Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 10 Maret 2015

Tanggal masuk : 5 Maret 2015

Ruang Rawat : RIPD

1. Identitas

a. Klien

Nama : Tn. R

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Status : Belum kawin

Agama : Islam

Pekerjaan :-

Pendidikan : SMA

Alamat : Semarang

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn. M

Umur : 49 tahun

Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : swasta

Hub. dengan klien : Paman

Alamat : Semarang
c. Alasan Masuk
Keluarga mengatakan, klien 10 hari pasien mulai diam, bicara kacau, susah tidur,
mandi harus di suruh, ± 1 hari membentur badannya ke tembok, mengancam bapaknya dan
membentak. Kemudian oleh keluarga di bawa ke UGD RSJD dr. Amino Gondho Hutomo
dan di rawat diruang RIPD .
d. Faktor Predisposisi
Klien rawat inap pertama kali di RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang. ± 10
hari pasien mulai diam, bicara kacau, susah tidur, mandi harus di suruh, ± 1 hari
membentur badannya ke tembok, mengancam bapaknya dan membentak. Keluarga pasien
mengatakan dulu pasien adalah seorang pemabuk. Keluarga pasien mengatakan anggota
keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

e. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-Tanda Vital

TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,5 °C

Nadi : 80 x/menit RR : 18 x/menit


Antropometri
2)
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 159 cm

3) Keluhan Fisik: Tidak Ada Keluhan

f. Psikisosial
a) Konsep diri

1) Citra diri
Klien menganggap tubuhnya sebuah anugrah dari tuhan. Klien bersyukur dan
menerima tubuhnya apa adanya.
2) Identitas diri
Sebelum sakit, klien pernah sekolah sampai dengan SMP. Setelah klien tamat SMP
klien tidak bisa melanjutkan. Klien menerima dirinya sebagai seorang laki-laki tetapi
takut untuk menjadi seorang kepala keluarga.
3) Peran diri
Klien berusia 29 tahun, klien belum menikah. Klien mengatakan takut untuk
berumah tangga karena menurutnya harus memikirkan kebutuhan keluarga. Dalam
melaksanakan tugas dirumah klien melakukannya bersama dengan ibunya seperti :
menyapu, mencuci piring, mencuci baju dan membantu memasak. Akan tetapi di
masyarakat klien kurang dihormati. Klien berperilaku seperti anak - anak.
4) Ideal diri
Klien berharap agar bisa sembuh dan cepat pulang karena ingin minta maaf pada
ibunya dan mencari pekerjaan lagi.
5) Harga diri
Klien mengatakan tidak ada gangguan untuk berhubungan dengan orang lain.

b) Hubungan Sosial

Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat ibunya. Dalam keluarga klien merasa
enggan untuk berkomunikasi lebih senang menyendiri di kamar.
g. Spiritual
Klien dan keluarganya beragama Islam, klien melakukan ibadah sholat.
1) Status Mental

a. Penampilan
Klien berpenampilan cukup rapi, dalam penggunaan baju sesuai. Klien berbadan
kecil, rambut pendek, bersih.
b. Pembicaraan
Klien berbicara baik, dapat menjawab pertanyaan, selalu bertanya kapan bisa
pulang
c. Aktivitas Motorik
Klien terlihat gelisah, tegang, sering berpindah - pindah
d. Afek
Appropriate (tepat)
e. Interaksi selama wawancara

Saat wawancara klien kooperatif, kontak mata dengan lawan bicara baik, klien
tampak curiga.

f. Proses pikir
Pada saat wawancara klien mengalami sirkumtansial.
g. Isi pikir
Klien tidak pernah mempunyai pikiran yang aneh-aneh yang dirasakan saat ini
hanya gelisah menunggu kedatangan keluarga.

h. Tingkat Kesadaran
Klien tampak bingung dan tidak terfokus. Klien mampu mengingat dengan
keluarganya, hari dan waktu, ketika diajak kenalan klien mampu mengingat nama
orang lain.
i. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek sehingga klien lupa kejadian
yang telah terjadi dalam jangka waktu seminggu.
j. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
k. Klien mampu berkomunikasi, tidak mampu berkonsentrasi lama dan sering
memutuskan pembicaraan secara sepihak, mampu berhitung.
l. Daya tilik diri
Klien sadar bahwa dirinya telah berbuat salah karena telah berperilaku kekerasan
dan merasa menyesal akan tetapi klien tidak tahu tujuannya di RSJ.

