Anda di halaman 1dari 21

TABLET EFFERVESCENT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tablet Effervecent adalah tablet yang mengeluarkan buih ketika dimasukkan ke dalam
air. Buih yang keluar tersebut adalah gas karbondioksida yang dihasilkan dari reaksi antara asam
organik dengan garam turunan karbonat. Gas korbondioksida ini membantu mempercepat
hancurnya tablet dan meningkatkan kelarutan zat aktif. Selain itu gas korbondiokasida ini juga
memberi rasa segar seperti halnya pada minuman kaleng berkarbonasi. Di samping
menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya
karbonat yang membantu memperbaiki rasa beberapa obat tertentu. Dengan rasa asam sedikit
berlebih, sehingga berasa sedikit asam ini merupakan faktor tambahan yang membuat sediaan
efervesen dapat diterima di masyarakat.
Kandungan tablet effervecent merupakan campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan
Natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam lingkungan berair akan bereaksi menghasilkan
karbondioksida yang berasal dari penguraian basa bikarbonat akibat penetralan oleh asam.
Reaksinya cukup cepat dan biasanya selesai dalam waktu 1 menit atau kurang. Tablet
effervescent harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab, sedangkan
pada etiket tertera tidak langsung ditelan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tablet Effervercent
1. Pengertian Tablet
a. Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung 1 jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai Zat pengisi, sat
pengembang, zat pengikat , zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.(FI III 1979, hal
6)
b. Formulasi tablet adalah suatu campuran serbuk yang mengandung bahan aktif dan bermacam
bahan tambahan yang dapat memberikan sifat alir, sifat adhesive, dan sifat antisticking yang
tepat. (Pharmaceutics and Pharmacy Practise, hal 222)
2. Pengertian Effervescent
a. Effervescent salts adalah granul atau coarse hingga serbuk coarse mengandung bahan obat
dalam suatu campuran kering biasanya mengandung komposisi sodium bicarbonate, asam sitrat
dan asam tartrat. (Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, hal 271)
3. Pengertian Tablet Effervescent
a. Tablet Effervescent adalah tablet tidak bersalut, umumnya mengandung senyawa asam dan
karbonat atau bikarbonat yang bereaksi dengan cepat dengan adanya air dengan melepasakan
karbon dioksida. Tablet effervescent diharapkan bisa terlarut dalam air sebelum digunakan.
b. Tablet Effervescent adalah tablet yang dibuat dengan mencetak granul garam effervescent atau
bahan lain yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan gas ketika kontak dengan air
(Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems, hal 185)

