O
L
E
H
DOSEN
PPN XVI
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN IMMANUEL
2016
1
A. KONSEP DASAR DIABETES MELITUS
1. Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Waspadji dan sukardji,
2004 : 2).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 : 1220).
American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes
Melitus sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya (Ernawati, 2013 :10)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) didalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara cukup (Fauzi, 2014 : 70).
Berdasarkan keempat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
2
b. Diabetes Tipe 2
Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa
bergantung pada insulin. Penyakit diabetes tipe 2 ini sering disebut
sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita.
Sekitar 90 % hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2.
Jenis diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa berusia lebih
dari 30 tahun dan cenderung semakin parah secara bertahap (Fauzi, 2014
: 75).
3. Anatomi Fisiologi
- Anatomi Kelenjar Pankreas
Pankreas adalah suatu alat tubuh yang berbentuk agak panjang
terletak retroperitoneal dalam abdomen bagian atas, didepan vertebral
lumbalis I dan II. Kepala pancreas terletak dekat dengan kepala
duodenum, sedangkan ekornya sampai ke limpa. Pancreas mendapat
darah dari arteri lienalis dan arteri mesenterika superior. Duktus
pankreatikus bersatu dengan duktus koledukus dan masuk ke duodenum.
Pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan kelenjar
eksokrin.
Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin yang terdiri atas
kelompok sel yang membentuk pulau-pulau langerhans . pulau-pulau
langerhans berbentuk oval dan tersebar diseluruh pankreas. Dalam tubuh
manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau langerhans yang dibedakan atas
granulasi dan pewarnaan, setengah dari sel ini menyekresi hormon insulin.
Pulau-pulau langerhans menghasilkan 4 jenis sel.
3
a. Sel-sel A (alfa). Sekitar 20-40 % memproduksi glucagon menjadi
factor hiperglikemik yang dirangsang oleh kadar gula yang rendah,
mempunyai anti insulin like aktif, dan mengandung gelembung
sekretorik dengan granula homogen kepadatan rendah. Glucagon
melepaskan glukosa dengan glikogenolisis sehingga dapat menaikan
gula darah dan melepaskan peptide aktif termasuk hormon ACTH.
b. Sel-sel B (beta). Sekitar 60-80 % fungsinya membuat insulin. Sel ini
lebih banyak mengandung granula. Ciri khasnya dari sel ini adalah
terdapat kristaloid rhomboid yang merupakan peghasil insulin. Selain
itu, sel ini bekerja terhadap membran sel untuk memudahkan transpor
glukosa kedalam sel sehingga kadar gula menurun.
c. Sel-sel C. sekitar 5-15% membuat somatostatin, tidak bergranula, dan
berbentuk polygonal tak teratur. Inti sel ini berbentuk bundar dan
terletak di tengah mitokondria, sedangkan yang berbentuk batang
terletak dalam granula.
d. Sel-sel D. sekitar 1% mengandung dan menyekresi pankreatik
polipeptida. Selini berjumlah lebih sedikit dan terletak berdekatan
dengan sel A. selain itu, selini tersebut berisi gelembung kecil dalam
pulau langerhans di daerah kepala pankreas dan melepaskan
somatostatin yang dapat menghambat sekresi insulin dan glukosa.
4
4. Etiologi
a. Pada Diabetes Tipe 1 (IDDM)
Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan
fungsi pankreas untuk memproduksi insulin sehingga tidak dapat
menghasilkan cukup insulin. Beberapa penyebab pankreas tidak dapat
menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 ini adalah
sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 73-74) :
1) Keturunan atau genetik
Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita
diabetes, maka anak tersebut akan beresiko terkena diabetes.
2) Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu
jaringan atau jenis selnya sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada
dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh kehilangan kemampuan untuk
membentuk insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan
sel-sel yang memproduksi insulin.
3) Virus atau zat kimia
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel
atau kelompok sel dalam pankreas tempat insulin dibuat. Semakin
banyak peulau sel yang rusak, semakin besar kemungkinan seseorang
menderita diabetes.
5
1) Faktor keturunan
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit
ini, maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
2) Pola makan dan gaya hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama
pankreas tidak dapat memproduksi insulinsecara maksimal.
Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang menyajikan
makanan berlemak dan tidak sehat merupkan penyebab utama.
Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga
berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
3) Kadar kolesterol tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin
yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat
menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi energi.
4) Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak
yang tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan
menyerap produksi insulin pankreas secara habis-habisan sehingga
tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai energi.
5. Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa ysng tidak terukur oleh
hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia prospandial (sesudah makan).
6
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring. Akibatnya, glukosa tersebut
muncul dalam urine (glukosauria). Ketika glukosa yang berlebihan
dieskresikan kedalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis osmotic. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia), keadaan itu
menyebabkan kehilangan elektrolit dalam sel dan pasien mengalami dehidrasi
sehingga dapat menyebabkan syok.
Defisiensi insulin juga dapat menyebabkan kehilangan kalori,
menganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (poifagia)
akibatnya terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Selain itu dengan
kurangnya sel untuk metabolisme dapat menyebabkan katabolisme lemak
yang membuat meningkatnya asam lemak, serta pemecahan protein yang
membuat keton dan ureum meningkat. Keadaan dimana asam lemak dan
keton meningkat dapat mengakibatkan ketoasidosis. (Nurarif, 2013).
7
Pathway
8
Polidipsia Asam lemak keton ureum
polipagia
Ketidakseimbangan keteasidosis
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
9
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala
awal yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap
di rasakan.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes kadar gula darah
Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini
kadar gula dalam darah setelah puasa.
1) Kadar gula darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl.
2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.
3) Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari 126
mg/dl.
10
3) Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200
mg/dl(Fauzi, 2014 : 77-78).
Tabel 2.1
Hasil pemeriksaan Warna Tes Glukosa Urin
Warna Interpretasi: (1+) s/d ( 4+)
mungkin/diduga DM
Hijau kekuningan dan keruh Positif + (1+): sesuai dengan
0,51% glukosa
Kuning keruh Positif ++ (2+): sesuai dengan
11,5 % glukosa
Jingga / warna lumpur keruh Positif +++ (3+): sesuai dengan
23,5 % glukosa
Merah keruh Positif ++++(4+): sesuai dengan
> 3,5 % glukosa
11
Hemoglobin adalah salah satu substansi sel darah merah yang
berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah
tidak terkontrol (yang berarti kadar gula darah tinggi) maka gula darah
akan berkaitan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu, rata-rata
kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C.
