Anda di halaman 1dari 55

ASKEP PADA TN.

T DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2013


Tanggal Masuk : 20 Desember 2012
Ruang : Perkasa

I. PENGKAJIAN

A. Identitas Klien

Nama : Tn. T
Umur : 29 Tahun
Alamat : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : MI
Pekerjaan : Pedagang
No. CM : 03 74 38
B. Penganggung Jawab
Nama : Tn. J
Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung
Alamat : Jenggotan Pranggon Andong Boyolali

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan sering marah karena tidak bisa hidup seperti orang lain yang
normal, terkadang mengamuk, mengancam hingga memukul orang.

III. ALASAN MASUK


2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingung, labil, marah marah, mengamuk
mengancam, gelisah, sulit tidur, hyperaktif, bicara kacau dan bicara sendiri, sulit
dikendalikan, memukul orang lain.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


A. Klien mengalami gangguan jiwa 15 tahun yang lalu, pernah rawat inap di Rumah Sakit
Jiwa Solo > 20 x.
B. Kontrol tidak rutin, putus obat 6 bulan, pengobatan kurang berhasil.
C. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
D. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang menakutkan yaitu pernah di kroyok oleh
teman temannya dan kepalanya berdarah.

V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,2 0C
Pernafasan : 26 x/menit

B. Ukuran :
Tinggai badan : 172 cm
Berat badan : 64 Kg

C. Kondisi Fisik :
Klien tidak mengeluh sakit apa apa, jika ada bagian tubuh yang terasa sakit langsung minta
obat, tidak ada kelainan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL
A. Genogram

Ket : : Laki laki


: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah

B. Konsep Diri
Citra tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kaki, karena
kuat.
Identitas : Klien mengatakan anak ke 2 dari 7 bersaudara.
Peran : Klien mengatakan dirumah atau di dalam keluarga sebagai anak.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien merasa bosan keluar
masuk rumah sakit jiwa.
Harga diri : Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah ibu dan
ayahnya, klien mengatakan malu karena belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk
menikah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.

C. Hubungan Sosial
Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah dan ibu.
Peran serta dalam masyarakat / kelompok : Klien sebelum sakit sering mengikuti ronda di
desanya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : selama klien sering keluar masuk rumah
sakit jiwa temannya berkurang karena lebih suka berdiam diri di rumah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
D. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat / tidak genap 5x sehari, sehabis sholat klien berdoa agar
diberikan kesembuhan.
VII. STATUS MENTAL
A. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien rapi,
klien menggunakan baju yang disediakan rumah sakit.
B. Pembicaraan : Klien bicara cepat, dapat dipahami.
C. Aktivitas Motorik : Klien beraktifitas sesuai, klien kooperatif.
D. Alam Perasaan : Klien mengatakan sedih dengan keadaannya dan terkadang marah jika
merenungi keadaan.
E. Afek : Klien labil dan mudah marah.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
F. Ingteraksi Selama Wawawncara : Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya.
G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
H. Pola Pikir : Tidak ada waham, obsesi, delusi, dll.
I. Tingkat Kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari senin
tanggal 14 Januari 2013 jam 14.30 WIB.
J. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
K. Tingak Konsentrasi dan Berhitung : Klien sekolah sampai 6 MI, berhitung klien lancar,
contoh 25 + 25 = 50.
L. Kemampuan Penilaian : Klien dapat menilai antara menolong orang atau melanjutkan
perjalanan, klien memilih menolong orang.
M. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di rumah sakit jiwa sedang sakit
jiwa.
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
A. Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum 6 gelas / hari, mandiri.
B. BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari, mandiri.
C. Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi, dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
D. Berpakaian / Berhias
Klien mengatakan baju dengan benar, mampu memakai sendiri.
E. Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang jarang, tidur malam jam 19.00 04.30 WIB.
F. Penggunaan Obat
Klien minum obat 3x sehari, setelah makan, heloperidol 25 mg, trihexiperidine 22 mg,
resperidone 22 mg.
G. Pemeliharaan Kesehatan
Klien baru di rawat di Rumah Sakit Jiwa Klaten, sebelumnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa
Surakarta.
H. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien di rumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.
IX. MEKANISME KOPING
A. Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu.
B. Klien mampu menjelaskan masalah ringan, misalnya kebersihan diri klien dengan sendiri.
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
A. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
B. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari lingkungan.
C. Masalah dengan kesehatan (-)
D. Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan ibu dan ayahnya.
E. Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.
XI. ASPEK MEDIK
A. Inj. Lodomer 1 amp IM extra
B. Haloperidol 25 mg
C. Trihexiperidine 22 mg
D. Resperidone 22 mg
XII. MASALAH KEPERAWATAN
A. Perilaku Kekerasan
B. Harga Diri Rendah
C. Menarik Diri
D. Koping Individu Tidak Efektif
XIII. POHON MASALAH

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah.
B. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan Perilaku
Kekerasan.

XV. ANALISA DATA


No Data Etiologi Problem
1. Ds :
Klien malu dengan teman.
Klien mengatakan belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk menikah.
Klien mengatakan tidak punya teman semenjak sakit.
Do :
Klien tampak malu saat berbicara. Koping Individu Tidak Efektif Harga Diri Rendah
2. Ds :
Klien Mengatakan marah jika memikirkan keadaannya.
Do :
Klien tampak marah, nada bicara tinggi. Harga Diri Rendah Perilaku Kekerasan
3. Ds :
Klien mengatakan mengamuk jika sudah terlalu kesal dan jengkel memikirkan keadaan.
Do : Perilaku Kekerasan Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan.

XVI. RENCANA KEPERAWATAN


Tgl. Dx. Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
16-01-13 Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah TUM :
Klien tidak melakukan perilaku kekerasan.
TUK :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Klien mau membalas salam.
Klien mau menjabat tangan.
Klien mau menyebutkan nama.
Klien mau tersenyum.
Klien mau kontak mata.
Klien mau mengetahui nama perawat. Beri salam/panggil nama
Sebutkan nama perawat
Jelaskan maksud hubungan interaksi
Jelaskan akan kontrak yang akan dibuat
Beri rasa aman dan sikap empati
Lakukan kontak singkat tapi sering
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Klien dapat
mengungkapkan perasaannya.
Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri, lingkungan
atau orang lain). Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan. Klien dapat
mengungkapkan perasaan saat marah/jengkel.
Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala perilaku kekerasan. Anjurkan klien
mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat masih jengkel
Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal yang akan dialami
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Klien dapat
mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal,
pada orang lain, pada lingkungan dan diri sendiri)
Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan oleh klien
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Klien dapat menyelesaikan
akibat dari cara yang digunakan klien :
Akibat pada klien sendiri
Akibat pada orang lain
Akibat pada lingkungan Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien
Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien
Tanyakan kepada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?

