BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIS
2.1. Anatomi Fisiologi Ginjal
Potongan Longitudinal Ginjal
Secara fungsional, membran glomerulus dapat dengan mudah melewatkanzat
bermuatan netral yang berdiameter sampai 4 nanometer dan hampir tidak dapat
melewatkan zat yang berdiameter lebih dari 8 nanometer. Selain besarnya,muatan
molekul juga mempengaruhi kemudahannya untuk masuk ke dalamkapsula browman. Jumlah
luas seluruh endotel kapiler glomerulus tempatdilaluinya filtrasi pada manusia kira-kira 0,8 m
Panjang tubulus kontortus proksimal manusia kira-kira 15mm
dengandiameter 55 mikrometer. Dindingnya terdiri dari selapis sel yang
saling berinterdigitasi dan membentuk tight junction didaerah apikal. Didaerah
basis sel,
antara 2 sel yang bersebelahan terdapat ruang perluasan ekstra sel yang
disebutruang intersel lateral. Tepi sel yang menghadap ke lumen memiliki garis-
garis brush border karena terdapat sangat banyak mikrofili yang berukuran 1 x 0,7
mikrometer. Bagian tubulus proksimal yang bergelung (pars
4
KORTEKS
Korteks ginjal terdiri atas banyak tubulus kontortus dan badan-badan bulat
yang dikenalsebagai korpus renal atau korpus. Malpighi. Korteks tidak hanya
membentuk bagian luar ginjal, tetapi pada tempat-tempat tertentu menyusup
diantara bagian medula danmembentuk apa yang disebut kolom Bertini atau
kolom Renal.
MEDULA
Massa medula utama terdiri atas 8 sampai 18 piramid medula. Bagian dasarnya
yanglebar berhubungan dengan bagian korteks dan bagian puncak (apeks) yang
membulat danmenonjol ke dalam kaliks minor.
NEFRON
Parenkim ginjal terdiri atas nefron atau tubulus uriniferus yang berhimpit
padat. Nefronmerupakan satuan fungsional ginjal yang bertugas menghasilkan
urine. Diantara tubulusini tedapat pembuluh darah dan sedikit jaringan ikat.
Tubulus ini bermuara ke dalamtubulus penampung (duktus koligens), kemudian
ke tubulus penampung besar (duktus papilaris Bellini), yang mengcurahkan urine
ke dalam pelvis dan ureter melalui kaliksminor dan mayor.
Nefron terdiri atas:
a. Korpus renal yang bertugas menyaring substansi dari plasma, dan
b. Tubulus renal yang bertugas mengadakan resorpsi selektif terhadap
substansi dari filtratglomerulus, sampai mendapatkan komposisi urine.
sedang atau berat. Gagal ginjal tahap akhir (end stage renal failure) adalah
stadium gagal ginjal yang dapat mengakibatkan kematian kecuali jika dilakukan
terapi pengganti (Suhardjono, 2003).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Brunner & Suddart, 2001).
2. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic perikarditis,
effuse pericardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade jantung), gagal jantung,
edema periorbital dan edema perifer.
10
3. Respiratory System
Biasanya terjadinya edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan sesak
napas.
4. Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan
juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal, lesipada usus halus/
usus besar, colitis, dan pancreatitis. Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti
anoreksia, nausea dan vomiting.
5. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering dan ada scalp. Selain
itu, biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan
timbunan urea pada kulit.
6. Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada
lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan reflex keduten, daya
memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan
kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan metabolic
encephalophaty.
7. Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan
sekresi aldosteron, dan kerusakan metabolisme karbohidrat.
8. Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia
(dampak dari dialysis), dan kerusakan platelet. Biasanya masalah ysng serius pada
11
9. Muskuloskletal
Nyeri pada sendi dan tulang demineralisasi tulang, fraktur pathologis, dan
kalsifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard)
2.6. Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronis, fungsi ginjal menurun secara drastic yang berasal
dari nefron. Insifisiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal
GFR (Glomerular Filtration Rate). Pada penurunan fungsi rata-rata 50%,
biasanya muncul tanda dan gejala azotemia sedang, poliuri, nokturia, hipertensi
dan sesekali terjadi anemia. Selain itu, selama terjadi kegagalan fungsi ginjal
maka keseimbangan cairan dan elektrolit pun terganggu. Pada hakikatnya tanda
dan gejala gagal ginjal kronis hamper sama dengan gagal ginjal akut, namun
awitan waktunya saja yang membedakan. Perjalanan dari gagal ginjal kronis
membawa dampak yang sistemik terhadap seluruh system tubuh dan sering
mengakibatkan komplikasi (Madara,2008).