Effervescent didefinisikan sebagai timbulnya gelembung gas dari cairan sebagai hasil
dari reaksi kimia. Campuran effervescent telah diketahui dan digunakan sebagai obat sejak 100
tahun yang lalu. Tablet effervescent merupakan metode yang nyaman untuk pemberian
sejumlah zat aktif atau bahan kimia yang telah diukur sebelumnya dengan disolusi. Larutan
effervescent berkilau, lezat, dan menyediakan zat aktif dalam bentuk larutan dengan
ketersediaan hayati yang terjamin bagi orang yang sulit menelan tablet atau kapsul biasa
(Siregar dan Wikarsa, 2010). Effervescent didefenisikan sebagai bentuk sediaan yang
menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat
pelarutan effervescent adalah karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling (rasa
seperti air soda) (Lieberman, dkk., 1992).
Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara
pengempaan bahan-bahan aktif campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam
tartarat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi
kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan
menghasilkan gas karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung
dalam waktu satu menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga
menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa
obat-obat tertentu (Banker dan Anderson, 1986).
4. Keuntungan
Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang mengandung dosis yang tepat.
Rasa menyenangkan karena karbonasi membantu menutup rasa zat aktif yang tidak enak.
Ukuran tablet biasanya cukup besar dan dapat dikemas secara individual sehingga bisa
menghindari masalah ketidakstabilan zat aktif dalam penyimpanan.
Mudah menggunakannya karena tablet dilarutkan terlebih dahulu dalam air, baru diminum.
Bentuk sediaan dengan dosis terukur tepat.
5. Kerugian
Kesukaran untuk menghasilkan produk yang stabil secara kimia.
Kelembaban udara selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai reaksi
effervescent.
6. Bahan Tambahan Tablet Effervecent
Perlu diperhatikan bahwa bahan yang digunakan dalam tablet effervecent seharusnya
mempunyai kandungan lembab yang sangat rendah dan sewaktu pembuatan sediaan ini harus
dilakukan pada tempat yang kering.
Karakteristik komponen tablet Efervesen:
1. Dalam banyak hal prinsip yang digunakan dalam memproduksi tablet efervesen sama dengan
yang digunakan untuk tablet konvensional. Banyak dari proses dan alat proses yang sama.
Demikian juga sifat umum granul yang diperlukan untuk memdapatkan tablet yang sesuai
persyaratan seperti:
a. Ukuran partikel
b. Bentuk partikel
c. Granulometri
d. Keseragaman distribusi
e. Aliran bebas granul
f. Granul harus dapat dikompresi
2. Satu sifat bahan baku yang dipilih untuk digunakan dalam tablet efervesen yang lebih penting
dari tablet konvensional yaitu kondisi lembabnya, artinya bahan baku yang digunakan harus
kering.
Apabila bahan baku yang digunakan tidak kering (mengandung lembab) maka terjadi reaksi
asam dan karbonatnya akan menyebabkan produk menjadi tidak stabil secara fisik dan terurai.
Sekali dimulai reaksi maka akan berlanjut lebih cepat karena produk samping reaksi adalah
pertambahan air.
Contoh:
CH2COOH CH2COONa
CH2COOH + 3NaHCO3 CHCOONa + 3 CO2 + 3 H2O
CH2COOH CH2COONa
Oleh karena itu bahan baku yang digunakan harus dalam keaadan anhidrat (kering) dengan
sedikit kadar lembab yang diabsorpsi. Molekul air memang masih ada tapi sangat sedikit karena
air dibutuhkan sedikit untuk kebutuhan mengikat granul karena granul yang terlampau kering
tidak dapat dikempa.
3. Kelarutan merupakan sifat bahan baku yang penting dalam tablet efervesen. Jika komponen
tablet tidak larut, reaksi efervesen tidak akan terjadi dan tablet tidak akan terdisintegrasi secara
cepat. Kecepatan kelaurtan lebih penting dari kelarutan karena zat yang terlarut lambat dapat
merintangi desintegrasi tablet dan larut lambat menghasilkan residu yang tidak disukai setelah
tablet terdisintegrasi.
1. Sumber Karbondioksida
Sumber karbondioksida dari tablet efervesen didapat dari garam-garam karbonat. Karena
garam ini dapat menghasilkan 53 % karbondioksida. Garam yang sering digunakan adalah
natrium bikarbonat dan natrium karbonat. Natrium bikarbonat dengan kosentrasi dalam air
0,85% menunjukan pH 8,3. natrium karbonat dengan konsentrasi 1 % dalam air mempunyai pH
11,5. Natrium karbonat menunjukan pula efek stabilisasi di dalam tablet efervesen karena
kemampuannya mengabsorbsi lembab terlebih dahulu yang dapat mencegah permulaan reaksi
efervesen. Oksigen dapat pula menjadi sumber efervesen dengan sumbarnya dapat digunakan
natrium perborat anhidrat.
2. Sumber Asam
Sumber asam yang umumnya digunakan pada tablet efervesen dapat digolongkan
menjadi;
a. Asam Makanan, antara lain :
1) Asam Sitrat, merupakan asam yang paling sering digunakan karena harganya yang murah. Asam
sitrat dapat larut dengan mudah dan cepat, dan dalam bentuk granul dapat mengalir dengan
bebas. Terdapat juga bentuk anhidratnya sehingga mempunyai sifat higrokopis.
2) Asam Tartrat, asam ini mempunyai kelarutan yang lebih besr dari asam sitrat.
b. Asam anhidrat
Jika asam anhidrat dilarutkan dalam air maka akan terjadi hidrolisi yang membebaskan bentuk
asamnya yang dapat bereaksi dengan sumber karbondioksida. Contohnya adalah suksinat
anhidrat.
c. Garam Asam
Garam ini dapat digunakan karena dalam larutan, garam ini dapat menghasilkan proton dan
menghasilkan larutan dengan pH dibawah 7. Contohnya adalah natrium hidrogen fosfat, natrium
dihidrogen fosfat, dan natrium bisulfit.
3. Bahan Tambahan Lainnya
Bahan tambahan lainnya pada tablet efervesen antara lain seperti bahan pengikat, bahan
pengisi, dan lubrikan. Namun bahan-bahan ini penggunaannya dalam jumlah yang terbatas.
Seperti halnya pengisi, hanya digunakan sedikit saja, karena dalam formula tablet efervesen
sudah banyak mengandung karbonat dan asam.
a. Pengikat dan zat penggranul
Untuk pembuatan tablet efervesen dengan metode granulasi penggunaan pengikat seperti
gelatin, amilum dan gom tidak dapat digunakan karena kelarutan lambat atau karena kandungan
residu air tinggi yang dapat mempercepat ketidakstabilan tablet efervesen. Pengikat efektif untuk
tablet efervesen adalah PVP. PVP ditambahkan pada serbuk yang digranulasi dalam keadaan
kering kemudian dibasahi oleh cairan penggranulasi yaitu isopropanol, etanol atau hidroalkohol.
Alkohol tidak bersifat pengikat tapi ditambahkan sebagai zat penggranulasi untuk pelarut PVP.
b. Pengisi
Biasanya hanya dibutuhkan sedikit pengisi karena zat yang menghasilkan efervesen
sudah cukup besar. Natrium bikarbonat merupakan pengisi yang baik. Pengisi lain adalah
Na. Klorida, Na. Sulfat dan Na. Bikarbonat.
c. Lubrikan
Lubrikan yang larut air atau zat yang dapat terdispersi dalam air dapat digunakan sebagai
lubrikan. Serbuk natrium benzoat dan PEG 8000 merupakan lubrikan larut air yang efektif.
B. Teknik Formulasi
Secara sederhana, proses pembuatan tablet effervescent dapat dibagi menjadi 2 tahap,
yaitu proses pencampuran bahan dan proses pencetakan bahan.
a). Proses pencampuran
Pada semua metode pembuatan tablet, setelah proses penimbangan komponen-komponen
tablet, selalu diikuti dengan proses pencampuran berupa partikel-partiel padat. Proses ini
bertujuan untuk mendapatkanmassatablet yang homogen. Tujuan ini bisa dicapai apabila sifat
fifis partikel penyusun campuran dan faktor lain yang mempengaruhi proses pencampurannya
adalah sama. Sifat fisis partikel yang mempengaruhi proses pencampuran adalah ukuran, bentuk,
densitas dan kelembaban partikel. Sedangkan faktor lainnya adalah kadar partikel . Baik proses
pencampuran maupun pentabletan dilakukan pada kelembaban yang rendah (kelembaban relative
atau RH dibawah 30 %)
b). Proses pencetakan tablet
Pada prinsipnya tablet dapat dibuat melalui cetak langsung atau granulasi, baik granulasi
basah maupun granulasi kering. Untuk menentukan metode pembuatannya apakah dibuat cetak
langsung atau granulasi sangat tergantung pada dosis dan sifat zat aktifnya. Untuk metode cetak
langsung semua komponen tablet baik zat aktif, bahan pengisi, pengikat, dan penghancur harus
mmpunyai sifat alir dan kompresibilitas yang baik. Pada proses pencetakan untuk zat aktif
dengan dosis kecil hal ini tidak menjadi masalah selama homogenitasnya diperhatikan. Tetapi
untuk zat aktif dengan dosis besar, jika sifat alir dan kompresibilitasnya tidak baik maka
diperlukan bahan tambahan yang efektif untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitasnya.
c). Proses penghancuran tablet
Agar tablet dapat hancur, maka harus ada cairan yang mampu menembus masuk ke
dalam tablet secara kapiler. Efek kapiler ini dapat diperbesar dengan adanya bahan penghancur.
Selain bahan penghancur, efek kapiler juga dipengaruhi oleh porositas tablet. Besarnya porositas
menyebabkan cairan yang masuk ke dalam tablet semakin banyak. Porositas tablet antara lain
dipengaruhi oleh distribusi ukuran atau partikel massa tablet dan tekanan yang diberikan saat
proses pencetakan. Cairan yang sudah masuk dalam tablet akan merusak ikatan antar partikel dan
mengakibatkan bahan penghancur mengembang yang kemudian menyebabkan hancurnya tablet.
Tetapi adanya bahan penghancur yang mengembang ini juga dapat menghasilkan massa yang
kental dan lengket yang akan menghalangi masuknya cairan ke dalam tablet sehingga dapat
memperpanjang waktu hancur.