XVII. TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl Dx. Kep. SP Implementasi Evaluasi


16-01-13 1 SP 1 Membina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik :
Menyapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal
Memperkenalkan diri dengan sopan
Menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Menjelaskan tujuan pertemuan
Menunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien
Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Mengidentifikasikan perilaku kekerasan yang dilakukan
Mengidentifikasikan akibat perilaku kekerasan
Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan ( latihan nafas dalam)
Menganjurkan klien memasukkan dalam kegiatan S :
Klien mau menjawab salam dan mengatakan selamat pagi, dan nama lengkap, senang di
panggil T
Klien mengatakan marah jika terlalu memikirkan keadaannya
Klien mengatakan mengamuk jika sedang marah
O:
Klien mau berjabat tangan
Klien menjawab pertanyaan dengan terarah
Klien tenang dan ada kontak mata
A : SP 1 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 2
Pk : Anjurkan klien untuk berlatih tarik nafasdalam
SP 2 Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dan penenangan dengan cara sholat dan
berdoa
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan S :Klien mengatakan sholatnya
masih jarang tidak genap 5 waktu dan berdoa setiap setelah sholat
O:
A : SP 2 tidak tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien untuk sholat 5 waktu dan berdoa
SP 3 Melatih klien minum obat dengan teratur
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian S :Klien mengatakan
minum obat secara teratur setelah makan (pagi, siang, sore)
O :Klien mau minum obat tanpa paksaan perawat
A :SP 3 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien minum obat secara teratur
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. T tindakan yang dilakukan sesuai dengan
konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien mengungkapkan
penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan klien,
membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya
dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri
sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima
tanpa menyakiti orang lain
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat :
1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah
masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.
2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada
klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk
dapat pemecehan masalahya.
3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang
konstruktif.
4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang
membantu relaksasi otot seperti olahraga.
5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :


1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :
1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok agar
dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Kelliat, 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta. EGC

Keliat, B.A. (1999). Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik diri. Jakarta :
FKUI

Keliat, B.A. (1999). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC

Stuart GW, Sunden . 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta EGC

Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit Buku


Kedokteran,EGC, Jakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya kami
dapat menyelesaikan makalah seminar keperawatan jiwa dengan judul Asuhan Keperawatan
Jiwa pada Pasien Tn.M dengan Masalah utama Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran dengan diagnosa medis skizophrenia di Ruang Wijaya Kusuma RSJ Menur
Surabaya. Selebihnya kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing dan CI Ruang Wijaya Kusuma yang telah membimbing kami dalam melakukan
penyusunan Makalah seminar ini.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu kami mohon dengan tulus mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua
dan manfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Surabaya, 06 Januari 2014

Kelompok
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi hidup manusia menurut WHO,

sehat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta bukan saja

keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3

tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan

emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain

(Teguh, 2009). Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras

dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri sendiri, orang lain,

masyarakat, dan lingkungan (Suliswati, 2005).

Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa setiap

orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan

terjangkau. Disebutkan pula bahwa penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang,

mengancam keselamatan dirinya dan orang lain, mengganggu ketertiban keamanan umum wajib

mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Prevalensi gangguan

jiwa di Indonesia mencapai 245 jiwa per 1000 penduduk hal ini merupakan kondisi yang sangat

serius karena lebih tinggi 2,6 kali dari ketentuan WHO. Prevalensi penderita di Indonesia adalah

0,3-1% dan bisa timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12

tahun sudah menderita gangguan jiwa. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa maka

diperkirakan sekitar 2 juta mengalami skizofrenia. Tingginya angka gangguan kesehatan jiwa

tersebut penyebabnya multifaktorial bisa diakibatkan masalah sosial, ekonomi, maupun gizi yang

kurang dimana sekitar 99% pasien di Rumah Sakit Jiwa adalah penderita skizofrenia (Yosep,
2007). Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya

pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu. Skizofrenia tidak dapat

di definisikan sebagai penyakit tersendiri melainkan diduga sebagai suatu sindrom gangguan

jiwa (Videbeck, 2008).

Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di beberapa

Negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang yang disebabkan oleh masalah

kesehatan jiwa sebesar 8,1 %. Angka ini jauh lebih tinggi dari pada dampak yang disebabkan

penyakit tuberculosis(7,2%), kanker(5,8%), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria (2,6%).

Namun pada kenyataannya berdasarkan data Riskesdas 2007, ternyata terdapat sekitar 13.000-

24.000 orang penderita gangguan jiwa di Indonesia yang diabaikan oleh keluarganya. Sedangkan

di Jawa Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota sampai dengan Juni 2011 tercatat 3 tidak

kurang 200 orang penderita gangguan jiwa tidak dibawa ke RSJ. Hasil penghitungan data jumlah

pasien pada tahun 2010 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah

diagnosa / jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien yang mengalami

perilaku kekerasan sebanyak 1534 jiwa atau sekitar 39,2%, pasien yang mengalami gangguan

persepsi halusinasi sebanyak 1606 jiwa atau sekitar 41%, pasien yang mengalami isolasi sosial :

menarik diri sebanyak 457 jiwa atau sekitar 11,7%, pasien yang mengalami waham sebanyak

111 jiwa atau sekitar 2,8%, pasien yang mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah

yaitu sebanyak 82 jiwa atau sekitar 2,1%, kemudian pasien yang mengalami depresi sebanyak

662 jiwa atau sekitar 16,9%, pasien yang ingin melakukan percobaan bunuh diri sebanyak 116

jiwa atau sekitar 2,3%, pasien yang sudah pulang dan kambuh lagi ada 4452 jiwa atau sekitar

11,5%, pasien skizofrenia sendiri ada 3912 jiwa atau sekitar 99,99%, kemudian jumlah pasien
laki-laki sekitar 2357 jiwa, sedangkan pasien yang perempuan sebanyak 1557 jiwa (Arfian,

2010).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dan fenomena diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut: bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa keperawatan

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum :

Untuk memberikan gambaran nyata tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan

masalah utama gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

1.3.2 Tujuan khusus :

1. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran

2. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Persepsi Sensori :

Halusinasi Pendengaran

3. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah Gangguan Persepsi

Sensori : Halusinasi Pendengaran pada Tn.M.

4. Mendiskripsikan implementasi pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pendengaran

5. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan


6. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

pada Tn.M dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk penderita agar mempercepat penyembuhan.