Bila kadar gula darah tinggi dalam satu beberapa minggu, maka kadar
HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil
dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usia sel darah
merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah
dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. sebaliknya
(Ernawati 2013 : 85-86).
Tabel 2.2
Kolerasi antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah
HbA1C (%) Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
6 135
7 170
8 205
9 240
10 275
11 310
12 345
12
8. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu
pendek meliputi hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome
HHNK (Koma Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik) atau
Hiperosmolar Nonketokik (HONK). (Ernawati, 2013 : 87-106).
1) Hipoglikemia
Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang
dapat terjadi pada perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan
keadaan dimana kadar gula darah abnormal yang rendah yaitu
dibawah 50 hingga 60 mg/d. lGlukosa merupakan bahan bakar utama
untuk melakukan metabolisme di otak. Sehingga kadar glukosa darah
harus selalu dipertahankan diatas kadar kritis, yang merpakan salah
satu fungsi penting system pengatur glukosa darah. Bila glukosa darah
turun terlalu rendah dalam batas 20-50 mg/100ml lebih dari beberapa
menit, timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh iritabilitas
progresif yang menyebabkan pingsan, kejang dan koma.
2) Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosi Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi
kekacauan metabolic yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis
dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisensi insulin absolute atau
relative. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan penanganan yang
tepat karena merupakan ancaman kematian bagi diabetes.
3) Syndrome Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik (HHNK)
Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari
hingga beberapa minggu pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami
absolute defisiensi insulin namun relative defisiensi insulin. HHNK
sering terjadi pada pasien lansia yang tidak menyadari mengalami DM
atau mengalami DM dan disertai dengan penyakit penyerta yang
mengakibatkan menurunnya intake makanan salah satunya
seperti infeksi (pneumonia, sepsis, infeksi gigi).
13
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi makrovaskuler
a) Penyakit Arteri Koroner
Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung
koroner merupakan salah satu komplikas makrovaskuler yang
sering terjadi pada penderita DM tipe 1 maupun DM tipe 2.
Proses terjadinya penyakit jantung koroner pada penderita DM
disebabkan oleh control glukosa darah yang buruk dalam waktu
yang lama yang disertai dengan hipertensi, resistensi insulin,
hiperinsulinemia, hiperamilinemia, disliedemia, gangguan
system koagulasi dan hiperhomosisteinimia.
b) Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan
pasien non DM, namun pasien DM memilki kemungkinan dua
kali lipat mengalami penyakit kardiovaskuler. Pasien yang
mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh serebral
atau pembentukan emboli ditempat lain dalam system pembuluh
darah sering terbawa aliran darah dan terkadang terjepit dalam
pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat mengakibatkaan
iskemi sesaat. Gejalanya pusing, vertigo, gangguan penglihatan,
bicara pelo dan kelemahan.
c) Penyakit vaskuler perifer
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer
dua hingga tiga kali lipat dibandingkan pasien non-DM. Hal ini
disebabkan pasien DM cenderung mengalami perubahan
aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas
bawah. Pasien dengan gangguan pada vaskuler perifer akan
mengalami berkurangnya denyut nadi perifer dan kaludikasio
intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). Penyakit
oklusif arteri yang parah pada ekstermitas bawah merupakan
penyebab utama terjadinya ganggren yang berakibat amputasi
pada pasien DM.
14
2) Komplikasi mikrovaskuler
a) Retinopati diabetik
Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan factor resiko
utama terjadinya retinopati diabetik.
b) Nefropati diabetik
Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien DM
yang ditandai dengan albuminuria menetap (<33 mg/24 jam) pada
minimal 2 kali pemeriksaan dalam waktu tiga hingga enam bulan.
Penyandang DM tipe 1 sering memperlihatkan tanda-tanda
penyakit renal setelah 15 hingga 20 tahun kemudian, sedangkan
penderita DM tipe 2 dapat menderita penyakit renal setelah
menderita 10 tahun kemudian.
c) Neuropati Diabetik
Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang
terjadi pada penderita DM tanpa penyebab neuropati perifer yang
lain. (Ernawati, 2013 :106-120)
9. Penatalaksanaan
Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan
keadaan gizi dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi.
Dalam pengelolaan diabetes dikenal 4 pilar utama, yaitu : Penyuluhan
(edukasi), perencanaan makanan, latihan jasmani dan obat hipoglikemik.
Tujuan pengelolaan diabetes dapat dibagi atas tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang. (Waspadji dan sukardji, 2004 : 5)
a. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbaga keluhan/ gejala
diabetes sehingga pasien dapat menikmati kehidupan yang sehat dan
nyaman.
b. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik
pada pembuluh darah (mikroangiopatidan makroangiopati) maupun
pada susunan saraf (neurofati) sehingga dapat menekan angka
morbiditas dan mortilitas.
15
Tujuan pengelolaan diabetes tersebut dapat dicapai dengan senantiasa
mempertahankan control metabolic yang baik seperti dicerminkan oleh
normalnya kadar glukosa dan lemak darah. Secara praktis, criteria
pengendalian diabetes adalah sebagai berikut :
1) Kadar glukosa darah puasa : 80-110 mg/dl
Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan : 110-160 mg/dl dan HbA1c
: 4 -6,5.
2) Kadar kolesterol total dibawah 200 mg/dl
3) Kolesterol HDL diatas 45 mg/dl dan trigliserida dibawah 200 mg/dl.
a. Penyuluhan (edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan keperawatan diabetes.
Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan
dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan pada setiap
pasien diabetes. Diasamping kepada pasien diabetes, edukasi juga
diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyrakat beresiko
tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.
Diantara materi edukasi, yang perludiberikan pada pasien diabetes
paling tidak adalah sebagai berikut :
1) Apakah diabetes itu?
2) Factor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya diabetes dan
upaya-upaya menekannya.
3) Pengelolaan diabetes secara umum.