C. Eksipien
a) Lubrikan
Lubrikan untuk produk effervescent haruslah non toxic, tidak berasa, dan larut air. Sangat
sedikit lubrikan tradisional yang dapat memenuhi persyaratan ini.
Lubrikan internal ditambahkan pada serbuk campur dan oleh karena itu termasuk dalam
formulasi. Saat ditambahkan ke bentuk padat (solid), lubrikan harus dipisahkan.
Metal Stearat seperti Magnesium Stearat atau Ca Stearat yang berguna sebagai lubrikan
dalam tablet konvensional, jarang digunakan dalam tablet effervescent. Hal ini dikarenakan
ketidaklarutannya dalam air. Stearat-stearat akan memberikan efek dalam hal ketidaklarutan,
berbusa, lapisan berasa sabun pada permukaan larutan berkabut. Disamping itu, konsentrasi
normal lubrikan dari Metal Stearat akan membuat tablet menjadi hydrofobik yang
mengakibatkan disolusi yang lambat dari tablet effervescent dalam air. Tetapi konsentrasi metal
stearat sangat rendah dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah larutan dari isi produk
effervescent, misalnya wetting agent dan paracetamol. Jika metal stearat konsentrasi rendah
ditambahkan, maka tablet akan tenggelam sebagian dalam air selama disolusi dan tidak tersebar
pada permukaan sehingga seperti tanpa metal stearat. Floating tablet menghasilkan area
permukaan lebih kecil di air dibandingkan dengan sisa tablet dalam cairan.
Sodium stearat dan sodium oleat larut air dalam konsentrasi rendah. Mereka memiliki
karakteristik rasa sabun, yang sebenarnya menghalangi kegunaan mereka dalam produk
effervescent.
Polyethylene glycol (PEG) 6000 3% dapat digunakan sebagai lubrikan dan juga binder.
Sodium benzoate tersilikon juga ditambahkan sebagai lubrikan.Saat PEG 4000 atau 6000
digunakan sebagai binder kering, partikel kering yang berkualitas sangat penting. Combinasi dari
4% PEG 6000 dan 0.1% sodium stearyl fumarat merupakan lubrikan yang bagus untuk tablet
asam askorbat yang dibuat melalui cetak langsung pada skala kecil. Sodium klorida , sodium
asetat, dan D,L-leucine-lubrikan yang larut air-juga dianjurkan untuk tablet effervescent.
Modifikasi sodium benzoate, didapatkan dari pembasahan dengan paraffin,
polydimethylsiloxane, atau polyethylene glycol dalam solvent yang mudah menguap dan
mengevaporasi larutan, dianjurkan sebagai sebagai lubrikan untuk tablet effervescent yang
terlarutkan. Surfaktan seperti sodium lauryl sulfat, dan magnesium lauryl sulfat juga dapat
berperan sebagai lubrikan. Produk-produk yang mengandung asam asetylsalisilat biasanya tidak
membutuhkan lubrikan tambahan.
Lubrikan eksternal disediakan melalui mekanisme yang menggunakan bahan / senyawa
lubrikasi, normalnya minyak minyak paraffin, untuk melapisi peralatan tabletasi selama proses.
Suatu metode menggunakan minyak pencuci dilapiskan pada punch dibawah ujung (tip). Pencuci
ini membersihakan ronga die dengan tablet yang dieject. Untuk menghindari pernempelan tablet
pada permukaan punch, material seperti polytetrafluorethylen atau polyurethane digunakan pada
permukaannya. Metode lubrikan yang lain yaitu dengan menyemprotkan lapisan tipis lubrikan ke
permukaan alat setelah satu tablet dieject dan sebelum granul untuk tablet berikutnya masuk ke
rongga die.
b) Glidants
Glidan biasanya tidak begitu penting. Granul yang jatuh bebas (sifat alir bagus)
mempunyai bentuk fisika yang tepat untuk cetak langsung. Sehingga untuk pembuatan tablet
dengan diameter besar tidak membutuhkan glidan.
c) Antiadherents
Lengketnya granulasi atau campuran bubuk pada permukaan punch, yang disebut
picking, dapat dihilangkan dengan menggunakan antara lain polytetrafluorethylen atau
polyurethane yang dilapiskan pada permukaan punch.
d) Binders
Binder biasanya digunakan saat membuat tablet konvensional. Binder ditambahkan
dalam formulasi kering maupun dilarutkan dalam pelarut yang tepat yang kemudian
ditambahkan pada proses granulasi basah. Kebanyakan binder merupakan polymer dan dapat
meningkatkan perubahan bentuk plastic dari formulasi.
Penggunaan binder umumnya akan mencegah laju disolusi dari tablet effervescent.
Sehingga banyak tablet effervescent diformulasikan tanpa binder. Tapi granul efferfescent dapat
diformulasi denagn binder, untuk memperluas area permukaan- dibandingkan dengan cara
konvensional atau tablet efferfescent- akan memberikan hasil dalam laju disolusi. Granulasi
efferfescent yang terdiri dari asam sitrat anhidrat dan sodium bicarbonate dibuat dengan alcohol
terdehidrasi sebagai granulasi cair. Bagian asam sitrat dilarutkan selama pencampuran dan
berfungsi sebagai binder.
Untuk mencetak asam askorbat yang dikombinasikan dengan sodium bikarbonat,
granulasi juga disyaratkan.Umumnya binder larut air, misalnya polyvinylpyrrolidone atau
polyvinylpyrrolidone-poly (vinyl asetat)-copolymer, menyebabkan perubahan warna pada granul
asam askorbat. Maltodextrin terhidrogenasi mengandung maltitol dalam jumlah tinggi yang
dipilih dari range yang luas dari dextrins dan maltodextrins sebagai binder yang mungkin.