h. Persiapan Pulang
1. Makan : klien mampu makan sendiri dan mandiri

2. BAB/BAK : Klien mampu BAB/BAK di temaptnya

3. Mandi : Klien mampu mandi 2x sehari dengan mandiri

1. Berpakaian : klien mampu mengambil, memilih dan memakai pakaian

2. Istirahat dan tidur:

Tidur siang dari jam 13.30-15.00 Tidur malam 22.00-04.00

3. Penggunaan obat: Klien mampu untuk meminum obat tanpa bantuan orang lain tetapi
masih belum mengerti untuk penggunaan obat yang benar

4. Pemeliharaan kesehatan: setelah pulang nanti klien akan berusaha control rutin.
5. Aktivitas dalam rumah : mandiri tanpa bantuan oang lain
6. Aktivitas diluar rumah : klien pergi keluar rumah dengan menggunakan motor secara
mandiri

i. Mekanisme Koping
Klien jika mempunyai masalah lebih senang berdiam diri dikamar, marah - marah.
Jika sudah tidak tahan lagi klien kemudian menjadi mengamuk atau merusak barang-
barang yang ada.

j. Masalah Psikososial
Menurut keluarga semenjak klien marah-marah dan mengamuk, lingkungan tidak mau
menerima klien dan hal ini membuat klien menjadi lebih menarik diri.
k. Pengetahuan
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tanda dan gejala kekambuhan, obat yang
diminum dan cara menghindari kekambuhan. Pemahaman tentang sumber koping yang
adaptif dan manajemen hidup sehat kurang.
l. Askep Medik
Diagnosa medik : Skizofrenia tak terinci

Terapi medik : Chlorpromazine 1 x 100 mg

Triheksifenidile 2 x 2 mg

Haloperidole : Rawat Inap di Wisma Gatutkaca

m.Daftar Masalah Keperawatan


1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2. Perilaku kekerasan

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

B. Analisa Data

NO DATA MASALAH

1 S : Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum


masuk RS klien mengamuk semakin sering,
merusak barang yang ada didekatnya
Keluarga mengatakan klien jika mempunyai Resiko menciderai diri sendiri ,
orang lain dan lingkungan
masalah dan tidak bisa ditahan lagi klien kemudian
menjadi mengamuk atau merusak barang-barang
yang ada.
O : Mata merah, wajah agak merah, pandangan
tajam
2 S: Klien mengatakan pernah memukul ibunya Perilaku Kekerasan
Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk
RS klien marah - marah, mengamuk, merusak alat
rumah tangga
Keluarga mengatakan klien jika mempunyai
masalah dan tidak bisa ditahan lagi klien kemudian
menjadi mengamuk atau merusak barang-barang
yang ada.
O : Mata merah, wajah agak merah, pandangan
tajam
3 S: Klien mengatakan takut untuk berumah tangga

Klien mengatakan merasa bersalah atas perilakunya


terhadap ibunya

Merasa tidak mampu dan terbatas pengetahuannya


Gangguan konsep diri : Harga
O : Kesadaran klien tampak bingung dan tidak diri rendah
terfokus

Tampak gelisah

Saat berbicara klien sering memutuskan


pembicaraan secara sepihak

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan berhubungan dengan
Perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
Tgl Diagnosa Tujuan Intervensi
5/03/ Perilaku Setelah dilakukan tindakan SP I

2015
kekerasan keperawatan selama 3x pertemuan
• bina hubungan
diharapkan pasien dapat mengontrol perilaku
saling percaya
kekerasan dengan kreteria hasil :

• mMembina hubungan saling percaya


• identifikasi
penyebab

• Pasien dapat menyebutkan penyebab marah


PK

• identifikasi tanda
dan gejala PK
Pasien dapat menyebutkan tanda
gejala PK • Identifikasi PK yang