12
2.7. Pathway
Glomerulonefritis
Infeksi Kronis
Kelainan kongenital
Nephrolithiasis
Perfusi turun
Tindakan invasive Oedema
berulang
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Stagnansi
Injury jaringan perifer vena
Inflitrasi
Resiko Cedera
Informasi inadekuat
Oedema pulmonal
Kerusakan
Ansietas
Jaringan
Retensi
Kulit Ekspansi
Stress ulcer CO2
paru turun
2. Urinalisis
Urinalisis dilakukan untuk menapis ada/tidaknya infeksi pada ginjal atau
ada/tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkim ginjal.
3. Ultrasonoggrafi
Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan informasi yang
mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal ginjal. Pada klien gagal ginjal
biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau jaringan parut pada ginjal. Selain
itu, ukuran dari ginjal pun akan terlihat.
2.9. Penatalaksanaan
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan pengembalian,
maka tujuan dari penatalkasanaan klien gagal ginjal kronis adalah untuk
mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan keseimbangan
secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien. Sebagai penyakit
yang kompleks, gagal ginjal kronis membutuhkan penatalaksanaan terpadu dan
serius, sehingga akan meminimalisir komplikasi dan meningkatkan harapan hidup
klien. Oleh karena itu, beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
penatalaksanaan pada klien gagal ginjal kronik (Robinson, 2013; Baughman,
2000):
14
9. Latih klien napas dalam dan batuk efektif untuk mencegah terjadinya
kegagalan napas akibat obstruktif.
10. Jaga kondisi septic dan aseptic setiap prosedur perawatan (pada perawatan
luka operasi)
14. Laporkan segera jika ditemui tanda-tanda perikarditis (friction rub dan nyeri
dada)
16
2.10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronis adalah
(Baughman, 2000) :
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan mengakibatkan
dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh (osteoporis) dan
jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
2. Penyakit kardiovaskuler
Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik berupa
hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa dan kelainan hemodinamik (sering
terjadi hipertrofi ventrikel kiri)
3. Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal
(endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami defisiensi di ginjal akan
mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami penurunan
dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita, dapat terjadi hiperprolaktinemia.
17
B. KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada klien dengan CKD perlu
dilakukan pengkajian yang lebih menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek
yang ada sehingga dapat ditemukan masalah-masalah yang ada pada klien dengan
CKD. Pengkajian pada klien CKD menurut Suzanne C. Smeltzer, Doenges (1999)
dan Susan Martin Tucker (1998):
1. Sistem Kardiovakuler
Tanda dan gejala : Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sacrum). Edema
periorbital, fiction rub pericardial, dan pembesaran vena jugularis, gagal
jantung, perikardtis takikardia dan disritmia.
2. Sistem Integument
Tanda dan gejala : Warna kulit abu abu mengkilat, kulit kering bersisik,
pruritus, echimosis, kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit
buruk, dan gatal gatal pada kulit.
3. Sistem Pulmoner
Tanda dan gejala : Sputum kental , nafas dangkal, pernafasan kusmaul, udem
paru, gangguan pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas berbau
amoniak, sesak nafas.
4. Sistem Gastrointestinal
Tanda dan gejala : Nafas berbau amoniak, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran
gastrointestinal, sto,atitis dan pankreatitis.
5. Sistem Neurologi
Tanda dan gejala : Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
penurunan konsentrasi, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
dan perubahan perilaku, malaise serta penurunan kesadaran.
6. Sistem Muskuloskletal
Tanda dan gejala : Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop,
osteosklerosis, dan osteomalasia.
18
7. Sistem Urinaria
Tanda dan gejala : Oliguria, hiperkalemia, distropi renl, hematuria,
proteinuria, anuria, abdomen kembung, hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan
asidosis metabolik.
8. Sistem Reproduktif
Tanda dan gejala : Amenore, atropi testikuler, penurunan libido, infertilitas.
9. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga DM (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit
polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan
pada toksin, contoh obat, racun lingkungan, penggunaan antibiotic nefrotoksik
saat ini/berulang.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien CKD untuk
mengetahui penyebab dan daerah yang terkena menurut Doenges (1999), Suzanne
C. Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut :
1. Urine : Volume kurang dari 40 ml / 24 jam ( oliguria ), warna keruh, berat jenis
kurang dari 1.015, osmolalitas kurang dari 350 m.osn/kg, klirens kreatinin agak
menurun kurang 10 ml / menit, natrium lebih dari 40 mEq/L, proteinuria.
2. Darah : BUN/kreatinin meningkat lebih dari 10 mg/dl, Ht menurun, Hb kurang
dari 7 8 gr/dl, SDM waktu hidup menurun, AGD (pH menurun dan terjadi
asidosis metabolic (kurang dari 7.2), natrium serum rendah, kalium meningkat
6,5 mEq atau lebih besar, magnesium/fosfat meningkat, kalsium menurun,
protein khususnya albumin menurun.
3. Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285 nOsm/kg, sering sama dengan urine.
4. KUB Foto : Menunjukkan ukuran finjal/ureter/kandung kemih dan adanya
obstruksi (batu).
5. Elektrokardiografi (ECG) : Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel
kiri, tanda tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia
dan hipokalsemia).
6. Ultrasonografi (USG) : Menilai bentuk dan besar ginjal, tebal korteks ginjal,
kepadatan paremkim ginjal, ureter proximal, kandung kemih serta prostat.
19
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya faktor yang reversibel, juga
menilai apakah proses sudah lanjut.
7. Foto polos abdomen : Sebaiknya tampa puasa, karena dehidrasi akan
memperburuk fungsi ginjal, menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada
batu atau obstruksi lain.
8. Pielografi Intravena (PIV) : Pada PIV, untuk CKD tak bermanfaat lagi olah
karena ginjal tidak dapat mengeluarkan kontras, saat ini sudah jarang
dilakukan.
9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd : Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang
reversibel.
10. Pemeriksaan Foto Dada : Dapat terlihat tanda tanda bendungan paru
akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi
perikardial.
11. Pemerikasaan Kardiologi tulang : Mencari osteoditrofi (terutama tulang
atau jari) dan klasifikasi metastatik.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian yang telah didapat atau terkaji, kemudian
data dikumpulkan maka dilanjutkan dengan analisa data untuk menentukan
diagnosa keperawatan yang ada pada klien dengan CKD. Menurut Doenges
(1999), Lynda Juall (1999), dan Suzanne C. Smeltzer (2001) diagnosa
keperawatan pada klien CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
kurang atau pembatasan nutrisi.
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan volume cairan.
4. Perubahan proses pikir berhubungan dengan akumulasi toksin.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolisme.
6. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan penekanan
produksi/sekresi eritropoetin.
20
Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan pada klien dengan CKD ditemukan, maka
dilanjutkan dengan menyusun perencanaan untuk masing-masing diagnosa yang
meliputi prioritas diagnosa keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evaluasi
sebagai berikut :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tampa kelebihan cairan.
Kriteria Evaluasi :
a. Haluaran urine tepat dengan berat jenis/hasil lab mendekati normal.
b. BB stabil.
c. TTV dalam batas normal.
d. Tidak ada edema.
Intervensi :
a. Awasi denyut jantung TD dan CVP.
b. Catat pemasukan dan pengeluaran akurat.
c. Awasi berat jenis urine.
d. Timbang BB tiap hari dengan alat ukur dan pakaian yang sama.
e. Batasi pemasukan cairan.
f. Kaji kulit, area tergantung edema, evaluasi derajat edema.
g. Kaji tingkat kesadaran, selidiki perubahan mental, adanya gelisah.
h. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : Kreatinin, ureum HB/Ht, kalium
dan natrium serum.
i. Kolaborasi foto dada, berikan/batasi cairan sesuai indikasi.
j. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : Diuretik, anti hipertensif.
k. Kolaborasi untuk dialisis sesuai indikasi.
21
c. Selidiki keluhan nyeri dada, beratnya (skala 1- 10) dan apakah tidak
mantap dengan inspirasi dalam posisi terlentang.
d. Evaluasi bunyi jantung, TD, nadi perifer, pengisian kapiler, kongesti
kapiler, suhu dan sensori atau mental.
e. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas.
f. Kolaborasi pemeriksaan lab : Elektrolit, BUN, Foto dada.
g. Berikan obat antihipertensif, contoh : Prozin (minipres), captopirl
(capoten), klonodin (catapres), hidralazin (apresolinie).