Maltitol merupakan binder yang tepat untuk tablet efferfescent vitamin C. Formasi dari jembatan
kristal dari maltitol diasumsikan sebagai mekanisme pengikatan (binding). Polyethylen glycol
6000 3% juga digunakan baik untuk binder maupun lubrikan.
e) Disintegrants atau Dissolution Aids
Disintegrant, yang digunakan pada tablet konvensional, umumnya tidak digunakan dalam
tablet effervescent, karena salah satu permintaan pasar adalah bahwa larutan jernih (clear
solution) harus diperoleh dalam beberapa menit setelah tablet dimasukkan dalam gelas berisi air
dingin.. Dextrose dan atau sukrosa digunakan sebagai disintegran atau penolong disolusi dalam
tablet efferfescent dari asam asetilsalisilat.
f) Diluents
Tidak dibutuhkan diluent dalam produk efferfescent. Material efferfescent itu sendiri
akan ditambahkan dalam jumlah yang besar.
g) Sweeteners
Sukrosa dan pemanis alami seperti sorbitol dapat digunakan dalam produk efferfescent,
walaupun pemanis buatan sering digunakan. Tetapi aplikasi dari pemanis buatan terbatas pada
peraturan/ undang-undang kesehatan. Sehingga, penggunaan berbagai pemanis tersebut
bervariasi antara Negara satu dengan yang lain tergantung pada standard nasionalnya.
Sakarin atau sodium-sodiumnya dan garam-garam kalsium digunakan sebagai pemanis,
dan aspartame dianjurkan sebagai pemanis untuk tablet efferfescent. Awalnya, siklamat dan
asam siklamat merupakan pemanis buatan terpilih, tetapi sekarang penggunaannya telah dibatasi.
Sodium siklamat yang dicampur dengan sodium sakarin sering digunakan.
h) Flavors
Penggunaan bahan pemanis tidak cukup untuk mengubah produk yang mengandung obat
dengan rasa yang tidak enak menjadi enak. Sehingga, perasa dapat ditambahkan. Macam-macam
dari dry flavors yang digunakan dalam tablet telah tersedia oleh supplier. Perasa haruslah larut
dalam air.
i) Colors
Pewarna larut air dapat ditrambahkan. Tetapi beberapa pewarna dapat merubah warna
berdasarkan variasi pH, sehingga harus dipertimbangkan sebelum pemilihan pewarna.
j) Surfaktants
Bahan tambahan ini terkadang meningkatkan pembasahan dan laju disolusi dari suatu
obat. Tapi harus diperhatikan pada terbentuknya busa.
k) Antifoaming Agents
Untuk mengurangi busa/ buih, dan oleh karena kecenderungan obat untuk menempel
pada dinding gelas diatas level air, suatu antifoaming agent seperti polydimethylsiloxane dapat
digunakan. Tapi bagaimanapun juga, antifoaming agents tidak digunakan dalam produk
efferfescent.
D. Pembuatan
Tablet effervecent dibuat dengan beberapa metode yaitu dengan cara granulasi basah,
granulasi kering, dan dengan metode fluidisasi. Metode fluidisasi dengan metode wurster,
menggunakan suatu alat semprot khusus yang dilangkapi dengan saluran penyemprot bahan
pengikat dan saluran udara pemanas.
Tablet effervecent memerlukan kondisi kerja dan metode khusus dalam pembuatannya
karena dalam tablet ini terdapat dua bahan yang tidak dapat tersatukan yaitu garam natrium
bikarbonat dan asam organik sebagai penghasil karbondioksida. Reaksi kedua bahan ini akan
dipercepat dengan adanya air, maka dari itu tablet Efervescent selama perjalanannya mulai akhir
produksi sampai ke tangan pasien tidak boleh sedikitpun kontak dengan air. Selain itu suhu
tinggi juga dapat mempercepat perusakan bahan tablet, sehingga juga harus dijaga pada suhu
yang relatif rendah.
Proses pembuatan tablet efervesen membutuhkan kondisi khusus, kelembababan harus
relatif rendah dan suhu harus dingin untuk mencegah granul atau tablet melekat pada mesin
karena pengaruh kelembaban dari udara
a. Granulasi Basah
Umumnya sama dengan tablet konvensional, Prosesnya:
1) Cara Pemanasan.
Biasanya komponen asam yang dipanaskan. Karena proses ini sangat tidak konstan dan sulit
dikendalikan jarang digunakan.
2) Granulasi dengan Cairan Reaktif.
Bahan penggranulasi yang efektif adalah air. Proses berdasarkan penambahan sedikit air (0,1-
0,5%) yang disemprotkan pada campuran sehingga terjadi reaksi menghasilkan granul. Granul
yang masih lembab ditransfer ke mesin tablet kemudian dikempa lalu tablet masuk ke dalam
oven terjadi proses pengeringan untuk menghilangkan air sehingga tablet menjadi stabil.
3) Granulasi dengan Cairan Non Reaktif.
Cairan yang digunakan adalah etanol atau isopropanol. Cairan ditambahkan perlahan-lahan ke
dalam campuran pada mesin pencampur. Dalam hal ini perlu ditambahkan pengikat kering
seperti PVP. Setelah itu masa granul dimasukkan ke dalam oven lalu dikeringkan. Kemudian
dihaluskan lagi baru dicetak.
b. Granulasi Kering
Dilakukan dengan dua cara:
1. Cara Slugging
Dibuat bongkah-bongkah tablet ukuran besar menggunakan mesin tablet kemudian tablet
dimasukkan ke dalam mesin granulasi untuk dihaluskan menjadi ukuran yang dikehendaki
2. Cara Kompaktor
Menggunakan mesin khusus rol kompaktor yang mengempa serbuk premix menjadi bentuk
pita/lempeng diantara dua rol yang berputar berlawanan. Bahan dihaluskan menjadi granul dalam
mesin granul.