1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan

atau kebijaksanaan untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kejiwaan

khususnya dalam memberikan tindakan pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori :

Halusinasi Pendengaran

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan khususnya tentang asuhan

keperawatan jiwa pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.

1.4.4 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam

memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori :

Halusinasi Pendengaran
BAB II
LANDASAN TEORI

I. Kasus (Masalah Utama)


Halusinasi
Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan yang merupakan gangguan pencerapan (persepsi) panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat meliputi sistem penginderaan pada seorang
dalam keadaan sadar penuh (baik).

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian
Halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar
(Maramis, 2005).
Halusinasi adalah pesan, respon, dan pengalaman sensori yang salah (Stuart Sudden,
2007).
B. Jenis Jenis Halusinasi
Menurut Stuart Sudden, 2007, Halusinasi dibagi dalam:
1. Halusinasi Pendengaran / Auditorik
Karakteristik ditandai dengan mendengarkan suara terutama suara orang. Biasanya klien
mendengarkan suara orang yang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal.
2. Halusinasi Penglihatan / Visual
Karakteristik ditandai dengan adanya stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran,
geometrik, gambar kartun dan panorama yang kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu / Alfaktari
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau menjijikkan seperti darah,
urin, faces. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensia.
4. Halusinasi Peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit. Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
stimulus yang jelas. Contohnya rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau
orang lain.
5. Halusinasi Pengecap
Karakteristik ditandai dengan rasa mengecap seperti rasa darah, urin, faces.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti rasa aliran darah vena atau
arteri, pencernaan makanan, pembentukan urin.
7. Halusinasi Kinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

C. Penyebab
Penyebab perubahan sensori persepsi halusinasi adalah isolasi sosial. Isolasi Sosial
adalah percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan
orang lain.
Tanda dan gejala Isolasi sosial antara lain:
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
2. Menghindar dari orang lain
3. Komunikasi kurang atau tidak ada
4. Tidak ada kontak mata
5. Tidak melakukan aktifitas sehari hari
6. Berdiam diri di kamar
7. Mobilitas kurang
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala seseorang yang mengalami halusinasi adalah:
1. Tahap 1 ( Comforting )
- Tertawa tidak sesuai dengan situasi
- Menggerakkan bibir tanpa bicara
- Bicara lambat
- Diam dan pikirannya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
2. Tahap 2 ( Condeming )
- Cemas
- Konsentrasi menurun
- Ketidakmampuan membedakan realita
3. Tahap 3
- Pasien cenderung mengikuti halusinasi
- Kesulitan berhubungan dengan orang lain
- Perhatian dan konsentrasi menurun
- Afek labil
- Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk )
4. Tahap 4 ( Controlling )
- Pasien mengikuti halusinasi
- Pasien tidak mampu mengendalikan diri
- Beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

E. Akibat
Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan adalah suatu perilaku mal adaftive dalam memanifestasikan perasaan
marah yang dialami seseorang. Perilaku tersebut dapat berupa mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Perasaan
marah sendiri merupakan suatu hal yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada
pada rentang adaptif.
Rentang Respon

Respon adaptif
Respon Mal adaptif

1. Pikiran logis 1.
Kadang Proses pikir terganggu 1. Gangguan pikir / delusi
2. Persepsi akurat 2. Ilusi 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten 3. Emosi berlebihan atau kurang 3. Perilaku dis organisasi
dengan pengalaman
4. Perilaku seksual 4. Perilaku tidak biasa 4. Isolasi Sosial
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri
6. Harmonis

III. A. Pohon Masalah


Resiko mencederai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori

( Halusinasi )

Isolasi sosial : Menarik Diri

Gangguan konsep diri, Harga diri rendah

B. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
c. Isolasi Sosial : Menarik Diri
2. Data Yang Perlu Dikaji
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Data Subjektif :
- Klien mengatakan kesal atau benci terhadap seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah
- Riwayat prilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai, berteriak, menjerit, memukul diri sendiri / orang
lain
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
- Merusak dan melempar barang barang
b. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Data Subjektif :
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulasi nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasakan makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara / gambar / bunyi yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul / melempar barang barang
Data Objektif :
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar / melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah tengah kalimat untuk mendengar sesuatu
- DisOrientasi
3. Isolasi Sosial : Menarik Diri
Data Subjektif:
- Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa apa, bodoh, mengkritik diri
sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Objektif :
- Klien terlihat lebih suka sendiri, binggung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup, apatis, ekspresi sedih, komunikasi verbal kurang,
aktivitas menurun, menolak berhubungan, kurang memperhatikan kebersihan.