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian: 21 Januari 2017
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 55 Tahun
Alamat : Jln. Danau Singkarak, Medan
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Suku Bangsa : Batak
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
Tanggal Masuk RS : 20 Januari 2017
No. RM : 04.07.19
Ruangan : Lantai 15/ RS Royal Prima, Medan
Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Kronis/GGK
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Umur : 50 Tahun
Alamat : Jln. Danau Singkarak, Medan
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan pasien : Istri
26
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh susah buang air kecil
KETERANGAN :
: Laki laki
: Perempuan
: Perempuan meninggal
: Pasien
2. Pola Nutrisi
1. Tanda Subjektif
a. Type diit: Diet rendah garam. Jumlah makan perhari 3 kali sehari.
b. Kehilangan selera makan: Ya, karena klien mengeluh mual.
c. Nyeri ulu hati: Ya
Yang berhubungan dengan stress ulcer, sehingga HCL meningkat.
Disembuhkan dengan makan sering tetapi porsi sedikit-sedikit.
d. Alergi terhadap makanan: tidak ada
e. Berat badan biasa: 58 kg.
2. Tanda Objektif
a. BB sekarang: 55 Kg, TB: 168 cm, bentuk tubuh: kurus.
b. Waktu pemberian makan: makan pagi (06.30 wib), makan siang
(11.30 wib) dan makan malam (18.00 wib).
c. Jumlah dan jenis makanan: frekuensi makan 3 x sehari, jenis diet
rendah garam.
d. Waktu pemberian cairan: setiap selesai makan, dan dalam pemberian
terapi.
3. Masalah makan dan minum
a. Kesulitan mengunyah: tidak ada.
b. Kesulitan menelan: ya, karna klien merasa mual.
c. Tidak dapat makan sendiri: terkadang pasien tidak mampu makan
sendiri.
29
3. Pola Eliminasi
1. BAB
a. Pola BAB: Selama masuk RS, klien belum BAB, penggunaan laksantif:
tidak
b. Kararteristik feses: konsistensi lembek/kadang encer.
c. Riwayat perdarahan: tidak ada, Diare: Tidak
2. BAK
a. Pola BAK: klien memakai kateter. Inkontinensia: tidak.
b. Karakteristik urin: urin berwarna keruh, dan berbau amoniak.
c. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: ya
d. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: Tidak
e. Penggunaan diuretika: Tidak
6. Pola Perseptual
Sebelum dan selama sakit daya ingat bagus, tetapi ada keluhan nyeri maupun
yang berkenaan dengan kemampuan sensasi. Keluhan nyeri terutama ketika BAK.
7. Konsep Diri
Pasien merasa gelisah dan cemas, keluarga berusaha memberi dorongan kepada
pasien, supaya pasien cepat sembuh dan segera pulang ke rumah.
7. Pengkajian Fisik
a. Tingkat Kesadaran: CM (Compos mentis)
b. Tanda-tanda vital:
- Suhu tubuh: 370 C
- TD: 140/90 mmHg
- TB: 168 cm
- Nadi: 80x/i
- RR: 27x/i
- BB: 55 kg
c. Pemeriksaan kepala
1. Kepala
- Bentuk: oval
- Kulit kepala: bersih
2. Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut: menyebar menyeluruh dan tidak
mudah rontok.
- Bau: tidak berbau
- Warna: Hitam bercampur uban putih
3. Wajah
- Warna kulit: sawo matang
- Struktur wajah: simetris
d. Mata
1. Kelengkapan dan kesimetrisan: mata klien lengkap dan simetris
2. Sklera: tidak ikterus
3. Pupil: isokhor kiri dan kanan, refleks pupil terhadap cahaya (+)
4. Visus: klien dapat membaca dalam jarak 25-30 cm tanpa menggunakan
kacamata.