E. Evaluasi
Tujuan : Untuk memeriksa apakah tablet memenuhi persyaratan resmi (Farmakope) atau non resmi
(Non Farmakope) atau tidak.
Prosedur
PARAMETER FISIK
Pemeriksaan penampilan fisik: Kejernihan larutan.
Keseragaman ukuran
20 tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya dengan jangka sorong.
Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. (FI edIII
hlm. 7).
Keragaman bobot
Persyaratan keragaman bobot diterapkan untuk tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau
lebih atau merupakan 50% atau lebih dari bobot total.
Pilih tidak kurang dari 30 tablet. Lalu timbang seksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot
rata-rata. Dari hasil Penetapan Kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif
terdistribusi homogen. (FI IV, 1995 h.999)
Kekerasan tablet
20 tablet diambil secara acak, kemudian diukur kekerasannya dengan alat Stokes Mensato.
Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet terukur pada alat dengan satuan Kg/cm2.
Kekerasan yang ideal 10 kg/cm2.
Friabilitas
Bersihkan 20 tablet dari debu kemudian ditimbang (Wo). Masukkan tablet ke dalam alat,
kemudian jalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm (100 X)
Setelah 4 menit,hentikan alat, tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan timbang (W1).
Indeks friabilitas (f) = (Wo -W1)/Wo X 100%
Friksibilitas
20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu, kemudian ditimbang (Wo), kemudian
dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selama 4 menit (100 X), kemudian tablet
dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1). Friksibilitas = (Wo - W1)/W1 x 100 %.
Uji waktu hancur
Ini adalah parameter paling penting. Biasanya tablet dapat hancur dalam waktu 1-2 menit.
Volume dan suhu air yang digunakan untuk uji waktu hancur tablet effervescent
PARAMETER KIMIA
pH larutan
Keseragaman kandungan zat aktif
Kadar zat aktif
Stabilitas : zat aktif dan sistem effervescent