IV. Diagnosa Keperawatan


Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
INTERVENSI :
1. Bina hubungan saling percaya dengan :
- Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan klien
RASIONAL : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar hubungan
interaksi selanjutnya
b. Klien dapat mengenal halusinasi.
Kriteria Evaluasi:
- Klien dapat menyebutkan, waktu, isi dan frequensi timbulnya halusinasi
- Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya
INTERVENSI :
1. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
R/ Kontak dan singkat selain upaya membina hubungan saling percaya juga dapat memutuskan
halusinasinya.
2. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya, berbicara dan tertawa tanpa stimulus
memandang ke kiri dan ke kanan seolah ada teman bicara
R/ Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan
intervensi
3. Bantu klien mengenal halusinasi dengan cara :
- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang di dengar
- Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan halusinasinya
- Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu. Namun perawat sendiri tidak
mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh)
- Katakan pada klien bahwa ada klien yang seperti dia
- Katakan bahwa perawat akan membantu klien
R/ Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor timbulnya halusinasi
4. Diskusikan kepada klien tentang :
- Situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasi
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi, siang, sore, malam, atau jika sendiri, jengkel,
sedih )
R/ Dengan mengetahui waktu, isi, dan frekuensi munculnya halusinasinya mempermudah tindakan
keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat
5. Diskusikan pada klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi ( marah, takut, sedih, senang ).
Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
R/ Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria Evaluasi :
- Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
- Klien dapat menyebutkan cara baru
- Klien dapat memilih cara mengatasi halusinasinya seperti yang telah di diskusikan
- Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya
- Klien dapat mengikuti aktifitas kelompok
INTERVENSI :
1. Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah,
menyibukkan diri, dll )
R/ Upaya untuk memutus siklus halusinasinya sehingga tidak berlanjut
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri pujian
R/ Reinforcement dapat meningkatkan harga diri klien
3. Diskusikan cara baru untuk memutuskan timbulnya halusinasinya :
- Katakan saya tidak mau dengar kau pada saat halusinasi muncul
- Menemui orang lain atau perawat, teman untuk bercakap cakap atau mengetahui halusinasinya
didengar
- Membuat jadwal kegiatan sehari hari agar halusinasi tidak muncul
- Meminta teman, keluarga, perawat menyapa jika klien tampak sendiri
R/ memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi
4. Bantu klien memilih cara dan melatih cara untuk memutuskan halusinasinya secara bertahap
misalnya dengan :
- Mengambil air wudhu dan sholat atau baca Al-Quran
- Membersihkan rumah atau peralatan rumah
- Mengikuti kegiatan sosial di masyarakat ( pengajian, gotong royong )
- Mengikuti kegiatan olahraga di kampung ( jika masih muda )
- Mencari teman merngobrol
R/ Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih cara mengendalikan
halusinasinya
5. Beri kesempatan klien untuk melakukan cara yang telah dipilih
R/ Memberi kesempatan pada klien untuk mencoba cara yang dipilih
6. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok orientasi realita dan stimulasi persepsi
R/ Stimulasi persepsi dapat mempengaruhi perubahan intepretasi realitas akibat halusinasi
d. Klien dapat dukungan keluarga untuk mengontrol halusinya
Kriteria Hasil :
- Keluarga dapat saling percaya dengan perawat
- Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dari tindakan untuk mengendalikan
halusinasinya
INTERVENSI :
1. BHSP dengan menyebutkan nama, tujuan dengan sopan dan ramah
R/ Sebagai dasar untuk memperlancar interaksi selanjutnya
2. Anjurkan klien untuk menceritakan halusinasinya kepada keluarga
R/ Untuk mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya
3. Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung :
- Pengertian halusinasi
- Gejala halusinasi yang mendalam
- Cara yang dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasinya
- Cara merawat klien halusinasi dirumah, misalnya diberi kegiatan jangan di biarkan sendiri
- Beri informasi kapan mendapat bantuan :
Halusinasi tidak terkontrol dapat mencederai orang lain
R/ Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang informasi halusinasi

e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.


Kriteria Evaluasi :
- Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat
- Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
- Klien dapat informasi tentang efek samping obat
- Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa berkonsultasi
- Klien dapat tahu prinsip penggunaan 5 tepat
INTERVENSI :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang dosis, frequensi, dan manfaat obat
R/ Dapat menyebutkan dosis, frequensi, dan manfaat obat
2. Anjurkan klien meminta obat ke perawat
R/ Menilai kemampuan klien dapat pengobatan sendiri
3. Anjurkan klien bicara kepada dokter tentang manfaat dan efek samping yang dirasakan
R/ Dengan mengetahui efek samping, klien tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat
4. Diskusikan untuk berhenti minum obat tanpa diskuksi konsultasi dengan dokter
R/ Program pengobatan berjalan lancar
5. Bantu klien untuk menggunakan prinsip obat 5 tepat
R/ Dapat mengetahui prinsip penggunaan obat

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9. Surabaya : Airlangga University
Press.
2. Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Edisi 1.
Jakarta : CV. Sagung Seto.
3. Stuart, G. W. Sudden, S. J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa ( Terjemahan ). Jakarta : EGC.
4. Maslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas Dari PPDGJ III
5. Hawari. Dadang. 2001. Pendekatan Holistik Dengan Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta :
FK UI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. M DENGAN

HALUSINASI PENDENGARAN

RUANGAN RAWAT : Elang

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 April 2015 di Phala Marta Cibadak. Adapun data

yang didapat bahwa klien masuk rumah sakit di ruangan Elang pada tanggal 8 April 2015

dengan nomor register dengan diagnosa medis F20.3 (Skizophrenia ).

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : Tn.M Tanggal Pengkajian : 11 April 2015

Umur : 30 Tahun RM No. : 03-xx-xx

Alamat : Taman Sari Bukit , Blok 1 c /12 Rt 001/0011 Kelurahan Sindang Jaya

Kecamatan Mandala Jati Bandung

Informan : Pasien, Keluarga Dan Rekam Medic

II. ALASAN MASUK

Klien berbicara melantur dan marah marah

k/u : klien mengatakan mendengar ada yang berbisik bisik dan menyuruhnya untuk berbuat hal

yang tidak baik ( contoh : disuruh memukul,disuruh mensholati ibunya )

III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ? Ya


2. Pengobatan sebelumnya ? Kurang berhasil

3. Pengalaman

Aniaya fisik : pasien pernah mengalami anaiaya fisik

Aniaya Seksual : pasien tidak pernah mengalami aniaya seksual

Penolakan : pasien tidak pernah mengalami penolakan

Kekerasan dalam keluarga : pasien pernah mengalami kekerasan

Tindakan kriminal : pasien tidak pernah melakukan tindakan kriminal

Jelaskan No 1,2,3 : pasien marah-marah kepada ibunya.

kakak pasien mengatakan bahwa pasien pernah dirawat di rumah sakit jiwa Phalamarta

pada tahun 2011 dengan keluhan yang sama, sebelumnya pasien berobat ke kyai untuk sembuh

akan tetapi pengobatan kurang berhasil. Selama selang 4 tahun setelah sembuh klien tidak

pernah kontrol dengan tidak teratur minum obatnya karena merasa sudah sembuh. Selama

dirumah pasien marah-marah dan memukul ibunya.

Masalah keperawatan :

- Regimen terapi inefektif

- Resiko Perilaku kekerasan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? Tidak

e Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

pasien mengatakan putus cinta dan di tinggal pacarnya menikah

Masalah Keperawatan : Respon Pasca Trauma

IV. FISIK

1. Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg Nadi : 84x/menit Suhu : C P : 19x/menit


2. Ukur : TB : 174cm BB : 59kg

3. Keluhan fisik : Tidak

Jelaskan : selama di rumah sakit jiwa px tidak pernah mengalami sakit

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Jelaskan : px anak k 2 dari 3 bersaudara.

Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif

2. Konsep diri

a. Gambaran diri : px menyukai seluruh bagian tubuhnya, penampilanya kurang rapi, tampak lesu
ketika berjalan, px mondar mandir di ruangan
b. Identitas diri : px seorang laki laki berusia 30 tahun, belum menikah, berpendidikan terakhir
hanya SMP.
c. Peran : px bekerja sebagai kuli bangunan, setiap harinya px bekerja dengan tepat waktu.
d. Ideal diri : px ingin berkumpul dengan keluarganya terutama dengan ibunya, dan
pasien ingin menikah.
e. Harga diri : px merasa malu karena px seorang tamatan SD dan px ditinggal pacarnya
untuk menikah.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : px mengatakan paling dekat dengan ibunya karena merupakan seseorang

yang paling berharga.

b. Peran serta dalam kegiatan/ masyarakat : px mengatakan hubungannya dengan tetangganya tidak

baik karena hanya berprofesi sebagai tukang kuli bangunan. Saat di RS, px suka menyendiri

tidak meu bergaul dengan px lainya.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : px kurang bisa bergabung atau berinteraksi

dengan orang lain baikl di rumah maupun di lingkungan rumah sakit.

Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial : Menarik Diri

4. Spiritual

a. Nilai dari keyakinan : px mengatakan bahwa agamanya islam.

b. Kegiatan ibadah : sudah tidak sholat sejak 3 bulan yang lalu selama dirumah, px

mengatakan tidak pernah sholat selama di RS

Masalah Keperawatan : Distrees Spiritual

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Tidak rapi

Jelaskan : px berpenampilan rambut tidak pernah disisir, memakai sarung berantakan

untuk lipatannya

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

2. Pembicaraan

Lambat dan tidak mampu memulai pembicaraan


Jelaskan : px menjawab seperlunya saja dengan nada berbicara lambat

Masalah Keperawatan : Gangguan Komunikasi Verbal

3. Aktivitas Motorik:
lesu
Jelaskan : px sering menyendiri diruangan, ADL diarahkan oleh petugas

Masalah Keperawatan : Penurunan Aktifitas Motorik

4. Alam Perasaan

khawatir

Jelaskan : px mengatakan khawatir jika mendengar bisikan bisikan itu datang.

Masalah Keperawatan : Ansietas

5. Afek

Jelaskan : px bisa tersenyum dan sedih ketika diberi stimulus

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Interaksi selama wawancara

Kontak mata kurang

Jelaskan : px lebih banyak diam diri, pandangan mata melihat ke arah lain ketika di ajak

bicara.

Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial : Menarik Diri

7. Persepsi

Pendengaran

Jelaskan : px mengatakan sering mendengar bisikan bisikan yang menyuruhnya untuk

berbuat sesuatu ( misalnya disuruh memukul, disuruh untuk mensholati ibunya), saat di kaji px

mondar mandir, saat ditanya bahwa ada yang membisiki untuk pulang dan mensholati ibunya.
Respon px saat mendengar suara itu. Respon px saat mendengar suara suara itu px mengikuti

perintah sura tersebut. Juga mondar mandir, selalu bicara sendiri.

Masalah Keperawatan :

- gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

- resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

8. Proses Pikir

Jelaskan : px bicara seperlunya saja

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

9. Isi Pikir

Jelaskan : pasien mengatakan semua apa yang dialaminya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

10. Tingkat Kesadaran

Jelaskan : px mengatakan bisa menyebutkan waktu, tempat, orang secara benar

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

11. Memori

Jelaskan : px ingat pernah dibawa ke kyai dan menceritakan hal hal yang pernah di

alaminya

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung

Jelaskan : px mampu berhitung dalam bentuk sederhana ( menghitung angka )

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

13. Kemampuan Penilaian

Gangguan bermakna
Jelaskan : px mengatakan suara yang di dengar itu benar benar ada sehingga px melakukan

isi suara tersebut

Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir

14. Daya Tilik Diri

Mengingkari penyakit yang diderita

Jelaskan : px mengatakan bahwa dirinya tidak sakit

Masalah Keperawatan :

- Gangguan Proses Pikir

- Resiko Regimen Terapi Inefekktif

VII.KEBUTUHAN PULANG

1. Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan

Makanan : ya Pakaian : ya Uang : ya

Keamanan : tidak Transportasi : tidak

Perawatan Kes : tidak Tempat tinggal : tidak

Jelaskan : segala kebutuhan dipenuhi oleh keluarga dan rumah sakit

Masalah Keperawatan : gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan

2. Kegiatan hidup sehari-hari

a. Perawatan diri :

Mandi : minimal BAB/BAK : minimal

Kebersihan : minimal Ganti pakaian : minimal

Makan : minimal

Jelaskan : px melakukan perawatan diri dengan di arahkan dan di bantu oleh petugas

Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri


b. Nutrisi

- Apakah anda puas dengan pola makan anda ? Ya

- Apakah anda makan memisahkan diri ? Tidak

- Frekuensi makan sehari : 3x sehari

- Frekuensi kudapan sehari : 1x sehari

- Nafsu makan : Meningkat

- Diet khusus :-

Jelaskan : px makan 3 kali sehari kudapan 1 kali dihabiskan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Tidur

- apakah ada masalah : Tidak

- apakah anda merasa segar setelah bangun tidur : Ya

- apakah anda kebiasaan tidur siang : Ya lamanya : 5 jam

- apa yang menolong anda tidur :-

- waktu tidur malam : 19.30 Waktu bangun jam : 05.00

- sulit untuk tidur : tidak Terbangun saat tidur : tidak

- bangun terlalu pagi : tidak Gelisah saat tidur : tidak

- Semnabolisme : tidak Berbicara dalam tidur : tidak

Jelaskan : px mengatakan bahwa lamanya pasien tidur selama 5 jam. Pasien tidak
mengalami masalah dalam tidur. Saat malam hari biasanya pasien tidur sekitar pukul 19.30
sampai dengan pukul 05.00.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3. Kemampuan klien dalam

- Mengantisipasi kebutuhan sendiri : ya


- Membuat keputusan berdasarkan keputusan sendiri : ya

- Mengatur penggunaan obat : tidak

- Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) : ya

Jelaskan : px tidak mampu mengatur penggunaan obat secara mandiri


Masalah Keperawatan : inefektifitas penetalaksanaan regimen medik

4. Klien memiliki system pendukung

Keluarga : ya Teman sejawat : ya

Profesional/terapis : tidak Kelompok social : tidak

Jelaskan : px dapat dukungan dari keluarganya


Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi
5. Apakah klien menikmati saat bekerja yang menghasilkan atau hobi :

ya

Jelaskan : px menikmati pekerjaan sebagai kuli bangunan

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING

Adaptif : Tidak ada


Maladaptif :
Reaksi lambat
Menghindar
Mencederai diri
menyendiri
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : px lebih banyak menyendiri


Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : px tidak mau berinteraksi dan berkomunikasi
dengan px lain. Px berinteraksi dengan di arahkan oleh petugas.
Masalah dengan pendidikan, spesifik : px tamat SD
Masalah dengan pekerjaan, spesifik : px bekerja sebagai kuli bangunan
Masalah dengan perumahan, spesifik : px tinggal bersama keluarganya. Di keluarga px bisa
berinteraksi dengan semua anggota keluarga.
Masalah ekonomi, spesifik : px belum bisa mencukupi ekonominya yang hanya sebagai kuli
bangunan untuk dirinya dan keluarganya, selama di RS px menggunakan jamkesmas
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : px pernah MRS di RSJ Menur pada tahun 2011
dengan keluhan yang sama.
Masalah lainya, spesifik : px merasa bosan di RSJ dan ingin pulang
Masalah keperawatan :
- Gangguan Konsep Diri : HDR
- Gangguan Interaksi Sosial : Menarik Diri
- Resiko Mencederai Diri Sendiri

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

Penyakit jiwa
Faktor presipitasi
koping
Masalah keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa dan ketidak patuhan
minum obat

XI. DATA LAIN-LAIN

(LEOKOSIT) 10.7 103/ul


(ERITROSIT) 4,48 106/ul
(HEMOGLOBIN) 13,3 g/dl
(HEMATOKRIT) 38,8 %
Hasil lab diambil pada tanggal 7 April 2015

XII. ASPEK MEDIK

Diagnosa Medik : F20.3 ( skizofrenia undifferent)


Terapi Medik : Clhorpomazin (CPZ) 1x100mg
Trihezipenidyl (THD) 2x2mg
risperidol 2x2mg

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

Regiment terapi inefektif


Gangguan konsep diri
Koping individu inefektif
Respon pasca trauma
Resiko mencederai diri dan orang lain
Gangguan interaksi sosial : menarik diri
Distrees spiritual
Defisit perawatan diri
Gangguan komunikasi verbal
Penurunan aktifitas motorik
Ansietas
Ganggaun persepsi sensori : halusinasi pendengaran

Gangguan proses pikir


Gangguan pemenuhan kebutuhan kesehatan
Inefektifitas penatalaksanaan regimen medik
Koping mekanisme inefektifitas
Kurang pengetahuan tentang kesehatan mental

IV. PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran


ANALISA DATA

TGL DATA ETIOLOGI MASALAH T.T.


11-4-2015 DS : Menarik diri
- Pasien sering Halusinasi
mendengarkan bisikan- pendengaran
bisikan yng
menuruhnya untuk
berbuat sesuatu
(disuruh memukul, dll)
- Respon pasien mengikuti
perintah bisikan
tersebut
- Pasien saat dikaji
mendengar bisikan
untuk pulang dan
mensholati ibunya
- Pasien mengatakan
bahwa suara itu benar-
benar ada

DO :
- Pasien mondar-mandir
- Pasien selalu menyendiri
kurang bisa berinteraksi
dengan pasien lainnya
- Pasien selalu berbicara
disuruh pulang
- Pasien berbicara melantur
POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

Gangguan interaksi sosial : Menarik diri

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Tn. M NIRM : 03xxxx


TGL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI T.T.
11-4- Perubahan SP I S : Pasien menjawab
2015 persepsi Membina hubungan saling namanya Meiza
Jam sensori : percaya Ramadhani
8.00 Halusinasi - Orientasi O:
pendengaran Selamat pagi mas, - pasien menjawab sesuai
perkenalkan nama saya pertanyaan
Agus Sanusi, bisa - kontak mata kurang
dipanggil Agus. Saya - pasien tampak bingung
mahasiswa dari akper A : SP I belum tercapai
YAPKESBI. Boleh saya P: Ulang SP I
tau mas namanya siapa ?
- Kerja
Bagaimana perasaan mas
hari ini ?
Boleh saya tahu pekerjaan
mas?
Apakah mas mau
menceritakan kepada saya,
kenapa mas ada disini?
- Terminasi
Baiklah mas, besok kita
berbincang-bincang lagi,
sekarang mas bisa
beristirahat
11-4- Perubahan SP 1 S : Pasien mengatakan
2015 persepsi Cara mengontrol halusinasi mau belajar mengontrol
Jam sensori : : menghardik halusinasinya
14.00 Halusinasi - Orientasi O:
pendengaran Selamat siang mas - Pasien mampu
Meiza, bagaimana keadaan mengungkapkan
mas hari ini? halusinasinya walaupun
Kita bicarakan tentang dengan tersendat-
bisikan yang mas dengar sendat.
ya? - kontak mata masih
-Kerja kurang
Apakah bisikan itu mas - Pasien mampu
dengar terus menerus/ mengungkapkan
sewaktu-waktu? menghardik halusinasi
Bagaimana kalau kita A : SP 1 tercapai
belajar berlatih untuk sebagian
menghardik bisikan itu? P : lanjutkan SP 2 dan
Saat bisikan itu terdengar ulangi SP 1 yang belum
mas bilang, saya tidak tercapai.
mau mendengar begitu
mas secara berulang. Coba
mas peragakan.
- Terminasi
Dilatih terus ya mas,
besok untuk mengatasi
bisikan dengan cara kedua,
akan dilanjutkan oleh
perawat yang
lain.aaataerims kasih.
4-1-14

Sp 2
Px dapat mengontrol halusinasinya dengan melakukan kegiatan
- Orientasi
selamat pagi mas fandi, sudah makan pagi mas?
apa mas fandi masih mendengar bisikan bisikan ?
apa yang saya ajarkan kemrin sudah mas fandi lakukan ?
bagaimana rasanya mengobrol dengan px lainnya mas?
- Kerja
bagaimana kalau kita ulangi yang saya ajarkan kemarin mas ?
Pertahankan seperti itu ya mas, baik mas bagaimana kalau kita membuat daftar aktivitas
buat mas besok
- Terminasi
aktivitas yang sudah di buat tadi dilaksanakan ya mas
mas kalau bisa jangan menyendiri mas, berinteraksi dengan px lainnya
besok kita bertemu lagi ya mas di tempat ini