5. Konjungtiva: ditemukan tanda-tanda anemis seperti pucat atau
32
peradangan.
e. Hidung
1. Polip: tidak ada kelainan
2. Perdarahan: tidak ditemukan perdarahan
3. Peradangan: tidak ditemukan peradangan
4. Fungsi penciuman: baik, dapat membedakan aroma, seperti aroma
minyak kayu putih dengan jeruk.
f. Telinga
1. Bentuk telinga: simetris
2. Serumen: ada sedikit dan tidak menganggu pendengaran
3. Tanda peradangan: tidak ditemukan
4. Alat bantu: tidak memakai alat bantu dengar
5. Fungsi pendengaran: baik, masih dapat mendengar suara gesekan
rambutnya sendiri.
g. Mulut dan Faring
1. Keadaan bibir: pucat
2. Rongga mulut: bersih
3. Bau: Agak bau
4. Perdarahan: tidak ditemukan peradangan
5. Gigi: tidak lengkap
6. Lidah: Kurang bersih
7. Tonsil: tidak membesardan tidak meradang.
8. Fungsi pengecapan: baik, klien dapat membedakan rasa manis, pahit,
asam dan asin.
h. Leher
1. Kelenjar tiroid: tidak ditemukan pembesaran
2. Tekanan Vena Jugularis: tidak ada ditemukan peningkatan tekanan
vena jugularis.
3. Denyut nadi karotis: teraba.
33
Nilai
Jenis Pemeriksaan Tgl Satuan Nilai Normal Kesimpulan
Hasil
1. Hematologi 21/01/
Hemoglobin 2017 8,4 gr/% 12 15 L
Hematokrit 26,4 % 35 47 L
Eritrosit 3,5 Juta/mmk 3,9 5,6 L
MCH 24 Pg 27 32 L
MCV 75,3 Fl 76 96 L
MCHC 31,9 g/dl 29 36 N
Leukosit 6,30 ribu/mmk 4 11 N
Trombosit 241,0 ribu/mmk 150 400 N
RDW 21,9 % 11,6 14,8 H
MPV 9,3 Fl 4 11 N
2. Kimia Klinik
Ureum 153 Mg/dl 15 39 H
Kreatinin 9,8 Mg/dl 0,6 1,3 H
Protein total 6,0 g/dl 6,2 8 L
Globulin 2,95 g/dl 2,3 3,5 N
35
3. Elektrolit
Natrium 140 mmol/L 136 145 N
Kalium 3,7 mmol/L 3,5 5,1 N
Clorida 106 mmol/L 98 107 N
b. Pemeriksaan Radiologi
Hasil Rontgen Thorax
COR:
CTR tidak dapat dinilai
Apeks jantung bergeser ke laterokaudal
Pulmo:
Tampak bercak keturunan pada kedua pulmo
Diafragma kanan setinggi kosta IX posterior
36
9. Penatalaksanaan Terapi
1. Non Farmakologis
- Istirahat, posisi setengah duduk
- O2 2-3 liter/menit
- Diet rendah garam
2. Farmakologis
- Injeksi ceftriaxone 2 gr tiap 24 jam
- Injeksi furosemid 80 mg/6 jam
- Infus D5% 16 tetes per menit
- Obat oral: klonidin 2x0,1 mg, asam folat 3x1 tablet, Vitamin B
complex 3x1 tablet.
37
Retensi cairan
Edema
Kelebihan Volume
Cairan
38
Produksi sampah
dialiran darah
Masuk dalam
saluran
gastrointestinal
Gangguan Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
39
Edema
Cairan masuk ke
paru
Edema paru
40
Hiperventilasi
Gangguan pola
napas
Gangguan
reabsorpsi
Perfusi turun
Intoleransi
Aktivitas
Filtrasi glomerulus
menurun
GFR menurun
Retensi cairan
Edema
Stagnansi vena
Infiltasi
42
Kerusakan
Jaringan Kulit
N DIAGNOSA HARI/TGL
IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
O KEPERAWATAN /JAM
1 Kelebihan volume Sabtu, 21 a. Mempertahanka S: Pasien
cairan b/d input Januari n catatan intake mengatakan
cairan lebih besar 2017 dan output yang BAK tidak
daripada output d/d 08.00-09.00 akurat. lancar, air
terdapat edema pada wib b. Memasang kencing
tangan dan kaki urine kateter sedikit dan
pasien, turgor kulit jika diperlukan. warnanya
tidak elastik dll. c. Memonitor keruh.
hasil lab yang Tangan dan
sesuai dengan kakinya
retensi cairan masih
10.00- 11.00
wib (BUN, bengkak
Osmolitas urin) O: Edema
d. Mengkaji status pada tangan
12.00- 13.00
cairan dengan dan kaki.
wib
menimbang Turgor kulit
BB/hari, tidak elastis.
48
keseimbangan A: Masalah
masukan dan belum
14.00- 15.00
wib haluaran, turgor teratasi
kulit , tanda- P: Intervensi
tanda vital. dilanjutkan.
e. Memberikan
diuretic sesuai
indikasi.
f. Memonitor
tanda dan gejala
odema
2 Gangguan nutrisi Senin, 23 a. Mengkaji S: Pasien
kurang dari Januari adanya alergi mengatakan
kebutuhan tubuh b/d 2017 makanan sudah mulai
intake tidak adekuat b. Berkolaborasi selera makan.
d/d porsi makan 08.00-09.00 dengan ahli gizi O: Pasien
pasien tidak habis. wib untuk menghabiska
menentukan n porsi
jumlah kalori makan
10.00-12.00
dan nutrisi yang A: Masalah
wib
dibutuhkan teratasi
pasien. sebagian
c. Meyakinkan P: Intervensi
diet yang dilanjutkan.
14.00-16.00
dimakan
wib
mengandung
tinggi serat.
d. Memperhatikan
adanya mual
dan muntah.
e. Memberikan
makanan sedikit
49
tapi sering.
f. Memberikan
diit protein .
g. Memberikan
perawatan
mulut dengan
sering.
3 Gangguan pola Selasa, 24 a. Mengauskultasi S: Pasien
napas tidak efektif Januari bunyi napas, mengatakan
b/d edema paru d/d 2017 catat adanya masih sesak
pasien mengatakan crakles. napas.
sesak napas. b. Mengajarkan O:
08.00-09.00 pasien batuk RR: 28
wib efektif dan kali/menit
napas dalam. A: Masalah
c. Mengatur posisi teratasi
10.00-11.00 senyaman sebagian.
wib mungkin. P: Intervensi
d. Membatasi dilanjutkan.
untuk
12.00-13.00 beraktivitas.
wib e. Menganjurkan
diit hipertonis
f. Berkolaborasi
pemberian O2.
14.00-16.00
wib
4 Intoleransi aktivitas Senin, 23 a. Mengobservasi S: Pasien
b/d defisiensi energi Januari adanya mengatakan
sel d/d pasien 2017 pembatasan tidak dapat
dibantu perawat atau klien dalam melakukan
keluarga dalam 08.00-09.00 melakukan aktivitas
aktivitas sehari-hari wib aktivitas. sehari-hari
50
d. Mengoleskan baik
12.00-13.00
lotion atau - Capillary
wib
minyak/ baby refill
oil pada daerah lebih dari
yang tertekan 3 detik.
atau kering. - Kulit
14.00-16.00
e. Memandikan mengkilat
wib
pasien dengan /kering
sabun dan air A: Masalah
hangat. teratasi
f. Memberikan sebagian.
posisi yang P: Intervensi
mengurangi dilanjutkan.
tekanan pada
luka.
52
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup
lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50
ml/menit. Gangguan ginjal dalam tahap ringan masih dapat diatasi dengan bnyak.
Kurang minum air putih ternyata dapat menggangu fungsi ginjal. Namun, kalau
sudah gagal ginjal, hanya bisa diatasi dengan cuci darah atau cangkok ginjal yang
biayanya ssangat mahal. Organ ginjal meskipun ukuran kecil bersifat sangat vital.
Ginjal berfungsi untuk menjaga keseimbangan serta mengatur konsentrasi dan
komposisi cairan didalam tubuh. Ginjal juga berfungsi untuk membersihkan darah
dan berbagai zat hasil metabolism serta racun didalam tubuh. Sampah dari dalam
tubuh tersebut akan diubah menjadi air seni (urin).
Gagal ginjal dapat diterapi dengan jalan hemodialisa (cuci darah). Dialisis
adalah proses pemisahan (penyaringan) sisa-sisa metabolism melalui selaput
semipermiabel dalam mesin dialiser. Darah yang sudah bersih kemudian dipompa
kembali ke dalam tubuh. Cuci darah bisa dilakukan dirumah sakit atau klinik yang
memiliki unit hemodialisis. Frekuensi cuci darah bergantung pada kondisi klien.
53
DAFTAR PUSTAKA