F. Contoh Formula (Vitamin C)


1. Formulasi
Satu tablet effervescent dibuat dengan bobot 1,5 gram.
Formula untuk 1 buah tablet effervescent :
Vitamin C 500 mg
Pyridoxine 20 mg
PVP 3% 45 mg
Sukrosa 15% 225 mg
Asam sitrat monohidrat 208 mg
Asam tartrat 222,9 mg
Natrium bikarbonat 249,5 mg
PEG 8000 30 mg
2. Perhitungan
Bobot tablet effervescent 1500 mg
Fasa dalam bobot 98% = 98/100 1500 mg = 1470 mg
Fasa luar (terdiri dari pelincir) bobot 2% = 2/100 1500 mg = 30 mg
Fasa dalam terdiri dari zat aktif, asam, basa, pengikat, dan pengisi.
Bobot asam dan basa = fasa dalam (zat aktif + pengikat + pengisi)
= 1470 mg ( 520 + 45 + 225 ) mg
= 680 mg
Asam sitrat monohidrat: BM = 210,13
Bilangan ekivalen = 3
Bobot ekivalen = 210,13/3 = 70,04
Asam tartrat: BM = 150,09
Bilangan ekivalen = 2
Bobot ekivalen = 150,09/2 = 75,05
Natrium bikarbonat: BM = 84,01
Bilangan ekivalen = 1
Bobot ekivalen = 84,01/1 = 84,01
70,04 mol ekivalen + 75,05 mol ekivalen + 84,01 mol ekivalen = 680 mg
229,1 mol ekivalen = 680 mg
mol ekivalen = 2,97
Asam sitrat monohidrat = 70,04 2,97 = 208 mg
Asam tartrat = 75,05 2,97 = 222,9 mg
Natrium bikarbonat = 84,01 2,97 = 249,5 mg
Pertimbangan pemilihan bahan-bahan dalam formula dan metode pembuatan

Bobot tablet yang dipilih 1500 mg karena bobot tersebut cukup untuk bobot tablet
effervescent
Dosis asam askorbat yang dipilih 500 mg/hari karena dosis tersebut dapat digunakan
untuk pengobatan sariawan akibat defisiensi vitamin C.
Jumlah pyridoxine yang dikonsumsi per hari sebanyak 2,2 mg harus terpenuhi untuk laki-
laki dan 2 mg untuk perempuan. Pyridoxine yang digunakan untuk pengobatan anemia
sideroblastik dan untuk merawat kelainan metabolisme akibat defisiensi pyridoxine
memiliki dosis sebesar 100-400 mg per hari. Dosis pyridoxine yang dipilih dalam
formula ini sebesar 20 mg/hari karena masih termasuk rentang dosis yang dapat
digunakan untuk profilaksis dan defisiensi pyridoxine, juga untuk memenuhi bobot tablet
effervescent sebesar 1,5 gr.
Pengikat yang digunakan dipilih PVP karena PVP merupakan pengikat yang larut air dan
konsentrasi yang dipilih 3% karena PVP yang digunakan sebagai pengikat dalam
formulasi dan teknologi Farmasi sebesar 0,5-5%
Pengisi yang digunakan adalah sukrosa karena pengisi yang digunakan dalam tablet
effervescent adalah gula. Konsentrasi yang dipilih 15% karena sukrosa yang digunakan
sebagai pengisi pada formulasi dan teknologi Farmasi 2-20%.
Asam yang digunakan adalah kombinasi antara asam sitrat monohidrat dan asam tartrat
karena dengan kombinasi akan diperoleh tablet effervescent yang bik. Bila digunakan
asam sitrat monohidrat tunggal maka granul yang dihasilkan lengket dan lunak sehingga
tidak dapat dikempa, sedangkan bila digunakan asam tartrat tunggal maka akan
dihasilkan tablet effervescent yang keras dan retak-retak.
Basa yang digunakan adalah natrium bikarbonat karena basa tersebut biasa digunakan
dalam kombinasi dengan asam tartrat.
Lubrikan yang digunakan harus larut air sehingga dipilih PEG 8000
Metode pembuatan yang dipilih adalah granulasi kering karena zat aktif merupakan
vitamin yang tidak tahan panas sehingga dengan granulasi kering maka tidak diperlukan
proses pengeringan yang memerlukan panas.
Penimbangan dilakukan untuk membuat 500 buah tablet effervescent
Asam askorbat 500 mg 500 = 250 g
Pyridoxine 20 mg 500 = 10 gr
PVP 3% 45 mg 500 = 22,5 gr
Sukrosa 15% 225 mg 500 = 112,5 gr
Asam sitrat monohidrat 208 mg 500 = 104 gr
Asam tartrat 222,9 mg 500 = 111,45 gr
Natrium bikarbonat 249,5 mg 500 = 124,75 gr
PEG 8000 30 mg 500 = 15 gr
3 Prosedur Pembuatan
Metode Granulasi Kering
1. Zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan dlam tempat yang terpisah.
2. Dicampur menjadi satu kemudian dicampur hingga homogen.
3. Massa serbuk dislugging, kemudian dihancurkan hingga derajat kehalusan tertentu.
4. Diayak dengan pengayak nomor 16 mesh.
5. Dilakukan uji aliran granul yang diperoleh. Aliran yag diperoleh harus sebesar 10 gr/detik. Jika
tidak diperoleh aliran sebesar itu, harus dilakukan slugging kembali hingga diperoleh aliran yang
dikehendaki.
6. Setelah granul memiliki aliran 10 gr/detik, pada granul ditambahkan lubrikan. Granul siap
dikempa menjadi tablet dengan bobot 1,5 gr.
4. Evaluasi Granul
4.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah granul yang terbentuk memenuhi syarat atau tidak untuk
dikempa.
4.2 Prosedur
i) Kandungan Air (hanya untuk granul hasil granulasi basah)
a. Penentuan dilakukan dengan menggunakan 5 gr granul yang diratakan pada piring logam,
kemudian dimasukkan dalam alat penentuan kadar air (Moisture Ballance).
b. Atur panas yang digunakan (70 0C) lalu diamkan beberapa waktu sampai diperoleh angka yang
tetap (dalam bentuk %). Piring logam dipanaskan hingga bobot tetap sebelum digunakan.
ii) Kecepatan Aliran (Menggunakan Flow Tester)
a. Sejumlah tertentu granul dimasukkan kedalam alat penentuan (corong) penguji aliran.
b. Alat dijalankan dan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh massa granul untuk melewati corong.
c. Hasil dinyatakan dalam satuan gr/det. Kecepatan aliran yang ideal adalah 10 gr/det
iii) Kadar Pemampatan
a. Masukkan 100 gr granul dalam gelas ukur 250 mL , Volume mula-mula dicatat sebagai
ketukann 0 (Vo).
b. Lakukan pengetukan, dan volume pada ketukan ke 10, 50, 100, diukur.
c. Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
d. Hitung kadar pemampatan dengan persamaan berikut ini:
Kp = [(Vo-Vt)/Vo] x 100 %
Kp = kadar pemampatan
Vo = volume granul sebelum pemampatan
Vt = volume granul pada t ketukan
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika Kp < 20%.
iv) Bobot jenis
a. Bobot jenis nyata
Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Catat volumenya dan timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
Hitung bobot jenis nyata dengan persamaan berikut ini :
P = W/V
P = bobot jenis nyata
W = bobot granul
V = volume granul tanpa pemampatan
b. Bobot jenis mampat
Sejumlah gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur pada alat dengan menggunakan corong
panjang. Catat volumenya (Vo).
Gelas ukur diketuk-ketukkan sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya (V10 dan V500).
Timbang bobot granul yang digunakan untuk pengujian ini.
Hitung bobot jenis mampat dengan persamaan berikut ini :
Pn = W/Vn
Pn = bobot jenis mampat
W = bobot granul
Vn = volume granul pada n ketukan
v) Indeks kompresibilitas
Hitung dengan persamaan : [(Pn-P)/Pn] x 100 %
vi) Perbandingan Haussner
Hitung dengan persamaan berikut ini :
Angka Haussner = BJ setelah pemampatan/BJ sebelum pemampatan.
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika angka Haussner > 1.
5 Evaluasi Tablet
5.1 Tujuan
Untuk memeriksa apakah tablet memenuhi persyaratan resmi (Farmakope) atau non
resmi (Non Farmakope) atau tidak.
5.2 Prosedur
i) Pemeriksaan penampilan
Meliputi pemeriksaan visual yaitu bebas dari kerusakkan, dari kontaminasi bahan baku
atau dari pengotoran saat proses pembuatan.

ii) Keseragaman ukuran


20 tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya dengan jangka
sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
iii) Keseragaman bobot
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan dengan
menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-rata tablet. Jika ditimbang satu persatu,
tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-
ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari hanya yang ditetapkan kolom B. ( FI
ed III hlm. 7).
iv) Kekerasan tablet
20 tablet diambil secara acak, kemudian diukur kekerasannya dengan alat Stokes
Mensato. Tekanan yang diperlukan untuk memecahkan tablet terukur pada alat dengan satuan
Kg/cm2. Kekerasan yang ideal 10 Kg/cm2.
v) Friabilitas

a. Bersihkan 20 tablet dari debu kemudian ditimbang (Wo). Masukkan tablet ke dalam alat,
kemudian jalankan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.
b. Setelah 4 menit, hentikan alat, tablet dikeluarkan, lalu dibersihkan dari debu dan timbang
(W1).
c. Indeks friabilitas (f) = (Wo -W1)/Wo X 100%
vi) Friksibilitas
20 tablet diambil secara acak, bersihkan dari debu, kemudian ditimbang (Wo), kemudian
dimasukkan ke dalam friksibilator. Alat diputar 25 rpm selama 4 menit, kemudian tablet
dibersihkan dari debu dan ditimbang (W1).
Friksibilitas = (Wo W1)/W1 X 100 %.
vii) Uji Disolusi
Masukkan sejumlah volume media disolusi sesuai monografi, alat dipasang dan biarkan
media hingga mencapai suhu 370 + 0,50C
Masukkan 1 tablet kedalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan,
dan jalankan alat pada laju kecepatan seperti yang tercantum pada monografi.
Dalam interval waktu yang ditetapkan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara
media disolusi dan bagian atas keranjang atau dayung, tidak kurang dari 1 cm dari dinding
wadah. Lakukan penetapan kadar sesuai monografi.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Tablet effervescent merupakan salah satu bentuk sediaan tablet dengan cara
pengempaan bahan-bahan aktif campuran asam-asam organik, seperti asam sitrat atau asam
tartarat dan natrium bikarbonat. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi
kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan
menghasilkan gas karbondioksida serta air. Reaksinya cukup cepat dan biasanya berlangsung
dalam waktu satu menit atau kurang. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet juga
menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang dapat membantu memperbaiki rasa
obat-obat tertentu.
Tablet effervecent dibuat dengan beberapa metode yaitu dengan cara granulasi basah,
granulasi kering, dan dengan metode fluidisasi. Metode fluidisasi dengan metode wurster,
menggunakan suatu alat semprot khusus yang dilangkapi dengan saluran penyemprot bahan
pengikat dan saluran udara pemanas.
Secara sederhana, proses pembuatan tablet effervescent dapat dibagi menjadi 2 tahap,
yaitu proses pencampuran bahan dan proses pencetakan bahan

DAFTAR PUSTAKA

Lachman, Leon. Herbert A Lieberman. Joseph L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
ketiga. Jakarta : Universitas Indonesia.
nd
Pharmaceutical Excipient. 2 edition. Editor : Ainley Wade and Paul J. Weller. 1994. London : The
Pharmaceutical Press.
th
Martindale, The Extra Pharmacopeia 29 Edition, Council Of The Royal Pharmaceutical Society Of
Great Britain, London, The Pharmaceutical Press, 1989.

The Pharmaceutical CODEX, Principle and Practice of Pharmaceutics. 12nd ed. 1994. London : The
Pharmaceutical Press.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta : Universitas
Indonesia.

http://www.amerilabtech.com/docs/EffervescentTablets&KeyFacts.pdf. Robert E. Lee. diakses tanggal 28


November 2012

Anda mungkin juga menyukai