4) Perencanaan makan dan latihan jasmani
5) Obat-obat hipoglikemik
6) Komplikasi diabetes
7) Pencegahan dan pengenalan komplikasi akut/kronik
8) Pemeliharaan kaki.
16
b. Perencanaan makan DM
Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan diabetes adalah
sebagai berikut (Waspadji dan sukardji, 2004 : 6) :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas
normal.
2) Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja,
ibu hamil dan janinnya.
3) Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman.
17
Berat badan idaman = 90% X (tinggi badan dalam cm 100 ) X
1 kg
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 7).
Catatan :
- pada Laki-laki dengan tinggi badan <160 cm atau
- Perempuan < 150 cm, Berlaku rumus :
Berat badan idaman : (tinggi badan dalam cm 100 ) X 1 kg
Tabel 2.3
Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori
Ringan Sedang Berat
Mengendarai mobil Kerja rumah tangga Aerobik
Memancing Bersepeda Bersepeda
Kerja Lab Bowling Memanjat
Kerja sekertaris Jalan cepat Menari
Mengajar Berkebun Lari
18
3) Ada stress misalnya infeksi, hamil atau menyusui
Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung pada
tingkat kegemukannya.
3. Cara lain seperti tertera pada table 2.3 yang tampaknya lebih
mudah. Tampak pada table itu bahwa seseorang dengan beerat
badan normal yang bekerja santai memerlukan 30 KKal/kg BB
idaman. Yang kurus dan bekerja berat memerlukan 40-50
KKal/kg BB idaman. Dengan cara ini perlu ditambah-tambahkan
lagi.
Untuk gampangnya, secara kasar dapat dibuat suatu pegangan
sbb:
Pasien kurus : 2300-2500 Kkal
Pasien berat normal : 1700-2100 Kkal
Pasien gemuk : 1300-1500 Kkal
Tabel 2.4
Kebutuhan Kalori pada Pasien Diabetes
Dewasa kerja santai Kerja sedang Kerja berat
Gemuk 20-25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 5-12)
Tabel 2.5
Cara Menentukan Kebutuhan Kalori
Nama :..
DATA
TB :..cm BB ideal = 90% (TB 100) kg =..kg
..(a)
(Wanita <150 cm, Pria <160 cm, BB ideal = TB 100 kg)
BB aktual = ..kg Gemuk/Kurus
Jenis kelamin = laki-laki/wanita
Kalori basal = .kalori (laki-laki : 30 kal/kg, wanita :
25 kal/kg (b)
Aktivitas : ringan/ sedang
Umur : ..Thn
19
PERHITUNGAN KALORI
Kalori basal :a x b
=x =..kalori (c)
Koreksi :
Umur . 40 thn -5% x c = -5% x = -...kalori
20
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan
biji-bijian yang utuh) dapat membantu mengurangi asupan
kolesterol serta lemak jenuh.
Serat
Terdapat pda tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan
dan secara fisis dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu yang larut
dan ada yang tidak larut.
3) Pemanis pada diabetes
Selama ini zat yang ada dipasaran adalh sukrosa, fruktosa,
sorbitol, manitol, xylitol,s akarin, siklamat dan aspartam. Yang
mengandung kalori hanyalah sukrosa dan fruktosa. Oleh karena itu
penggunaannya harus dibatasi atau malah dihindari. Yang lain
tidak ada atau sangat sedikit kalorinya. Karena ada petunjuk
karsinogenik pada binatang, penggunaan sakarin dan siklamat
sekarang sangat terbatas. Sebenarnya gula masih dapat digunakan
dalam jumlah terbatas, tidak melebihi 5% dari kalori, misalnya
gula dapat digunakan dalam bumbu masakan (Waspadji dan
sukardji, 2004 : 13-14).
c. Latihan jasmani
Menurut Waspadji dan sukardji (2004) , dalam pengelolaan
diabetes, latihan jasmani yang teratur memegang peran penting terutama
pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada diabetes antara
lain adalah
1) Memperbaiki metabolisme
2) Meningkatkan kerja insulin
3) Membantu menurunkan BB
4) Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
5) Mengurangi penyakit kardioaskule.
Prinsip latihan jasmani bagi penderita diabetes meliputi :
1) Continuous
21
Misalnya jogging selama 30 menit, maka penderita DM melakukan
jogging tanpa istirahat selama 30 menit.
2) Rytmical
Misalnya jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda,
mendayung, main golf, tenis atau badminton tidak memenuhi syarat
karena boleh berhenti.
3) Interval
Misalnya jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan.
4) Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas
ringan hingga sedang.
5) Endurence
Seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda (Ernawati, 2013 :52)
d. Obat Hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani
teratur; namun pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu
ditambahkan obat hipoglikemik baik oral maupun insulin. Obat
hipoglikemk oral (OHO) tidak dianjurkan pada DM dengan gangguan hati
dan ginjal, dapat dijumpai dalam bentuk golongan :
1. Golongan sulfonilurea
Diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk, mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu
sulfonilurea merupakan pilihan utama pada pasien dengan BB normal
atau kurang. Untuk mengurangi resiko hipoglikemik yang
berkepanjangan, pada pasien diabetes usia lanjut, obat golonga
sulfonilurea yang waktu kerjanya panjang (klorpropamid,
glibenklamid) sebaiknya dihindari.
2. Golongan biguanid (Metformin)
Diberikan pada DM gemuk, mempunyai efek utama menurunkan
puncak glikemik sesudah makan. Oleh karena itu prinsip kerja obat ini
disamping memperbaiki ambilan glukosa perifer, juga menghambat
22
secara kompetitif absorpsi glukosa di usus maka dianjurkan
pemberiannya pada setiap mulai makan.
3. Inhibitor glukosidase alfa (acarbose)
Pada diabetes dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang
tinggi. Efektif untuk menurunkan absorpsi glukosa.
4. Insulin
Diberikan pada DM tipe 21, ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress
berat berat badan menurun cepat, DM hami, gagal/ kontraindikasi
dengan OHO. Cara kerja utama insulin yaitu menurunkan produk
glukosa hati dan menaikan pemakaian glukosa agar BB naik dan
terjadi penurunan kadar glukosa didalam darah (Waspadji dan
sukardji, Jakarta 2004 : 7-8)
b. Keluhan utama
DM pada usia lanjut mungkin cukup sukar karena sering tidak khas
dan asimtomatik (contohnya: kelemahan, kelelahan, BB menurun,
terjadi infeksi minor, kebingungan akut atau depresi).
