Anda di halaman 1dari 24

Sel & Genetika 2009

- MITOKONDRIA DISORDER -

Mitokondria bersifat maternal, maksudnya diturunkan oleh ibu.


Fungsi dari penurunan sifat mitokondria :
- Melihat penurunan penyakit
- Untuk mendeteksi orang hilang (forensik)
Jumlah mitokondria, terutama di otot jantung lebih banyak. 40% dari sitoplasma berisi mitokondria
Sperma mempunyai mitokondria dibgaian atas (leher) dari flagelnya sebagai penghasil energi ketika
diperlukan.
Teori endosimbiotik mitokondria : Asal mitokondria adalah proses simbiosis antara bakteri atau alga biru
(untuk koroplas) melalui proses endositosis.
Struktur khas dari mitokondria :
- Sel hati : oval mitokondria dengan banyak krista
- Otot rangka : mitokondria baris
- Ginjal : penpanjangan mitokondria yang teletak diantara invaginasi basolateral dari membran plasma.
- Sel pensekresi steroid : mitokondria dengan krista berbentuk tubular
Konsep dasar mitikondria :
- DNA sirkuler 16.569 bp
- Yang mengkode : 13 polipeptida (subunit untuk OXPHOS) dan 22 tRNAs dan 2 rRNAs untuk sintesis
protein
- Tidak mengkode wilayah inisiasi dari replikasi dan transkripsi
- Berkembang lebih tinggi dariapada nDNA
- Turunan ibu
Perbandingan antara nuklear DNA dan mitokondria DNA :

Karekteristik Nuklear DNA Mitokondria DNA Oksidatif


Ukuran gen 3 miliar bp 16.569 bp fosforilasi (OXPHOS):
Kopi per sel 2 ( 1 alel dari setiap orang tua) Dapat > 1000 proses yang mengoksidasi
Struktur Linear (dipaket di dalam Sirkuler kalori untuk menghasilkan
kromosom) suatu potensial membran
Turunan dari Ayah dan ibu Ibu untuk digunakan dalam
Rekombinasi Iya Tidak menghasilkan ATP dan
Unik Unik untuk setiap individu Tidak unik panas dan proses energi
(kecuali kembar) lain. Yang teridiri dari
Tingkat mutasi Rendah Sedikitnya 5-10 kompleks I, II, III, IV, V.
Sekuens waktu nDNA Secara singkat, Kompleks
HGP 2001 Anderson et al 1981 Respirasi I mengkatalisa
oksidasi NADH dengan ubiquinon tereduksi (coenzim Q) sebagai akseptor elektron ( NADH-coenzyme
Q oxidoreductase); ubiquinon teroksidasi yang dihasilkan merupakan substrat dari Kompleks
Respirasi III dengan sitokrom c tereduksi sebagai akseptor elektron (coenzyme Q-cytochrome c
oxidoreductase); sedangkan Kompleks Respirasi IV. cytochrome c oxidase) merupakan tahap terakhir
dari rantai reaksi respirasi dan mengkatalisa oksidasi sitokrom c dengan menggunakan molekul
oksigen. Energi yang dilepas melalui reaksi pembakaran NADH di atas dimanfaatkan pada tiap
tahap rantai respirasi oleh ATP synthase, dengan proton motive force sebagai perantara, untuk
membuat satu molekul ATP dari ADP dan fosfat inorganik. Suksinat memasuki rantai respirasi
melalui aktifitas Kompleks Respirasi II (succinate dehydrogenase) yang menghasilkan coenzim Q
tereduksi, substrat dari Kompleks Respirasi III. Akan tetapi energi yang dilepas oleh Kompleks
Respirasi II tidak mencukupi untuk sintesa satu molekul ATP, dan oleh karena itu oksidasi satu
molekul suksinat hanya menghasilkan dua molekul ATP, dibanding dengan tiga ATP yang didapat per
molekul NADH. Keempat kompleks enzim respirasi tersebut, bersama ATP synthase sebagai
kompleks kelima, merupakan komponen utama membran dalam ( inner membrane) mitokondria dan
dirakit dari lebih 75 polipeptida yang merupakan subunit -subunit dari kompleks enzim tersebut.
(lihat bagan di slide yaa)
Kompleks enzim respirasi mitokondria, subunit yang disintesa oleh mitokondria, dan inhibitor rantai
respirasi.
Kompleks Aktivitas Jumlah Pusat Redoks Inhibitor

1 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Enzim Polipeptida
[yang
disintesis di
mitokondria]
I NADH-coQ >45 [7; ND1-4, 8 FeS (3 pusat) Rotenone
reductase 4L, 5,6] Piericidin
Amytal
II 4 [tidak ada] 2 Cytochrome Malonate
Succinate-
b
coQ
Cytochrome c1
reductase
2 FeS (1 pusat)
III CoQH2- 7-8 [1; Cytochrome a Antimycin
Cytochrome Cytochrome b] Cytochrome a3 A
c reductase
IV Cytochrome 10 [3; COI, 2 Cu CO
c oxidase COII, COIII] CN-
V ATP 10-16 [2; Tidak relevans Oligomyci
synthase ATP6, ATP8] n
CNBr

Beberapa polipeptida mitokondria dikode oleh DNA inti, disintesis di sitosol dan diimpor ke dalam
mitokondria
Gen mitokondria :
Mitokondria Nuklear
Komponen rantai 13 subunits >80 subunit
respiratori
NADH dehidrogenase 7 >45
Suksinat dehidrogenase 0 4
Ubiquinol sitokrom c 1 10
reduktase
Sitokrom c oksidase 3 10
ATP sintase 2 14
Protein lain 0 DNA/RNA polimerasi
Komponen sintesis 2 rRNAs Semua ribosom protein
protein 22 tRNAs mitokondria (>70)
13 mRNAs

harus selalu mempertimbangkan peran mutasi pada mtDNA yang dikode oleh protein nuklear. Dalam
kasus dengan persentase rendah dari mutasi mtDNA tapi manifestasi klinis berat atau sebaliknya.
Penurunan mitokondria :
- Mempengaruhi individu dalam berbagai generasi
- laki-laki dan perempuan kemungkinan yang sama untuk dipengaruhi
- mempengaruhi ayah tetapi belum tentu mempengaruhi anak
- mempengaruhi ibu yang mentransmisikan penyakit ke smua anaknya (tetapi bisa saja tidak sempurna)
Sel mengandung banyak mitokondria yang mempunyai konsekuensi patologi untuk mutasi mtDNA. Dalam
pembagian sel (pemisahan vegetatif), mitokondria dan mtDNA dibagi kepada anakannya dengan jumlah
yang berbeda. Dalam beberapa kasus, pembagian tersebut semuanya normal atau semuanya tidak normal,
yang disebut dengan homoplasmi. Sedangkan untuk kasus campuran ada yang normal dan yang tidak
normal disebut dengan heteroplasmi.
Seorang anak bisa diturunkan lebih dari satu versi mtDNA dari ibunya heteroplasmi. Variasi fenotip
tergantung pada derajat heteroplasmi kelainan yang berbeda-beda
Kelainan yang disebabkan mutasi mtDNA, cenderung mempengaruhi sistem pernafasan: defisiensi rangkai
respiratori, termasuk otot dan syaraf.
Mutasi di inti juga dapat menyebabkan kelainan mitokondria

2 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Penurunan mtDNA mutasi (Heteroplasmik) ke keturunannya bersifat menurun tak seimbang. Terutama
selama organogenesis dapat memicu kenaikan level secara signifikan pada jaringan yang berbeda.
Beberapa mutasi hilang dalam jaringan dengan pembelahan mitotik yang sangat cepat
Bottleneck hypothesis: pengurangan jumlah mtDNA yang menyebabkan perbedaan heteroplasmi antara
anak dan orang tua.

Karakteristik kelainan mitokondria:


Sporadic (tidak dapat diprediksi secara jelas, bisa muncul di anak keberapa tidak bisa diprediksi, laki2 ato
perempuan). Ex : Kearns Sayre Syndrom (KSS), Pearson-marrow syndrome
Maternally inhereted
Delesi besar melibatkan banyak gen Kelainan paling umum
(delesi 4.977 kb dari gen ND5 agen ATPase 8)
Delesi di gen mitokondria yang berakibat pada fungsi mitokondria. Ex : KSS, pearson syndrome, Idiopathic
cardiomyphaty, parkinsom sindrom.
Point mutation di gen mitokondria yang berakibat pada fungsi mitokondria : MELAS, MERRF, Dibates +/-,
tuli, leigh sindrom, multiple symmetrical lipomatosis, cardiomyopathy, myopathy, hypertronic
cardiomyopathy.
point mutasi bisa menyebabkan kelainan mutasi yang bermaca-macam : banyak penyebab beda, gejala
klinik sama; gejala klinik sama, mutasi beda.
Mutasi pada gen biosintesisis tRNA berhubungan dengan penyakit-penyakit :
Myoclonic Epylepsy and Ragged-Red Muscle Fibres (MERRF) (tRNA A8344G),
Mitochondrial Encephalomyopathy Lactic Acidosis and Stroke-like Episode (MELAS) (tRNA A3242G)
Protein pengkode gen : LHON, LDYT, sensorik saraf pendengaran, DM, MELAS, Cardiomyopathy, NARP,
Leigs sindrom.
Cacat di DNA inti yang meregulasi fungsi mitokondria, penurunan yang mengikuti hukum Mendel. Ex :
defisiensi COX, Sindrom Luft, PEO, Congenital miopati.
Pertama kali ditemukan pada penderita miopati,
Pada sindroma CPEO (chronic progressive external opthalmoplegia) Mutasi mtDNA :
Lebers Hereditary Optic Neuropathy (LHON) (G11778A-G3460A)

Kelainan mitokondria:
- Hasil dari disfungsi OXPHOS
- Ditemukan di : CPEO (Chronic progressive external ophtalmoplegia), KSS (Kerarns Sayre Sydrome),
LHON (Lebers Hereditary Optic Neuropathy), MELAS, MERRF

Mutasi mtDNA
Laju mutasi somatik mtDNA 10X lebih cepat daripada DNA inti
Penyebab tingginya kecepatan mutasi :
Tidak tersedianya mekanisme reparasi DNA
Tidak ada proteksi nukleoprotein dan produksi ROS tinggi

3 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Dimer pirimidin yang terbentuk oleh sinar UV tidak dibuang
Ada hot spot mutasi (terjadi berkali-kali dan independen) MELAS A3243G dan LHON G11778A
mtDNA berasosiasi dengan penyakit nueromuscular termasuk diabetes, preeclampsia, kanker, dan
penuaan.
Untai tunggal DNA tidak ada yang diperbaiki
mitochondrial medicine biasanya diartikan secara lebih sempit dalam hubungannya dengan
kegagalan sistem metabolisme energi oksidatif.
Tingginya laju mutasi mtDNA Akumulasi mutasi mtDNA pada sel-sel somatik diikuti penurunan
kapasitas mitokondria dalam metabolisme energi oksidatif

Penyakit yang diturunkan oleh mtDNA


1. Leber's Hereditary Optic Neuropathy (LHON)
Degenerasi saraf optik, menyebabkan kebutaan
Disebabkan mutasi gen yang mengkode 4 sub unit
NADH-C0Q reduktase.
maternal inherited dengan akut/subakut kelihatan penglihatan-umur berapapun(2-3 dekade)
laki-laki umumnya
Tidak bisa bedain warna
mutasi di komplek I dari, rantai respiratory ND1, ND4, dan ND6
pasien biasanya homoplasmik untuk mutasinya
2. Ragged Muscle Fibers (RMF)
Disebabkan mutasi pada tRNA.
3. Kaerns-Sayre Syndrome (KS Syndrome)
Kelainan pada mata dan degenerasi sistem saraf akibat
delesi sebagian mtDNA.
Umumnya mulai terjadi pada masa kanak-kanak.
4. Mitochondrial Encephalomyopathy; Lactic Acidosis; Stroke. (MELAS)
5. Myoclonic Epilepsy; Ragged Red Fibers (MERRF)
Klasifikasi penyakit OXPHOS
I. Mutasi Kelas 1 : Gangguan Gen OXPHOS Inti
1. Benign Infantile mtMyopathy (BIMM)
Lemah waktu lahir, hipotonia, susah makan, laktat asidosis, gangguan respirasi
Mitokondria miopati
Otot dipengaruhi membaik bulan ke 6-9
Kompleks IV terganggu normal pada 1-3 tahun
2. Lethal Infantile mtDiseases (LIMD)
Fungsi oxphos turun drastis
Uji klinik lahir normal, laktat asidosis -
Mati pada tahun I (5 bulan)
3. Benign Infantile mtMyopathi and Cardiomyopathi (BIMC)
Varian dari BIMM
Gangguan skeletal dan otot jantung
4. Lethal Infantile Cardiomyopathy (LIC) :
(X-Linked Cardioskeletal Myopathy (Barth Syndrome)
Kongenital kardiomiopati yang berhubungan dengan
endokardial fibroelastosis dan krista mitokondria
Otot kardiak berbentuk tidak normal
Retardasi perkembangan dengan mitokondria miopati
Gangguan kromosom Xq28 (5-5 Mb)
Identik dengan Emery-Dreifuss muscular distrophy dan
X-linked miotubuler miopati.
5. Chronic Progressive External Ophtalmoplegia (CPEO) &
Kearn-Sayre (KS) Syndrome
Terjadi spontan akibat delesi dan duplikasi mtDNA
Beberapa KS & CPEO transmisi dominan otosom

4 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Ketulian, lemah otot proksimal, abnormal respon vestibu-ler, tremor, ataksia, neuropati
sensori motor (CPEO)
Defek OXPHOS kompleks I & IV
6. Inherited Exertional Myoglobinuria
Defek enzim (glikogenolisis, glikolisis, transpor asam lemak)
Disfungsi OXPOS (defek kompleks II)
epilepsi , Demensia, Regenerasi retinal, Kardiomiopati
7. Leigh Disease (Subacute Necrotizing Encephalopathy)
Dapat dihasilkan pewarisan Mendelian dan mutasi maternal
Terbukti adanya mutasi pada DNA inti (resesif)
Defek kompleks IV
8. Mitochondria Myopathy
Autosom dominan (variabel penetrans) dan resesif
mitokondria miopati terjadi pada jaringan spesifik
Sindrom ini sangat susah dikenal
Turun spesifisitas inti mengkode sub-unit kompleks II & III
Manifestasi klinik (mitokondria miopati, serebelar ataksia, DM)
II. Mutasi Kelas 2 : Mutasi mtDNA
1. LHON
2. Myoclonic Epilepsy & Ragged-Red Fiber Disease (MERRF)
3. Mitochondria Encephalomyopathy, Lactic Acidosis, and
4. Stroke-like Episodes (MELAS)
5. Hypertrophic cardiomyopathy and myopathy
6. (Infantile on-set dan adult on-set)
7. Mitochondria Myopathy
8. Leigh Disease (Sub-acute Necrotizing Encephalomyopathy)
9. Alzheimer Disease (AD) and Parkinson Disease (PD)
10. Maternally Inherited sensorineural Defness (MISD)
III. Mutasi Kelas 3 : Delesi dan Duplikasi mtDNA
1. KS & CPEO Syndromes (deletion mtDNA)
2. KS & CPEO Syndromes (Duplications mtDNA)
3. Pearson Syndrome
4. Diabetes mellitus and Deafness
5. Migraines and Stroke (Malignant Migraine)

IV. Mutasi Kelas 4 : Gangguan Pewarisan Tidak Diketahui


1. Alpers disease Progressive Infantile Poliodystrophy)
2. Lethal Infantile Cardiomyopathy (LIC)
3. Idiopathic Dystonia
4. Mitochondrial Myopathy
5. Myoneurogastrointestinal Disorder and Encephalopathy
(MNGIE)
Ketulian (NSD) A1555G
- Mutasi adenin guanin smal ribosom RNA sintesis mitokondria tidak berjalan dengan baik
penyebab utama ketulian yang diinduksi antibiotik.
- Ditemukan di latar belakang etnik yang berbeda
- Prevalenssinya 0,5-2,5% diEropa, 3% di Jepang sensorineural deafness dan 10% cochlear implantation
di Cina
- pengujian untuk mutasi harus dilakukan sebagai rutinitas sebelum administrasi antibiotik
aminoglikosida

Mekanisme patogenesisnya baru, sebagia mutasi yang teletak dekat struktur stemloop di 12rRNA yang
memerlukan pengikatan di obatnya dan menganggu translasi mitokondria.
Kemungkinan diturunkan dari ibu
Strategi untuk mempelajari mjutasi mtDNA A1555G di sensorineural deafness :
- Isolasi DNA dari darah perifer

5 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
- Generasi dan budaya dari sel fibriblas
- Mendeteksi mutasi mtDNA
- Mengapa pola kompleks pewarisan diamati?
- penilaian kuantitatif NADH-aktivitas reduktase tetrazolium
- defesiensi enzim respiratory?
Ditemukan penyebabnya adalah mutasi di mtDNA A1555G. Tetapi mutasi dapat diidentifikasikan tidak
hanya dari garis keturunan ibu.
Reduksi dari aktivitas kompleks I yang diobservasi (35 % simptomatik, 13 % asimtomatik anggota keluarga)
Cara mengobati :
- Tidak ada terapi yang efisien
- Bypass CoQ 10
- Terapi gen
Metabolisme Bypass/terapi :
- menaikan produksi ATP penangkapan klinis pogression
- coQ 10 mentransfer elekton dari kompleks I dan II sampai III
- menadione menaikan metabolisme pospat di sel
- succinate TCA intermedit, mendonor elektron ke kompleks III
- idebenone sama dengan CoQ 10 (di LHON yang meningkatkan visual acquity)
- tiamin (kofaktor i=untuk PDH), rinovalin (untuk kompleks I, II)
CPEO dan KSS berasosiasi dengan multigen delesi mtDNA , missense mutasi, G11778A yang mempengaruhi
respiratory complex I. A1555G di 12S rRNA disebabkan aminoglikosida menginduksi sensorinural deafness
yang realtif tinggi.

- GENETIKA POPULASI -

Isinya:
Genetika Populasi: Its all about frekuensi alel dalam populasi.
Keseimbangan Hardy-Weinberg dan syarat2nya.
Plus2: Teori Probabilitas
Wah, mudah bngeet, bukan? Skiip aj deh, tp klo mau refresh2,,,here they are:

A. Genetika Populasi
1. Genetika populasi = mempelajari distribusi gen, pd kelompok individu yg hidup di lingkungan tertentu,
kawin antar anggota (interbreeding), & berkontribusi membentuk gene pool (total informasi genetik
yg dibawa o/semua anggota populasi).
2. So, klo di genetika mendel kita blajar ttg gen pada 1 individu or 1 perkawinan dan keturunannya,
skrang kita belajar ttg gen pada populasi.
3. Populasi = Kumpulan individu yg membawa varian genetik (alel).
4. Fenotip individu dikontrol oleh gen yang terdiri dari sepasang alel (monogen) atau beberapa
gen/pasang alel (poligen).
5. Frekuensi alel menentukan karakter utama/ciri khas suatu populasi.
6. Frekuensi alel dalam populasi menyatakan berapa banyak jumlah alel itu dalam populasi dan
bagaimana proporsi alelnya.
7. Alel pada individu selalu tetap dari embryo smpai nenek2, sedangkan komposisinya pada populasi
BISA! berubah2.
8. Individu dengan varian kecil kurang adaptable terhadap perubahan lingkungan less survive.
Sebaliknya, varian besar lebih adaptable survive.
Contoh: Bekicot vs Cheetah! Meskipun slalu kalah lomba lari ma Cheetah, bekicot ternyata lebih
kebal terhadap perubahan lingkungan. Lihat aja warna kulitnya/cangkangnya yg bervariasi! Klo
cheetah, variannya kurang, makanya cuman ada di Afrika! Ya gak? Itupun tergolong langka &
terancam punah.
Jadi, meskipun spesies sama, tapi berada di populasi yg berbeda, frekuensi alelnya boleh jadi beda!
Itulah uniknya genetika populasi ini..
9. Populasiperubahan bisa terus-menerus berakumulasi membentuk fenotip/spesies
baruevolusi (populasi = unit dlm evolusi).

6 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
10. Evolusiprubahan diversitas dan adaptasi lingkungan---faktor seleksimenentukan survival anggota
populasi.
Contoh: Di afrika barat, sickle cell anemia (sel darah merah sabit) prevalensinya tinggi, sbg bentuk
ketahanan terhadap malaria. Krn yg normal (baca: bulat) menurut kita, rentan terhadap malaria. Tp,
yg resesif jg rentan terhadap anemia berat. Jd, mungkin yg agak diuntungkan yg hetero.

Rumus Frekuensi
Frekuensi genotip = jumlah genotip dalam populasi Syarat:
Total populasi 1%
Frekuensi Alel = (2 x jumlah alel yg HOMOzigot) + alel hetero
2 x Total populasi
Contoh:
MM = 1787;
MN = 3039;
NN = 1303;
Total populasi= 6129
1) Frekuensi Genotip MM=1.787/6.129
Frekuensi Genotip MN = 3.039/6.129
Frekuensi Genotip NN = 1.303/6.129
2) Frekuensi alel M = (2 x 1787)+3039 = 0,5395
2x6129
Frekuensi alel N = 3039+(2x1303) = 0,4605
2x6129
Nah, dari sini terbukti bahwa frekuensi alel M(0,54) + N(0,46) = 1. Persis dengan teori p + q = 1
(keseimbangan frekuensi!) = polimorfik bersegregasi sesuai Hk. Mendel.

B. Keseimbangan Hardy-Weinberg/HW
Syarat-syarat:
Populasi besar
o Jumlah anggota populasi berkurang beberapa doang tidak mempengaruhi perubahan frekuensi
tidak mengubah keseimbangan/HW.
o Populasi kecil atau terisolasi genetic drift deviasi/penyimpangan perubahan frekuensi
populasi tidak seimbang; atau bisa juga terjadi
founder effect perkawinan internal antar anggota populasi terisolasi
Random mating = persilangan antar lokus
Istilah: inbreeding (kawin dalam keluarga); outbreeding (kawin antar keluarga); assortive positif
(kawin dgn fenotip sama); assortive negatif (kawin dengan fenotip beda)
o Inbreeding + ass.positif meningkatkan frekuensi genotip homozigot
o Outbreeding + ass.negatifmeningkatkan frekuensi genotip hetero
o Perkawinan non acak deviasi frekuensi gen populasi tidak seimbang.
o Pada manusia, random mating golongan darah M & N.
Non random mating alias milih2 penampilan fisik dan itelegensi.
No Mutasi
o Forward rugi menurunkan fitness frekuensi turun reduksi alel/gen mengubah
keseimbangan HW
o Reverse maju untung meningkatkan fitness meningkatkan frekuensi alel perbaikan
alel mutan ke normal atau alel normal jadi lebih maju mengubah keseimbangan HW
No Migrasi (pada populasi terbuka; populasi tertutup g mmgkinkan migrasi)
Migrasimating anggota baru dan lama menambah jumlah alel atau membawa alel baru gene
flow peningkatan viabilitas/ketahanan dan variabilitas/variasi mengubah keseimbangan HW
No Seleksi Alam
Fitness tergantung pada viability (kemampuan bertahan) dan fertility (kemampuan reproduksi)
menentukan frekuensi alel yg jumlah & proporsinya prevalen di populasi.
Seleksi alel yang baik peningkatan frekuensi alel dgn fertilitas dan viabilitas yang baik
frekuensinya dominan dalam populasi mengubah karakter populasi tersebut (proses: Evolusi)
mengubah keseimbangan HW.

7 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Contoh: Sebelum revolusi industri di Inggris, kupu2 sayap putih yg prevalen, setelah revolusi, sayap
hitam yg lebih prevalenmengubah frekuensi alel.
Lokus autosom
Yang bukan autosom, seperti penurunan penyakit terangkai kromosom X.
Wanita = XX diploid segregasi normal
Pria = XY (X cuman 1) haploid menyimpang dr keseimbangan HW.

Klo memenuhi syarat-syarat di atas populasi berada pada keseimbangan genetik frekuensi alel
tetap dari generasi ke generasi.
Rumus: (p+q)2 = p2 + 2pq + q2
p2=homozigot dominan; 2pq=heterozigot; q2=homozigot resesif

C. Teori Probablilitas
Masalah genetik tidak dapat dijawab dengan pasti. Informasi yang diberikan sering kali tidak
tepat/nyata dijawab dengan probabilitas/peluang (0-100%). 0 tidak akan terjadi; 100% pasti
terjadi.
Contoh:
Jika sepasang suami dan istri menikah, berapa peluang lahirnya seorang manusia? Ya iyalah! 100%.
G mungkin akan lahir beruang atau ayam/bukan manusia 0%.
Aplikasinya:
Kombinasi ganda: karena sering pada objek yang sama, peristiwa yang satu dipengaruhi peristiwa lain.
Mutually Exclusive (kejadian 1 tidak bergantung kejadian lain)
o Alternatifnya hanya 2:
Peluang munculnya anak laki-laki adalah 1 dari 2 kemungkinan (laki-laki atau perempuan)
50%. Begitupun untuk anak perempuan.
o Alternatif > 2
A hetero x B hetero (IAI0 x xIBI0) menghasilkan keturunan A, B, AB, dan 0. Jadi, peluang
masing2 golda .
Mutually Independent (kejadian 2, 3, dst. tidak dipengaruhi kejadian 1).
o Kemungkinan mendapat dua anak, anak pertama laki (1/2) & kedua perempuan (1/2) = x
= .
o 2 kejadian:
Anak laki-laki (1/2) normal (3/4) dari perkawinan carier albino = x = 3/8.
o Alternatif kemungkinan > 2
Perkawinan karier albino, berapa kemungkinan 3 anaknya (1 cowok normal, 1 cewek normal,
1 cowok albino) ?
Pake rumus (p+q+r)3 terlalu ruwet?
Pake rumus n ! ps qt
s! t!
n = jumlah kejadian
p & q = probabilitas cowok dan cewek
s & t = komposisi cowok dan cewek yg diinginkan/ada pd kasus
3 ! ()2 ()1 = 3x2x1 = 3/8
2! 1! 2x1x1
(sebenarnya menurut gw g nyambung nih contoh pemakaian pd rumus dengan
soalnya..albino nya mana gitu? )

- POLIGEN & MULTIFAKTOR -

Dalam setiap sel manusia terdapat susunan basa nitrogen yang dapat membentuk gen. Apakah gen itu? Gen
adalah susunan basa nitrogen yang diekspresikan. Jadi gak semua susunan basa nitrogen itu adalah gen karena
ada beberapa basa nitrogen yang gak diekspresikan. Nah, gen itu sendiri gak cuman ada satu, ada juga
alternatif dari suatu gen (biasanya karena mutasi) yang dinamakan alel. Alel pada suatu spesies itu yang
membuat adanya variasi. Contohnya ada gen untuk mata coklat, trus alternatifnya gen mata biru.