S : px mengatakan mau mengobrol dengan px lain dan ingin cepat pulang serta bisikan
bisikan sudah berkurang
O:
- ada kontak mata
- px berinteraksi dengan px lainnya
- px tampak tenang
- px mampu mengungkapkan perasaannya
A : SP 2 tercapai
P : lanjut SP 3
5-1-14 Sp 2 S : Px mengatakan sudah
Px mampu melakukan berkurang mendengar
aktivitas yang sudah bisikan dan px sedikit
dijadwalkan cara mengontrol
- Orientasi halusinansinya
selamat pagi mas fandi, O:
bagaimana keadaannya - Ada kontak mata
sekarang? - Wajah bersahabat
apa sudah makan ? - Px mampu
bagaimana mas apa mengungkapkan
aktivitas yang sudah kita perasaannya
buat kemarin sudah mas - Px tampak tenang
lakukan dengan benar ? A : SP 3 tercapai
Apa masih ada terdengar P : lanjut SP 4
bisikan bisikan mas ?
- Kerja
bagaiman kalau kita
ulangi yang saya ajarkan
dulu mas?
Iya mas bagus, coba mas
peragakan , nanti kalau
lupa saya ingatkan lagi
mas?
Pertahankan cara cara
tersebut ya mas ?
- Terminasi
dilatih terus mas, yakin
mas bisa untuk mengontrol
halusinasinya yang mas
dengar
baik mas, besok kita
ketemu lagi untuk
mengobrol tentang obat
yang mas biasa minum,
sekarang mas iastirahat
lagi
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN
Interaksi ke : I
Tanggal : 1 januari 2014
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
DS : Px mengatakan mendengar bisikan-bisikan
DO : - Px tampak bingung
- Kontak mata kurang
- Px mengucapakan disuruh pulang
2. Diagnose keperawatan
Gannguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan keperawatan
Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
Jujur dan menepati janji
Berikan perhatian dan sikap ramah

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat sore mas, perkenalkan nama saya amirullo ashadi, biasanya dipanggil amir, kalu boleh
tau, nam mas siapa ? mas biasanya dipanggil siapa ? mas asalnya dari mana ? kalau saya dari
Surabaya, saya mahasiswa akper sutopo yang akan merawat mas selama di ruangan ini.
b. Evaluasi / Validasi
DS : px mampu menyebutkan nama perawat yang mengkaji
DO : px menjawab pertanyaan dengan sesuai

c. Kontrak
Topic
Bagaimana sekarang kita mengobrol tentang mas, dan mas bisa menceritakan masalah mas
kepada saya !
Waktu
Bagaimana kalau kita mengobrol 20 menit
Tempat
Mas mau ngobrol dimana ? bagaimana kalau disini saja !
2. Fase kerja
Selamat sore mas fandi, bagaimana perasaan mas hari ini ? boleh saya tau pekerjaan mas apa ?
apa mas mau menceritakan kepada saya kenapa mas ada disini?
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Apa mas senang berbicara dengan saya? Coba mas ulangi siapa nama saya tadi?
b. Evaluasi objektif
Klien tampak lesu
c. Tindak lanjut
Baiklah mas besok kita ngobrol lagi, sekarang mas bisa istirahat lagi.
d. Kontrak yang akan datang
Topic
Bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi mas? Besok kita bahas lebih lanjut lagi masalah
yang ibu alami.
Waktu
Bagaimana kalu kita mengobrol selama 20 menit mas
Tempat
Besok kita mengobrol disini lagi ya pak?
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN
Interaksi ke : II
Tanggal : 2 januari 2014
C. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
DS : Px mengatakan masih mendengar bisikan-bisikan
DO : - Px mampu mengungkapkan halusinasinya
- ada kontak mata kurang
- ekspresi wajah bersahabat
2. Diagnose keperawatan
Gannguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
Klien mampu mengenal halusinasinya
4. Tindakan keperawatan
BHSP
Bantu klien mengenal halusinasinya ( jenis, isi, waktu terjadi, frekuensi dan respon saat
terjadinya halusinasi )
Latihan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik ( jelaskan cara menghardik, peragakan
cara menghardik, dan minta klien untuk memperagakan ulang )
Pantau penerapan dan beri penguatan
D. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang mas fandi, bagaimana perasaanya hari ini? Saya datang lagi untuk menepati janji
yang kemarin, apa mas ingat nama saya? Ya betul mas, Alhamdulillah mas masih ingat nama
saya.
b. Evaluasi / Validasi
Px terlihat tenang hari ini, apa sudah tidak mendengar bisikan-bisikan

c. Kontrak
Topic
Hari ini saya akan mengajarkan mas fandi untuk latihan mengontrol halusinasinya. Bagaimana
mas?
Waktu
Bagaimana kalau kita latihan selama 20 menit mas?
Tempat
Bagaimana kalau kita latihan disini saja mas?
2. Fase kerja
Apakah bisikan itu terdengar terus menerus/sewaktu-waktu? Bagaimana mas untuk mengatasi
bisikan itu? Bagaimana kalau kita berlatih menghardik bisikan itu? Saat bisikan itu terdengar
langsung mas bilang saya tidak mau dengar begitu berulang-ulang. Coba mas peragakan.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Klien mau belajar mengontrol halusinasinya dan mau memperagakan ulang menghardik
halusinasinya
b. Evaluasi objektif
Klien mampu mengungkapkan halusinasinya, ada kontak mata.
c. Tindak lanjut
Dilatih terus ya mas, besok kita bertemu lagi untuk menghilangkan bisikan-bisikan dengan cara
yang kedua, bagaimana mas? Ya sudah mas istirahat lagi.
d. Kontrak yang akan datang
Topic
Besok kita belajar cara menghilangkan bisikan-bisikan dengan cara kedua. Bagaimana mas?
Waktu
Besok kita ngobrol 15 menit lagi ya mas
Tempat
Besok kita mengobrol dimana mas? Baiklah disini saja

LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN
Interaksi ke : III
Tanggal : 3 januari 2014
E. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
DS : - Px mengatakan mendengar bisikan-bisikan
DO : - ada kontak mata
- px tampak tenang
- px mampu mengungkapkan halusinasinya
2. Diagnose keperawatan
Gannguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
Px dapat mengontrol halusinasinya
4. Tindakan keperawatan
Evaluasi kegiatan lalu ( SP I )
Latih klien untuk berbicara dengan orang lain saat halusinasi muncul
Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

F. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mas fandi, bagaimana kabar hari ini mas? Apa yang saya ajarkankemarin sudah
mas lakukan?
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana mas tidur semalem? Apakah mas sudah melakukan latihan menghardik sura yang
saya ajarkan. Apa yang mas rasakan setelah melakukan latihan menghardik secara teratur?
c. Kontrak
Topic
Baik mas, sesuai dengan janji kita kemarin. Hari ini kita akan latihan mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Waktu
Bagaimana kalau kita mengobrol 15 menit mas?
Tempat
Bagaimana kalau kita mengobrol disini saja mas?
2. Fase kerja
Bagaimana kalau kita ulangi yang saya ajarkan kemarin mas? Iya bagus mas, pertahankan seperti
itu. Sekarang saya akan memberi tau mas cara kedua yaitu ketika mas mendengar bisikan mas
bisa mengobroldengan pasien lain atau bisa dengan saya. Bagaiman mas?
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Px mengatakan mau mengobrol dengan temannya
b. Evaluasi objektif
Ada kontak mata, px mau mengobrol dengan orang lain
c. Tindak lanjut
Dilatih terus-menerus ya mas, apa yang saya ajarkan. Mas juga jangan suka menyendiri. Kalau
mas butuh teman mengobrol mas bisa memanggil saya
d. Kontrak yang akan datang
Topic
Besok kita ngobrol-ngobrol lagi ya mas
Waktu
Bagaimana kalau kita ngobrol 15 menit mas
Tempat
Bagaimana kalau kita ngobrol di ruang depan? Baiklah kalau begitru dini saja.

LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN
Interaksi ke : IV
Tanggal : 4 januari 2014
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
DS : Px mengatakan sudah berkurang mendengar bisikan-bisikannya
DO : - ada kontak mata
- px mampu mengungkapkan halusinasinya
- Px tampak tenang
- px bisa mengobrol dengan px lain
2. Diagnose keperawatan
Gannguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
Px dapat mengontrol halusinasinya dengan melakukan kegiatan
4. Tindakan keperawatan
Evaluasi kegiatan lalu ( SP II )
Latih px untuk berinteraksi agar halusinasinya tidak muncul dengan tahapannya
(a) Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
(b) Diskusikan aktivitas yang biasanya dilakukan px
(c) Latih px melakukan aktivitas
(d) Susunjadwal aktivitas yang telah dilatih ( dari bangun pagi s/d tidur malam )
(e) Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan positif kepada pasien.

B. STRATEGI KOMUNIKASI
4. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mas fandi, sudah makan tadi pagi? Makannya habis mas
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana mas, apa mas fandi masih mendengar suara-suara yang membisiki? Bagus mas, apa
yang saya ajarkan kemarin sudah mas lakukan? Bagaimana rasanya setelah mengobrol dengan
px lain?

c. Kontrak
Topic
Baik mas, sesuai dengan janji saya kemarin, hari ini kita akan mengevaluasi cara yang saya
ajarkan kemarin dan mengevaluasi kegiatan sehari-hari mas fandi selama di rumah sakit.
Waktu
Bagaimana kalau kita mengobrol 15 menit mas?
Tempat
Bagaimana kalau kita mengobrol di ruang depan mas
5. Fase kerja
Bagaimana kalau kita ulangi yang saya ajarkan kemarin mas? Pertahankan seperti itu ya mas,
latih secara teratur. Bagaimana mas?
Baik mas, bagaimana kalau membuat jadwal aktifitas yang mas lakukan? Kita mulai dari rapikan
tempat tidur, kemudian mandi, minum obat, makan, beriteraksi dengan px lain
a. Evaluasi subjektif
Px mengatakan mau mengobrol dengan px lain dan ingin cepat pulang
b. Evaluasi objektif
Ada kontak mata, px bisa berinteraksi dengan px yang dikenalnya, px mampu duduk
berdampingan dengan perawat
c. Tindak lanjut
Aktifitas yang sudah dibuat tadi dilaksanakan ya mas, mas kalau bisa jangan menyendiri ya mas,
berinteraksi dengan px lain.
d. Kontrak yang akan datang
Topic
Bagaimana kalau besok kita mengobrol lagi mas? Bahas aktifitas lain
Waktu
Bagaimana kalau besok kita mengobrol selama 15 menit mas?
Tempat
Besok kita mengobrol disini lagi ya pak?

LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI PENDENGARAN
Interaksi ke : V
Tanggal : 5 januari 2014
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien
DS : Px mengatakan sudah berkurang mendengar bisikan-bisikannya
DO : - ada kontak mata
- px mampu mengungkapkan aktifitas tadi pagi
- Px mampu mengungkapkan perasaannya
- px tampak tenang
2. Diagnose keperawatan
Gannguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus
Px mampu melakukan aktivitas yang sudah dijadwalkan
4. Tindakan keperawatan
Evaluasi kegiatan lalu ( SP I, II, III )
Jelaskan pentingnya obat dan melatih px minum obat
Masukkan dalam jadwal harian px

B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi mas fandi, sudah makan tadi pagi? Makannya habis mas?
b. Evaluasi / Validasi
Px terlihat tenang hari ini. Bagaiman mas. Apa aktifitas yang sudah kita buat kemarin, sudah mas
lakukan dengan benar? Apa masih ada terdengar bisikan-bisikan mas? Kalau mas mas
mendengar bisikan. Apa yang mas lakukan seperti yang saya ajarkan dulu?
c. Kontrak
Topic
Baik mas, mari kita bahas tentang aktifitas yang sudah mas lakukan kemarin?
Waktu
Bagaimana kalau kita mengobrol 15 menit mas?
Tempat
Bagaimana kalau kita mengobrol di ruangan kemarin mas?
2. Fase kerja
Bagaimana kalau kita ulangi yang saya ajarkan dulu? Iya mas, bagus, coba peragakan mas, nanti
kalau lupa saya ingatkan lagi, pertahankan cara-cara tersebut ya mas.
a. Evaluasi subjektif
Px mengatakan sedikit lupa dengan cara mengontrol halusinasinya.
b. Evaluasi objektif
Px ada kontak mata, wajah bersahabat, px mampu mengungkapkan perasaannya.
c. Tindak lanjut
Dilatih terus mas, yakin mas pasti bisa untuk mengontrol halusinasi yang mas dengar.
d. Kontrak yang akan datang
Topic
Besok kita mengobrol tentang obat yang mas minum setiap harinya
Waktu
Bagaimana besok kalau kita mengobrol selama 10 menit mas?
Tempat
Besok kita mengobrol disini lagi ya pak?

Aniaya fisik : klien pernah mengalami anaiaya fisik

Aniaya Seksual : klien tidak pernah mengalami aniaya seksual

Penolakan : klien tidak pernah mengalami penolakan

Kekerasan dalam keluarga : klien pernah mengalami kekerasan

Tindakan kriminal : klien tidak pernah melakukan tindakan kriminal

Jelaskan No 1,2,3 : pasien marah-marah kepada ibunya.


Diposkan oleh Ciel di 23.41

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k:

:l: :m: :n:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

About Me

Ciel
Surabaya, Surabaya, Indonesia
SAYA ADALAH SAYA ^^
Lihat profil lengkapku

Followers
Blog Archive
2014 (3)
o April (3)

Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran
Studi Kasusku: Asuhan Keperawatan pada Anak dengan...
Ciel 2008 Blog Designed by Ipiet

| Image Header Taken Fro

Anda mungkin juga menyukai