23
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien datang ke RS dengan keluhan gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang
sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan
yang dilakukan terhadap dirinya. Pada lansia dengan diabetes
mellitus biasanya mengalami gangguan pada psikososial namun
tergantung pada masing-masing individu yang mengalaminya
karena tidak semua lansia memiliki
24
makan akibat kadar gula yang tinggi namun tidak dapat masuk
kedalam sel untuk digunakan dalam proses metabolisme.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.
Pasien dengan Diabetes Melitus keadaan umumnya lemah.
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan miksi dan defekasi sebelum dan sesudah MRS.
Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih
banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang
terpenuhi dan Px akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas
minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi
kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh
perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh
akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami
perubahan peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga,
pasien tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu
yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya. Disamping
itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan
dan semua itu mempengaruhi hubungan interpersonal pasien.
25
7) Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada.
Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan beranggapan
bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif
terhadap dirinya.
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan,
demikian juga dengan proses berpikirnya.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks
intercourse akan terganggu untuk sementara waktu karena
pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
10) Pola penanggulangan stress
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan
mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya
pada perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang
mungkin dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan
dirinya kepada Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini
adalah suatu cobaan dari Tuhan.
h. Pemeriksaan Fisik
a. Keseluruhan
Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to lean
body, mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.
b. Temperature Tubuh
26
Temperature tubuh menurun akibat kecapatan metabolism yang
menurun, keterbatasan reflex menggigil,dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya
aktifitas otot.
c. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan lemak, kulit kering dan pucat dan
terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah
kekulit dan menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen,
kuku pada jari tengah dan kaki menjadi tebal dan rapuh. Pada
orang berusia 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut
menipis/botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya.
d. Sistem muskuler
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang
pengecilan otot karena menurunnya serabut otot. Pada otot polos
tidak begitu berpengaruh.
e. Sistem pendengaran
Presbiakusis (menurunnya pendengaran pada lansia) membran
timpani menjadi altrofi menyebabkan austosklerosis,
penumpukkan serumen sehingga mengeras karena
meningkatnya keratin
f. Sistem penglihatan
1) Karena berbentuk speris, sfingther pupil timbul sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh,
meningkatnya ambang penglihatan (daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat gelap).
2) Hilangnya akomodasi menurunnya lapang pandang karena
berkurangnya luas pandangan.
3) Menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada
skala.
g. Sistem pernafasan
27
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku,menurunnya aktivitas silia, paru kurang elastis, alveoli
kurang melebar biasanya dan jumlah berkurang. Oksigen pada
arteri menurun menjadi 75 mmHg. Karbon oksida pada arteri
tidak berganti kemampuan batuk berkurang.
h. Sistem Gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun waktu pengosongan
lambung, peristaltik lemah sehingga sering terjadi konstipasi,
hati makin mengecil.
i. Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, laju filtrasi glumerulus menurun sampai
50%, fungsi tubulus berkurang sehingga kurang mampu
memekatkan urine, proteinuria bertambah, ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun
karena otot yang lemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung
kemih sulit dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan retensi
urin dan pembesaran prostat (75% usia diatas 60 tahun).
j. Sistem Reproduksi
Selaput lendir vagina menurun/kering, menciutnya ovarium dan
uterus, atrofi payudara testis masih dapat memproduksi
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, dorongan
seks menetap sampai usia 70 tahun asal kondisi kesehatan baik.
k. Sistem Endokrin
Produksi semua hormon menurun, fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH dan
LH. Menurunnya aktivitas tiroid sehingga laju metabolisme
tubuh (BMR) menurun. Menurunnya produk aldusteran, a.
menurunnya sekresi, hormon godad, progesteron, estrogen dan
testosteron.
l. Sistem Sensori
28
Reaksi menjadi lambat kurang sensitif terhadap sentuhan (berat
otak menurun sekitar 10-20%)
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1 Ketidakseimbangan Status nutrisi : Menejemen nutrisi :
nutrisi kurang dari Status nutrisi : kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh intake makanan dan Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan cairan untuk menentukan jumlah
dengan gangguan Status nutrisi : kalori dan nutrisi yang
keseimbangan intake nutrisi dibutuhkan pasien.
insulin, makanan Anjurkan pasien untuk
dan aktivitas kriteria hasil : meningkatkan protein dan
jasmani. Adanya vitamin C
peningkatan berat Yakinkan diet yang di
badan sesuai makan mengandung tinggi
dengan tujuan serat untuk mencegah
Berat badan ideal konstipasi
sesuai dengan Berikan makanan yang
tinngi badan terpilih ( sudah
Mampu dikonsultasikan dengan ahli
mengidentifikasi gizi)
kebutuhan nutrisi Monitor jumlah nutrisi dan
Tidak ada tanda- kandungan kalori
tanda malnutrisi Berikan informasi tentang
Menunjukan kebutuhan nutrisi
penigkatan fungsi Kaji kemampuan pasien
pengecapan dari untuk mendapatkan nutrisi
menelan yang dibutuhkan
29
Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
30
perubahan baud an
konsitensi urin)
4 Ketidakefektifan Status sirkulasi Menejemen sensasi perifer
perfusi jaringan Tissue perfusion : Monitor adanya daerah
perifer cerebral tertentu yang hanya peka
berhubungan kriteria hasil : terhadap panas/ dingin /
dengan penurunan mendemonstrasikan tajam/ tumpul
sirkulasi darah ke status sirkulasi yang Catat situasi saat ini atau
perifer, proses ditandai dengan : adanya kondisi yang dapat
penyakit (DM). Tekanan sistol dan mempengaruhi perfusi
diastol dalam keseluruh tubuh
rentang yang Instruksikan keluarga untuk
diharapkan mengobservasi kulit jika
Tidak ada ortostatik ada lesi atau laserasi
hipertensi Identifikasi adanya faktor
Tidak ada tanda- atau kondisi risiko tinggi
tanda peningkatan Batasi gerakan pada kepala,
tekanan intrakranial leher dan punggung
( tidak lebih dari 15 Kolaborasi pemberian
mmhg) analgetik
Keadekuatan aliran Monitor adanya
darah melalui tromboplebitis
pembuluh darah Diskusikan mengenai
kecil pada penyebab perubahan
ektremitas untuk sensasi
mempertahankan
fungsi jaringan
Tingkat
pemahaman yang
disampaikan
tentang proses
penyakit spesifik
dan pencegahan
komplikasi
31
Pasien dan keluarga Gambarkan proses penyakit,
menyatakan dengan cara yang tepat
pemahaman tentang Identifikasi kemungkinan
penyakit, kondisi, penyebab, dengan cara yang
prognosis dan tepat
program pengobatan Sediakan informasi pada
Pasien dan keluarga pasien tentang kondisi,
mampu dengan cara yang tepat
melaksanakan Sediakan bagi keluarga
prosedur yang informasi tentang kemajuan
dijelaskan secara pasien dengan cara yang
benar tepat
Pasien dan keluarga Diskusikan pilihan terapi
mampu menjelaskan atau penanganan
kembali apa yang Dukung pasien untuk
dijelaskan mengeksplorasi atau
perawat/tim mendapatkan second
kesehatan lainnya opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
32
anggota keluarga yang dibinanya. Hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai
berikut:
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat dan telepon jika ada,
pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi
keluarga
b. Tipe keluarga menjelaskan jenis tipe keluarga beserta
masalah yang terjadi dengan jenis tipe tersebut. Pada
keluarga dengan diabetes mellitus tipe keluarganya
tergantung pada keluarga yang menjadi binaan perawat.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji
asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan. Suku atau
budaya dapat menjadi salah satu factor resiko DM yang
berasal dari lingkungan, yang biasanya penyakit yang
berhubungan dengan rasa tau etnik (suku) berkaitan dengan
factor genetic dan factor lingkungan. (Masriadi, 2012 dalam
Syamiyah 2015)
d. Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
e. Status social ekonomi keluarga. Pada DM status social
ekonomi dapat ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala
keluargamaupun dari anggota keluarga lainnya. Selain itu,
ststus ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga tersebut (Mubarak, 2009). Factor social ekonomi,
serta adanya perubahan gaya hidup diduga telah
menyebabkan peningkatan besaran kasus-kasus penyakit
tidak menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini Diabetes
Melitus (Nuryati,dkk. 2009 dalam Najah Syamiyah 2015).
f. Aktivitas rekreasi dan waktu luang; kurangnya rekreasi dapat
menyebabkan stress. Salah satu faktor resiko terjadinya DM
33
yaitu stress (Nuryati,dkk. 2009 dalam Najah Syamiyah
2015).
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Pada pasien DM, yang dapat dikaji pada riwayat keluarga inti yaitu
menjelaskan riwayat kesehatan keluarga inti yang meliputi riwayat
penyakit keturunan (pada kasus DM biasanya disebabkan karena
memiliki riwayat keturunan dengan DM). riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga (riwayat penyakit seperti
obesitas, hipertensi dan lain-lain dapat memperparah DM).
3. Pengkajian Lingkungan
Faktor Lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya dan
meningkatnya angka kejadian DM. Faktor lingkungan dapat
mempengaruhi kepatuhan minum obat pada penderita DM (Mujib
Hanan, 2013)
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi Keluarga
Menjelaskan cara berkomunikasi antaranggota keluarga
penderita DM,termasuk pesan yang disampaikan, bahsayang
digunakan, komunikasi secara langsun atau tidak, pesan
emosional (positif atau negative), frekuensi, dan kualitas
komunikasi yang berlangsung. Adakah hal-hal yang tertutup
yang perluh didiskusikan.
b. Struktur kekuatan Keluarga
Keputusan dalam keluarga,siapa yang membuat, yang
memutuskan dalam penggunaan keuangan, pengambil
keputusan dalam pekerjaan atau tempat tinggal, serta siapa
yang memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak-anak.
Pada beberapa kasus penderita DM tidak dapat mengambil
keputusan berkaitan dengan kasus yang ada.
c. Struktur Peran
34
Akibat dari penyakit DM pada kasus tertentu biasanya
penderita akan mengalai masalah pada struktur peran dalam
keluarga tergantung peran yang dimiliki oleh keluarga.
d. Struktur nilai dan norma keluarga
e. Pada penderita DM Struktur nilai dan norma keluarga
tergantung pada keluarga yang mengalaminya.
5. Fungsi Keluarga
Tergantung tergantung pada keluarga yang mengalami DM.
6. Stress dan koping keluarga
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Pada
kasus DM, bisa jadi ada salah satu atau lebih anggota keluarga
mengalami masalah kesehatan yang berkaitan dengan penyakit ini.
8. Harapan Keluarga
Padaakhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugan kesehatan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus Diabetes
Mellitus berdasarkan NANDA 2015-2017 yaitu:
a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala penyakit
Diabetes Mellitus.
b. Konflik pengambilan keputusan untuk mengatasi penyakit
Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami
mengenai sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.
c. Disfungsi Proses Keluarga (Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus) berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan
perawatan Diabetes Mellitus.
d. Hambatan Pemeliharaan Rumah yang dapat mempengaruhi
penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya
35
pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor
pencetus Diabetes Melitus.
e. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan
dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap pelayanan atau
petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang
pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk
pengobatan penyakit Diabetes Mellitus.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan
keluarga dengan Diabetes Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak,
2012):
a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala penyakit
Diabetes Mellitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat
mengenal dan mengerti tentang penyakit Diabetes
Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes
Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria :
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit penyakit diabetes mellitus.
- Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang arti
penyakit Diabetes Melitus
- Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang
tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus
- Keluarga akan mengidentifikasi kebutuhan terhadap
informasi tambahan tentang program terapi diabetes
melitus
36
- Keluarga memperlihatkan kemampuan dalam
memahami tindakan kesehatan untuk mencegah
Diabetes Melitus
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab,
tanda dan gejala penyakit DM, serta pencegahan dan
pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara lisan.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien/ keluarga dengan
diabetes mellitus
2) Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk memberikan
pendidikan kesehatan
3) Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.
4) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes
Melitus.
5) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
37
- Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat
dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
- Keputusan yang diambil oleh keluarga sesuai
dengan informasi yang diberikan
- Keluarga melibatkan anggota keluarganya yang
menderita DM dalam memilih dan mengevaluasi
pilihan perawatan kesehatan untuk memperoleh
hasil yang diinginkan
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar
bagaimana akibat DM dan dapat mengambil
keputusan yang tepat.
Intervensi :
1) Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus .
3) Beri informasi mengenai arahan lanjut tentang pilihan
perawatan kesehatan pada keluarga
4) Ajarkan cara menyelesaikan masalah dan proses pengambilan
keputusan
5) Fasilitasi hubungan antara pasien dan penyedia layanan
kesehatan yang lain.
38
terhadap anggota keluarga yang menderita Diabetes
Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.
Kriteria :
- Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara
pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes
Melitus.
- Keluarga memahami dampak dari penyakit diabetes
melitus
- Keluarga menunjukan perfoma peran yang positif
- Keluarga memulai untuk memberikan perawatan
pada anggota keluarga yang menderita Diabetes
Melitus.
- Keluarga menunjukan perilaku yang sesuai dengan
harapan klien
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota
keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus
secara tepat.
Intervensi :
1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes
Melitus.
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat
dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita
Diabetes Melitus.
3) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin
menghambat pengobatan yang dianjurkan
4) Ajari keterampilan merawat pasien dengan penyakit Diabetes
Melitus.
39
5) Dukung keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien
diabetes melitus
40
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan
misalnya benda yang tajam.
b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung
tangan.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk
mengurangi terjadinya iritasi.
2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
3) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi kendala dan bahaya
dalam rumah
4) Terima dan dukung tanpa menghakimi relitas situasi rumah
5) Libatkan pasien dan keluarga dalam menentukan kebutuhan
pemeliharaan rumah
41
d. Asuhan Keperawatan Komunitas pada gerontik dengan DM
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Mengkaji jumlah komunitas berdasarkan usia, jenis kelamin, status
perkawinan, rasa tau suku, Bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, agama, dan komposisi keluarga.
b. Data Lingkungan Fisik
Data lingkungan meliputi pemukiman, sanitasi, dan fasilitas-fasilitas
yang lain.
c. Pelayanan kesehatan dan social
Dikaji lokasi sarana kesehatan yang ada, sumber daya yang dimiliki
d. Ekonomi
Jenis pekerjaan dan pendapatanpada komunitas dengan DM
e. Keamanan dan Transportasi
- Keamanan
Bagaimana system keamanan yang ada, upaya penanggulangan
kebakaran yang tersedia dll.
- Transportasi
Bagaiimana sarana transportasi. Kondisi jalan, jenis transportasi,
dan sarana transportasi yang ada.
f. Politik dan pemerintahan
Sitem pengorganisasian, struktur organisasi, kelompok oraganisasi
dalam kesehatan.
g. System komunikasi
Sarana umum komunikasi yang telah tersedia dikomunitas;telepon
umum, wartel dan lain-lain.
h. Pendidikan
42
Tingkat pendidikan komunitas, homogeny, heterogen, dan tingkat
pendidikan mayoritas
i. Rekreasi
Kebiasaan rekreasi dalam komunitas, dan fasilitas yang tersedia.
43
mencegah dan
menangani
penyakit.
Mengalami tren
pada gejala
penyakit menuju
normal untuk
penyakit diabetes
melitus
2 Deifisiensi Setelah dilakukan Kaji tingkat
pengetahuan penyuluhan kesehatan pengetahuan pasien
berhubungan dengan komunitas akan: dan keluarga
kurang sumber Pasien dan Jelaskan
pengetahuan keluarga patofisiologi dari
menyatakan penyakit dan
pemahaman bagaimana hal ini
tentang penyakit, berhubungan
kondisi, prognosis dengan anatomi dan
dan program fisiologi, dengan
pengobatan cara yang tepat.
Pasien dan Gambarkan tanda
keluarga mampu dan gejala yang
melaksanakan biasa muncul pada
prosedur yang penyakit, dengan
dijelaskan secara cara yang tepat
benar Gambarkan proses
Pasien dan penyakit, dengan
keluarga mampu cara yang tepat
menjelaskan Identifikasi
kembali apa yang kemungkinan
dijelaskan penyebab, dengan
perawat/tim cara yang tepat
kesehatan lainnya Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
Dukung pasien
untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan
44
second opinion
dengan cara yang
tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan
sumber atau
dukungan, dengan
cara yang tepat
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Promosi Keterlibatan
pemeliharaan penyuluhan kesehatan Keluarga
Kesehatan komunitas akan: Motivasi pasien dan
berhubungan dengan Menunjukan keluarga untuk
penurunan motorik arahan diri dalam bertanya tentang
kasar membuat pelayanan dan
keputusan biayanya
Mencari informasi Bantu pasien dalam
yang relevan mengidentifikasi
Mengidentifikasi tujuan spesifik
kendala untuk untuk perubahan
mencapai hasil Bantu pasien
yang diharapkan mengevaluasi
Menggunakan kemajuan dengan
teknik pemecahan membandingkan
masalah untuk riwayat perilaku
mencapai hasil sebelumnya dengan
yang diharapkan perilaku saat ini.
Mencari Motivasi pasien
pelayanan untuk bergerak kearah
mencapai hasil kepercayaan primer
yangdiharapkan. terhadap penguatan
dari dalam diri
sendiri
Konsultasikan
kepada layanan
social untuk
merencanakan
kebutuhan
pemeliharaan
kesehatan pada saat
pemulangan
45
regimen positif terus-
terapeutik yang menerus
dianjurkan Bantu pasien atau
Melaporkan efek keluarga memahami
penanganan yang kebutuhan untuk
penting den efek memenuhi program
samping terapi dan
Menggunakan konsekuensi akibat
tindakan untuk ketidakpatuhan
mengendalikan Informasikan
nyeri kepada pasien
Melaporkan sumber-sumber
pengendalian komunitas yang
gejala penyakit sesuai dan orang
Memenuhi janji yang dapat
dengan pemberi dihubungi
layanan Lakukan kontrak
kesehatan. tindak lanjut dengan
pasien.
Konsultasikan
degan dokter
tentang
kemungkinan
perubahan program
pengobatan
46
E. SATUAN ACARA PENYULUHAN DIABETES MELITUS
Sasaran : Masyarakat
Tempat :
Waktu : 30 menit
A. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan masyarakat dapat
memahami tentang penyakit diabetes mellitus
B. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan masyarakat dapat:
a. Menyebutkan kembali tentang pengertian diabetes melitus
b. Menyebutkan kembali penyebab diabetes mellitus
c. Menyebutkan kembali tanda dan gejala diabetes mellitus
d. Menyebutkan kembali penanganan diabetes mellitus
e. Menyebutkan kembali pencegahan diabetes mellitus
47
e. Pencegahan diabetes mellitus
D. Proses Penyuluhan
No Kegiatan Respon Waktu
1. Pendahuluan 3 menit
- Memberikan salam, Membalas salam
memperkenalkan diri
- Menyampaikan maksud Memperhatikan
dan tujuan penjelasan
2. Penyajian materi: Memperhatikan 20 menit
Memberikan penjelasan
tentang: pengertian diabetes
mellitus, penyebab diabetes
mellitus, tanda dan gejala
diabetes mellitus,
penanganan diabetes
mellitus, pencegahan
diabetes mellitus
3. Penutup 7 menit
- Tanya jawab (evaluasi) Mengevaluasi dan
- Menyimpulkan hasil menjawab pertanyaan
materi Menjawab salam
- Mengakhiri kegiatan
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
F. Media Penyuluhan
Leaflet
48
G. Evaluasi
1. Struktur
a. Penyusunan rencana materi dan penyuluhan
b. Undangan pertemuan sudah disebarkan minimal 3 hari sebelum
kegiatan penyuluhan dilakukan
c. Sarana dan prasarana sudah tersedia
2. Proses
a. Peserta penyuluhan hadir minimal 80%
b. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan berjalanan lancar sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
3. Hasil
a. Meningkatnya kemampuan masyarakat tentang diabetes mellitus
b. Masyarakat mampu menyebutkan tentang penyebab diabetes mellitus
c. Masyarakat mampu menyebutkan tentang tanda dan gejala
d. Masyarakat mampu menyebutkan tentang cara penanganan diabetes
mellitus
e. Masyarakat mampu menyebutkan tentang cara pencegahan diabetes
melitus
49
PEMBAHASAN MATERI
50
b. Pada Diabetes Tipe 2 (NIDDM)
Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi
insulin yang cukup. Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas
dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak
baik. Karena pankreas tidak dapat membuat cukup insulin untuk
mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan
naik. Beberapa penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai berikut (Fauzi,
2014 : 75-76).
1) Faktor keturunan
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami
penyakit ini, maka resiko diabetes tipe 2 lebih tinggi.
2) Pola makan dan gaya hidup
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama
pankreas tidak dapat memproduksi insulinsecara maksimal.
Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang menyajikan
makanan berlemak dan tidak sehat merupkan penyebab utama.
Kurang olahraga dan istirahat yang tidak mencukupi juga
berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
3) Kadar kolesterol tinggi
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin
yang diproduksi oleh pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat
menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi energi.
4) Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan
lemak yang tidak positif bagi tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga
akan menyerap produksi insulin pankreas secara habis-habisan
sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai
energi.
c. Pada diabetes jenis lain
Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang
gizi, obat, hormon atau hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan
sukardji, 2004 : 4.
51
3. Tanda dan gejala diabetes mellitus
Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang
ditunjukan meliputi:
1) Polidipsia (banyak minum)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan
karena udara yang panas dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda
ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM
2) Polifagia (banyak makan)
Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula
yang tinggi namun tidak dapat masuk kedalam seluntuk digunakan
dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula darah tidak dapat masuk
kedalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan asupan makanan
sehingga mengirim sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih
banyak agar sel-sel dapat berfungsi
3) Poliuria (banyak kencing)
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan
volume urine yang banyak kencing yang sering pada malam hari
terkadang sangat mengganggu penderita. Pada kondisi ini ginjal
bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa didalam
darah.
4) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala
awal yang sering dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap
di rasakan.
Gejala kronik yang sering timbul adalah :
1. Kesemutan
2. Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering
3. Rasa tebal di kulit
4. Kram
5. Mudah lelah dan marah
6. Mudah ngantuk
7. Mata kabur
52
8. Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)
9. Seksual menurun
10. Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi BB lahir lebih dari 4 kg.
53
Tekanan darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah. Bila
diabetes dan tekanan darah tinggi dibiarkan maka dapat terjadi serangan
jantung, stroke, atau kondisi lainnya yang mengancam jiwa.
8. Memeriksa kadar gula darah
Mengatur kadar gula darah merupakan hal yang paling penting untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut dari diabetes. Dengan mengawasi
kadar gula darah dan tetap menjaganya normal, maka akan mengurangi
resiko kerusakan mata, ginjal, pembuluh darah dan saraf.
9. Penanganan stress
Stress dapat meningkatkan produksi hormon yang dapat memblokir efek
dari insulin, yang menyebabkan kadar gula daarah meningkat. Stress
yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan depresi oleh sebab itu
penanganan stress yang baik sangat dibutuhkan.
5. Pencegahan diabetes mellitus
Jumlah penderita DM tiap tahun meningkat (prevalensinya menunjukkan
peningkatan per tahun) dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan
penderita DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkan. Jika telah terjadi
komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut kea rah normal
sangat sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya
pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap
kesehatan masyarakat.
Upaya pencegahan pada penyakit DM terdiri dari: pencegahan primordial
yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memiliki
faktor resiko untuk terjadinya DM, pencegahan primer yaitu pencegahan
kepada mereka yang belum terkena DM namun memiliki faktor resiko yang
tinggi dan berpotensi untuk terjadinya DM agar tidak timbul penyakit DM,
pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi
walaupun udah terjadi penyakit, dan pencegahan tersier yaitu usaha
mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah tejadi
komplikasi
1. Pencegahan primordial
54
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/ resiko terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan
primer adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki resiko
yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit
DM. Edukasi sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan
primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan
mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur,
pola makan sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk dan
menghindari obat yang bersifat diabetagenik.