8 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Gen-gen yang disebutkan di atas itu dibawa oleh kromosom (kira-kira begitu). Sesuai penurunannya,
penurunan gen oleh kromosom ini dibagi menjadi beberapa kategori (udah pada tau kan, jadi yang penting-
penting aja yah):
Autosomal Resesif
o Pada pola ini, biasanya anaknya terkena penyakit (contohnya albino), tapi orangtuanya normal-
normal aja
o Kalo gitu, orang tua yang punya alel heterozigot itu disebut carrier
o Cowok sama cewek punya kecendrungan yang sama buat terkena penurunan ini
o Contohnya: Tay-Sachs Disease (alel di kromosom 15, ada penumpukan lisosom di otak
deteriorasi psikomotor)
Autosomal Dominan
o Pada pola ini, kalo anaknya sakit pasti salah satu orang tuanya juga sakit, karena dominan
(gampang lah, udah pada ngerti kan)
o Gak ada yang namanya carrier karena yang heterozigot juga terkena
o Perlu diingat walaupun kedua orangtuanya sakit, bisa aja anaknya gak sakit (kalo kedua orang
tuanya heterozigot)
o Cowok & cewek punya kecendrungan sama untuk kena penurunan ini
o Contohnya: Achondroplasia (cebol), Brachydactili (jari gemuk dan pendek),
Hipercholesterolemia (kolesterol tinggi), Marfan Syndrome (kelainan jaringan ikat),
Neurofibromatosis (kromosom 17; jaringan saraf membelah gak teratur, kayak tumor),
Huntington Disease (kromosom 4; kelainan neurodegeneratif)
Rangkai Sex X (Dominan & Resesif)
Rangkai Sex Y
Nah yang udah disebutin di atas tadi itu contoh penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik, tapi
gen-gen yang diturunkan itu gak semuanya penyakit! Ada juga yang mengatur fenotip seseorang, contohnya:
Bentuk jidat, dominannya (WW/Ww) Widows peak (kayak huruf W), resesifnya rambut lurus normal
(ww)~(liat di slide yah, susah jelasin pake kata-kata)
Earlobes, dominannya EE/Ee itu gak nempel, kalo nempel berarti resesif ee
Jari, yang dominan itu jari pendek (SS/ss) kalo resesifnya jari panjang (ss)
Freckles (ada bintik2 gitu di muka), yang dominan (FF/Ff) itu ada frecklesnya, kalo gak ada berarti
resesif (ff)
Bentuk mata (rada rasis), ada yang sipit sama biasa aja, tapi belom jelas yang dominan dan resesif
yang mana
Kebotakan, nah ini agak unik, kebotakan berbeda efeknya kalo di perempuan dan laki-laki. Kalo
gennya homozigot (HH), perempuan dan laki-laki botak. Kalo gennya heterozigot (Hh), laki-lakinya
botak tapi perempuannya biasa aja. Kalo gennya homozigot resesif, yah semuanya normal.

Keliatannya penurunan di atas gampang kan? Sayangnya penurunan sifat itu gak sesimpel itu. Ada faktor-
faktor lain yang bikin rumit:
Poligen, suatu sifat keturunan ditentukan oleh lebih dari satu pasang alel, contohnya warna kulit,
tinggi, berat, kecepatan metabolisme, perilaku dan tingkat intelegensi. Yang perlu diingat bahwa pola
penurunan poligen itu tidak jelas (tidak bisa dikategorikan ke autosomal dominan-resesif maupun
terpaut sex).
Multifaktor, sifat yang diatur banyak gen tadi, ditambah lagi faktor lingkungan. Contoh pada manusia:
o Cleft lip/palate (bibir sumbing; kemungkinan karena gen atau penggunaan obat epilepsi), club
foot, hipertensi, diabetes (pengaruh poligen; lingkungan [obesitas, konsumsi kalori tinggi]),
schizophrenia (pengaruh genetik & tekanan, stress2 gitu).
o Kalo pada hewan, Siamese Cat & Himalayan Rabbit warna bulu di kuping, hidung, telapak kaki,
dan ekor warnanya lebih gelap karena produksi melanin di hewan tersebut dipengaruhi enzim
yang bekerja optimal disuhu rendah. Jadi warna gelap itu karena di bagian-bagian itu (ujung
badan) panas tubuhnya kebuang ke lingkungan a.k.a lebih dingin.
o Harus diingat, keberadaan gen yang demikian tidak berarti akan munculnya suatu
fenotip/penyakit tertentu! Contohnya pada jantung koroner, walaupun seseorang memiliki gen
yang membuat rentan terkena jantung koroner, jika faktor-faktor seperti hipertensi, merokok,
diet lemak, dll bisa dikontrol, jantung koroner belum tentu terjadi. Namun terdapat juga hal-hal

9 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
yang menambah kemungkinan terjadinya dan tidak dapat dimanipulasi seperti umur dan gender
(laki-laki lebih rentan terhadap ini).
Pleiotropy, kalo ini, satu gen menghasilkan banyak kelainan (kebalikan poligen). Contohnya: sickle-
cell anemia kan diatur sama satu alel, tapi efeknya bisa bikin lemah fisik, anemia, gagal jantung, nyeri
dan demam, kerusakan otak, kelumpuhan dll.
Phenocopy, fenotip yang dimiliki seseorang itu sebenarnya bukan karena ekspresi gen, tapi karena
lingkungan, tapi hasilnya mirp kayak hasil ekspresi gen. Contohnya: Dulu ibu-ibu yang hamil itu suka
mual-mual (morning sickness), trus dokter-dokter dulu ngasih talidomit buat ngilangin gejala-gejala
itu. Nah waktu ibu-ibu itu melahirkan, anak-anaknya kebanyakan cacat. Kan mirip kayak cacat turunan
akibat gen, tapi sebenarnya itu efek obat (lingkungan).
Dominansi tidak sempurna, terjadi saat alel heterozigot memiliki sifat yang menengahi sifat
dominan dan resesif. Contohnya: Family Hypercholesterolemia, Sickle Cell Disease (alel heterozigot
membuat individu tahan terhadap malaria.
Kodominan, terjadi kalo kedua alel yang berbeda sama-sama terekspresi dengan seimbang.
Contohnya: golongan darah manusia AB (ada antigen A maupun antigen B)

Major Histocompatibility Complex (MHC)


Sistem MHC adalah pengkodean terhadap protein permukaan membran sel yang menentukan tingkat
kecocokan jaringan (contohnya pas transplantasi). Jadi, dia mengenali yang self dan non-self. Nah pada
manusia, MHC itu dikodekan dengan sistem Human Leukocyte Antigen (HLA) disebut juga antigen
transplantasi. Intinya, HLA mengekspresikan protein permukaan yang unik pada setiap orang, kalo
ditransplantasikan organ yang protein permukaannya berbeda (HLA berbeda), akan dikenali sebagai non-self
dan akan diserang.

Gen yang mengatur HLA ini letaknya di kromosom 6 lengan p lokus 21-23. HLA diklasifikasikan menjadi tiga
kelas besar dengan subregion-subregionnya:
HLA class I HLA-A, HLA-B, HLA-C
HLA class II HLA-DR, HLA-DQ, HLA-DP
HLA class III
Setiap subregion diatas punya banyak alel yang mempengaruhi, jadi banyak banget kombinasi yang mungkin
terjadi pada setiap individu. Setiap genotip mengekspresikan protein permukaan yang unik, sampe2 saudara
kandung aja HLA nya bisa beda. Berkenaan dengan HLA ini, ada beberapa penyakit yang berhubungan:
Ankylosing spondylitis, kelumpuhan saraf pada remaja
Psoriasis, penyakit kulit yang ditandai gatal, merah dan bersisik, dll

Agak ribet yah penjelasan diatas? Nah sekarang muncul pertanyaan, gimana sih para ahli bisa mengetahui kalo
penyakit-penyakit yang sudah disebutkan diatas memiliki faktor genetik? Ada dua studi yang dilakukan:
Twin pair studies, seperti namanya, ini adalah studi yang memperhatikan faktor-faktor genetik pada
anak kembar. Kembar itu bisa dua jenis, monozygotic (berasal dari satu zygot lalu membelah jadi dua)
atau dizygotic (memang ada dua telur dan dua sperma yang membentuk dua zygot). Hasil dari studi
ini didapatkan bahwa kembar monozigot memiliki rasio konkordansi (penurunan genetik) yang lebih
tinggi (tinggi badan 95% dan IQ 90%) sedangkan dizygotic jauh lebih rendah (tinggi badan 52% dan IQ
60%). Untuk konkordansi penyakit juga diketahui bahwa monozygotic lebih tinggi daripada dizygotic:
o Cystic Fibrosis 100% (monozigot) > 25% (dizigot)
o Hipertensi 30% > 10%
o Rheumatoid artritis 30% > 5%
o Type I Diabetes Mellitus 36% > 5%
Relative risk studies, yang ini adalah studi mengenai risiko relatif terjadinya penyakit. Untuk
mendapatkan data-data risiko relatif tersebut harus dilakukan dengan riset.

Untuk menambah kerumitan materi ini, ada juga yang namanya Heritability yaitu proporsi terjadinya suatu
penyakit dikarenakan penurunan genetik (jadi bukan efek lingkungan). Terdapat beberapa penyakit yang
walaupun frekuensi kejadian di masyarakat itu kecil namun kemungkinan terjadi penyakit ini sangat besar:
Schizophrenia, di masyarakat hanya 1% yang mengidap tapi kemungkinan terjadi karena faktor
genetik mencapai 85%! (menurut dr. Anita setiap angkatan pasti ada yang kena)

10 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Asthma, di masyarakat sekitar 4% yang mengidap namun kemungkinan karena faktor genetik sebesar
80%
Ankylosing spondylitis, sangat kecil di masyarakat 0.2%, faktor genetik 70%
Lebih unik lagi, besar heritability ini berbeda-beda juga tergantung tempat terjadinya penyakit (organ
tertentu). Contohnya pada osteoarthritis, kemungkinan terjadinya penyakit ini oleh faktor genetik lebih besar
pada tulang belakang (75%) daripada di lutut (44%).

Lebih mempersulit lagi kepastian bahwa seseorang memiliki gen penyakit yang diturunkan. Tidak semua
penyakit bisa terlihat dari lahir (congenital malformations; seperti cleft lip/palate, congenital hip disorder,
neural tube defect, dll), tetapi ada juga yang muncul pada saat sudah dewasa (adult onset disorders; seperti
diabetes mellitus, epilepsi, glaukoma, hipertensi, ischaemic heart disease, manic depression, dan
schizophrenia). Diingatkan sekali lagi bahwa munculnya penyakit-penyakit tersebut belum tentu juga
dikarenakan oleh faktor genetik. Satu prinsip yang bisa kita pegang dalam materi ini tidak ada sesuatu yang
pasti, yang pasti hanyalah ketidakpastian itu sendiri.

- KOMUNIKASI ANTAR SEL -

Sel berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan caraka kimia. Bentuk-bentuk komunikasi
antar sel tersebut yaitu :
1. Gap Junction
Komunikasi antar sel di mana caraka kimia berpindah dari satu sel ke sel lain tanpa memasuki ECF
(Extracelullar Cell Fluid) atau Cairan Ekstraseluler. Struktur dari membran plasma sel memungkinkan terjadinya
komunikasi antar sel dengan kontak fisik yang membiarkan molekul-molekul kecil untuk lewat dari sitosol sel
yang satu ke sitosol sel yang dituju.

Unit protein gap junction disebut Koneksin. Koneksin tersebut membentuk


heksamer dengan pori-pori hidrofilik. Unit individual dari gap junction ini
disebut Konekson (gabungan dari 6 koneksin).

2. Komunikasi Sinaps atau Saraf


Neurotransmitter dilepaskan dari sel saraf pada synaptic junction, menyeberangi celah sinaptik pada sel
postsinaptik.
3. Komunikasi Endokrin
Hormon mencapai dan berikatan dengan reseptor pada sel target dengan perantara aliran darah.
4. Komunikasi Parakrin
Hormon diedarkan ke sel-sel sasaran yang terletak di sekitar sel sekretori. Didistribusikan dengan proses difusi
yang sederhana. Tidak diedarkan melalui darah karena dalam waktu yang singkat hormon tersebut
diinaktivasikan oleh enzim-enzim tertentu yang terdapat di sekitarnya sehingga hormone tersebut hanya
bekerja di sel-sel yang jaraknya dekat.
5. Komunikasi Autokrin
Hormon bekerja pada sel itu sendiri atau sel-sel di sekitarnya yang sejenis.

Hiposisis terbagi menjadi dua bagian :


1. Anterior bersama bagian intermediet disebut adenohipofisis, yang menghasilkan hormone-hormon
seperti ACTH, Tyroid Stimulating Hormon (TSH), FSH, LH, prolaktin, gonadotropin, dan hormon
pertumbuhan.
2. Posterior disebut neurohipofisis, di mana batang hipofisis adalah jaringan saraf
Hipotalamus adalah bagian dari otak. Hipotalamus terdiri dari neuron-neuron yang mengeluarkan
semacam relizing hormone untuk memerintahkan hipofisis mensekresi hormon. Misalnya, hipotalamus
mengeluarkan TRH (Tyroprophin Relizing Hormone) yang memerintahkan hipofisis untuk mensekresikan
hormon TSH (Tyroid Stimulating Hormone). oleh karena itu, hormon yang dikeluarkan oleh hipofisis disebut
dengan neurohormon. Hormon yang dihasilkan dengan rangsangan dari neuron kemudian masuk ke sistem
peredaran darah portal yaitu mengalir dari satu kapiler darah ke kapliler yang lain.

11 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009

Pembahasan dari materi ini lebih ditekankan pada proses komunikasi sinaps.

SEL SARAF
Kecepatan suatu potensial aksi berjalan disepanjang akson bergantung pada dua faktor, yaitu :
- Apakah seratnya bermielin
- Garis tengah serat
Hantaran oleh aliran arus lokal terjadi pada serat-serat tidak bermielin.
Metode penjalaran yang lebih cepat, berlangsung pada serat-serat yang bermielin yang disebut hantaran
saltatorik (saltatory conduction).
Serat bermielin terbungkus mielin pada interval-interval teratur disepanjang akson. Mielin terutama
terdiri dari lipid, oleh karena itu selaput mielin berfungsi sebagai insulator (seperti karet tebal yang
membungkus kabel listrik). Selaput mielin berfungsi untuk mencegah arus bocor menembus bagian membran
yang bermielin.
Sel-sel pembentuk mielin adalah oligodendrosit di susunan saraf pusat dan sel Schwann di sistem
saraf perifer.
Di antara daerah-daerah yang bermielin, membran akson telanjang yang disebut nodus Ranvier.
Hanya di daerah inilah dapat timbul potensial membran dan arus dapat mengalir melintasi membran.

Pada serat bermielin, impuls meloncat dari satu nodus ke nodus berikutnya melewati bagian-bagian
bermielin pada akson. Proses ini disebut hantaran saltatorik. Hantaran saltatorik menyalurkan potensial aksi
lebih cepat daripada hantaran arus lokal. Serat-serat bermielin mengantarkan impuls sekitar lima puluh kali
lebih cepat daripada serat tidak bermielin untuk ukuran yang sama.

KOMUNIKASI SINAPS
Sinaps bertanggungjawab untuk transmisi satu arah dari impuls saraf. Sinaps adalah tempat
terjadinya kontak fungsional antarneuron atau antara neuron dan sel efektor lain (sel otot dan kelenjar).
Fungsi sinaps adalah mengubah suatu sinyal listrik (impuls) dari sel prasinaptik menjadi sinyal kimia yang
bekerja pada sel pascasinaptik.
Kebanyakan sinaps meneruskan informasi dengan membebaskan neurotransmitter selama proses
penghantaran sinyal. Neurotransmitter adalah zat kimia yang membuka atau menutup kanal ion (ion channel)
atau mengawali rentetan second messenger jika bergabung dengan protein reseptor.
Sinaps itu sendiri dibentuk oleh :
- sebuah akson terminal (ujung prasinaps) yang menyampaikan sinyal
- suatu daerah pada permukaan sel lain yang menghasilkan sinyal baru (ujung pascasinaps)
- suatu celah antar sel sempit yang disebut celah sinaps/synaptic cleft.

Jika sebuah akson membentuk sinaps dengan badan sel Aksosomatik


Jika sebuah akson membentuk sinaps dengan dendit Aksodendritik
Jika sebuah akson membentuk sinaps dengan akson Aksoaksonik

12 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009

Transmisi sinaptik

Channel ion terbagi menjadi dua yaitu :


- Berpintu (gate channel), gate ini bisa terbuka dan tertutup
- Tidak Berpintu (leak channel)

Terdapat tiga jenis channel bergantung pada faktor-faktor yang menginduksi perubahan konformasi saluran :
1. Voltage-gated channels, yang membuka dan menutup sebagai respons terhadap perubahan potensial
membran.
2. Chemical messenger-gated channels atau ligan-gated ionic channel, yang membuka atau menutup sebegai
respons terhadap terikatnya suatu perantara kimia spesifik ke reseptor membran yang berkaitan erat
dengan membran.
3. Mechanically-gated channels, yang berespons terhadap peregangan atau perubahan bentuk (deformasi)
mekanis lainnya.

Ini mekanisme komunikasi sinaps yang dijelasin sama Prof.Djauhari

Pada keadaan istirahat, pompa Natrium bisa mengatur agar Natrium yang masuk ke sel dan Natrium
yang keluar sel sama besar. Dalam keadaan aktif, neurotransmitter ditangkap oleh reseptor natrium yang
berpasangan. Gate natrium terbuka sehingga Natrium bisa masuk melalui gate channel dan leak channel.
Karena konsentrasi Natrium di ekstrasel lebih tinggi (artinya bermuatan positif), maka akibat masuknya
Natrium ke intrasel menyebabkan kepositifan ekstrasel mengecil dan kenegatifan intrasel juga mengecil. Hal
ini menyebabkan perbedaan muatan juga kecil. Kejadian inilah yang disebut sebagai
depolarisasi/hipopolarisasi.
Jika hal ini berlanjut terus hingga beda muatan menjadi nol atau sampai ke nilai ambang letup, maka
akan terjadi potensial aksi. Potensial aksi adalah pembalikan singkat potensial membran akibat perubahan
cepat permeabilitas membran.
Depolarisasi di post synaptic yang satu bisa membangkitkan polarisasi di post synaptic selanjutnya.
Hal ini disebut excitatory post synaptic potential.

Lain halnya kalau yang masuk ke dalam sel adalah ion Chlor. Konsentrasi Chlor diluar sel rendah
(artinya bermuatan negative). Saat ion Chlor yang negative tersebut masuk ke dalam sel yang juga bermuatan
negative, maka muatan ekstrasel semakin positif dan muatan intrasel semakin negative. Hal ini mengakibatkan
perbedaan muatan yang semakin besar yang disebut hiperpolarisasi. Tapi kejadian ini mengakibatkan
penghambatan penjalaran impuls ke sel berikutnya, sehingga disebut juga dengan inhibitory post synaptic
potential.

Kali ini adalah jika ion kalium yang masuk. Neurotransmitter yang dilepaskan dari terminal buttons
ditangkap oleh reseptor kalium yang berpasangan. Kalium ekstrasel konsentrasinya lebih kecil daripada yang
ada di dalam intrasel. Hal ini berarti kalium yang ada di dalam sel bermuatan positif. Kalium yang berada di
intrasel tersebut keluar menuju ekstrasel. Tau sendiri kan apa yang terjadi. Ekstrasel kan bermuatan positif,

13 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
nah terjadi migrasi besar-besaran kalium yang juga bermuatan positif, akibatnya ekstrasel semakin positif dan
intrasel semakin negative. Perbedaan muatan yang semakin besar ini disebut hiperpolarisasi.

Tapi pada bisa ngebedain donk antara hiperpolarisasi pada Chlor dan Kalium. Kalau hiperpolarisasi
pada Chlor diakibatkan masuknya Chlor ke intrasel. Sedangkan kalau hiperpolarisasi pada Kalium diakibatkan
keluarnya Kalium dari intrasel ke ekstrasel.

NEUROMUSCULAR JUNCTION
Atau disebut juga dengan myoneural junction adalah hubungan antara badan sel saraf motorik dan
otot rangka. Setiap akson sel saraf motorik bisa terbagi menjadi ratusan atau bahkan ribuan cabang. Setiap
cabang akson inilah yang menginervasi satu serat otot rangka.
Pada tempat inervasi atau persarafan, saraf tersebut kehilangan selubung mielinnya dan membentuk
bagian terminal yang melebar, yang terdapat di dalam lekukan pada permukaan sel otot. Struktur ini disebut
motor-end-plate atau taut otot-saraf.
Pada tempat ini, akson ditutupi selapiis sitoplasma tipis dari sel Schwann. Di ujung akson, terdapat
banyak mitokondria dan vesikel sinaps yang mengandung neurotransmitter asetilkolin. Reseptor asetilkolin
dinamakan kolinergik.
Bila sebuah potensial aksi memasuki motor-end-plate, asetilkolin dibebaskan dari ujung akson,
berdifusi melalui celah dan terikat pada reseptor asetilkolin dalam sarkolema di lipatan pertautan. Pengikatan
asetilkolin menyebabkan sarkolema menjadi lebih permeable terhadap natrium, yang berakibat depolarisasi
membran. Di sini hanya bisa terjadi depolarisasi, tidak bisa terjadi potensial aksi. Potensial aksi hanya terjadi di
sel otot rangka disekitarnya, dan hal inilah yang akan membuat terjadinya kontraksi otot.
Kelebihan asetilkolin dihidrolisis oleh enzim kolinesterase yang terikat pada lamina basal celah sinaps.
Pemecahan asetilkolin diperlukan untuk menghindari lamanya kontak transmitter dengan reseptor yang
berada dalam sarkolema.
Depolarisasi yang diawali di motor-end-plate diteruskan di sepanjang permukaan sel otot dan masuk
jauh ke dalam serabut melalui sistem tubulus transverses.

14 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009

KOMUNIKASI INTERSELULER DENGAN MEDIATOR KIMIA

Ini adalah suatu model yang terjadi di membran sel.


Jika suatu stimulator ligan berikatan dengan reseptornya, maka
protein yang akan teraktifkan adalah Gs yang nantinya akan
mengaktifkan enzim adenil siklase. Adenil siklase ini akan mengubah
ATP menjadi siklik AMP (cAMP). cAMP akan mengaktifkan protein
kinase A, yang mana akan memfosforilasi (memberikan posfat)
protein dan menghasilkan efek fisiologis. Bisa juga terjadi kalau ligan
berikatan dengan inhibitory reseptor, maka protein yang akan
teraktifkan adalah Gi dan akan menghambat adenil siklase.
NB : Dalam hal ini yang menjadi second messenger adalah cAMP.

15 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Dimulai dari reseptor yang terdapat di membran sel juga, jika
berikatan dengan ligan maka akan mengaktifkan protein G Q yang juga
akan mengaktifkan enzim. Di sini enzim yang diaktifkan adalah PLC
(Phospolipase C). PLC ini akan mengubah PIP2 menjadi DAG. Baik IP3
maupun DAG akan meningkatkan Kalsium intrasel, yang akan
menimbulkan efek pada sel.
NB : dalam hal ini yang menjadi second messenger adalah ion
Kalsium, karena yang akan menimbulkan efek pd sel adalah ion
kalsium.
Pada reticulum endoplasma ada reseptor untuk IP 3. Jika IP3
berikatan dengan reseptornya akan menyebabkan terbukanya
channel ion untuk kalsium. Konsentrasi ion kalsium yang ada di dalam
reticulum endoplasma lebih tinggi daripada yang ada di sitosol. Jadi
begitu terbuka channel yang ada di RE, maka ion Ca akan keluar ke
sitosol. Keluarnya ion Ca ini disebabkan perbedaan konsentrasi dan
perbedaan electrochemical antara ion Ca yang ada di RE dan di
sitosol.
DAG mengaktivasi enzim protein kinase C yang mana akan membuka channel ion Ca di membran sel
yang mengakibatkan berbondong-bondong masuknya ion Ca dari ekstrasel ke dalam sitosol.
Jadi, pada intinya fungsi IP3 dan DAG adalah meningkatkan konsentrasi ion kalsium di sitosol.

Inflamasi dan perbaikan

1. Inflamasi = reaksi yang kompleks melibatkan respons dari vascular, migrasi dan aktivasi dari leukosit, dan
reaksi sistemik yang timbul karena adanya agen injuri seperti mikroba dan luka.
2. Inflamasi sangat berkaitan dengan pelebaran pembuluh darah, akumulasi cairan dan leukosit pada jaringan
ekstravaskular, dan proses perbaikan. Inflamasi sebenarnya merupakan respons perlindungan karena
tanpa adanya inflamasi tidak ada penanda adanya keberadaan benda asing. Namun, jika inflamasi yang
terjadi cukup kuat maka akan menimbulkan penyakit. Inflamasi melibatkan dua komponen yaitu reaksi
vascular dan reaksi seluler. Reaksi seluler tidak dapat terjadi tanpa adanya reaksi vascular. Hal ini terjadi
karena leukosit yang terlibat berada di dalam vascular.
3. Seluler yang terlibat : leukosit, sel mast, dan fibroblast.
4. Inflamasi dapat dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronik.
Inflammasi akut = inflammasi yang terjadi secara cepat, durasinya pendek, karakteristik yang umum
adalah eksudasi cairan dan protein plasma, serta migrasi neutrofil.
Inflammasi kronik = inflammasi yang durasinya panjang, ditandai dengan keberadaan monosit
(makrofag) dan limfosit, pembentukan pembuluh darah (angiogenesis), fibrosis, dan jaringan nekrosis.
5. Inflammasi akut dicirikan oleh tiga hal yaitu perubahan pembuluh darah, perubahan mikrovaskular yang
mengakibatkan perpindahan cairan dan leukosit ke jaringan ekstravaskular, dan migrasi leukosit serta
aktivasinya.
6. Proses perpindahan cairan, protein, dan sel darah dari vascular ke cairan interstitial disebut eksudasi.
Sebuah eksudat adalah edema cairan ekstravaskular yang terbentuk akibat perubahan permeabilitas
kapiler (akibat peradangan). Sedangkan transudat adalah edema interstitial akibat adanya
ketidakseimbangan tekanan osmotic/hidrostatik dan berkurangnya protein plasma (tidak adanya
hubungan dengan peradangan).
7. Penyebab adanya inflamasi akut : infeksi mikroba, trauma tajam n tumpul, agen fisik dan kimia, benda
asing, sel nekrosis, dan penyakit imun.
8. Tahap vaskular pada inflammasi akut -> vasodilatasi yang terjadi didahului oleh adanya vasokontriksi
sesaat dari arteriol. Keadaan vasodilatasi mengakibatkan peningkatan aliran darah yang menyebabkan
kondisi rubor dan calor. Vasodilatasi yang terjadi melibatkan banyak sekali mediator seperti histamine dan
NO. Vasodilatasi kemudian diikuti dengan adanya perubahan permeabilitas kapiler. Hal ini
mengakibatkan keluarnya cairan dan protein (timbulnya edema). Kondisi dilatasi mengakibatkan aliran
darah melambat yang disebut stasis. Pada kondisi stasis, leukosit seperti neutrofil terakumulasi di dekat
endothel yang kemudian memicu terjadinya migrasi ke jaringan interstitial.
9. Tahap seluler proses ekstravasasi/emigrasi dan fagositosis
Ekstravasasi

16 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Tahap dalam lumen terdiri dari tiga tahap yaitu margination, rolling, dan adhesion.
Marginasi = proses akumulasi leukosit di daerah perifer permukaan endotel akibat aliran darah
melambat (stasis).
Rolling = Proses dimana leukosit berguling secara perlahan dan melekat di permukaan endotel.
Adhesion = leukosit melekat kuat dengan reseptor permukaan endotel dan mengaktifkan diapedesis
dari leukosit.
Leukosit akan berjalan ke daerah jaringan secara kemotaksis. (gambar dpt dilihat di buku robbin).
Molekul yang terlibat dalam ekstravasasi leukosit
Sitokin seperti TNF dan IL-1 (berasal dari makrofag jaringan) akan mengaktifkan reseptor selektin pada
endotel.
Selektin = terdiri dari E selectin dan P selectin yang akan berikatan dengan reseptor sialil lewis pada
leukosit
Kemokin yang dihasilkan jaringan akan mengaktifkan integrin reseptor dari leukosit. Kemudian Integrin
akan berikatan dengan ICAM - 1 (Intercellular Adhesion Molecule 1) atau VCAM-1 (Vascular Cell
Adhesion Molecule-1). Tahap terakhir yaitu diapedesis akan melibatkan molekul PECAM-1 (Platelet
Endothelial Cell Adhesion Molecule-1). Selanjutnya Leukosit akan bergerak menuju daerah luka akibat
adanya senyawa kimioatraktan. Senyawa kimioaktraktan ini dapat dibagi dua yaitu eksogen (produk
bakteri seperti senyawa N-formyl-Methionine) dan endogen (complement C5a, Leukotrienes, dan
Sitokin IL-8).
Fagositosis
a. Aktivasi leukosit
Aktivasi ini dapat memicu leukosit meningkatkan kadar kalsium sitosol dan aktivasi enzim. Hal2 yang dapat
memicu aktivasi leukosit :
o Produksi dari metabolism asam aracidonat
o sekresi dari enzim lisosom dan aktivasi oksigen burst
o sekresi dari sitokin
o modulasi dari molekul adhesi leukosit (di atas).
Selain itu, kita perlu mengetahui tentang reseptor yang ada di permukaan leukosit: TLR (Toll Like
Receptors) untuk mengenali struktur umum pathogen, Reseptor protein G (untuk mengenali N-formyl-
methionine), Reseptor mannosa (reseptor fagositosis yang mengenali pathogen yang telah diikat dengan
Mannosa Binding Lectin).

b. Tahap fagositosis dapat dibagi menjadi 3 :


Recognition and attachment
Terdiri dari reseptor mannose yang mengenali N-acetylglucosamine dan reseptor scavenger yang
mengenali struktur lipoprotein. Tahap ini dapat lebih efektif jika terdapat adanya opsonin seperti IgG dan
C3a.
Engulfment
Tahap ini leukosit memulai membentuk pseudopodia lalu terbentuklah fagosom. Proses pembentukan
fagosom sangat melibatkan aktivasi dari mikrofilamen aktin. Hal ini dapat dibedakan dengan pinositosis
dan receptor mediated fagositosis yang tidak melibatkan mikrofilamen aktin.
Killing and Degradation
Proses pembunuhan mikroorganisme dapat dibagi menjadi dua yaitu Oksigen dependent mechanism dan
oksigen independent mechanism.
*Oksigen dependent mechanism -> melibatkan konsumsi oksigen yang berlebihan dan jalur HMP shunt
yang telah dibahas pada tentir sebelumnya. Ion superoksida dibentuk melalui reoksidai NADPH akan

17 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
dikatalisis oleh SOD (Superoksida dismutase) menjadi peroksida. Peroksida akan berubah menjadi 3 bentuk
yaitu ion hidroksil yang sangat reaktif dengan bantuan gluthatione peroksidase, ion hipoklorit dengan
bantuan enzim mieloperoksidase, dan diuraikan kembali dengan katalase menjadi air dan oksigen untuk
mencegah kerusakan jaringan.
*Oksigen independent mechanism -> menggunakan enzim2 hidrolitik untuk menguraikan struktur2 dari
pathogen.
c. Kerja leukosit ternyata dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Hal ini disebabkan oleh tiga hal
yaitu pelepasan enzim lisosom, ROS, dan produk metabolism asam aracidonat.

10. Chemical mediator pada reaksi inflammasi


Chemical mediator yang ada pada reaksi inflammasi dapat dibagi menjadi dua yaitu plasma-derived
mediators dan cell-derived mediators. Cell derived mediators dapat dibagi menjadi dua yaitu mediator
yang ada pada granula sekretori dan baru disintesis.

Mediator vasoactive amine


a. Histamin -> terdapat pada sel mast, menyebabkan dilatasi arteriol dan peningkatan permeabilitas venula.
Histamin merupakan molekul awal yag penting dalam memulai reaksi inflamasi.
b. serotonin ->meningkatkan permeabilitas kapiler, terdapat pada platelet.

Mediator plasma proteins


a. Complement system
terdiri dari C3a, C3b, C5a, dan C5b C9. Kerja sistem komplemen dapat dibagi menjadi 3 yaitu alternate (tanpa
bantuan antibody), classical (bantuan antibody), dan lectin pathway (dengan bantuan MBL). Fungsi sistem
komplemen yaitu aktivasi leukosit dan inflammasi (C3a dan C5a/ anafilatoksin), memicu fagositosi (sebagai
opsonin), dan Membentuk MAC (Membrane Attack Complex) oleh C3b C9.
b. Kinin system
Prekallikrein diaktivasi oleh faktor Hageman XII menjadi kallikrein. Kallikrein menstimulasi kininogen
menghasilkan bradykinin. Bradykinin berfungsi untuk dilatasi kapiler, peningkatan permeabilitas, kontraksi
otot polos, dan pemicu rasa sakit.
c. Clotting system
Faktor Hageman XII akan mengaktivasi protrombin menjadi thrombin. Trombin akan berikatan dengan protein
activated reseptors (PARs) yang akan menginduksi beberapa proses dalam inflammasi akut (Memicu
metabolism asam arakidonat).
Metabolisme asam Arakidonat
Metabolisme ini dipicu oleh beberapa mediator seperti C5a dan thrombin.

18 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009

(pahami bener2 ya teman2 gambar ini soalnya gambar ini SANGAT mewakili beberapa paragraph
penjelasanhehehe)
PAF (Platelet Activating Factor)
Fungsinya sama dengan leukotrienes -> vasokonstriksi, bronchospasm, dan peningkatan permeabilitas
vascular. (Keduanya memang sangat terlibat dalam penyakit asthma).

Sitokin
IL-1 dan TNF merupakan sitokin yang umum dihasilkan oleh makrofag. Induksi penghasilan sitokin ini beruapa
endotoksin, produk bakteri, dan stimulant inflammatory lainnya. Fungsi keseluruhan sitokin ini :

Kemokin ->merupakan senyawa kimiotraktan bagi leukosit.


Ringkasan mediator2 akut inflammasi

19 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009

(Dipahami ya teman2 soalnya mediator2 ini yang menjadi dasar patologi inflammasi).

Outcomes dari Inflammasi akut

Inflammasi akut dapat berujung pada 3 hal yaitu complete resolution (pulih total), repairing yg td sempurna
(fibrosis), dan chronic inflammation.
*Complete resolution = jika proses peradangan tidak berlangsung lama dan berat. Neutrofil yang apoptosis
dan debris sel akan dimakan oleh makrofag yang kemudian menghilang atau kembali ke jaringan limfa. Cairan
dan protein juga kembali ke jaringan limfa. Makrofag akan mengeluarkan growth factor yang memicu
angiogenesis dan fibroblast.
*Fibrosis terjadi jika terjadi akut inflammasinya berat sehingga eksudate fibrin berlebihan. Selain itu adanya
kerusakan juga pada stem cell sehingga jaringan asli terganti dengan jaringan ikat.
* chronic inflammasi -> terjadi jika akut inflammasi tidak dapat membunuh pathogen seperti pada
mycobacterium tuberculosis. Namun tidak selalu chronic inflammasi didahului akut inflammasi.

Tampakan morfologik dari akut inflammasi


a. Serous inflammation
pengeluaran cairan dari plasma dan jaringan mesothelial
b. fibrinous inflammation
injury yang berat dapat menimbulkan peningkatan permabilitas vascular yang lebih besar dan menyebabkan
molekul besar seperti fibrinogen dapat keluar yang akhirnya membentuk jaringan fibrin.

20 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
c. Purulent inflammation
Terjadi penumpukan jumlah besar pus. Tampilannya disertai keberadaan abscess.
d. Ulcer
Injury yang terjadi pada permukaan sistem organ yang bentuknya saluran seperti GI tract. Ulcer dapat dilihat
jika adanya penumpukan jaringan nekrotik akibat inflammasi.

11. Inflammasi kronik


penyebab : virus, injury yang berat, infeksi kronik, dan penyakit autoimun.
tanda2 morphologic : keberadaan mononuclear cells (monosit dan limfosit), kerusakan jaringan, dan
jaringan ikat mengganti kerusakan (angiogenesis dan fibrosis).
Tampakan morfologi dari inflammasi kronik
Granulomatous Inflammation
Inflammasi kronik yang ditandai dengan
akumulasi makrofag yang berbentuk seperti epitel
(epiteloid cell). Selain itu dapat ditemukan granuloma
(epiteloid yang berkelompok) dan datia langhans
(epiteloid yang bergabung sitoplasmanya).Pada
infeksi Mycobacterium tuberculosis dapat
ditemukan tuberkel yang merupakan gabungan dari
nekrosis perkejuan, datia langhans, sebukan
limfosit, dan sel epiteloid.
Lymphatics dalam inflammasi
disebut juga limfadenitis. Ditandai dengan
hyperplasia folikel limfoid, sinus melebar, dan
tampak endotel sinus.

12. Makrofag (teman2 saya sedikit binun gmana cara


ngeringkasnya dan gambar ini mewakili semua
penjelasannya)hehe
Kerjasama makrofag, sel T, dan neutrofil

13. Efek sistemik dari inflammasi


a. Leukositosis -> peningkatan kadar sel darah putih terutama neutrofil.
b. Fever -> Merupakan salah satu kondisi acute phase response. Demam disebabkan oleh senyawa yang
disebut pyrogen. Pyrogen ini akan mengaktifkan sintesa prostaglandin dari vaskulat hipotalamus. Pyrogen
daapt dibagi menjadi dua yaitu pyrogen eksogen (LPS) dan pyrogen endogen (IL-1 dan TNF). Pyrogen ini akan
meningkatkan enzim cyclooksigenase yang akan membentuk prostaglandin. Pada hipotalamus, prostaglandin
akan menstimulasi produksi neurotransmitter yang akan merangsang kenaikan temperature. Obat2an seperti

21 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
NSAID dan COX1 dapat menghambat kerja enzim cyclooksigenase sehingga dapat digunakan sebagai penurun
demam.

14. Overview Regeneration dan healing


Regenerasi = Pertumbuhan sel dan jaringan yang menggantikan jaringan yang rusak. Regenerasi dapat terjadi
pada sel labil (epitel kulit dan system hemotopoietic) dan sel stabil (hati dan ginjal). Sesungguhnya semua sel di
tubuh (kec.syaraf dan jantung) dapat beregenerasi asalkan tidak ada kerusakan pada stem cellnya.
Healing = respons jaringan terhadap luka, proses inflammatory, dan jaringan nekrosis yang tak dapat
memperbaharui diri. Pada healing, proses regenerasi yang terjadi tidak sempurna akibat luka yang dalam dan
inflammasi yang kronik sehingga berujung pada pembentukan jaringan fibrous (scar) dan fibrosis.

15. Growth Factors = pemicu dalam regenerasi jaringan dan perbaikan


a. Epidermal Growth Factor and Transforming Growth Factor-alpha = mitogenik dari keratinosit dan fibroblast
serta stiimulasi pembentukan jarigan granulasi.
b. Hepatocyte Growth Factor = menstimulasi pembelahan dari sel epithelial, endotel, dan hepatosit.
c. Vascular endothelial Growth Factor = Mitogen sel endotel (erat dengan angiogenesis)
d. Platelet Derived Growth Factor = stimulasi angiogenesis dan wound contraction.
e. Fibroblast Growth Factor = mitogen dari fibroblast.
f. TGF-beta, sitokin, serta interferon.

16. Perbaikan jaringan dengan healing, pembentukan scar, dan fibrosis


Proses penyembuhan jaringan melalui beberapa proses : penghilangan jaringan mati akibat proses
inflammasi proliferasi dan migrasi dari sel parenkim dan jaringan ikat
angiogenesis dan jaringan granulation sintesis ECM dan deposisi kolagen remodeling jaringan
wound contraction menambah kekuatan jaringan.
Sesunggunya kerusakan jaringan akan diikuti dengan penyembuhan total. Namun, Beberapa kerusakan
tidak dapat kembali normal karena ketidakadanya kemampuan dalam regenerasi sehingga perbaikan
diganti dengan pembentukan jaringan ikat, disebut scar formation. Selain itu, jika luka berlangsung lama
dan inflammasi menjadi kronis, dan kerusakan jaringan serta perbaikan berlangsung bersamaan maka
akan terbentuk fibrosis.
Perbaikan mulai terjadi setelah 24 jam setelah inflammasi, jika resolution belum terjadi, fibroblast dan
vascular endothelial cells akan memulai proliferasi yang akan membentuk jaringan khusus yang disebut
jaringan granulation. Jaringan granulasi ini kadang2 tampak membengkak karena berada di lokasi
inflammasi yang penuh dengan cairan, protein, sel darah.
Pembentukan scar
Terdiri dari 3 tahap : emigrasi & proliferasi fibroblast di tempat luka, deposition dari ECM, dan
remodeling jaringan.

22 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
a. emigrasi dan proliferasi fibroblast
proses ini melibatkan growth factor seperti FGF dan EGF. Tahap ini akan meningkatkan sintesis kolagen dan
fibronectin dan menurunkan degradasi dari ECM oleh metalloproteinases.
b. Deposition dari ECM dan pembentukan scar
Pada tahap ini akan terjadi pengurangan proliferasi fibroblast dan peningkatan deposisi dari ECM. Fibroblast
dan growth factor akan memicu pembentukan kolagen dan pengurangan degradasinya. Oleh karena itu,
jaringan granulasi kini telah berubah menjadi scar yang padat akan kolagen. Karena pematangan scar terus
berlanjut, angiogenesis juga mengalami kemunduran sehingga jaringan menjadi berwarna pucat.
c. Remodelling jaringan
Pada tahap ini degradasi ECM kembali terjadi dengan bantuan metalloproteinases. Keseimbangan antara
sintesis kolagen dan degradasi ECM terlibat penting dalam inflamasi kronik dan perbaikan luka.
Fibrosis (gambar ini menjelaskan bagaimana inflammasi kronis memicu terjadinya fibrosis)

17. Rangkuman dari respons perbaikan setelah adanya luka dan inflammasi

Akhir kata, semoga tentirannya membantu :D jangan lupa belajar lagi dari slide dan buku referensi juga biar
makin ngerti Seperti biasa, kritik dan saran teman-teman ditunggu ^^. 2009 BISA! Terimakasih buat yang
udah berkontribusi dalam pembuatan tentir ini:

Anggi Puspita Nalia Pohan


Arcci Pradessatama
Karina Maharani Pramudya

23 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2


Sel & Genetika 2009
Monika Besti Yolanda
Randy Satria Nugraha Rusdy

MOGA-MOGA SEL GEN DAPET A! AMIN!

- SELAMAT BELAJAR! -
- 2009 BISA! -

24 Modul Sel & Genetika SiePend 2009 BISA! Sumatif II part 2

Anda mungkin juga menyukai