vol. 7 No. 1 Januari 2011 : 612-621

Hyi , j
1
2

hi , j in, j hi , j 1 in, j 1 persaman kontinuitas dan Hukum Newton II atau
sering disebut hukum kekekalan momentum. Hukum
ini menyatakan bahwa perubahan momentum terhadap
Persamaan kontinuitas: waktu sama dengan total gaya yang bekerja.

in, j 1 in, j t * ( DHUX DHUY)


Diskritisasi persamaan hidrodinamika penelitian ini
(11
dilakukan menggunakan metode eksplisit beda hingga.
dengan: Syarat batas model didasarkan pada konsep batas
gradien normal dan batas radiasi [1].
Hx1
1
2

h i , j in, j hi 1, j in1, j
Dalam melaksanakan penelitian ini digunakan
1

Hx2 hi 1, j in1, j h i , j in, j
2
seperangkat komputer (hardware) sebagai alat bantu

DHUX uin, j * Hx1 uin1, j * Hx2/ x


untuk menyelesaikan persamaan secara numerik dan
pembuatan visualisasi hidrodinamika laut. Perangkat
Hy1
1
2

h i , j in, j hi , j 1 in, j 1 lunak (software) yang digunakan pada penelitian ini
adalah bahasa program Fortran dan Matlab. Alat yang
Hy2 hi , j 1 in, j 1 h i , j in, j
1 digunakan untuk verifikasi pasang surut dengan
2

pengukuran lapangan adalah GPS (Global Positioning
DHUY vin, j * Hy1 vin, j 1 * Hy2 / y System), Palem Pasut dan stop watch. Selanjutnya data
komponen pasang surut pada syarat batas terbuka
didapatkan dari TMD (Tide Model Driver) [4].
b. Desain Simulasi
Sedangkan data kedalaman (batimetri) perairan Ulee
Lheue diperoleh dari peta batimetri [3]. Adapun lokasi
Dinamika pergerakan massa air laut dapat dijelaskan pengambilan pasang surut lapangan dan pencuplikkan
oleh persamaan hidrodinamika. Beberapa ahli telah arus pasang surut untuk verifikasi model dapat dilihat
memformulasikan persamaan matematik mengenai pada Gambar 2.
arus ini yang pada dasarnya dikembangkan dari

Gambar 2. Lokasi verifikasi arus ( ) dan pasang surut ( )


Sumber: Google earth [5].

Proses Simulasi dimulai dengan mempersiapkan data inilah yang akan dibaca oleh komputer pada saat
batimetri, dan data elevasi muka air di daerah batas simulasi berlangsung. Proses perhitungan saat
terbuka yang telah diinterpolasi sebagai data masukan simulasi merupakan proses iterasi setiap satu detik.
yang disimpan dalam bentuk *.txt (file teks). File Proses simulasi akan terhenti sampai mencapai batas

618
Muhamad Nazir dkk/ Jurnal Gradien Vol. 7 No. 1 Januari 2011 : 612-621

waktu yang telah ditentukan di awal simulasi. (vektor arus) di setiap sel, sedangkan data elevasi
Simulasi dilakukan selama 75 hari (6.480.000 detik) hasil simulasi akan disimpan setiap lima menit sekali
dari tanggal 1 April 2008 hingga 14 Juni 2008. pada sel.
Nilai awal dalam model ini adalah nol untuk
kecepatan dan elevasi di semua grid. Syarat batas Hasil simulasi pasut dari model kecil ini diverifikasi
yang diterapkan di batas terbuka (laut) adalah elevasi dengan data pengukuran lapangan dan dengan
hasil interpolasi data peramalan TMD (Tide Model simulasi model berdasarkan komponen harmonik
Driver) ke setiap titik syarat batas. Sedang pada pasut [10] sedangkan sirkulasi arus hanya
syarat batas tertutup (darat) diterapkan kecepatan arah dibandingkan dengan simulasi model berdasarkan
normalnya sama dengan nol. Untuk mengontrol komponen harmonik pasut [10]. Koreksi amplitudo
perhitungan di sel tertentu, seperti daerah yang dan fasa komponen pasut berdasarkan data tahunan
memiliki kedalaman nol (daratan), maka dalam yang diprediksi U.S.Army Corps of Engineers [11].
perhitungan dibuatkan suatu prosedur, sehingga Daerah simulasi model yaitu 95 0 15 30 BT - 950 18
proses perhitungan hanya terjadi di perairan saja atau 00 BT dan 050 33 00 LU - 050 35 00 LU
sel yang mempunyai kedalaman di atas nol. (Gambar 3). Adapun luas daerah model kecil adalah
Hasil simulasi yang berupa kecepatan u, v dan 4600 meter x 4200 meter dengan lebar sel (grid)

elevasi muka air pada iterasi tertentu disimpan x y 100 m , Ah (viskositas eddy horizontal) =
2000 m2/detik, t (selang waktu)=1 detik dan
dalam bentuk matriks pada saat surut menuju pasang,
koefisien gesekan dasar r = 0,001 0,003.
pasang, pasang menuju surut dan saat air surut pada
kondisi neap tide dan spring tide. File kecepatan dan
elevasi juga disimpan dalam bentuk *.txt. Pola arus
pasut akan digambarkan dalam bentuk garis panah

Gambar 3. Perairan Ulee Lheue yang akan dilakukan simulasi

618
Muhamad Nazir dkk/ Jurnal Gradien Vol. 7 No. 1 Januari 2011 : 612-621

3. Hasil dan Pembahasan Kondisi pada saat mencapai surut terendah (Gambar
7), tampak pola arus pasut bergerak keluar perairan
3.1 Pola Arus Pasang Surut Ulee Lheue ke utara dan timur laut dengan kecepatan
Pola arus pasang surut (pasut) di perairan Ulee hampir mendekati nol. Seperti halnya saat pasang
Lheue disimulasikan pada kondisi air pasang tertinggi, jika dilihat dari arah panah rata-rata, arus
(flood tide) dan kondisi air surut (ebb tide) serta bergerak relatif lambat dengan kecepatan arus pasut
keadaan diantara keduanya, yaitu pada saat surut maksimum sebesar 0,009847m/s. Hal ini sesuai
menuju pasang dan pada saat pasang menuju dengan referensi [8], yang menyatakan bahwa
surut dalam dua kasus. Kasus pertama yaitu pada kecepatan arus pasang surut minimum atau efektif nol
saat neap tide dan kasus kedua pada saat posisi terjadi saat air tinggi atau air rendah (slack waters).
pasut spring tide. Data kecepatan arus pasut hasil Pada saat-saat tersebut terjadi perubahan arah arus
simulasi berupa kecepatan rata-rata untuk seluruh pasang surut. Kecepatan arah arus maksimum terjadi
kolom perairan yang diintegrasikan terhadap pada saat-saat antara air tinggi dan air rendah. Dalam
kedalaman, yaitu integrasi arus dari dasar hal ini kecepatan arus pasang menuju surut lebih
perairan hingga ke muka air laut. besar dibandingkan saat surut.
Pendekatan persamaan Hidrodinamika 2D dengan
menggunakan solusi numerik persamaan 9-10, maka
dibuat program komputer dengan bahasa Fortran dan
Matlab, hasilnya disajikan dalam bentuk visualisasi.
Hasil visualisasi tersebut ditunjukkan pada Gambar 4,
5, 6, 7.

Hasil simulasi pola arus pasut di perairan Ulee Lheue


untuk kasus pertama (neap tide) pada tanggal 12 Mei
Gambar 4. Pola Arus Pasut Ulee Lheue, 12 Mei 2008
2008 ditunjukkan pada Gambar 4, 5, 6, 7. Pada saat pada saat surut menuju pasang.
surut menuju pasang (Gambar 4), terlihat arus
bergerak dari arah barat masuk menuju perairan Ulee
Lheue ke arah timur dengan kecepatan maksimum
0,020391 m/s. Perubahan kecepatan terjadi
disebabkan oleh perubahan kedalaman dari perairan
dalam ke perairan dangkal.
Kondisi pada saat pasang tertinggi (Gambar 5),
tampak massa air masuk melalui arah barat laut
menuju tenggara dengan kecepatan maksimum
0,0070804 m/s. Pada saat ini, elevasi muka laut Gambar 5. Pola Arus Pasut Ulee Lheue, 12 Mei 2008
mencapai ketinggian maksimum dan kecepatan arus pada saat pasang.
relatif kecil dan hampir mendekati nol. Saat pasang
menuju surut (pada posisi mean sea level), terlihat
arus bergerak keluar dari arah timur dan sebagian dari
tenggara ke arah barat laut (Gambar 6). Pada Gambar
6 terlihat bahwa di daerah perairan Ulee Lheue
mempunyai kecepatan rata-rata lebih besar
dibandingkan kecepatan rata-rata pada saat surut
(Gambar 7). Kejadian ini hampir sama saat kondisi
air menuju pasang, namun pada arah arus yang
berlawanan. Kecepatan arus maksimum pada kondisi Gambar 6. Pola Arus Pasut Ulee Lheue, 12 Mei 2008
ini adalah 0,013902 m/s. pada saat pasang menuju surut.

618
Muhamad Nazir dkk/ Jurnal Gradien Vol. 7 No. 1 Januari 2011 : 612-621

Gambar 7. Pola Arus Pasut Ulee Lheue, 12 Mei 2008


pada saat surut. Gambar 8. Pola Arus Pasut Ulee Lheue, 3 Juni 2008
pada saat surut menuju pasang.
Hasil simulasi pola arus pasut di perairan Ulee Lheue
untuk kasus kedua (saat spring tide) pada tanggal 3
juni 2008 ditunjukkan pada Gambar 8, 9, 10 dan
Gambar 11. Pola arus Pasut Ulee Lheue pada saat
surut menuju pasang dengan kondisi spring tide
berbeda dengan kondisi surut menuju pasang pada
saat neap tide. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan
arus dan kecepatan. Pada kondisi spring tide, saat
surut menuju pasang, arus perairan Ulee Lheue
bergerak dari arah barat laut menuju ke arah tenggara
dan sebagian berbelok ke timur dengan kecepatan
maksimum 0,02752 m/s (Gambar 8). Jika dilihat dari
kecepatan, arus saat surut menuju pasang kondisi Gambar 9. Pola Arus Pasut Ulee Lheue, 3 Juni 2008
spring tide lebih besar dibandingkan pada saat pada saat pasang.
kondisi neap tide (v = 0,020391 m/s, Gambar 4). Hal
ini dikarenakan pada saat spring tide, massa air yang
tertarik akibat gravitasi bulan, matahari dan
komponen angkasa lainnya lebih besar dibanding
pada saat neap tide. Kasus serupa ditemukan juga saat
pasang, pasang menuju surut dan saat surut pada
kondisi spring tide.

Pada saat pasang (Gambar 9) arus bergerak dari timur


laut dan berbelok masuk ke perairan Ulee Lheue
menuju arah selatan dan tenggara dengan kecepatan
0,017236 m/s. Sedangkan pada saat pasang menuju Gambar 10. Pola Arus Pasut Ulee Lheue, 3 Juni 2008
surut arus bergerak dari arah timur dan berbelok ke pada saat pasang menuju surut.
arah barat laut dengan kecepatan 0,038404 m/s
(Gambar 10). Pada saat inilah arus mencapai
kecepatan maksimum, yaitu saat air pasang menuju
surut pada kondisi spring tide. Pergerakan arus pada
saat pasang menuju surut bertolak belakang dengan
kondisi surut menuju pasang. Hal ini sesuai dengan
referensi [8], bahwa arus pasang surut mempunyai
sifat bergerak dengan arah yang saling bertolak
belakang atau bi-directional. Arah arus saat air
meninggi biasanya bertolak belakang dengan arah
arus saat air merendah. Dalam hal ini arah arus
bertolak belakang antara saat pasang menuju surut
dengan surut menuju pasang.
Gambar 11. Pola Arus Pasut Ulee Lheue, 3 Juni 2008
pada saat surut.

618
Muhamad Nazir dkk/ Jurnal Gradien Vol. 7 No. 1 Januari 2011 : 612-621

3.2 Verifikasi Model Hidrodinamika Mei 2008 dan bulan Juni 2008. Untuk lebih jelasnya,
pola pasang surut pada bulan April, Mei dan Juni
3.2.1 Pola pasang surut dapat dilihat pada Gambar 12, 13 dan 14 berikut:
Pola pasang surut di perairan Ulee Lheue pada bulan
April 2008 berbeda dengan pola pasang surut bulan

Gambar 12. Pola pasang surut Ulee Lheue bulan April 2008

Gambar 13. Pola pasang surut Ulee Lheue bulan Mei 2008

Gambar 14. Pola pasang surut Ulee Lheue tanggal 1-14 Juni 2008

618
Jurnal Gradien Vol.7 No.1 Januari 2011 : 612-621

Pola pasang surut ditunjukkan pada Gambar 12-14. komponen harmonik [2]. Hasil pasang surut tersebut
Pola pasang surut kondisi spring tide mulai tanggal 4 menunjukkan kesesuaian (Gambar 12-14).
10 April 2008, 18 23 April 2008, 2 8 Mei 2008,
17 23 Mei 2008 dan 1 7 Juni 2008. Sedangkan 3.2.2 Pola arus pasang surut
kondisi neap tide terjadi tanggal 10 15 April 2008,
24 30 April 2008, 9 16 Mei 2008, 24 30 Mei Pola arus pasang surut yang dibandingkan adalah
2008 dan 9 14 Juni 2008. simulasi penelitian ini dengan penelitian Rizal, 2004.
Jika dilihat dari pola yang dihasilkan telah mendekati,
Hal ini dipengaruhi oleh kombinasi pengaruh pasang namun terlihat perbedaan fase/waktu antara simulasi
surut bulan dan pasang surut matahari. Kombinasi penelitian ini dengan simulasi penelitian Rizal, 2004
pengaruh pasang surut bulan dan pasang surut (Gambar 15). Hal ini disebabkan beberapa hal, antara
matahari dapat memperbesar atau memperkecil tinggi lain; simulasi ini menggunakan persamaan
pasang surut yang terjadi. Pada bulan baru (new Hidrodinamika 2D sedangkan Rizal (2004)
moon) dan bulan purnama (full moon) dimana bumi, menggunakan simulasi dengan persamaan
bulan dan matahari berada dalam satu garis, pasang Hidrodinamika 3D. Koordinat pencuplikan arus
surut oleh bulan diperkuat oleh pasang surut pasang surut yang juga berbeda antara simulasi
matahari. Pada waktu-waktu ini pasang surut yang penelitian ini dengan simulasi yang dilakukan Rizal,
terjadi mempunyai tinggi yang maksimum, dan 2004. Koordinat simulasi arus pasang surut penelitian
disebut "pasang purnama" (spring tide). Pada kuartir ini adalah 5 35 LU 95 15 30 BT, sedangkan
pertama dan kuartir ketiga dimana posisi bulan, bumi koordinat penelitian Rizal (2004), terletak pada 5 30
tegak lurus matahari, pasang surut oleh bulan LU 95 30 BT. Selain itu, kecepatan arus yang
diperlemah oleh pasang surut matahari. Pada waktu- dihasilkan dari penelitian ini adalah kecepatan arus
waktu ini pasang surut yang terbentuk mempunyai rata-rata terhadap kedalaman sedangkan kecepatan
tinggi yang minimum dan disebut "pasang perbani" arus penelitian Rizal (2004), merupakan kecepatan
(neap tide) [9]. arus rata-rata pada kedalaman 0 10 meter.

Hasil simulasi pasang surut diverifikasikan dengan


data pasang surut 2008 yang diprediksi berdasarkan

(a)

619
Muhamad Nazir dkk/ Jurnal Gradien Vol. 7 No. 1 Januari 2011 : 612-621

(b)
Gambar 15. Pola arus pasang surut Ulee Lheue bulan April 2008 (a) arus u, (b) arus v

3.2.3 Verifikasi pasang surut dengan observasi dengan data lapangan dengan tingkat persentase rata-
rata kesalahan pasang surut pada setiap selang waktu
Verifikasi pasang surut yang dilakukan dengan (t)=30 menit adalah 9,095 %.
menggunakan palem pasut pada tanggal 3 Juni 2008
(pada saat spring tide) dengan selang waktu t 30 4. Kesimpulan
menit dilakukan pengukuran selama 9 jam, dari jam
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
8:00 WIB sampai dengan 17:00 WIB. Adapun hasil
penelitian ini, yaitu:
model beserta verifikasinya dapat dilihat pada
1. Kecepatan arus maksimum terjadi saat pasang
Gambar 16.
menuju surut pada kondisi spring tide (0,038
Perbandingan Hasil Model Pasang surut dan
Observasi
m/s) sedangkan kecepatan arus minimum terjadi
0.8
saat pasang pada kondisi neap tide (0,0071 m/s).
Tinggi Pasut (meter)

0.6
0.4
0.2 2. Pola arus pasang surut simulasi secara umum
0
menunjukkan pola yang sama dengan hasil
8:00
8:30
9:00
9:30
10:00
10:30
11:00
11:30
12:00
12:30
13:00
13:30
14:00
14:30
15:00
15:30
16:00
16:30
17:00

-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
simulasi berdasarkan komponen harmonik
Simulasi Model
Waktu (jam)
Observasi
pasang surut Rizal (2004).
Gambar 16. Hasil verifikasi pasut hasil model dengan 3. Pola pasang surut simulasi model menunjukkan
pengamatan lapangan (observasi) pada kesesuaian dengan data Dishidros TNI AL.
tanggal 3 Juni 2008. 4. Pola pasang surut antara simulasi model dengan
Gambar 16 menjelaskan tinggi maksimum pasut pada data lapangan menunjukkan pola yang konsisten
pengukuran lapangan mencapai 0,68 meter yaitu pada dengan persentase error hanya sebesar 9,095%.
jam 9:00. Begitu pula pada simulasi model dengan
ketinggian maksimum 0,64 meter pada jam 9:00. Ucapan Terimakasih
Sedangkan surut terendah pada pengukuran lapangan
terjadi pada jam 15:30 (-0,67 meter) dan hal serupa Terimakasih kami ucapkan kepada Mahdani, S.T
terjadi pada simulasi model, yaitu jam 15:30 dengan sebagai Kepala Bagian Sungai Dinas Sumber Daya
tinggi pasut -0,57 meter. Gambar 16 memperlihatkan Air Provinsi NAD yang telah memberikan data
adanya pola yang konsisten antara grafik hasil model batimetri pendukung penelitian, Andi Permadi,

618
Muhamad Nazir dkk/ Jurnal Gradien Vol. 7 No. 1 Januari 2011 : 612-621

sebagai Kapten KMP Tanjung Burang ASDP beserta [11] USACE (U.S.Army Corps of Engineers), 2006,
staf yang telah bersedia memberikan input data Coastal Engineering Manual (CEM), U.S.
Government Printing Office, Washington, USA.
pasang surut sekunder. Ucapan terima kasih juga
kami sampaikan kepada Prof. Dr. Syamsul Rizal atas
data pembanding untuk pola arus pasang surut dan
kepada Dr. Muhammad Syukri, M.Sc dan Dr. Edi
Rudi, M.Si yang telah memberikan saran dan
masukan terhadap penelitian ini.

Daftar Pustaka

[1] Chapman, D. C. 1985, Numerical Treatment of


Cross-Shelf Open Boundaries in a Barotropic
Coastal Ocean Model, Journal of Physical
Oceanography, Volume 15.
[2] Dinas Hidro-Oseanografi, 1997, Katalog
Konstanta Pasang Surut Nasional, Markas Besar
TNI Angkatan Laut, Jakarta.
[3] Dinas Sumber Daya Air, 2005, Laporan Survey
Bathimetri, Departemen Pekerjaan Umum,
Banda Aceh.
[4] Erofeeva, L, 2003, Tide Model Driver (TMD),
Oregon State University, U.S.
[5] Europa Technologies, 2008,
http://www.googleearth.com/image2008
DigitalGlobe, Didownload tanggal 23 Juli 2008.
[6] Kanwil Dephubtel NAD, 2001, Andal Lingkungan
Hidup, Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan
Ulee Lheue, Provinsi NAD.
[7] Koutitas, C. G, 1988, Mathematical Models in
Coastal Engineering, Pentech Press Limited,
London.
[8] Poerbandono dan E. Djunasjah, 2005, Survey
Hidrografi, Refika Aditama, Bandung.
[9] Pond, S. and G. L. Pickard, 1983, Introductory
Dynamical Oceanograph, Second Edition,
Pergamon Press, New York.
[10] Rizal, S, 2004, Studi Pasang Surut Laut (Tide
Height) dan Arus Pasang Surut (Tidal Current)
di Perairan Indonesia dengan Model Numerik
Tiga Dimensi, Laporan Riset Unggulan Terpadu
Bidang Kelautan, Kebumian dan
Kedirgantaraan, Kementrian Riset dan
Teknologi RI Lembaga Ilmu Penelitian
Indonesia, Jakarta.

618

Anda mungkin juga menyukai