2. Pencegahan primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk
kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi
berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer
ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
DM dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut.
Pada pengelolaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya
untuk
mencapai tujuan tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu DM,
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM, usaha untuk
mengurangi faktor-faktor tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat
untuk mengontrol gula darah, perencanaan makan, mengurangi
kegemukan, dan meningkatkan kegiatan jasmani.
a. Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan
mengenai DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga
diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat
beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan.
Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien DM adalah
definisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada
timbulnya DM dan upaya-upaya menekan DM, pengelolaan DM
secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM, serta
pemeliharaan kaki.
55
b. Latihan jasmani
Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih
30 menit) memegang peran penting dalam pencegahan primer
terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga
memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan kadar
glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah raga.
Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara lain:
1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa
darah dan lipid darah
2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah
pengangkut glukosa
3. Membantu menurunkan berat badan
4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
Latihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
c. Perencanaan pola makan
Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci
sukses
manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet dengan
pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi
kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya dihitung
berdasarkan kondisi individu pasien.
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan DM,
meski sampai saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang
sesuai untuk semua pasien, namun ada standar yang dianjurkan yaitu
makanan dengan komposisi yang seimbang dalam karbohidrat,
protein, dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai
berikut: Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %, dan Lemak =
20-25 %. Jumlah asupan kolesterol perhari disarankan < 300 mg/hari
dan diusahakan lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh
56
dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam
lemak jenuh. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status
gizi, umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani.
3. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau
menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti
tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta
penanganan segera dan efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan
pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orangorang tanpa
gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin
dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi
menahun. Edukasi dan pengelolaan DM memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
a. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus
Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan
dengan pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar
glukosa dalam darah pasien yang umum dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa.
Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar antara 70-110
mg/dl. Seseorang didiagnosa DM bila kadar glukosa darah pada
pemeriksaan darah arteri lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140
mg/dl jika darah yang diperiksa diambil dari pembuluh vena.
2. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu.
Jika kadar glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka
harus dilakukan test lanjut. Pasien didiagnosis DM bila kadar
glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri ataupun vena lebih
dari 200 mg/dl.
3. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
57
Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan
DM. Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai
normalnya : 0,5 jam < 115 mg/dl, 1 jam < 200 mg/dl, dan 2 jam
< 140 mg/dl.
Selain pemeriksaan kadar gula darah, dapat juga dilakukan
pemeriksaan HbA1C atau glycosylated haemoglobin. Glycosylated
haemoglobin adalah protein yang terbentuk dari perpaduan antara
gula dan haemoglobin dalam sel darah merah.18 Nilai yang
dianjurkan oleh PERKENI untuk HbA1C normal (terkontrol) 4 % -
5,9 %.17. Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula
resiko timbulnya komplikasi. Oleh karena itu pada penderita DM
kadar HbA1C ditargetkan kurang dari 7 %.19. Ketika kadar glukosa
dalam darah tidak terkontrol (kadar gula darah tinggi) maka gula
darah akan berikatan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh karena
itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara
mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi dalam
beberapa minggu maka kadar HbA1C akan tinggi juga. Ikatan
HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3
bulan (sesuai dengan umur eritrosit). Kadar HbA1C akan
menggambarkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3
bulan sebelum pemeriksaan.19 Jadi walaupun pada saat pemeriksaan
kadar gula darah pada saat puasa dan 2 jam sesudah makan baik,
namun kadar HbA1C tinggi, berarti kadar glukosa darah tetap tidak
terkontrol dengan baik.
b. Pengobatan segera
Intervensi fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah
belum tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani.
Dalam pengobatan ada 2 macam obat yang diberikan yaitu pemberian
secara oral atau disebut juga Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan
pemberian secara injeksi yaitu insulin. OHO dibagi menjadi 3
golongan yaitu : pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid),
penambah sensitivitas terhadap insulin (Metformin dan
58
Tiazolidindion), penambah absobsi glukosa (penghambat
glukosidase alfa).
Selain 2 macam pengobatan tersebut, dapat juga dilakukan
dengan terapi kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua
atau tiga kelompok OHO jika dengan OHO tunggal sasaran kadar
glukosa darah belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi
kombinasi OHO dengan insulin apabila ada kegagalan pemakaian
OHO baik tunggal maupun kombinasi.
4. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan
akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah
perubahan dari komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan
rehabilitasi sedini mungkin bagi penderita yang mengalami kecacatan.
Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-325 mg) dapat dianjurkan
untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah mempunyai
penyakit makroangiopati.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien-
pasien dengan dokter mapupun antara dokter ahli diabetes dengan
dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk
mengendalikan penyakit DM. Dalam penyuluhan ini yang perlu
disuluhkan mengenai :
a. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik diabetes
b. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
c. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan
keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga
sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli
sesama disiplin ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun
para ahli disiplin lain seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah
vaskuler, radiologi, rehabilitasi, medis, gizi, pediatri dan sebagainya.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29762/4/Chapter%
59
DAFTAR PUSTAKA
Ifan Pratama Saldah1, Wahiduddin2, Dian Sidik2 , 2008, Faktor Risiko Kejadian
Prediabetes/ Diabetes Melitus Gestasional Di Rsia Sitti Khadijah I Kota
Makassar
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4298/IFAN%20P
RATAMA%20SALDAH_K11109020.pdf?sequence=1
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori
Buku 2, Salemba Medika, Jakarta.
60
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2009. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori
Buku 1, Salemba Medika, Jakarta.
Najah Syamiyah, 2015, Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada
Wanita Di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan jakarta selatan tahun 2014
,
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjLvKnT3O7MAhXLMo8KHXEFCgsQ
FggsMAI&url=http%3A%2F%2Frepository.uinjkt.ac.id%2Fdspace%2Fbit
stream%2F123456789%2F25714%2F1%2FNAJAH%2520SYAMIYAH.p
df&usg=AFQjCNHfiGkxuA6leNykpAiHAJkch2kc0A&bvm=bv.12244849
3,d.c2I
61