• Pasien dapat mengidentifikasi PK dilakukan

yang dilakukan
• Identifikasi akibat
• Pasien dapat mengidentifikasi akibat PK
PK
• Identifikasi cara
• Pasien menyebutkan cara mengontrol kontrol PK
PKPasien mampu mempraktekkan
• Latih cara kontrol
latihan cara mengontrol PK dengan
PK dengan Fisik I
nafas dalam, pukul bantal atau kasur,
( nafas dalam )
secara verbal, secara spiritual dan
penggunaan obat dengan benar • Bimbing

memasukkan
jadwal kegiatan
harian
SP II

• Evaluasi
kemampuan
D. D.Implementasi Keperawatan
Tgl Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi
Keperawatan

06/03 Perilaku SP I: S: klien mengatakan namanya

2015
kekersan
• Membina hubungan saling percaya Rusli suka dipanggil Rusli.
O: klien bicara lancar, tampak
• Mendiskusikan bersama klien penyebab gelisah dan tidak terfokus
marah, tanda dan gejala PK, PK yang A:dapat terbina hubungan
dilakukan saat marah, akibat PK, cara kontrol saling percaya
PK P: lanjutkan intervensi 2

• mengajarkan cara kontrol PK dengan Fisik I


S: klien mengatakan pernah
( tarik nafas dalam )
memukul ibunya ketika
• membimbing pasien meminta di timang - timang
seperti bayi. Klien merasa
memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
bersalah dan meminta diajari
cara mengontrol marah,
O:klien kooperatif, tatapan
mata tajam, tampak tegang,
klien dapat memahami perilaku
kekerasan
A: PK dapat terpahami oleh
klien

P: lanjutkan intervensi 3
SP III S : klien mengatakan masih

• Memvalidasi masalah ingat cara control marah yang

• melatih kontrol PK dengan sudah diajarkan (tarik nafas


08/03 cara verbal dalam dan pukul bantal), klien

2015 • membimbing pasien mengatakan sudah sering

memasukkan dalam jadwal berdo’a dan shalat di RSJ

kegiatan harian
O: klien tampak senang, kontak mata
baik, klien bersedia membicarakan
dengan baik - baik ketika marah
A: SP III tercapai
P: lanjutkan SP IV (dengan cara
spiritual)
SP IV S : klien mengatakan sudah
09/03
• Memvalidasi masalah
dapat mengontrol emosi, dan akan
mencoba cara control
2015
• melatih kontrol PK dengan
cara spiritual marah dengan berdo’a dan shalat

• Membimbing pasien O: klien tampak senang


A: SP II belum optimal
memasukkan dalam jadwal
P: lanjutkan SP V (dengan cara
kegiatan harian
minum obat teratur)

10/03 SP V
2015 Memvalidasi masalah
menjelaskan cara kontrol PK
dengan minum obat teratur
membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
S : klien mengatakan sudah
teratur dalam meminum obat

O: klien tampak tenang dan


senang, klien kooperatif
A: dapat menggunakan obat
secara teratur

P: pertahankan kondisi pasien


PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun
psikologis.Berdasarkan definisi ini, perilaku kekerasan dapat di
lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu
perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan
terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).(Keliat, Keperawatan kesehatan
jiwa komunitas, 2012)
Pengkajian perilaku kekerasan merupakan salah satu respon
terhadap stressor yang di hadapi oleh seseorang.Respons ini dapat
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan,
penanganan pasien perilaku kekerasan perlu di lakukan secara tepat
dan cepat oleh tenaga yang professional(Wati, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

1. Damaiayanti & Iskandar, 2010. Komunikasi teraupeutik dalam praktik


keperawatan. Bandung. Penerbit : Refika Aditama

2. Direja, Herman Surya, 2011. Buku ajar asuhan keperawatan jiwa.


Yogyakarta. Penerbit : Buku Nuha Medika

3. Hidayati, Eni, 2012. Pengaruh Terapi kelompok supportif terhadap


kemampuan perilaku kekerasan, http://e.journal.unimus.ac.id.pdf . Diakses
pada tanggal 10 Maret 2014.

4. Isaacs, 2004. Keperawatan Kesehatan jiwa dan psikiatrik, edisi 3. Jakatra.


Penerbit : buku kedokteran EGC.

5. Kartono, Kartini. (2011). Patologi sosial kenakalan remaja. Jakarta: Rajawali


Pers.

6. Keliat, B. A. (1999). Gangguan konsep diri. Edisi I.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai